• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institut Pertanian Bogor

DAFTAR PUSTAKA 68 LAMPIRAN

2.8. Strategi Pemasaran

Seluruh strategi pemasaran dibangun berdasarkan segmentation

(segmentasi), targeting (pembidikan), dan positioning (penetapan posisi). Suatu perusahaan akan mencari sejunlah kebutuhan dan kelompok yang berbeda di pasar, membidik kebutuhan dan kelompok yang dapat dipuaskan dengan cara yang unggul, serta memposisikan tawarannya sedimikan rupa sehingga pasar sasaran dapat mengenali tawaran dan citra khas perusahaan tersebut (Kotler dan Keller, 2007).

2.8.1 Segmentasi

Segmentasi pasar merupakan proses membagi pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang berbeda di mana memiliki kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang berbeda dan membutuhkan produk atau bauran pemasaran yang berbeda pula. Terdapat beberapa variabel utama yang digunakan dalam mensegmentasi pasar konsumsi (Kotler, 2001).

Variabel pertama adalah segmentasi geografis, di mana pasar akan dibagi ke dalam unit geografis yang berbeda-beda seperti negara, regional, negara bagian, kota, atau lingkungan. Pemasar dapat memutuskan untuk beroperasi pada satu, beberapa wilayah, ataupun seluruh wilayah dengan memberikan perhatian terhadap perbedaan kebutuhan dan keinginan tiap wilayah geografis. Variabel kedua adalah segmentasi demografis, di mana pasar dibagi kedalam grup- grup yang didasarkan pada variabel usia, gender, siklus keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, dan kebangsaan. Variabel ini merupakan variabel yang lebih mudah dihitung dibandingkan variabel yang lain. Variabel ketiga adalah segmentasi

psikografis, di mana pasar dibagi berdasarkan pada kelas sosial, gaya hidup, atau karakteristik kepribadian. Variabel keempat adalah segmentasi perilaku, di mana pasar dibagi berdasarkan pada pengetahuan, sikap, penggunaan, atau tanggapan terhadap suatu produk.

2.8.2 Targeting

Target pasar merupakan proses mengevaluasi daya tarik masing- masing segmen pasar dan pemilihan satu atau lebih pasar yang akan dikembangkan lebih dalam (Kotler, 2001). Pemasar akan menetapkan segmen pasar yang akan dilayani dan banyaknya segmen tersebut. Terdapat tiga strategi penguasaan pasar yang salah satu diantaranya dapat diadopsi oleh pemasar, yaitu:

1. Pemasaran tak dibedakan

Strategi di mana pemasar memutuskan untuk mengabaikan perbedaan antar segmen pasar dan masuk ke seluruh segmen dengan satu penawaran. Strategi ini berfokus pada kebutuhan konsumen yang sama dibandingkan yang berbeda. Pemasar akan sangat bergantung pada distribusi dan iklan massal yang ditujukan untuk memberikan citra produk super dalam benak konsumen. Pemasaran ini akan menghasilkan penghematan biaya, akan tetapi akan mengundang persaingan yang ketat.

2. Pemasaran dibedakan

Strategi di mana pemasar memutuskan untuk membidik beberapa segmen pasar berbeda dan mendesain penawaran-penawaran yang berbeda untuk masing-masing segmen. Strategi pemasaran ini menciptakan total penjualan yang lebih banyak, akan tetapi akan meningkatkan biaya operasional bisnis.

3. Pemasaran terkonsentrasi

Strategi di mana pemasar berusaha mendapatkan pangsa yang besar dari satu atau beberapa sub pasar. Strategi ini digunakan pemasar ketika sumberdaya yang dimiliki perusahaan terbatas. Melalui

strategi ini, pemasar dapat meraih posisi pasar yang kuat di segmen tertentu, akan tetapi pemasar akan menemui risiko di atas normal.

2.8.3 Positioning

Positioning pasar merupakan suatu proses di mana suatu produk didefinisikan oleh konsumen melalui sifat-sifat penting yang dimiliki produk dibandingkan dengan produk pesaing (Kotler, 2001). Produk dapat diposisikan berdasarkan sifat produk, manfaat yang ditawarkan, penggunaannya, kelas pengguna tertentu, berhadapan langsung dengan pesaing, ataupun kelas produk yang berbeda. Beberapa perusahaan tidak sulit dalam memilih strategi positioning-nya karena sudah memiliki kelebihan sendiri sedangkan beberapa perusahaan melakukan positioning yang sama, sehingga masing-masing perusahaan harus membedakan apa yang ditawarkan dengan membangun suatu perangkat keunggulan bersaing yang unik dan menarik bagi suatu grup dalam segmen tertentu. Tugas positioning

terdiri dari tiga langkah, yaitu:

1. Mengidentifikasi suatu perangkat keunggulan bersaing yang mungkin dibuat di mana positioning akan dibangun. Keunggulan bersaing merupakan perangkat penting bagi perusahaan di mana keunggulan yang dimiliknya berada diatas pesaing yang diperoleh dengan menawarkan nilai lebih kepada konsumen. Berdasarkan hal tersebut, penting bagi perusahaan untuk memberikan penawaran yang berbeda kepada konsumen yang lebih baik dibandingkan penawaran milik pesaing. Perusahaan dapat memberikan penawaran yang berbeda di sepanjang garis produk, jasa, orang, ataupun citra.

2. Memilih keunggulan bersaing yang tepat. Langkah ini digunakan ketika suatu perusahaan memiliki beberapa potensi keunggulan bersaing, di mana perusahaan selanjutnya diharuskan untuk memilih salah satu potensi keunggulan bersaing yang ada sebagai dasar untuk membangun strategi positioning-nya. Keputusan yang diambil adalah untuk mengetahui banyaknya perbedaan yang

ditonjolkan dan perbedaan yang dipromosikan. Suatu perbedaan dapat dibangun jika memenuhi kriteria penting, berbeda, superior, dapat dikomunikasikan, preemptive, harga terjangkau, serta menguntungkan. Perusahaan harus mengingat untuk menghindari tiga kesalahan positioning. Pertama adalah underpositioning, atau kegagalan dalam memposisikan perusahaan. Kedua adalah

overpositioning, atau memberikan gambaran yang sempit mengenai perusahaan. Ketiga adalah confused positioning, atau memberikan posisi perusahaan yang membingunkan konsumen.

3. Mengkomunikasikan dan menyampaikan posisi yang dipilih secara efektif ke pasar. Setelah perusahaan menetapkan satu posisi yang akan digunakan, maka perusahaan perlu menentukan bauran pemasaran yang tepat untuk mendukung strategi positioning-nya. Mendesain bauran pemasaran sama dengan menjabarkan taktik strategi positioning secara rinci. Setelah perusahaan membangun posisi yang diinginkan, maka perusahaan harus dengan ketat memantau dan menyesuaikan posisinya di sepanjang waktu agar sesuai dengan perubahan pada kebutuhan konsumen dan strategi pesaing.

2.9. Analisis Persaingan

Persaingan merupakan hal terpenting yang perlu diperhatikan perusahaaan ketika menjalankan bisnisnya. Ketika persaingan menjadi semakin ketat, perusahaan perlu memberikan perhatian lebih pada setiap strategi yang dirancang untuk mengeksploitasi kelemahan pesaing- pesaingnya.

Setelah mengidentifikasi lawan terdekat saat ini, manajemen perusahaan perlu mengetahui beberapa tahap yang dibutuhkan untuk mengantisipasi tindakan yang akan dilakukan pesaing di masa depan. Tahap pertama adalah menganalisis tujuan pesaing. Tahap ini penting dilakukan karena akan memberikan pemahaman tentang kepuasaan pesaing saat ini terhadap posisi pasarnya dan bagaimana pesaing memperkuat strategi yang sedang dilakukan. Tujuan tersebut akan mencakup sasaran

keuangan, posisi kompetitif (pangsa pasar), serta tujuan kualitatif seperti kepemimpinan dalam harga industri, teknologi produksi, dan tanggung jawab sosial. Tahap selanjutnya adalah dengan menganalisis strategi pesaing. Pada tahap ini, dilakukan peninjauan kembali terhadap strategi yang sudah dan sedang diterapkan dari setiap pesaing utama. Pengetahuan mengenai strategi yang sudah diterapkan pesaing akan memberikan informasi mengenai kegagalan yang pernah ada dan bagaimana cara merekayasa perubahan. Berbagai informasi tersebut membantu perusahaan untuk melakukan antisipasi program-program pemasaran strategis yang akan dilakukan pesaing di masa depan.

Tahap ketiga adalah mengevaluasi keberhasilan pesaing dalam mencapai tujuan dan menjalankan strateginya. Pada tahap ini, akan diketahui estimasi penjualan dan pangsa pasar yang bisa diandalkan, bahkan pada tiap tingkat segmennya. Setelah melakukan evaluasi keberhasilan pesaing, tahap berikutnya adalah menganalisis kekuatan dan kelemahan pesaing. Tahap ini sangat penting ketika dikaitkan dengan tujuan dan strategi pesaing. Saat mengevaluasi kekuatan dan kelemahan pesaing, perlu diperhitungkan kepentingan relatif dari setiap unsur yang penting dari program pemasaran strategis. Apabila perusahaan mengetahui kelemahan pesaing, maka perusahaan dapat mengambil keuntungan dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya. Tahap terakhir yang dilakukan adalah dengan menganalisis perilaku pesaing di masa depan. Tujuan dari tahap ini adalah menilai perilaku masa depan pesaing yang berkaitan dengan tujuan dan strateginya.

Kotler dan Keller (2007), menyebutkan lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsik pasar atau segmen pasar tertentu. Lima kekuatan tersebut kemudian menimbulkan lima ancaman bagi perusahaan, yaitu:

1. Ancaman persaingan segmen yang ketat

Suatu segmen tertentu akan menjadi tidak menarik ketika pesaing semakin banyak, kuat, atau agresif. Akibatnya, para pesaing akan saling berlomba dalam hal harga, iklan, dan pengenalan produk baru, yang pada

akhirnya menyebabkan pengeluaran perusahaan dalam persaingan semakin besar.

2. Ancaman pendatang baru

Segmen dapat dibedakan berdasarkan tingginya hambatan untuk masuk dan keluar industri. Segmen yang paling menarik adalah segmen yang memiliki hambatan untuk masuk yang tinggi dan hambatan untuk keluar yang rendah, di mana hanya terdapat sedikit perusahaan baru yang dapat memasuki industri dalam segmen ini dan perusahaan yang memiliki kinerja buruk akan dengan mudah keluar dari industri. Apabila hambatan untuk masuk dan keluar segmen sama-sama tinggi, perusahaan akan mendapatkan potensi laba yang tinggi, tetapi perusahaan juga menghadapi risiko yang lebih besar karena perusahaan yang memiliki kinerja buruk dalam industri akan tetap tinggal dan berusaha untuk bertahan. Apabila hambatan untuk masuk dan keluar sama-sama rendah, maka perusahaan akan dengan mudah masuk dan keluar dari industri. Akibatnya, tingkat pengembalian investasinya stabil dan rendah. Segmen yang paling buruk terjadi ketika hambatan untuk masuk rendah dan hambatan untuk keluar tinggi. Pada segmen ini, perusahaan- perusahaan akan masuk dalam situasi yang menguntungkan tetapi sulit untuk keluar dari situasi yang buruk. Akibatnya, akan terjadi kelebihan kapasitas serta penurunan harga dan penghasilan bagi semua pihak. 3. Ancaman produk substitusi

Suatu segmen akan menjadi tidak menarik jika terdapat substitusi produk yang potensial, karena substitusi membatasi harga dan laba. Perusahaan harus memantau selalu fluktuasi harga dari produk substitusinya, karena harga dan laba cenderung menurun ketika teknologi semakin maju atau persaingan meningkat pada industri substitusi tersebut.

4. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pembeli

Ketika pembeli memiliki kekuatan posisi tawar yang kuat atau semakin meningkat pada segmen tertentu, maka segmen tersebut menjadi tidak menarik. Kekuatan posisi tawar pembeli berkembang jika mereka lebih terkonsentrasi atau terorganisasi, produk merupakan bagian yang

signifikan dari biaya pembeli, produk tidak terdiferensiasi, biaya perpindahan ke pemasok/produk lain rendah, pembeli peka terhadap harga karena laba yang rendah, atau pembeli dapat melakukan integrasi ke hulu. Salah satu cara perusahaan untuk menghadapi masalah tersebut adalah dengan memilih pembeli yang memiliki kekuatan posisi tawar yang paling rendah atau yang sulit mengganti pemasok. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan mengembangkan tawaran unggul yang tidak dapat ditolak oleh para pembeli yang memiliki posisi tawar tinggi. 5. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pemasok

Suatu segmen tertentu menjadi tidak menarik jika para pemasok perusahaan mampu menaikkan harga atau mengurangi kuantitas pasokannya. Para pemasok cenderung menjadi kuat jika mereka terkonsentrasi atau terorganisasi, terdapat sedikit substitusi, produk yang dipasok merupakan produk input paling penting, biaya berpindah pemasok tinggi, dan pemasok dapat melakukan integrasi ke hilir. Cara yang terbaik untuk mengatasi masalah tersebut adalah membangun hubungan menang-menang dengan para pemasok atau menggunakan berbagai sumber pasokan.

2.10. Penelitian Terdahulu

Penilitian yang dilakukan oleh Apriantoro (2006) mengenai “Analisis

Positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam Pasar Restoran Fast Food

di Kota Bogor” menggunakan analisis deskriptif, analisis faktor,

multidimensional scalling, dan analisis biplot. Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut adalah diantara para pesaingnya di bidang restoran

fast food yang ada di kota Bogor, Popeyes Chicken and Seafood memiliki keunggulan pada dua atributnya, yaitu cita rasa khas bumbu dan pelayanan yang ramah.

Penelitian yang dilakukan oleh Ekaputra (2008) mengenai “Analisis Preferensi Pengunjung dan Positioning Pusat Perbelanjaan Modern di Kota Bogor (Studi Kasus: Botani Square, Ekalokasari Plaza, Bogor Trade Mall, san Pangrango Plaza)”, didapatkan kesimpulan bahwa rata-rata pengunjung melakukan dua kali kunjungan dalam satu bulan untuk berbelanja.

Menurut, para responden, bentuk promosi yang paling menarik adalah dengan diadakannya event-event di dalam pusat perbelanjaan. Secara keseluruhan, responden lebih memilih Botani Square. Melalui penggunaan alat analisis IPA, didapatkan hasil bahwa faktor yang terpenting pada pusat perbelanjaan adalah ketersediaan sarana ibadah, sedangkan faktor yang paling tidak penting adalah ukuran (luas) bangunan. Melalui penggunaan alat analisis multidimensional scalling berbasis atribut dengan pendekatan analisis faktor, didapatkan hasil bahwa terdapat tiga pusat perbelanjaan yang memiliki lokasi saling berdekatan. Berdasarkan perceptual map, diketahui bahwa Ekalokasari dianggap lebih baik karena adanya variasi tenant dan fasilitas pendukung.

Penelitian yang dilakukan oleh Zamahsyarie (2010) mengenai “Analisis Positioning Ragusa Es Italia dalam Industri Es Krim di Jakarta”, didapatkan kesimpulan bahwa Ragusa Es Italia memiliki keunggulan pada harga yang sesuai dibandingkan dengan para pesaingnya. Melalui penggunaan analisis Biplot, diketahui bahwa posisi Ragusa Es Italia sangat berjauhan dengan para pesaingnya, di mana Ragusa Es Italia diposisikan sebagai toko es krim yang memiliki rasa lezat, tekstur lembut, dan pelayanan yang cepat. Melalui penggunaan analisis IPA, diketahui bahwa faktor kualitas produk merupakan faktor terpenting dan memiliki kinerja yang baik, faktor merek terkenal merupakan faktor tidak terpenting, dan faktor bonus yang diberikan merupakan faktor dengan kinerja yang terburuk.

Perbedaan penelitian ini dibandingkan penelitian-penelitian terdahulu terletak pada objek penelitian, di mana objek penelitian ini adalah salah satu bentuk retail consumer goods, yaitu convenience store. Pesaing yang digunakan sebagai pembanding dari objek penelitian ini tidak hanya berbentuk convenience store, tetapi juga menggunakan bentuk lain dari

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Peningkatan daya beli dan perubahan gaya hidup masyarakat saat ini, menyebabkan kebutuhan pokok sehari-hari (FMCG) meningkat. Peningkatan ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan industri ritel modern, terutama retail consumer goods, berkembang dengan pesat akhir-akhir ini. Retail consumer goods terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu hypermarket, supermarket, minimarket, dan convenience store. Minimarket merupakan jenis retail consumer goods yang telah berkembang pesat di Indonesia, di mana perkembangan tersebut ditandai dengan banyaknya jumlah gerai minimarket yang dapat ditemui di berbagai daerah di Indonesia. Retail consumer goods dengan bentuk convenience store

kemudian muncul dan memenuhi harapan konsumen yang menyediakan produk-produk FMCG dengan lokasi yang nyaman selama 24 jam setiap harinya. Ketersediaan spot khusus yang dapat digunakan bagi para konsumen untuk bersantai dan mengkonsumsi produk yang dibelinya, menyebabkan bentuk ritel tersebut berkembang dengan pesat.

Saat ini, industri retail consumer goods dengan konsep convenience store di kota Jakarta didominasi oleh brand internasional, diantaranya adalah Circle K (Amerika Serikat), dan 7-Eleven (Jepang). PT Modern PutraIndonesia yang merupakan anak perusahaan dari PT Modern Internasional Tbk, membawa 7-Eleven sebagai convenience store yang paling unggul di kota Jakarta saat ini. Convenience store dan minimarket dipersepsikan oleh konsumen sebagai ritel dalam kategori yang sama, sehingga menarik untuk mengetahui positioning dari 7-Eleven sebagai

convenience store dibandingkan dengan pesaingnya di dalam retail consumer goods di daerah Jakarta Timur berdasarkan persepsi konsumen.

Pada tahap awal, perlu diketahui karakteristik dari responden 7-Eleven dengan menggunakan analisis deskriptif. Selain itu, perlu dilakukan identifikasi pesaing terdekat 7-Eleven dengan menggunakan analisis

persepsi konsumen dengan menggunakan analisis faktor yang menghasilkan pemetaan persepsi konsumen. Pemetaan persepsi ini kemudian digunakan untuk melakukan analisis biplot yang pada akhirnya menghasilkan

positioning 7-Eleven. Berdasarkan hasil dari karakteristik konsumen dan

positioning dari 7-Eleven, akan didapatkan rekomendasi strategi pemasaran untuk 7-Eleven. Secara ringkas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kerangka pemikiran

Industri retail consumer goods

di Jakarta Timur

Pesaing (Convenience store)

Rekomendasi Strategi Pemasaran untuk 7-Eleven

Pesaing Analisis MDS Persepsi Konsumen Konsumen Analisis Biplot Karakteristik Konsumen Pemetaan Persepsi Positioning Analisis Deskriptif

Convenience store Minimarket

7-Eleven

Atribut Penting Analisis

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada salah satu gerai 7-Eleven yang terletak di daerah Jakarta Timur, tepatnya beralamat di Jl. Matraman Raya 12 Jakarta Timur. Penelitian dilakukan kepada konsumen 7-Eleven yang sedang dan telah mengunjungi gerai 7-Eleven serta pernah mengunjungi gerai para pesaing yang menjadi pembanding 7-Eleven dalam retail consumer goods di daerah Jakarta Timur. Proses pengambilan data hingga pengolahan data penelitian dilakukan selama bulan Januari hingga Maret 2012.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh kemudian diolah sendiri yang dilakukan oleh suatu organisasi maupun perorangan langsung dari objek yang diteliti. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan melalaui wanwancara langsung dan pengisian kuesioner oleh responden. Kuesioner selengkapnya disajikan dalam Lampiran 2.

Data sekunder merupakan data yang sudah diolah oleh pihak lain. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan studi literatur menggunakan buku, jurnal, data yang diperoleh Badan Pusat statistik (BPS), Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, website resmi PT. Modern Internasional Tbk. dan 7-Eleven.

3.4. Metode Penarikan Contoh

Metode pengambilan contoh pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik convenience sampling. Convenience sampling adalah prosedur untuk mendapatkan unit sampel menurut keinginan peneliti (Kuncoro, 2003). Berdasarkan teknik ini, maka responden yang digunakan dalam penelitian ini merupakan konsumen 7-Eleven yang ditemui peneliti di lokasi penelitian dan bersedia untuk mengisi kuesioner penelitian.

Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini dihituing berdasarkan rumus Slovin sebagai berikut:

n = N

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir (10%)

dengan jumlah rata-rata pelanggan 7-Eleven sebesar 6000 orang /bulan maka didapatkan:

n = 6

+(6 ∗ . 2)= 98,36 ≈ 100 orang

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka konsumen yang dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Persyaratan konsumen yang dapat dijadikan responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang telah mengunjungi para pesaing yang menjadi pembanding 7-Eleven dalam industri retail consumer goods di daerah Jakarta Timur.

3.5. Metode Pengujian Kuesioner 3.5.1 Uji Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat mengukur apa yang diukur (Umar, 2002). Kuesioner yang digunakan dalam suatu penelitian untuk mengumpulkan data, harus dapat mengukur apa yang ingin diukurnya. Teknik statistika yang digunakan adalah teknik korelasi Product Moment dengan rumus sebagai berikut:

r =

(∑ ) –(∑ ∑ ) �[ ∑ 2−(∑ )2][ ∑ 2−(∑ )2]...(2) Keterangan: r = validitas pertanyaan n = jumlah responden

X = skor masing-masing pertanyaan

Y = skor total pertanyaan

3.5.2 Uji Reliabilitas

Setelah suatu alat ukur telah dikatakan valid, maka langkah selanjutnya adalah menguji reliabilitasnya. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi dari suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2002). Kuesioner dapat dikatakan

reliabel jika kuesioner tersebut digunakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama, maka akan menghasilkan data yang sama. Teknik statistika yang digunakan adalah uji Cronbach’s Alpha

dengan rumus:

α =

� �1−

∑ ��2

2

...(3) Keterangan:

α = reliabilitas kuesioner

k = banyak butir pertanyaan

�� = varian total

∑ ��= jumlah varian butir pertanyaan 3.6. Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data, seperti rata-rata, variasi data, dan sebagainya (Santoso, 2001). Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis profil responden, mulai dari jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, penerimaan perbulan, hingga pengeluaran untuk konsumsi (makanan dan minuman) perbulan.

3.6.2 Analisis Multidimensional Scaling

Mutidimensional scaling (MDS) merupakan suatu teknik multivariat dalam golongan interdependenced technique yang berfungsi untuk memetakan presepsi dan preferensi para responden secara visual dalam peta geometri. Peta geometri, yang disebut

spatial map atau perceptual map, merupakan penjabaran berbagai dimensi yang berhubungan (Simamora, 2005). Analisis MDS ini digunakan untuk membahas pesaing terdekat 7-Eleven dalam industri ritel retail consumer goods. Pada penelitian ini, cara mengukur kesamaan yang digunakan adalah dengan cara anchoring clustering method. Pada metode ini, responden diminta untuk menilai kemiripan sejumlah merek yang paling mirip dengan merek yang dijadikan patokan, yaitu 7-Eleven. Matrik yang akan diperoleh melalui metode

ini akan berbentuk conditional, di mana baris dengan baris tidak bisa dibandingkan. Jarak euclidean digunakan untuk mengatasi masalah tidak terlihatnya perbedaan letak secara visual dalam perceptual map. Penghitungan jarak euclidean dilakukan apabila diketahui koordinat setiap objek. Jarak euclidean dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

=�( − ) + ( − ) ...(4) Keterangan:

ed = jarak euclidean

xi = absis convenience store ke-i atau posisi merek ke-i pada dimensi 1 (i = 1, 2, ..., n)

yi = ordinat convenience store ke-i atau posisi merek ke-i pada dimensi 2 (i = 1, 2, ..., n)

xm = absis 7-Eleven atau posisi 7-Eleven pada dimensi 1

ym = ordinat 7-Eleven atau posisi 7-Eleven pada dimensi 2

Ukuran mengenai seberapa baik suatu analisis multidimensional scalling, maka digunakan stress. Cara menghitung stress yang paling sering digunakan adalah stress Kruskal, dengan rumus:

Stress=

�� −�� �

2

�� −���2 ...(5) Keterangan:

̅ = rata-rata jarak dalam peta

̂ = jarak turunan (derived distance) atau data kemiripan (similarity data) yang dihasilkan komputer

= data jarak yang diberikan responden 3.6.3 Analisis Faktor

Analisis faktor mencoba menemukan hubungan (interrelationship) antara sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga dapat dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal (Santoso, 2010). Pada analisis faktor, terdapat dua metode dasar, yaitu principal component analysis (PCA) dan common factor analysis. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah principal component analysis di mana metode ini menggunakan total varians

dalam analisisnya. Metode ini akan menghasilkan faktor yang

Dokumen terkait