• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI SATUAN LALU LINTAS KEPOLISIAN RESORT KOTA BESAR MEDAN DALAM KAMPANYE PROGRAM POLSANAK DI KOTA MEDAN TESIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI SATUAN LALU LINTAS KEPOLISIAN RESORT KOTA BESAR MEDAN DALAM KAMPANYE PROGRAM POLSANAK DI KOTA MEDAN TESIS."

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

FITRI 187045020

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)

STRATEGI KOMUNIKASI SATUAN LALU LINTAS KEPOLISIAN RESORT KOTA BESAR MEDAN DALAM KAMPANYE PROGRAM POLSANAK DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Komunikasi dalam Program Magister Ilmu Komunikasi pada Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

FITRI 187045020

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : STRATEGI KOMUNIKASI SATUAN LALU LINTAS KEPOLISIAN RESORT KOTA BESAR MEDAN DALAM KAMPANYE PROGRAM POLSANAK DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Fitri

Nomor Pokok : 187045020 Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

(Prof. Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D) (Drs. Amir Purba, M.A., Ph. D) NIP. 196704051990032002 NIP. 195102191987011001

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dra. Lusiana Andriani Lubis,MA,Ph.D) (Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si) NIP. 196704051990032002 NIP. 197409302005011002

Tanggal Lulus: 25 Agustus 2020

(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 25 Agustus 2020

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph. D Anggota : 1. Drs. Amir Purba, M.A., Ph. D

2. Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D 3. Dr. Nurbani, M.Si

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses komunikasi yang dilakukan oleh Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan, sekaligus strategi komunikasinya dan hambatan yang dihadapi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan dalam kampanye program polsanak. Paradigma yang digunakan konstruktivisme dengan metode kualitatif, teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi pustaka. Subjek penelitian diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Informan penelitian ada 10 (ten) orang yang ikut serta terlibat dalam kegiatan program polsanak. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses komunikasi Satlantas Polrestabes Medan dilakukan melalui 2 (dua) tahapan yaitu tahapan perencanaan dan pelaksanaan. Dengan strategi komunikasi yang dilakukan Satuan lalu lintas Polrestabes Medan dimulai dari kesiapaan komunikator dalam membawakan materinya dengan diawali cara tersenyum kepada siswa-siswi, menyusun pesan dengan metode durasi yang minim kepada siswa Taman Kanak-Kanak dibanding siswa Sekolah Dasar melalui media yang digunakan seperti OHP, spanduk dan taman portable lalu lintas sebagai alat penyampai pesan serta mendorong peran guru sekolah dan orang tua murid untuk tetap mensosialisasikan nilai-nilai tertib lalu lintas kepada anak di usia dini.

Namun ditemukan beberapa hambatan antara lain kurangnya alat peraga, kurangnya personil wanita, keterbatasan waktu dan dana yang dilaksanakan oleh Satlantas Polrestabes Medan dalam menjalankan kampanye program polisi sahabat anak.

Kata kunci: Strategi Komunikasi, Satuan Lalu Lintas, Kampaye, Polisi Sahabat Anak, Polrestabes Medan.

(6)

ABSTRACT

The objective of this research was to analyze communication process, strategies, and barriers at Satlantas (traffic unit) of Polrestabes ( Metropolitan Police ) Medan in the campaign of polsanak ( Police asa Children’s Friend ) program.

This research employed constructivism paradigm with qualitative method. The data collecting techniques used were in-depth interview and library study. The subject was selected by applying purposive sampling technique. There were 10 ( ten) informants involved in polsanak program. The research result demonstrated theat the communication process at Satlantas Polrestabes Medan consisted of 2 ( two ) stages namely planning and implementation. The communication strategies performed by Satlantas Polrestabes Medan were started with communicators preparedness to deliver their materials by firstly smiling students, then organizing messages within more minimum duration method to the students at kindegarten compared to elemtary students using medias such as OHP, banner or portable traffic garden as media to deliver message, and supporting school teachers and parents to socialize orderly traffic values to children at early age. The reseach found some communication barriers, namely the lack of props, lack a female personnel, limited time and budget in the implementation of campaign of police as children’s friend program by Satlantas Polrestabes Medan.

Keywords: Communication Strategy, Traffic Unit, Kampaye, Children Friends Police, Medan District Police.

(7)

PERNYATAAN

STRATEGI KOMUNIKASI SATUAN LALU LINTAS KEPOLISIAN RESORT KOTA BESAR MEDAN DALAM KAMPANYE PROGRAM

POLSANAK DI KOTA MEDAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa:

1. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada program Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara benar merupakan hasil karya peneliti sendiri.

2. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.

3. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Komisi Pembimbing dan masukan Tim Penguji.

4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya peneliti sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, peneliti bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang peneliti sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 25 Agustus 2020 Peneliti,

(8)

KATA PENGANTAR

Peneliti mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Penyertaan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dalam bentuk tesis ini.

Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih teramat dalam kepada yang teristimewa orang tua saya Sunggulan Siahaan beserta Tionggar Panjaitan S.Pd.

Suami saya yang tercinta Ellis Marihot Marojahan Sitorus S.H, M.Hum dan anak kami Elfiana Marito Sitorus dan Aulia Lamtiur Sitorus yang selalu memotivasi dengan cinta, doa, dan kata dukungan yang membahagiakan selama melakukan penelitian dan penelitian tesis ini serta jasa-jasa yang tidak dapat terbalaskan dan kasih sayangnya yang tidak terhingga kepada penulis.

Peneliti juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Kementrian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, khususnya Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, selaku pemberi dana beasiswa perkuliahan pada Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dra. Lusiana Andriani Lubis, M.A, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku Ketua Komisi Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah membimbing, mengarahkan dan berbagi ilmu kepada peneliti untuk berdiskusi dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, S.H, M.Si, Ph.D, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku Komisi Pembanding yang telah memberikan saran dan kritik yang diberikan.

(9)

6. Bapak Drs. Amir Purba, M.A., Ph.D, selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu kepada peneliti untuk berdiskusi dalam penulisan tesis ini.

7. Ibu Dr. Nurbani, M.Si, selaku anggota Komisi Pembanding yang telah memberikan saran dan kritik yang diberikan.

8. Kepolisian Negara Republik Indonesia, Khususnya kepada Direktorat Lalu Lintas Polda Sumatera Utara.

9. Ria Lesmana dan Osedean Sitompul, selaku staf administrasi dan pegawai Magister Komunikasi yang telah membantu dalam mengurus keperluan administrasi peneliti selama peneliti mengikuti perkuliahan di Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

10. Teman-teman dari Prodi Magister Ilmu Komunikasi Angkatan 2018, yang tidak mungkin disebut satu per satu namanya, terima kasih dukungannya, semoga ikatan silahturahmi ini dapat tetap terjaga.

Peneliti menyadari masih terdapat kekurangan di dalam tesis ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun di harapkan untuk kesempurnaan nya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati ilmu yang bermanfaat kepada kita semua dan tesis ini dapat berguna kepada seluruh pembaca. Amin.

Medan, 25 Agustus 2020 Peneliti,

(Fitri)

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

LEMBAR PENGESAHAN TESIS ... i

PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ...xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Fokus Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Paradigma Penelitian ... 13

2.2. Penelitian Sejenis Terdahulu ... 16

2.3. Uraian Teoritis ... 24

2.3.1. Komunikasi dan Komunikasi Penyuluhan ... 24

2.3.2. Psikologi Komunikasi ... 31

2.3.3. Strategi Komunikasi ... 34

2.3.4. Hambatan ... 44

2.3.5. Sosialisasi ... 46

2.3.6. Peraturan Polsanak Nomor 22 Tahun 2009 ... 48

2.3.7. Kerangka Pemikiran ... 51

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ... 54

(11)

3.3. Subjek Penelitian ... 56

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.4.1. Wawancara ... 57

3.4.2. Studi Pustaka ... 58

3.6. Teknik Analisis Data ... 59

3.7. Teknik Menjamin Keabsahan Data ... 62

BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1. Proses Penelitian ... 63

4.2. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 69

4.3. Hasil Penelitian ... 71

a. Informan III AKP Rosmeri R ... 74

b. Informan IV IPDA Udur R ... 79

c. Informan V AIPTU Yusria L ... 82

d. Informan VI AIPTU Razali ... 86

e. Informan VII AIPDA Budiman L ... 89

f. Informan VIII BRIPDA Gilberd M ... 91

g. Informan IX Fransiska S ... 93

h. Informan X Rita Natalia ... 95

i. Informan IX Nelli Maria ... 97

j. Informan X Ruth S ... 99

4.4. Triangulasi ... 100

BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Proses Kampanye Polsanak Tentang Peraturan Lalu Lintas ... 110

5.2. Strategi Satlantas Polrestabes Medan dalam Melaksanakan Kampanye 112 5.3. Hambatan yang dihadapi dalam Pelaksanaan Kampanye 119

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan ... 123

(12)

6.2. Saran ... 125 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 8.1 Kerangka Pemikiran ...53

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jumlah Angka Kecelakaan ...5

Tabel 1.2. Jumlah Sekolah SD dan TK ...9

Tabel 4.1. Daftar Informan Utama ...73

Tabel 4.2. Daftar Informan Trianggulasi ...74

Tabel 5.1. Kategorisasi Temuan Penelitian...109

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peraturan

a. Peraturan dalam berlalu lintas sesuai Undang-Undang Tentang Kepolisian Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002.

b. Undang-undang Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 22 Tahun 2009

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

2. Panduan Wawancara 3. Transkrip Wawancara 4. Foto Kegiatan

5. Foto Informan 6. Biodata Diri

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok setiap individu, oleh karena itu pentingnya masyarakat untuk bisa mendapatkan pendidikan di mulai dari usia dini. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan komunikasi. Fredick J. Mc Donald mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha untuk mempengaruhi dan membantu anak untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak yang disertai dengan komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada sasaran yang dituju sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak untuk memperoleh kehidupan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa dan negara (Zahara, 2011 : 32).

Komunikasi merupakan suatu proses dimana suatu informasi disampaikan dari pemberi pesan kepada penerima pesan untuk tujuan mengubah tingkah laku dari penerima pesan (Canggara, 2013: 6). Informasi yang dihasilkan sebagai proses komunikasi adalah hasil interaksi antar manusia, yang dapat digunakan untuk mengontrol, menyesuaikan diri dengan lingkungan dan sebagai sinyal yang berfungsi untuk mengurangi ketidakpastian dalam suatu situasi. Proses komunikasi yang terjadi secara langsung melibatkan perorangan atau kelompok yang dapat dilakukan dengan bertatap muka ataupun yang terhubung melalui sambungan jaringan, dan proses komunikasi yang terjadi tidak secara langsung dapat dilakukan dengan perantaraan media seperti koran, surat menyurat, memo dan lain-lain. Suatu komunikasi dapat dikatakan efektif apabila sebuah pesan yang

(17)

disampaikan isinya diterima dan dipahami dengan makna yang sama serta diterjemahkan kedalam suatu tindakan.

Komunikasi kelompok terjadi dalam suatu kelompok dengan berhadapan satu dengan lainnya sehingga memungkinkan terdapatnya kesempatan bagi setia orang untuk memberikan respon secara verbal (Hadi, 2009:3). Pentingnya kaitan antara komunikasi dengan pendidikan yang memadukan pola pikir dengan pengetahuan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dengan mengubah perilaku seseorang atau kelompok melalui pengetahuan dan pelatihan (pendidikan).

Masyarakat dapat diberikan pendidikan berlalu lintas secara terus menerus, karena melalui pendidikan pemahaman masyarakat dapat dirubah bahwa berkendara bukan hanya berbicara mengenai kemampuan pengendara melainkan seorang pengendara harus mampu memenuhi syarat-syarat dalam berkendara agar terciptanya ketertiban dan menurunnya angka kecelakaan.

Salah satu program pendidikan yang tengah di upayakan agar menjangkau masyarakat pada usia dini adalah program polisi sahabat anak (polsanak).

Program polisi sahabat anak adalah sebuah program nasional yang bertujuan memperkenalkan peraturan lalu lintas serta mengembangkan kesadaran berlalu lintas yang baik kepada anak-anak usia dini pada tingkat pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun Sekolah Dasar. Program ini diharapkan menghasilkan generasi-generasi yang sadar, tertib dan taat kepada aturan lalu lintas.

Melalui program polisi sahabat anak, merupakan suatu bentuk tanggung jawab Kepolisian Republik Indonesia untuk dilaksanakan secara khusus melalui

(18)

Direktorat Lalu Lintas di seluruh Indonesia. Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resort Besar kota Medan atau yang biasa dikenal dengan Satlantas Polrestabes Medan yang bernaung dari Polrestabes Medan yang bertugas dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan ketertiban lalu lintas serta membangun dan melaksanakan fungsi lalu lintas yang meliputi pembinaan masyarakat, kepatuhan hukum, peninjauan masalah lalu lintas, patroli jalan raya serta melakukan pendaftaran dan pengenalan pengemudi dan kendaraan bermotor, menyelenggarakan ketertiban lalu lintas serta membina dan menyelenggarakan fungsi-fungsi lalu lintas yang meliputi pendidikan masyarakat, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu lintas, patroli jalan raya serta melakukan registrasi, identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor dalam melaksanakan fungsi lalu lintas.

Sejalan dengan pemikiran tersebut Satlantas Polrestabes Medan berupaya berperan aktif melakukan kampanye keselamatan dan pendidikan lalu lintas dengan cara belajar sambil bermain. Adapun cara-cara yang diperlukan untuk mesosialisasikan pengetahuan dan pelatihan tentang berlalu lintas yaitu dengan mengunjungi sekolah-sekolah yang ada atau mengundang sekolah-sekolah ke Satuan lalu Lintas Polrestabes Medan. Selama sosialisasi pengetahuan dan pelatihan lalu lintas diperlukan strategi komunikasi yang tepat, sebab dengan sasaran yang adalah anak-anak dengan usia dini. Sangat diperlukan penggunaan kata-kata yang mudah dipahami oleh anak-anak serta media atau cara penyampaian yang tidak membosankan. Di samping itu, melalui program Polisi sahabat anak juga merupakan suatu wadah pengenalan profesi kepolisian yang

(19)

tidak selalu berhubungan kejahatan, melainkan juga dapat dirasakan dalam kehidupan bermasyarakat bahwa polisi juga memiliki rasa kemanusian.

Pendidikan berlalu lintas dan pengenalan akan profesi Kepolisian yang di ajarkan kepada anak-anak usia dini merupakan hal yang sangat penting, agar sejak usia dini anak-anak dapat ditanamkan budaya disiplin, tertib dan etika lalu lintas, kelak ketika dewasa budaya tersebut masih melekat dan dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Tingginya angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Kota Medan disebabkan pengguna jalan yang tidak tertib berlalu lintas, dilihat dari potensi pelanggaran lalu lintas yang terjadi kecelakaan lalu lintas di Kota Medan sangat memprihatinkan. Oleh karena itu diperlukannya perilaku disiplin, tertib dan etika lalu lintas bagi seluruh masyarakat Kota Medan agar menjadi budaya yang baik, oleh sebab itu dibutuhkan program nasional untuk menumbuhkan kesadaran berlalu lintas di jalan. Walikota Medan melalui Sekretaris Daerah Ir. Syaiful Bahri menyebutkan dalam sumutpos.com pada hari Minggu 03 Maret 2016:

“Tingkat Kecelakaan di jalan raya Kota Medan masih tinggi, sehingga saya harapkan masyarakat Sumatera Utara khususnya generasi masa depan kita bisa lebih tertib berlalu lintas karena menyangkut keselamatan diri sendiri, sehingga setiap program yang dilaksanakan dapat mengingatkan kita kembali akan pentingnya tertib berlalu lintas, apalagi tingkat kecelakaan di Indonesia termasuk Sumatera Utara sangat tinggi”.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Stastistik Provinsi Sumatera Utara (BPS) terdapat jumlah kecelakaan lalu lintas menurut korban dan Jumlah kecelakaan (Kasus) yang berada di Kabupaten/Kota pada Tahun 2016.

(20)

Tabel 1.1:Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas Provinsi Sumatera Utara, 2016.

Sumber : Polda Sumatera Utara Direktorat Lalu Lintas, 2016 Polisi Resort Jumlah

Kecelakaan (kasus)

Meninggal (orang)

Luka berat (orang)

Luka ringan (orang)

Mandailing Natal 93 63 23 133

Tapanuli Selatan 188 117 114 164

Tapanuli Tengah 107 32 42 144

Tapanuli Utara 134 38 105 152

Toba Samosir 92 27 64 95

Labuhan Batu 272 172 175 255

Asahan 453 139 163 548

Simalungun 252 115 55 290

Dairi 105 28 70 114

Karo 192 62 129 198

Deli serdang 485 132 7 698

Langkat 358 68 221 402

Medan 1.574 213 832 1.043

Padangsidimpuan 58 14 38 42

Pol Belawan 263 86 4 240

Pematang Siantar 264 32 94 346

Tebing Tinggi 285 57 54 458

Binjai 186 75 34 242

(21)

Data tersebut di atas memperlihatkan tingkat kecelakaan yang masih tinggi sehingga diperlukan langkah preventif sebagai upaya dalam memelihara keamanan dan keselamatan di jalan. Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan raya, dimana undang-undang Nomor 22 tahun 2009 diharapkan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum, serta Undang-Undang ini berlaku untuk membina dan menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar melalui: (1) Kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang di Jalan, (2) Kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, (3) Kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi Kendaraan Bermotor dan Pengemudi, pendidikan berlalu lintas, manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta penegakan hukum lalu lintas dan angkutan jalan.

Masalah keselamatan di jalan sangat berhubungan dengan lalu lintas yang menyebabkan berbagai kecelakaan yang menimbulkan korban luka dan mengakibatkan kerugian dibanyak pihak, baik dari segi materiil dan inmateriil, bahkan dapat mengakitbatkan korban meninggal. Salah satu upaya pencegahan dalam memelihara keamanan dan keselamatan dijalan yang harus menjadi hal yang penting. UU Nomor. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan mengamanatkan bahwa peran dan fungsi Kepolisian di bidang lalu lintas adalah pendidikan kepada masyarakat sadar berlalu lintas.

(22)

Disiplin berlalu lintas merupakan salah satu pencerminan dari disiplin nasional yang menunjukan harga diri atau martabat sebuah bangsa, maka dari itu selayaknya Kepolisian Negara Republik Indonesia lebih mengedepankan aspek pendidikan kepada masyarakat berkaitan dengan disiplin berlalu lintas, bahwa sesuai UU No. 22 Tahun 2009 ditegaskan untuk pengenalan pemahaman tentang disiplin berlalu lintas sejak dini sudah harus ditanamkan kepada anak-anak Sekolah Dasar dan anak-anak Taman Kanak-Kanak melalui program nasional yang bernama polisi sahabat anak (Polsanak).

Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009, kegiatan program Polsanak ini dilandasi oleh sebuah Pernyataan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Nomor 64/255 tanggal 10 Maret 2010 tentang Improving Global Road Safety, dengan programnya bernama Decade of Action for Road Safety 2011-2020. Berikut kutipan pasal 12 ayat g UU Nomor 22 Tahun 2009 :

“Penyelenggaraan di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, peneggakan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan masyarakat mengenai lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam pasal yang meliputi diantaranya pendidikan berlalu lintas.”

Resolusi dan program PBB tersebut diterbitkanlah sebuah Instruksi Presiden (Inpres) di mana dalam Instruksi Presiden tersebut terdapat sebanyak 4 (empat) Pilar Kementerian/Lembaga yang bertanggung jawab untuk menjalankan resolusi tersebut. Kepolisian Republik Indonesia merupakan Pilar IV (keempat) yang mengemban tugas dalam hal menciptakan dan membina perilaku pengguna jalan yang berkeselamatan dimana salah satu fokusnya adalah melakukan

(23)

Tahapan program polisi sahabat anak dimulai dari peraturan yang dikeluarkan oleh Presiden Republik Indonesia tentang peraturan UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang mengamanatkan bahwa peran dan fungsi polisi di bidang Lalu Lintas mengenai pendidikan kepada masyarakat untuk sadar berlalu lintas, ditambah dengan surat keputusan Kapolri Nomor:

Kep/812/XII/2014 tanggal 15 Desember 2014 tentang pemolisian masyarakat, kemudian diperkuat berdasarkan surat telegram Kapolda Sumatera Utara Nomor:

ST/04/I/2019 tanggal 15 Januari 2019 tentang pelaksanaan kegiatan program polisi sahabat anak yang merupakan dasar pelaksanan program polisi sahabat anak yang dilaksanakan oleh Kepolisian Republik Indonesia khususnya Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan.

Kepala Satuan Lalu Lintas wilayah Sumatera Utara, Ajun Komisaris Besar Polisi Juliani Prihartini, bahwa setiap harinya jumlah korban kematian karena yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas di wilayah Sumatera Utara sekitar 4-5 orang, angka tersebut didominasi oleh korban yang berusia produktif, sehingga menyikapi kondisi ini, maka Kepolisian Republik Indonesia melakukan kampanye tertib berlalu lintas yang diawali dari program polisi sahabat anak dengan tujuan mewujudkan generasi tertib berlalu lintas.

Pada awal peluncuran program polisi sahabat anak di tahun 2015 di Kota Medan yang dibuka pada tanggal 13 Maret 2015 oleh Kapolda Sumut, Irjend Pol Eko Hadi Sutedjo (Tribun medan.com/launching/taman/lalu/lintas) mengajak semangat siswa-siswi untuk taat berlalu lintas, dengan menumbuh kembangkan kesadaran berlalu lintas yang baik kepada generasi muda dimulai dari usia dini.

(24)

Tabel 1.2:Jumlah Sekolah TK dan SD dari sekolah negeri dan Swasta, 2018.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018 Kecamatan Sekolah

TK (Negeri)

Sekolah TK (Swasta)

Sekolah SD (Negeri)

Sekolah SD (Swasta)

Medan Tuntungan 4 30 22 21

Medan Johor 0 29 23 30

Medan Amplas 0 19 22 18

Medan Denai 0 31 33 44

Medan Area 0 16 23 18

Medan Kota 0 17 18 20

Medan Maimun 0 8 11 12

Medan Polonia 0 14 5 12

Medan Baru 1 18 10 17

Medan Selayang 0 25 8 23

Medan Sunggal 0 31 17 33

Medan Helvetia 1 36 21 34

Medan Petisah 0 17 13 14

Medan Tembung 0 22 11 31

Medan Barat 0 13 10 19

Medan Timur 0 24 24 21

Medan Marelan 0 24 28 30

Medan Perjuangan 0 20 11 25

Total 6 394 310 422

(25)

Berdasarkan Tabel 1.2 di atas data dari Badan Pusat Statistik, Kota Medan pada tahun 2018 memiliki sekolah yang terdiri dari sekolah Taman kanak-kanak (TK) dan sekolah yang setara dengan Sekolah Dasar (SD) yang terdiri dari sekolah negeri dan swasta (BPS Kota Medan, 2018). Data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (BPS) jumlah sekolah di Kota Medan pada tahun 2018 jumlah sekolah baik sekolah negeri maupun sekolah swasta untuk wilayah Kota Medan sendiri menunjukkan 400 untuk sekolah Taman Kanak-Kanak baik sekolah Swasta dan sekolah Negeri, Sekolah Dasar mencapai 732 baik sekolah swasta maupun sekolah negeri.

Keadaaan tersebut menyebabkan Satuan lalu Lintas Polrestabes Medan kesulitan untuk melaksanakan kampanye program polisi sahabat anak dikarenakan banyaknya jumlah sekolah di Kota Medan dalam menjalankan sosialisasi. UU No.

22 Tahun 2009 menegaskan bahwa memberikan pengenalan pemahaman tentang disiplin berlalu lintas sejak dini sudah harus ditanamkan kepada anak-anak Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar melalui program Nasional yang bernama program polisi sahabat anak (polsanak). Namun pada kenyataanya belum semua sekolah di Kota Medan terlaksana kegiatan kampanye program polsanak.

Penelitian ini mengambil lokasi di lingkungan Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan, dikarenakan lokasi ini sudah diamati sebelumnya, dengan demikian peneliti melaksanakan penelitian di Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan menjadi lokasi penelitian. Selain itu peneliti juga didorong oleh semangat dan kepedulian kepada masyarakat Kota Medan khususnya generasi muda di waktu yang akan datang untuk meningkatkan kesadaran dan mewujudkan

(26)

keselamatan berlalu lintas bagi warga masyarakat di Kota Medan.

1.2. Fokus Masalah

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana Proses komunikasi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Kota Medan dalam kampanye Program Polisi Sahabat Anak?

2) Bagaimana strategi komunikasi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Kota Medan dalam kampanye Program Polisi Sahabat Anak?

3) Bagaimana hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan strategi komunikasi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan untuk menjalankan kampanye Program Polisi Sahabat Anak?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untukmenganalisis proses komunikasi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Kota Medan dalam kampanye Program Polisi Sahabat Anak.

2) Untuk menganalisis strategi komunikasi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Kota Medan dalam kampanye program polisi sahabat anak.

3) Untuk menganalisis hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan strategi komunikasi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

(27)

1) Secara Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi Satuan Lalu lintas Kepolisian Republik Indonesia, khususnya Dikyasa Satuan Lalu Lintas Polrestabes Kota Medan mengenai strategi komunikasi dalam mengsosialisasikan suatu program.

2) Secara Akademis

Penelitian ini dapat memperkaya pengetahuan bagi para peneliti yang ingin meneliti di bidang ilmu komunikasi khususnya tentang strategi komunikasi yang digunakan pada kegiatan-kegiatan sosialisasi regulasi di Kepolisian Daerah Sumatera Utara

3) Secara Praktis

a. Penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Kota Medan membuat kebijakan, perencanaan dan implementasi strategi komunikasi dalam melaksanakan kampanye berbagi regulasi dan motivasi bagi masyarakat .

b. Dapat memberikan manfaat kepada sekolah-sekolah khususnya sekolah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar dalam memahami program- program keselamatan lalu lintas yang diterapkan pada jalur-jalur edukasi anak pada usia dini demi tercapainya ketertiban dan keselamatan berlalu lintas pada masa generasi beranjak tumbuh dewasa.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Paradigma Penelitian

Sarantakos mengatakan paradigma merupakan sejumlah proposisi yang menjelaskan bagaimana dunia dihayati (perceived), mengandung pandangan mengenai dunia/world view, suatu cara untuk memecah-mecah kompleksitas dunia nyata, menjelaskan apa yang penting, apa yang memiliki legitimasi, dan apa yang masuk di akal (Manzilati, A, 2017). Menurut Harmon (Moleong, 2012:49) paradigma adalah cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang realitas.

Paradigma dapat dikatakan dalam penelitian suatu persepektif dimana peneliti sebagai jendela untuk menyaksikan dunia. Dengan kemudian diartikan peneliti dapat memahami dan menjelaskan secara ilmiah dari suatu bentuk yang terkandung dalam paradigma tersebut dilihat dari teori, taksiran atau kelompok tertentu. Pada dasarnya paradigma dapat menunjang untuk memacu dalam menyelesaikan penelitian dengan terencana (Ardial, 2014:157).

Paradigma memiliki tiga elemen oleh ilmuwan Denzin dan Lincoln dalam (Nasrullah, 2017:64) yaitu 1) pengetahuan dengan dasar bagaimana suatu fakta, (2) sudut pandang dalam hal isi dari suatu kebenaran, dan (3) teknik dan cara yang berpusat pada bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tentang kebenaran dan fakta tersebut, pengetahuan dan sudut pandang pengetahuan secara menyeluruh diperoleh dari bagaimana penetahuan didapat dari penelitian kita dan caranya

(29)

dilihat dari strategi yang digunakan untuk memperoleh kebenaran pada pengetahuan tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang memungkinkan

seorang peneliti untuk menginterpretasikan dan menjelaskan suatu fenomena secara holistik dengan menggunakan kata-kata, tanpa harus bergantung pada sebuah angka. Menurut Bodgan dan Taylor, metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan (Moleong, 2012:6).

2.1.1. Paradigma Kontruktivisme

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme (contructivisme paradigm). Paradigma ini meneguhkan bahwa individu-individu selalu berusaha memahami dunia dimana mereka hidup dan bekerja. Mereka mengembangkan makna-makna yang diarahkan pada objek-objek atau benda-benda tertentu (Creswell, 2010:10). Peneliti berusaha mengandalkan sebanyak mungkin pandangan partisipan mengenai situasi yang sedang diteliti dengan melakukan observasi non partisipan tetapi dikarenakan situasi pandemic corona maka peneliti melakukan studi dokumen. Untuk mengeksplorasi pandangan-pandangan tersebut, beberapa pertanyaan pun perlu diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bisa menjadi sangat luas dan umum sehingga dapat mengkonstruksi hal-hal

(30)

penting dan yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pemeliharaan hubungan. Constructivism paradigm digunakan saat realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. Pemahaman tentang suatu realitas, atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian. Peneliti sebagai passionate participant, fasilitator yang menjembatani keragaman subjektivitas pelaku sosial.

Tujuan penelitian adalah rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti.

Kontruktivisme terdiri dari tiga asumsi yaitu: (1) makna-makna dikonstruksi oleh manusia agar mereka bisa terlibat dengan dunia yang tengah mereka tafsirkan. Para peneliti kualitatif cenderung menggunakan pertanyaan- pertanyaan terbuka agar partisipan dapat mengungkapkan pandangan- pandangannya, (2) Manusia senantiasa terlibat dengan dunia mereka dan berusaha memahaminya berdasarkan perspektif historis dan sosial mereka sendiri, (3) Yang menciptakan makna pada dasarnya adalah lingkungan sosial, yang muncul di dalam dan di luar interaksi dengan komunitas manusia. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif dimana di dalamnya peneliti menciptakan makna dari data-data lapangan yang dikumpulkan, Creswell (2010 : 12-13).

(31)

2.2. Penelitian sejenis terdahulu

Ada beberapa kajian penelitian terdahulu yang sejenis dapat dijadikan bahan rujukan, pelengkap bahkan dijadikan pembanding dalam penulisan penelitian ini antara lain dilakukan oleh Noor Aini (2015) dengan judul penelitian

“Strategi Komunikasi Satuan Lalu Lintas Polres Penajam Paser Utara (Kalimantan) Dalam Mensosialisasikan Tertib Lalu Lintas Untuk Menekan Tingkat Kecelakaan Tahun 2015”. Tujuan penelitian ini mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan Strategi Komunikasi Satuan Lalu Lintas Polres Penajam Paser Utara dalam Mensosialisasikan Tertib Lalu Lintas untuk Menekan Tingkat Kecelakaan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan strategi komunikasi yang telah dilakukan Satuan Lalu Lintas Polres Penajam Paser Utara berjalan dengan baik, dimulai dari komunikatornya, pesan-pesan yang disampaikan, media yang digunakan, sasaran atau komunikan yang dituju, serta efek yang diharapkan dan telah berhasil dalam menekan tingkat kecelakaan lalu lintas, hal ini dilihat dari jumlah korban kecelakaan lalu lintas yang menurun pada tahun 2015 dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 2013 dan 2014. Teknik strategi komunikasi yang terdiri dari penyuluh, informasi pesan yang akan disampaikan, penggunaan media, sasaran dan hasil sosialisasi merupakan salah satu faktor utama dalam proses penyampaian pesan kepada masyarakat dan masyarakat mentaati dan melaksanakan peraturan lalu lintas.

Penelitian selanjutnya oleh Harun Al Rasyid (2015) dengan judul penelitian “Strategi Komunikasi Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas) Kepolisian

(32)

Resort Kota (Polresta) Pekan Baru dalam Mensosialisasikan Berkendara aman (Safety Riding).”. Tujuan penelitiannya mengurangi penyalahgunaan dan meningkatkan kesadaran publik tentang Pekanbaru dalam berkendara yang aman, tertib dan damai tentunya, tidak terlepas dari peran komunikasi yang lebih aktif dan efektif.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas) Kota Pekanbaru yang ditargetkan dalam penyebaran berkendara aman (Safety Riding) adalah seluruh masyarakat Pekanbaru yang memiliki kendaraan pribadi, terutama kendaraan roda dua dan penempatan target dibagi menjadi lima segmen. Kelompok lembaga, kelompok klub motor, kelompok pemuda, anak-anak dan masyarakat umum. Teknik strategi komunikasi yaitu Komunikator strategi dilakukan oleh Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas) Kota Pekanbaru dengan memilih beberapa sukarelawan sebagai perpanjangan dari Satuan Lalu Lintas (Sat Lantas) Kota Pekanbaru untuk mensosialisasikan berkendara aman (Safety Riding) ke publik tetapi tidak di semua segmen, hanya segmen klub motor, anak , dan remaja.

Penelitian selanjutnya oleh Rama Nugraha (2015) dengan judul penelitian

“strategi komunikasi unit pendidikan dan rekayasa Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resort Subang” dengan Tujuan penelitian ini terjadi perubahan sikap dan perilaku masyarakat untuk mentaati dan mematuhi peraturan lalu lintas melalui penyuluhan dan pemahaman mengenai keselamatan lalu lintas untuk menekan tingkat kecelakaan. Metode yang digunakan penelitian ini digunakan deskriptif kualitatif.

(33)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang telah dilakukan Satuan Lalu Lintas Polres Subang yang berjalan dengan baik, dimulai dari komunikatornya, pesan-pesan yang disampaikan, media yang digunakan, sasaran atau komunikan yang dituju, serta efek yang diharapkan dapat mengurangi angka kecelakaan dan meningkatkan kesadaran masyarakat kabupaten subang dalam berkendara yang aman, tertib dan damai tentunya. Tidak terlepas dari peran komunikasi yang lebih aktif dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Strategi yang digunakan oleh Satuan Lalu Lintas Kabupaten Subang termasuk strategi berkendara aman (safety riding) dan berkendara mengemudi (safety drive) melalui media cetak ataupun media elektronik.

Penelitian selanjutnya oleh Nurcahyani Putri Lestari (2016) berjudul

“Strategi Komunikasi dalam Meningkatkan Ketertiban Lalu Lintas pada Satuan Lalu Lintas Polresta Kota Palembang” Penelitian mengenai strategi komunikasi dalam meningkatkan ketertiban lalu lintas Satuan Lalu Lintas Kota Palembang yang dilatar belakangi oleh permasalahan rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap aturan tata tertib lalu lintas sehingga bisa menyebabkan kesemrawutan dan kecelakaan lalu lintas yang dapat merugikan.

Penelitian dengan metode penelitian kualitatif dengan lokasi penelitian di Satuan Lalu Lintas Polresta Kota Palembang. hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi untuk meningkatkan ketertiban lalu lintas yang dilakukan pihak Satuan Lalu Lintas Polresta Kota Palembang berdasarkan indikator- indikator penilaian pengetahuan situasional, penentuan tujuan, dan kompetensi komunikasi secara keseluruhan telah berjalan baik. Akan tetapi adapun faktor

(34)

penghambat dalam komunikasi tersebut ialah manusia (penerima informasi) dan faktor alam (cuaca).

Penelitian oleh Andi Nurhikmawati (2015) dengan judul penelitian

“strategi komunikasi Dinas Sosial Kota Makasar dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Tamangapa kecamatan Manggala”. Dengan menggunakan metode kualitatif. Tujuan penelitian ini yaitu menggambarkan dan mengevaluasi strategi komunikasi yang dilakukan oleh dinas sosial Kota Makasar dalam mengkomunikasikan pemberdayaan masyarakat dalam upaya mengurangi kemiskinan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang telah dilaksanakan sudah cukup baik namun adapun kendala yang dialami upaya pemberdayaan masyarakat di Tamangapa Kecamatan Manggala diantaranya adalah minimnya ketersediaan dana, pola pikir masyarakat yang sulit diubah, kurangnya kesadaran masyarakat mengembalikan dana dan kurangnya evaluasi.

Dengan sasaran khalayaknya yaitu bantuan perorangan untuk orang tua pemulung yang berupa bantuan untuk usaha sesuai dengan keahlian mereka dan KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yakni kelompok warga yang terdiri dari sepuluh orang dan diberikan bantuan berupa bahan campuran atau peralatan untuk pengembangkan ekonomi dengan membentuk usaha bersama kepada masyarakat.

Strategi yang digunakan Dinas Sosial Kota Makasar yaitu strategi komunikasi yang telah dilaksanakan sudah cukup baik namun adapun kendala yang dialami upaya pemberdayaan masyarakat di Tamangapa Kecamatan Manggala diantaranya adalah minimnya ketersediaan dana, pola pikir

(35)

masyarakat yang sulit diubah, kurangnya kesadaran masyarakat mengembalikan dana dan kurangnya evaluasi.

Penelitian oleh Silagrecia Jiwan Puspita Sari (2017) dengan judul penelitian “Strategi Komunikasi Pemerintah Kota Surakarta Dalam Sosialisasi E- Retribusi (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Strategi Komunikasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Dalam Sosialisasi Program e- Retribusi Pasar di Kota Surakarta )”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya pedagang di pasar Kota Surakarta yang tidak taat dalam membayar e-Retribusi di pasar Kota Surakarta pada tahun 2017, sebab itu perlu adanya Strategi Komunikasi Pemerintah Kota Surakarta dalam mengkomunikasikan hal tersebut. Tujuan penelitian ini yaitu terjadi perubahan sikap dan perilaku pedagang untuk mentaati pembayaran e-retribusi melalui penyuluhan dan pemahaman mengenai program e-retribusi yang dilaksanakan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.

Teori dalam penelitian tentang strategi komunikasi ini yaitu teori Laswell.

Penelitian Jiwan dengan peneliti sama-sama meneliti tentang strategi komunikasi sebuah organisasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dari hasil penelitian menunjukkan bahwamenunjukan strategi komunikasi yang telah dilakukan, dimulai dari komunikatornya, pesan-pesan yang disampaikan, media yang digunakan, sasaran atau komunikan yang dituju, serta efek yang diharapkan dapat membayar e-retribusi dan meningkatkan kesadaran masyarakat Pasar Kota Surakarta dalam berdagang yang aman, tertib dan damai tentunya. Strategi yang digunakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta termasuk melaksanakan strategi komunikasi dengan perencanaan berupa rapat koordinasi serta

(36)

pelaksanaan strategi komunikasi berupa sosialisasi dan launching program e- retribusi.

Tommy Pramantio (2012) dengan judul “Strategi Komunikasi Travel Day Trans untuk mencapai loyalitas pelanggan”, tujuan penelitian melaksanakan suatu kegiatan komunikasi terkait kenyamanan dalam transportasi dan menggunakan sesuai standar agar dapat berjalan baik maka diperlukannya suatu strategi sehingga pelaksanaan agar kegiatan komunikasi akan lebih terarah. Hasil penelitian adalah bahwa peneliti menyarankan agar jasa Travel Day Trans dapat melihat standar terkait kenyamanan agar dapat berjalan baik dan pengguna jasa transportasi dapat menggunakan kembali jasa transportasi dari Ttavel Day Trans.

Penelitian dari Mulyanti (2014) yang berjudul “Strategi Komunikasi dalam Sosialisasi Program Keluarga Berencana untuk menekan Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Sangasanga Dalam di Kecamatan Sangasanga”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Dengan tujuan untuk menekan Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Sangasanga Dalam di Kecamatan Sangasanga.

Strategi sosialisasi yang selama ini digunakan oleh pelaksana kerja keluarga berencana kelurahan Sangasanga Dalam strategi komunikasi yang digunakan oleh kelurahan Sangasanga dalam program keluarga berencana, menyusun kembali sistem pengelolaan program keluarga berencana, memperkuat sumber daya manusia, meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan keluarga berencana, meningkatkan pendanaan keluarga berencana pelayanan keluarga berencana, meningkatkan pendanaan keluarga

(37)

berencana. Hasil penelitian menunjukan bahwa sosialisasi yang dilaksanakan strategi komunikasinya berhasil memberikan informasi kepada masyarakat di kecamatan Sangasanga dalam mengurangi jumlah penduduk. Teknik strategi komunikasi yang terdiri dari penyuluhan, informasi yang akan disampaikan, penggunaan media dan peran masyarakat yang aktif dan hasil sosialisasi merupakan salah satu faktor utama dalam proses penyampaian pesan kepada masyarakat.

Penelitian berikutnya oleh Yohana (2018) dengan judul “strategi komunikasi dinas lingkungan hidup (DLH) dalam mengimplementasikan program green city di Kota Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi”. Penelitian yang dilatarbelakangi oleh permasalahan kurang kesadaran pedagang yang berada di Kota Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam permasalahan dalam strategi komunikasi yang digunakan dalam kegiatan tersebut.

Penelitian dengan metode penelitian kualitatif dengan lokasi penelitian Teluk Kuantan Kabupaten Singingi. Hasil penelitian mendapati bahwa pedagang Kota Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi ini kurangnya menyadari kerugiannya terjadi di Kota Teluk Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi sehingga menunjukkan adanya masalah dalam permasalahan dalam strategi komunikasi yang digunakan dalam kegiatan tersebut.

Penelitian berikutnya berjudul “Strategi Komunikasi dinas perhubungan Kota Semarang dalam sosialisasi kebujakan Program jalur satu arah di Kota Semarang” oleh Yolitta (2019). Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan

(38)

strategi komunikasi yang digunakan oleh Dinas Perhubungan Kota Semarang dalam mengatasi kemacetan yang ada di Kota Semarang dan untuk melaksanakan suatu kegiatan komunikasi terkait dengan kemacetan dibeberapa ruas jalan di Kota Semarang sehingga dapat berjalan dengan baik. Penelitian yang dilatar belakangi oleh rendahnya kepedulian masyarakat sebagai pengguna jalan terhadap tata tertib lalu lintas sehingga bisa menyebabkan kemacetan dibeberapa ruas jalan sehingga dapat merugikan masyarakat.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukan strategi komunikasi dalam mengurangi kemacetan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Semarang berdasarkan teori yang ada adalah menemukan fakta yaitu melalui konsultan teknis transportasi, menganalisis perkembangan kendaraan di Kota Semarang, strategi perencanaan dan pemrograman yang merupakan strategi untuk merencanakan ruas jalan mana saja yang akan diberlakukan dan kapan akan diterapkan, strategi pelaksanaan dan komunikasi yakni strategi yang digunakan pada harinya saat pelaksanaan dan sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat secara keseluruhan telah berjalan dengan baik.

Dari seluruh kumpulan penelitian sejenis terdahulu memiliki persamaan oleh peneliti yaitu menggunakan metode deskriptif kualitatif dan meneliti strategi komunikasi sebuah organisasi dalam mensosialisasikan sebuah program dan ada keunikan dan perbedaannya dengan penelitinya yaitu sasaran atau khalayak sebelumnya diinformasikan sasarannya masyarakat dewasa yang mengetahui peraturan-peraturan lalu lintas tetapi tidak dijalankan dengan patuh. Sehingga keunikan strategi komunikasi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Medan dikhususkan

(39)

untuk anak-anak pada usia dini yang dilaksanakan dari Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resort Kota Medan. Peneliti tidak hanya menganalisis proses komunikasi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Kota Medan dalam kampanye Program Polisi Sahabat Anak tetapi peneliti juga menganalisis strategi komunikasi Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resort Kota Medan dalam menjalankan kampanye program polisi sahabat anak serta hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan strategi komunikasi Satuan Lalu Lintas Polrestabes Kota Medan dalam kampanye Program Polisi Sahabat Ana

2.3. Uraian Teoritis

2.3.1. Komunikasi dan Komunikasi Penyuluhan a. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang atau komunikator dapat memikat biasanya dengan menggunakan lambang-lambang verbal untuk menyadarkan dan merubah perilaku khalayak atau komunikan oleh Hovland (Saragi, 2013:5), proses penyampaian pikiran oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol.

Pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol. Pikiran bisa dikatakan sebagai gagasan, informasi, opini, ide, peristiwa dan lainnya. Dalam prosesnya komunikasi dibangun oleh unsur secara fundamental terdiri dari komponen dan unsur-unsur yang berkaitan.

Komunikasi memiliki beberapa komponen, ada komponen atau unsur-

(40)

unsur yang terkandung didalamnya. Komponen atau unsur-unsur komunikasi sebagai berikut, (1) Komunikator (Communicator) adalah seseorang yang menyampaikan pesan dalam berkomunikasi atau orang yang berbicara. (2) Pesan (Message) adalah materi pembicaraan yang pada dasarnya bersifat abstrak. (3) Penerima pesan (Communican) Adalah orang yang menerima pesan. (4) Tujuan (Destination) adalah tujuan dari suatu komunikasi, yakni tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi.(5) Efek adalah perubahan yang terjadi di pihak komunikan sebagai akibat yang diterimanya pesan melalui komunikasi. (6) Umpan balik (Feed Back) adalah “tanggapan, jawaban atau respon komunikan kepada komunikator, bahwa komunikasinya dapat diterima dan berjalan (Roudhonah, 2019:55-57).

b. Komunikasi Penyuluhan

Apabila dimaknai secara harfiah, penyuluhan berasal dari kata dasar “suluh”

yang berarti obor. Obor adalah alat untuk menerangi keadaan yang gelap agar segala sesuatunya menjadi terlihat lebih jelas. Berdasarkan makna harfiah tersebut, penyuluhan berarti memberikan penjelasan kepada mereka yang disuluh, agar tidak lagi berada dalam kegelapan mengenai sesuatu masalah tertentu.

Menurut Claar et al. penyuluhan merupakan jenis khusus pendidikan pemecahan masalah (problem solving) dan berorientasi pada tindakan.

Penyuluhan meliputi mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, dan memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melaksanakan program yang non-edukatif.

(41)

Ahli lain, Samsudin, menyebut penyuluhan sebagai suatu usaha pendidikan non-formal untuk menyadarkan dan mau melaksanakan ide-ide baru. Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat tertarik dan kemudian bersedia melaksanakan dalam kehidupan mereka sehari- hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidikkan sesuatu kepada masyarakat, memberi mereka pengetahuan, informasi-informasi, dan kemampuan- kemampuan baru agar mereka dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya.

Penyuluhan pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan pendidikan non- formal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan. Dalam upaya mengubah masyarakat tersebut, terdapat unsur-unsur seperti: gagasan/ide/konsep yang dididikkan, lembaga/badan/pihak yang memprakarsai perubahan masyarakat secara keseluruhan, tenaga penyebar ide/konsep yang dimaksud, dan anggota masyarakat baik secara individu maupun secara keseluruhan yang menjadi sasaran dari kegiatan penuluhan tersebut.

Dalam melakukan penyuluhan, faktor penyampaian hal-hal yang disuluhkan adalah amat penting. Karena itu, penyuluhan menuntut dipersiapkannya lebih dahulu suatu desain, yang secara terperinci dan spesifik menggambarkan hal-hal pokok berikut ini:

1) Masalah yang dihadapi 2) Siapa yang akan disuluh

3) Apa tujuan (objectivites) yang hendak dicapai dari setiap kegiatan penyuluhan.

(42)

4) Pengembangan pesan

5) Metoda atau saluran yang digunakan

6) Sistem evaluasi “telah terpasang” atau “built-in” di dalam rencana keseluruhan kegiatan dimaksud (Nasution, 1990: 7-11).

1. Pendukung Efektifitas Penyuluhan

Efektivitas penyuluhan didasarkan pada beberapa aspek pendukung, yakni:

a) Metode Penyuluhan

Berdasarkan pendekatan sasaran metode ini dibagi atas tiga yakni pendekatan perorangan, pendekatan kelompok, dan pendekatan massal.

b) Media Penyuluhan

Media penyuluhan meruupakan alat bantu penyuluhan yang berfungsi sebagai perantara yang menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata.

Dalam penyuluhan dikenal beragam media atau alat bantu penyuluhan, seperti benda (sample, model tiruan), barang cetakan (brosur, poster, photo, leaflet, sheet), gambar diproyeksikan (slide, film, film-strip, video, movie-film) dan lambing grafika (grafik batang dan garis, diagram, skema, peta).

b) Materi penyuluhan

Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan berupa informasi-informasi atau pesan. Pesan merupakan seperangkat symbol verbal dan nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud. Selanjutnya Lasswell (Mulyana,

(43)

2005:63) mengatakan pesan mempunyai tiga komponen yaitu makna (gagasan, ide, dan nilai), simbol yang digunakan (bahasa atau kata-kata) dan bentuk pesan (verbal dan nonverbal). Materi dalam penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapai oleh sasaran penyuluhan.

c. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Dalam penyuluhan, waktu dan tempat yang tepat harus sesuai situasi dan kondisi masyarakat sasaran penting dan saling berkaitan dalam mencapai tujuan penyuluhan. Kapan dan dimana dilaksanakan penyuluhan harus terkesan tidak mengganggu dan merugikan sasaran.

2. Tujuan Komunikasi Penyuluhan

Dalam perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan, harus mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

a) Tujuan Jangka Pendek

1) Perubahan tingkat pengetahuan

2) Perubahan tingkat kecakapan atau kemampuan 3) Perubahan sikap

4) Perubahan motif tindakan b) Tujuan Jangka Panjang

1) Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara hidup lama dengan cara-cara yang lebih baik.

2) Better business, berusaha yang lebih menguntungkan.

3) Better living, menghemat dan tidak berfoya-foya setelah tujuan utama

(44)

telah tercapai.

3. Fungsi Komunikasi Penyuluhan

Penyuluhan harus berfungsi memberikan jalan kepada para objek penyuluhan untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhannya itu. Fungsi penyuluhan dengan demikian menimbulkan dan merangsang kesadaran para peserta penyuluhan agar dengan kemauan sendiri dapat memenuhi kebutuhan- kebutuhannya itu. Penyuluhan juga harus dapat menjembatani gap antara praktek yang harus atau biasa dijalankan oleh para objek yang disuluh dengan pengetahuan teknologi atau umum yang selalu berkembang menjadi kebutuhan sehari-hari. Sebagai penyampai, pengusaha, dan penyesuai program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh objek yang disuluh.

Adapun sebagai pemberian pendidikan dan bimbingan yang kontinyu, yang artinya penyuluhan tidak akan berhenti karena yang dikehendakinya, keadaan yang berkembang, lebih baik dan lebih maju dengan perkembangan zaman.

(Kartasapoetra, 1987: 7-13)

F. Perencanaan Komunikasi Penyuluhan

Perencanaan komunikasi dalam rangka melakukan kegiatan penyuluhan amat diperlukan karena pada dasarnya yang menjadi kepentingan dari kegiatan ini adalah “sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”. Tujuan yang dimaksud ialah tujuan dari kegiatan penyuluhan, dan tujuan komunikasi dari penyuluhan itu tentu merupakan suatu kesatuan dengan tujuan penyuluhan tersebut. Tanpa suatu perencanaan, dapat dibayangkan bagaimana jadinya pekerjaan kita itu nantinya.

(45)

a. Dukungan Komunikasi (Communication Support) Untuk Penyuluhan Dukungan komunikasi (communication support) adalah penggunaan yang terkoordinir dari berbagai metode komunikasi untuk keperluan pemusatan perhatian kepada, dan menawarkan suatu pemecahan terhadap suatu problem tertentu. Apa pun masalah atau subjek yang akan disuluhkan, satu hal yang pasti adalah senantiasa

Penyuluhan sangat diperlukan keterampilan berkomunikasi untuk dapat menyuluhkan dengan baik. Mengapa demikian? Karena keterampilan berkomunikasi ini merupakan bekal dasar untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Keterampilan ini antara lain menyangkut bagaimana mengutarakan sesuatu dengan jelas, dapat dimengerti oleh orang lain yang mendengarkan kita.

Dalam bidang komunikasi, suatu rencana komunikasi bahkan merupakan suatu perkakas komunikasi yang penting untuk dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan yang dimaksud. Menurut Middleton dan Lin, 1975 ada beberapa prinsip penting dalam menyusun rencana komunikasi, yaitu:

1. Perencanaan komunikasi membutuhkan konsultasi.

2. Rencana yang disusun hendaklah fleksibel.

3. Rencana yang disusun harus mengandung “what to do” dan “how to do it”.

b. Perlunya Disain Komunikasi Penyuluhan

Meskipun mungkin saja kita merasa telah “siap” untuk menyuluh, namun kerapkali masih timbul keragu-raguan dalam hati, tentang “apakah penyuluhan yang akan kita lakukan itu nantinya berhasil atau tidak?”. Pertanyaan yang

(46)

berikutnya adalah : “Dapatkah khalayak yang disuluh memahami apa-apa yang disuluhkan itu”, “sungguh-sungguhkan mereka tertarik mendengarkan penyuluhan tersebut, ataukah hanya pura-pura mengikuti, padahal dalam hatinya tidak berminat sama sekali?”. Dan masih banyak lagi pertanyaan lanjutan yang menyangkut keinginan penyuluh agar kegiatan yang dilakukannya tidaklah sia- sia, melainkan mencapai hasil seperti yang direncanakan.

c. Penyusunan Rencana Komunikasi Penyuluhan

Sejumlah tahap yang harus ditempuh dalam menyusun rencana komunikasi untuk kegiatan penyuluhan adalah:

1) Menganalisis problem atau masalah yang dihadapi 2) Merumuskan tujuan (objectives) komunikasi 3) Memilih media

4) Menentukan pendekatan yang digunakan 5) Memproduksi media

(Nasution, 1990: 54-58) 2.3.2. Psikologi Komunikasi

Fisher dalam (Suciati, 2015:11) mengungkapkan psikologi komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari peristiwa mental dan perilaku manusia yang sedang berkomunikasi. Tujuan dari psikologi komunikasi tidak lain adalah memahami perilaku komunikasi individu dan psikologi komunikasi mempelajari sebab-sebab perilaku komunikasi yang muncul. Rakhmat (2015: 9) dalam bukunya memberikan beberapa pengertian psikologi komunikasi berdasarkan beberapa pendapat ahli diantaranya:

(47)

1. George A. Miller (1974) mendefinisikan psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menjelaskan, mengontrol peristiwa mental dan perilaku manusia dalam berkomunikasi.

2. E.A. Ross (1976) psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha memahami dan menjelaskan keseragaman dalam perasaan dan kepercayaan, atau kemauan dan tindakan yang diakibatkan oleh interaksi sosial.

3. Kauffman (1973) menjelaskan psikologi komunikasi adalah usaha untuk memahami, menjelaskan dan memprediksi bagaimana pikiran, perasaan, dan tindakan individu dipengaruhi oleh apa yang dianggapnya sebagai pikiran, perasaan dan tindakan orang lain.

Berdasarkan definisi yang dijabarkan beberapa ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya psikologi komunikasi merupakan hubungan sebab akibat dalam proses berpikir dan berperilaku dalam berkomunikasi, dimana dalam komunikasi terjadi ruang lingkup dalam berkomunikasi intrapersonal yaitu ada sikap, kepribadian, motivasi dan emosi sebagai faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku komunikasi.

Psikologi komunikasi memiliki ruang lingkup yang penekanannya adalah pemberi pesan atau komunikator sebagai makhluk individu yang mempunyai sifat yang berbeda dengan individu yang lainnya. Sifat yang menunjukan pola atau cara yang relatif tidak banyak berubah bagaimana seorang bertingkah laku dalam berbagai situasi yang dihadapinya (Riswandi, 2013:5).

Riswandi dalam bukunya psikologi komunikasi (2013:5) mengungkapkan psikologi komunikasi memiliki ruang lingkup yaitu (1) Sistem komunikasi

(48)

intrapersonal yang membahas tentang karakteristik atau sifat manusia komunikan yang memiliki faktor internal dan eksternal dalam mempengaruhi perilaku komunikasinya. Dengan sistem memori dan berpikir komunikator, (2) komunikasi interpersonal antara lain dibahas tentang proses persepsi interpersonal, konsep diri dan hubungan interpersonal, (3) sistem komunikasi kelompok yang dibahas tentang perilaku komunikasi untuk mempengaruhi keefektifan komunikasi dalam kelompok.

2.3.2.1. Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter merupakan sebuah upaya untuk membimbing perilaku manusia menuju standar-standar baku. Untuk mencapai tujuan pendidikan karakter dibangun dengan tepat sasaran maka pendidikan karakter dimulai dari anak usia dini, anak di usia dini merupakan anak yang masuk dalam kategori rentang di usia 0-8 Tahun meliputi anak-anak yang sedang masuk dalam program pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar (Gunawan, 2012:88).

Karakteristik perkembangan siswa-siswi Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar memiliki perbedaan. Kuhlen dan Thomson mengatakan bahwa perkembangan siswa-siswi dilihat dari segi usia, fisik, psikomotorik dan akademik bagi anak-anak di usia dini, dan dilihat perkembangan fisik anak-anak taman kanak dan sekolah dasar meliputi empat aspek yaitu (1) sistem syaraf yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi (2) otot-otot yang

(49)

mempengaruhi kemampuan motoric (3) kelenjar endokrin adanya pola-pola tingkah baru (5) struktur fisik (Syamsu, 2014:101).

Perkembangan karakter dan fisik anak-anak di usia dini dibagi dua kelompok yaitu (1) usia pada 0-5 Tahun pada usia ini anak senang bermain, senang bergerak, senang melompat, senang melakukan sesuatu secara langsung.

Anak usia Taman Kanak-kanak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak memiliki dunia dan karakteristik tersendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Anak di usia dini sangat aktif, dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, seolah-olah tak pernah berhenti untuk belajar, (2) usia pada 6-8 Tahun pada usia ini anak mulai mengembangkan pemikiran kritis, anak di usia ini memiliki kesanggupan untuk menyesuaikan diri dan dapat mengendalikan ekspresi emosinya ( Desmita, 2009:156).

2.3.3. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi menurut Rogers (1982) merupakan suatu rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah laku manusia dalam skala yang lebih besar melalui transfer ide-ide baru. Seorang pakar perencanaan komunikasi Middleton (1980) menyatakan bahwa strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi dari mulai komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan

(50)

komunikasi yang optimal (Cangara, 2013 : 61). Ada beberapa pendapat ahli tentang strategi, di antaranya:

a. George Steiner (1979) memberikan batasan strategi adalah:

1. Strategi adalah apa yang dilakukan oleh manjemen puncak karena hal itu sangat penting bagi organisasi.

2. Strategi mengacu pada dasar keputusan yang terarah, yaitu demi tercapainya tujuan dan misi.

3. Strategi terdiri dari tindakan penting yang diperlukan untuk mewujudkan arah yang akan dicapai.

4. Strategi menjawab pertanyaan: Apa yang harus organisasi lakukan?

5. Strategi menjawab pertanyaan: Apa yang pada akhirnya kita harus cari dan bagaimana seharusnya kita mencapainya?

b. Henry Mintzberg (1994) menunjukkan bahwa orang menggunakan term “ strategi ” dalam beberapa cara berbeda namun pada umumnya mencakup empat makna.

1. Strategi adalah sebuah rencana, “bagaimana”, suatu cara untuk mendapatkan sesuatu dari sini atau dari sana.

2. Strategi adalah pola tindakan dari waktu ke waktu misalnya, sebuah perusahaan yang secara teratur memasarkan produknya yang sangat mahal sehingga harus menggunakan strategi high-end (dari awal sampai akhir tetap mahal demi menjamin nama produk ).

3. Strategi adalah proses yang mencerminkan keputusan untuk menawarkan produk atau jasa tertentu di pasar tertentu.

(51)

4. Strategi adalah perspektif terhadap visi, dan arah terhadap visi.

c. Kopner dan Tregoe (dalam Liliweri, 2011 : 243) mendefinisikan strategi sebagai kerangka kerja yang membimbing orang untuk memilih dan menentukan sifat dan arah dari sebuah organisasi. Pada akhirnya inti dari sebuah strategi adalah produk dan jasa yang akan ditawarkan kepada pasar.

Strategi komunikasi menurut Liliweri (2011, 239:240), adalah :

1. Mengartikulasikan, menjelaskan dan mempromosikan suatu visi komunikasi dalam suatu rumusan yang baik.

2. Menciptakan komunikasi yang konsisten, komunikasi yang dilakukan berdasarkan suatu pilihan (keputusan) dari beberapa opsi komunikasi.

3. Strategi berbeda dengan taktik, strategi komunikasi menjelaskan tahapan konkret dalam rangkaian aktivitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi pengimplementasian tujuan komunikasi. Adapun taktik adalah suatu pilihan tindakan komunikasi tertentu berdasarkan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Merupakan tujuan akhir komunikasi dimana strategi berperan memfasilitasi perubahan perilaku untuk mencapai komunikasi manajemen.

Ada empat tujuan dalam strategi komunikasi sebagai berikut : (1) To Secure Understanding yaitu untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi. (2) To Establish Acceptance, yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik. (3) To Motivate Action yaitu penggiatan untuk memotivasinya, dan (4) To Goals Which Communicator Sought To Achieve yaitu bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari

Gambar

Tabel 1.1:Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas Provinsi Sumatera Utara, 2016.
Tabel 1.2:Jumlah Sekolah TK dan SD dari sekolah negeri dan Swasta, 2018.
Tabel 4.2. Kategorisasi Temuan Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

a. Kota Tarakan termasuk rawan bencana banjir, dan longsor, pohon tumbang, kecelakaan laut, gempa serta abrasi pantai. Terkait dengan shelter buat para pengungsi juga

Pada analisis variabel ini dilakukan analisis hubungan antara penyediaan air bersih, penyediaan jamban keluarga, sarana pengelolaan limbah padat dan sarana

memperjelas penelitian yang diperoleh dari Kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Kantor Camat Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu

Penelitian klorheksidin 2% juga dilakukan oleh Oktaviani yaitu mengenai perbedaan efektivitas daya antibakteri antaraklorheksidin diglukonat 2% dengan berbagai konsentrasi ekstrak

Keterampilan berpikir tingkat tinggi pada ranah kognitif meliputi kemampuan peserta didik dalam menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), serta mengkreasi atau mencipta

Teknik pengumpulan data melalui wawancara (interview) dan observasi. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisa data, menggunakan metode kualitatif Pengolahan

berjumlah 20 butir soal sebagai instrumen penilaian Keterampilan Proses Sains (KPS), (2) instrumen penilaian two-tier test layak dan memenuhi kriteria soal yang

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengunaan FreeRADIUS, MySQL dan EAP-TLS memberikan keamanan yang baik untuk client melalui proses otentikasi,