• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Satlantas Polrestabes Medan dalam menjalankan kampanye program polisi sahabat anak

HASIL PENELITIAN 4.1. Proses penelitian

5.2. Strategi Komunikasi Satlantas Polrestabes Medan dalam menjalankan kampanye program polisi sahabat anak

Strategi komunikasi salah satunya merupakan proses dari konsep manajemen yang memiliki suatu nilai, menurut pendapat M. Sastrapratedja (dalam Asmara, 2006 : 55) bahwa suatu nilai memiliki komponen : 1) kognitif memuat tentang apa yang diinginkan, mengerti cara yang benar untuk bertindak atau mengerti sasaran yang baik yang hendak dicapai, 2) afektif, dalam arti orang dapat merasakannya secara emosional, 3) psikomotoris (behavioral) berarti nilai itu mempengaruhi tingkah laku seseorang

Strategi komunikasi lebih banyak didekati oleh konsep manajemen.

Strategi pada hakikatnya adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terus-menerus serta dikelola untuk memilih alternatif yang terbaik dari berbagai alternatif yang ada untuk mencapai tujuan tertentu (Cangara, 2013). Pada akhirnya inti dari sebuah strategi adalah produk dan jasa yang akan ditawarkan kepada khlayak. selama pengumpulan data dan penyajian data.

Untuk mencapai suatu tujuan komunikasi yang efektif maka strategi komunikasi tidak hanya dilakukan oleh pihak Kepolisian saja tapi harus melibatkan pihak lain yaitu diperlukan peran guru sekolah dan peran orang tua murid untuk mensukseskan kegiatan kampanye yang dilaksanakan oleh Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan sehingga komunikasi yang dilaksanakan oleh

Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan berjalan secara berkelanjutan dalam memberikan pesan yang disampaikan oleh Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan.

Dalam proses penetapan strategi komunikasi ini ada beberapa komponen didalamnya, seperti yang dikatakan oleh Harold D. Lasswell dalam Effendy (2008) yaitu dengan menjawab “ Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect”. Siapa yang bertindak selaku komunikator, seperti apa pesan yang akan disampaikan, media yang digunakan berbentuk seperti apa dan siapa yang menjadi komunikannya serta efek seperti apa yang diharapkan. Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti akan membahas masing-masing komponen yang dimaksud, antara lain :

1. Komunikator

Komunikator dalam penelitian ini adalah Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan. Berdasarkan data yang diperoleh saat kegiatan kampanye berlangsung komunikator sudah menjalankan tugas sesuai prosedur pelaksanaan, seperti yang dikemukakan oleh informan yaitu Kanit Dikyasa Satlantas Polrestabes Medan.

Beliau menyampaikan kesiapan komunikator merupakan awal kegiatan komunikasi kampanye sehingga dalam pelaksanaan kampanye yang dilakukan menjadi efektif dengan didukung sarana dan prasana untuk melengkapi komunikator dalam menyampaikan pesan dan efeknya mudah diterima oleh siswa-siswi TK dan SD, dengan metode yang dilakukan Satlantas Polrestabes Medan dengan mengunjungi sekolah-sekolah secara langsung bertatap muka dengan cara komunikasi kelompok yang berinteraksi langsung kepada audien

yaitu siswa-siswi merupakan komunikasi yang efektif. Di dalam kunjungan Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan dalam pelaksanaan kampanye sudah sesuai dengan petunjuk dari Mabes Polri, kemudian dalam hal penyampain pesan-pesan yang terkait dengan keselamatan lalu lintas, Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan mengkampanyekan dengan cara menyampaikan pesan-pesan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, juga melibatkan pihak vendor untuk supaya lebih sempurna lagi dalam menyampaikan pesannya jika sedang melakukan suatu acara besar karena dibutuhkan dukungan dana yang cukup besar.

Jika dikaitkan dengan penelitian terdahulu milik Noor Aini, mengenai Strategi Komunikasi Satlantas Polres Penajam Paser Utara, penelitian ini memiliki kemiripan dalam hal menentukan komunikator, menentukan pesan, menentukan media yang digunakan, menentukan sasaran dan menentukan efek yang diharapkan, metode dengan teknik persuasif, informatif dan edukatif, perbedaannya adalah dalam penelitian ini komunikan yaitu siswa-siswi Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar yang berada pada usia dini, yang bersedia menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Ada juga dengan penelitian Rama Nugraha yang berjudul strategi komunikasi unit pendidikan dan rekayasa Satuan Lalu lintas Polres Subang melalui program keselamatan lalu lintas. Mengenai strategi komunikasi yang dilakukan Satuan Lalu Lintas Polres Subang yang berjalan dengan baik, hasil penelitian menunjukan bahwa komunikator yang sebagai narasumber baik, pesan-pesan yang disampaikan, media yang digunakan, sasaran atau komunikan yang

dituju, serta efek yang diharapkan dapat mengurangi angka kecelakaan dan meningkatkan kesadaran masyarakat kabupaten Subang dalam berkendara yang aman, tertib, dan damai tentunya.

Demikian juga dengan penelitian Harun Al Rasyid yang berjudul strategi komunikasi satuan lalu lintas Polresta Pekan Baru dalam mensosialisasikan Bekendara aman (Safety Riding) mengenai Pelanggaran Lalu Lintas di Kota Pekan Baru, hasil penelitian menunjukan bahwa komunikator dipilih beberapa sukarelawan sebagai perpanjangan tangan dari Satuan Lalu Lintas Polresta Pekan Baru untuk mensosialisasikan Bekendara aman (Safety Riding) ke publik.

Sehingga hasil penelitian berdasarkan wawancara yang mendalam yang peneliti temukan di lapangan adalah setiap anggota dikyasa dalam menghadapi anak-anak di awali dengan senyum, ramah dan sabar dalam menghadapi siswa-siswi dan kesiapan komunikator untuk membawakan materi yang akan diberikan kepada siswa-siswi Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar.

2. Pesan

Pesan adalah materi yang disampaikan oleh komunikator dalam mencapai efek yang diharapkan, isi pesan dalam strategi komunikasi sangat menentukan efektivitas komunikasi dengan pesan yang edukasi. Pada penelitian ini pesan berupa keselamatan lalu lintas. Berdasarkan data yang peneliti ambil dari lapangan, informan mengatakan bahwa saat kegiatan kampanye berlangsung personil Satlantas Polrestabes Medan atau komunikator menyampaikan pesan tentang keselamatan lalu lintas seperti yang disampaikan oleh informan X yaitu

Pak Marbun, beliau mengatakan bahwa yang disampaikan oleh komunikator adanya perbedaan durasi waktu yang lebih sedikit antara sekolah Taman Kanak-Kanak dengan Sekolah Dasar jika didalam ruangan.

3. Media

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media yang digunakan dalam kegiatan kampanye Satlantas Polrestabes Medan adalah komunikasi kelompok dengan menggunakan alat pendukung yaitu dengan alat peraga. Untuk komunikasi kelompok bisa kita lihat dari keterangan informan Ibu Guru, beliau mengatakan selama mengikuti kegiatan kampanye polsanak ini sudah cukup baik dibangun dengan hubungan-hubungan sosial dalam bertatap muka dan dalam komunikasi kelompok yang dilakukan dihadapan siswa-siswi dengan menyampaikan informasi dan tanya jawab dengan dilengkapi alat peraga, menurut keterangan Ibu guru Nelli siswa-siswi tidak merasa ketakutan ketika semua personil Satlantas Polrestabes Medan dalam melaksanakan kampanye program polsanak dan sangat senang menjadi peserta dalam kegiatan kampanye polsanak.

Untuk komunikasi bermedia, pada umumnya banyak digunakan untuk komunikasi informatif dan edukatif, pelaksanaan kampanye ini dilakukan dengan menggunakan musik, video, alat pengeras suara dan pemutaran film kartun dan gambar-gambar yang disajikan dalam bentuk baliho, poster dan taman portable lalu lintas yang sejenis alat peraga yang menunjukan gambaran bentuk jalan yang di dalamnya disertai gambar-gambar pendukung dari jalan contohnya gambar lampu merah, rambu-rambu lalu lintas dan zebra cross. Data penelitian

menunjukan dari keterangan Ibu Fransiska Sitinjak salah satu guru sekolah Taman Kanak-Kanak bahwa komunikasi bermedia yang digunakan polisi sahabat anak menggunakan pemutaran video kartun yang berkaitan dengan keselamatan lalu lintas.

4. Komunikan

Dalam penelitian ini komunikan adalah siswa-siswi Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar beserta guru sekolahnya. Dalam proses komunikasi harapan dari seorang komunikator dalam menerapkan suatu strategi komunikasi adalah komunikan dapat menerima pesan yang disampaikan, dan komunikan memahami dan mengetahui serta pesan yang disampaikan oleh komunikator walaupun masih usia dini. Pesan yang disampaikan tidak hanya berupa data atau gambar saja, namun di teruskan pada tingkat aplikasi (praktek) sehingga jika si penerima pesan dengan usia dini cukup sulit mengerti apa arti dari rambu-rambu lalu lintas yang dijelaskan maka si anak akan cukup mengerti ketika praktek bersama dengan anggota kampanye Polsanak. Dan untuk porsi pembagian waktu antara teori dan praktek lebih besar pembagian waktu untuk praktek, sangat terlihat antusias anak-anak untuk melakukan simulasi lalu lintas.

5. Efek

Efek merupakan akhir dari proses komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang yang dijadikan sasaran komunikasi, sesuai atau tidak sesuai dengan yang dilakukan. Jika sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diinginkan

komunikan maka komunikasi dapat dikatakan berhasil, demikian pula sebaliknya..

Rumus yang disampaikan Harold D Lasswell terlihat sederhana, namun jika dikaji lebih jauh, pertanyaan “ efek apa yang diharapkan?” secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama yaitu when (kapan dilaksanakannya?), how (bagaimana melaksanakannya), why (mengapa dilaksanakan demikian?), maka dapat dikatakan bahwa proses atau kegiatan kampanye sama dengan proses atau kegiatan komunikasi karena di dalamnya antara kampanye dan komunikasi terdapat proses mengirimkan pesan antara pemberi pesan kepada penerima pesan sehingga nantinya tercipta sebuah pengertian yang sama antara komunikator dengan komunikan sesuai dengan efek yang diharapkan. Barzam (2017) menjelaskan informasi sangat menentukan bagaimana keberhasilan proses komunikasi dilakukan ada beberapa jenis sifat dari informasi yaitu edukatif, persuasif dan rekreatif.

Selanjutnya dengan memilih cara berkomunikasi dengan komunikan, dalam penelitian ini akan dibahas cara berkomunikasi yang digunakan oleh Satuan Lalu lintas Polrestabes Medan dalam melaksanakan kampanye adalah dengan dibangun hubungan-hubungan sosial dalam bentuk tatap muka dengan berinteraksi langsung kepada anak-anak dengan menggunakan alat peraga yang yang sudah disiapkan oleh anggota Satlantas Polrestabes Medan. Komunikasi tatap muka dilakukan dengan bertatap muka yang akan memungkinkan setiap orang dapat menangkap reaksi orang lain secara langsung sehingga tanggapan komunikasi segera diketahui. Hasil dari komunikasi tatap muka untuk mencapai umpan balik yang jelas dari penerima (Mulyana, 2010).

Peranan guru sekolah dan peranan orang tua murid sangat penting untuk mendukung kegiatan kampanye program polisi sahabat anak yaitu peranan guru sekolah dengan memasang poster yang berkaitan dengan nilai-nilai tertib lalu lintas di lingkungan sekolah, dan peranan orang tua murid di rumah dengan mensosialisasikan secara terus menerus kepada anak-anak sehingga efek yang diharapkan dari Satuan lalu lintas Polrestabes Medan dapat efektif diterima oleh siswa-siswi dalam menerima pesan kampanye program polisi sahabat anak.

Hasil penelitian diperoleh bahwa strategi komunikasi yang dilakukan Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan dilihat dari komunikator yaitu dengan memberi senyum, ramah, kreatif dan mampu berimprovisasi dalam membawakan pesan kepada anak-anak, sehingga seluruh komponen dilihat dari kesiapan komunikator, pesan yang dibawakan dengan perbedaan durasi antara sekolah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, dukungan media, efek yang diharapkan, peranan guru dan orang tua murid, merupakan cara strategi yang digunakan oleh Satuan Lalu Lintas Polresabes Medan dalam menjalankan kampanye program polisi sahabat anak.

Dokumen terkait