• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

D. Pembelajaran untuk Meningkatkan Perilaku Moral dengan Permainan

2. Strategi Pembelajaran Perilaku Moral

Untuk mendukung pembelajaran sebaiknya juga mengetahui strategi serta metode pembelajaran yang baik untuk anak. Upaya untuk mengembangkan sikap dan perilaku moral anak usia dini dapat dilakukan melalui strategi pembelajaran. Strategi dan metode merupakan dua hal yang saling berhubungan, Masitoh (2005: 157) menjelaskan bahwa “metode merupakan bagian dari strategi yang telah ditetapkan, metode merupakan alat untuk mencapai tujuan”. Jadi di dalam strategi pembelajaran terdapat metode pembelajaran yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran.

Pemilihan strategi pembelajaran harus mempertimbangkan tingkat perkembangan, kebutuhan dan minat anak, karena strategi pembelajaran harus dapat menfasilitasi mereka dalam belajar. Strategi pembelajaran yang baik adalah yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, sesuai kebutuhan anak, sesuai dengan karakteristik perkembangan anak, serta dikuasai oleh pendidik (Masitoh, 2005: 158). Kostelnik (1999) dalam Masitoh (2005: 158-165) menjabarkan beberapa strategi umum pembelajaran yang dapat dipakai dalam pendidikan anak usia dini, adapun strategi umum pembelajaran tersebut adalah:

a. Meningkatkan keterlibatan indera

Guru hendaknya dapat memaksimalkan keterlibatan indera anak dalam pembelajaran, karena kegiatan belajar dimulai dengan persepsi melalui melihat, mendengar, menyentuh, merasa dan mencium (Bredekamp & Copple, 1997 dalam

68

Masitoh, dkk., 2005: 158). Terkait dengan upaya meningkatkan perilaku moral pada anak usia dini, dalam hal ini anak dihadapkan secara langsung dengan benda-benda yang ada di lingkungan anak. Guru mengenalkan berbagai benda yang ada di lingkungan sekitarnya kemudian memberikan arahan bagaimana merawat benda-benda tersebut dan menempatkan pada tempat yang semestinya. Seperti plastik makanan yang tergeletak di jalan dan seharusnya dibuang ke tempat sampah, tanaman di pot yang layu kemudian disiram agar tidak mati.

b. Mempersiapkan isyarat lingkungan

Isyarat yang berada di lingkungan anak dapat menjadi sarana belajar mereka yang dimulai dari mengamati, dan mengenali tanda-tanda. Gambar-gambar atau simbol nonverbal yang ditempel pada benda dapat memberikan informasi kepada anak, misalnya gambar sepatu dan rak sepatu di depan ruang kelas yang mengartikan harus mencopot dan menaruh sepatu di rak sebelum masuk kelas. Gambar dan tanda-tanda yang dipersiapkan di lingkungan belajar anak akan mendorong tercapainya kemandirian, kerjasama dan melaksanakan aturan sesuai dengan yang berlaku dalam kelompoknya.

c. Analisis tugas

Anilisis tugas adalah memecah tugas kedalam bagian-bagian agar anak lebih mudah menguasainya. Bagi anak usia dini hal ini akan mempermudah tujuan mereka, misalnya membagi anak-anak untuk bekerjasama membersihkan lingkungan sekolah, ada anak yang bertugas memungut sampah, ada anak yang bertugas menyapu, menyiram tanaman dan tugas-tugas sederhana yang dapat mereka lakukan.

69

d. Bantuan orang yang lebih berpengalaman (Scaffolding)

Proses scaffolding dimulai dengan memberikan bantuan yang maksimum bagi anak jika sudah tidak memiliki jalan keluar. Guru dapat menghentikan bantuan kepada anak apabila anak terlihat sudah mampu melakukannya sendiri. Bantuan kepada anak juga diberikan secara bertahap, meskipun anak memang membangun pengetahuannya sendiri tetapi bantuan dari orang dewasa juga diperlukan. Seperti pada saat kegiatan bermain, terkadang anak-anak memiliki pendapat yang berbeda dengan yang lain dan akhirnya bertengkar. Guru dapat menerapkan strategi ini dengan cara mendamaikan keduanya dan berdiskusi, tetapi untuk dilain waktu guru dapat sebagai penasihat saja dan cukup melihat bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah.

e. Bimbingan praktis

Pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak, akan memberikan kebebasan kepada anak untuk mempraktekkan yang ingin mereka pelajari. Bimbingan praktis dilakukan bila anak mengalami kesulitan, bimbingan bisa juga dilakukan secara berulang-ulang. Hal ini disebabkan karena belajar tidak hanya dilakukan dalam sekali waktu, karena anak membutuhkan beberapa kesempatan untuk memperoleh konsep, mengeksplorasi gagasan dan mencoba menguasai ketrampilan seperti pada permainan-permainan yang belum pernah dikenal anak sebelumnya, guru memberikan bimbingan dan contoh ketika anak bingung melakukan dan masih lupa dengan aturan-aturan.

70 f. Undangan

Mengundang dengan kata-kata verbal kepada anak memberikan arti agar anak memperhatikan atau memusatkan perhatian pada masalah. Misalnya ketika kegiatan berlangsung, anak tidak memperhatikan guru dalam menjelaskan kegiatan bermain yang akan dilakukan. Terkait dengan upaya pembentukan perilaku, strategi ini juga dapat mendorong anak-anak untuk menghentikan perilaku yang tidak baik bagi anak, karena ketika guru memanggil nama anak mereka akan menyadari bahwa yang dilakukannya tersebut tidak benar.

g. Modelling

Modelling dapat membantu anak belajar melakukan sesuatu yang benar, karena mereka anak meniru jika ada anak lain yang berkelakuan baik dan guru memujinya. Modelling dapat membangun konsep bagi anak bahwa perilaku yang baik memiliki nilai yang baik juga dalam hidupnya, seperti memiliki banyak teman, disukai guru, disukai ayah dan ibu, konsep tersebut akan membangun motivasi anak untuk memiliki perilaku yang baik seperti orang yang dilihat.

h. Penghargaan yang efektif

Penghargaan yang efektif bagi anak di sini adalah penghargaan yang spesifik sesuai tindakan anak dan membandingkan kemajuan mereka dengan perilaku sebelumnya. Perbandingan yang tidak efektif adalah membandingkan seorang anak dengan anak lain, karena hal ini akan menghentikan konsentrasi anak dalam usahanya seperti membandingkan perilaku anak A yang berusaha mengerjakan sendiri pekerjaannya dengan anak B yang bekerja cepat dan tepat sehingga anak akan terpecah konsentrasinya dan merasa pekerjaanya sia-sia atau

71

tidak percaya diri. Penghargaan yang efektif yang dapat ditunjukan bagi anak A misalnya dengan mengatakan bahwa pekerjaan yang dilakukannya sekarang lebih baik dari yang kemarin karena anak A tidak lagi melihat pekerjaan teman di sampingnya. Dari penghargaan yang diberikan guru setidaknya anak mampu dan termotivasi untuk merubah perilaku yang sebelumnya tidak baik menjadi baik.

i. Refleksi tingkah laku

Sharp (1987) dalam Masitoh (2005: 163) menyatakan bahwa “refleksi tingkah laku kadang disebut umpan balik deskriptif”. Refleksi tingkah laku yaitu

gambaran verbal yang diungkapkan sesorang tentang tindakan anak, misalnya sekelompok anak yang sedang bermain dan membantu membawakan tas

temannya kemudian guru berkata “Wah... Kalian bermain dengan akrab dan saling membantu ya”.

j. Refleksi kalimat (Paraphrase Reflection)

Refleksi kalimat yaitu pernyataan ulang yang diungkapkan guru tentang sesuatu yang dikatakan anak, guru dapat menggunakan kata-kata yang sedikit berbeda dengan yang dikatakan anak. Keuntungan dari refleksi kalimat adalah memperluas perbendaharaan kata anak, misalnya anak sedang bermain dan

berkata kepada guru “Bu, gambar ini adalah anak yang baik dia suka menolong” kemudian guru berkata “Kamu telah memahami perilaku yang mulia dan kamu telah membedakan perilaku yang baik dan yang buruk”.

72 k. Do it signal

Do it signal adalah pernyataan pendek yang dapat mendorong anak melakukan kegiatan atau mengerjakan sesuatu. Ketika anak mengikuti arahan do it, tindakannya ditujukan kepada guru tentang apa yang dapat dilakukan atau yang tak dipahami. Guru harus memahami dan merespon dengan memberikan informasi yang tepat serta tambahan pengalaman bagi anak. Contoh arahan do-it

adalah “Coba ceritakan kepada Ibu tentang apa yang kamu lihat”. Hal ini dapat

dilakukan misalnya ketika anak memiliki masalah dengan teman bermainnya dan guru dapat menggunakan strategi ini dalam membantu memecahkan masalahnya.

l. Tantangan

Tantangan yang diberikan kepada anak akan memotivasi untuk menciptakan pemecahannya sendiri dari tugas yang dirancang guru. Tantangan akan memberi kesempatan kepada anak dan guru untuk mengontrol kegiatan. Misalnya guru merancang kegiatan bermain kelompok dan anak diberi kesempatan untuk memainkannya.

m. Menceritakan/Menjelaskan/Menginformasikan

Seseorang yanga berusaha mengatakan dan menjelaskan tentang sesuatu bisa diarahkan langsung melalui komunikasi verbal atau arahan tidak langsung melalui media seperti buku, televisi atau komputer (Masitoh, dkk., 2005: 165). Informasi penting juga dapat disampaikan kepada anak melalui cerita dan penjelasan. Melalui cerita dan penjelasan anak akan belajar tentang bagaimana

73

perilaku yang baik itu, seperti menolong teman, mau berbagi dengan teman atau menghargai perasaan teman yang lain.

n. Pertanyaan

Pertanyaan merupakan alat pengajaran umum yang digunakan pada anak usia dini. Pertanyaan yang efektif adalah pertanyaan yang berhubungan langsung dengan tujuan yang akan dicapai anak, serta merangsang berpikir, jelas atau dapat

dipahami serta singkat, misalnya “ Bagaimana seharusnya yang dilakukan Susi

kepada Anis yang jatuh dan lututnya sakit?”. Anak-anak akan memberikan penjelasan tersendiri sesuai dengan pengetahuannya. Tujuan dari pertanyaan itu pun jelas yaitu sikap dan perilaku yang dimiliki anak serta cara anak dalam menyikapi permasalahan.

Strategi pembelajaran umum yang telah diuraikan diatas dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di TK. Strategi-strategi tersebut dapat digabungakan dengan beberapa jenis metode pembelajaran. Kostelnik (1997) dalam Masitoh, dkk. (2005: 165-173) menyatakan 7 jenis metode pembelajaran dalam pendidikan anak usia dini, yaitu:

a. Kegiatan eksploratori

Kegiatan eksploratori memungkinkan anak untuk mengembangkan penyelidikan langsung yang berjalan dengan langkahnya sendiri, membuat keputusan yang ingin dilakukannya. Anak akan menemukan sesuatu bagi dirinya sendiri, dan mengambil kegiatan yang sesuai dengan minatnya. Kegiatan eksploratori memerlukan perencanaan yang cermat serta dalam proses kegiatannya melibatkan alat indera anak dan isyarat lingkungan untuk merangsang

74

minat belajar anak. Guru juga menggunakan refleksi tingkah laku dan refleksi kalimat dalam kegiatan ini.

b. Penemuan terbimbing

Metode penemuan terbimbing memusatkan perhatian pada proses belajar anak, bukan pada hasil pemecahan masalah pada anak. Tujuannya adalah agar anak membangun konsep melalui interaksi dengan orang lain dan objek. Dalam kegiatan ini guru menggabungkan strategi modelling, penghargaan yang efektif, mencerikan/menjelaskan/menginformasikan, do-it-signal, dan pertanyaan.

c. Pemecahan masalah

Dalam kegiatan ini anak-anak merencanakan, meramalkan, membuat keputusan, mengamati hasil tindakannya dan guru hanya sebagai fasilitator saja (Harlan dan Hendrick dalam Masitoh, dkk., 2005: 167-168). Masalah dapat muncul secara alami atau direncanakan oleh guru. Masalah yang paling baik bagi anak-anak adalah memungkinkan mereka mengumpulkan informasi yang konkrit, mengandung lebih dari satu pemecahan masalah, dapat diamati, serta memudahkan anak-anak mengevaluasi dan memungkinkan mereka membuat keputusan sendiri.

d. Diskusi

Dalam metode diskusi akan menunjukan timbal balik antara guru dan anak. Diskusi menggabungkan strategi undangan, refleksi, pertanyaan dan pernyataan. Dalam kegiatan diskusi guru tidak membimbing percakapan, tetapi mendorong anak mengemukakan gagasannya sendiri.

75 e. Belajar kooperatif

Belajar kooperatif dapat diartikan anak-anak bekerja sama dalam kelompok. Belajar kooperatif melibatkan anak untuk berbagi tanggung jawab antara guru dan anak untuk mencapai tujuan pendidikan. Manfaat belajar kooperatif diantaranya adalah meningkatkan perasaan, ketrampilan anak, kemampuan anak mengerjakan tugas, toleransi antar anak, kemampuan berbicara, mengambil prakarsa, membuat pilihan, dan mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang hayat (Masitoh, dkk., 2005: 171).

f. Demonstrasi

Demonstrasi secara umum melibatkan seseorang untuk menunjukkan kepada orang lain bagaimana bekerjanya sesuatu. Demonstrasi memadukan strategi do it signal, modelling, dan menceritakan/menjelaskan/menginformasikan.

g. Pengajaran langsung

Anak yang belajar dalam kegiatan pengajaran langsung mempelajari informasi atau tindakan yang diciptakan orang lain, tetapi tidak membangun pengetahuan untuk dirinya sendiri. Contoh pengajaran langsung adalah seorang anak yang ingin mengendarai sepeda dan harus menguasai isyarat tangan sebelum ia mengemudikannya di jalan raya. Gabungan dalam pengajaran langsung terhadap strategi pembelajaran adalah modelling, analisis tugas, penghargaan yang efektif, menginformasikan, do it signal dan tantangan.

Jadi berdasarkan uraian strategi umum pembelajaran serta metode pembelajaran dapat disimpulkan bahwa semua strategi dan metode pembelajaran cocok digunakan dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini, namun harus

76

disesuaikan dengan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan nantinya serta dilakukan dalam hal yang sederhana. Penyesuaian itu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam penerapan metode dan strategi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal terutama dalam pelaksanaan pembelajaran moral.

Maria J. Wantah (2005: 123) menyatakan bahwa pembelajaran moral adalah suatu sistem aktivitas pembelajaran moral yang dirancang untuk suatu institusi pendidikan anak usia dini dengan tujuan-tujuan yang didasarkan pada karakteristik perkembangan moral anak. Rencana pembelajaran perilaku moral di Taman Kanak-kanak (TK) harus dirancang untuk mengoptimalkan kemampuan anak agar mengerti, memahami dan melaksanakan nilai moral yang telah diajarkan oleh guru. Penanaman perilaku moral yang telah dilakukan di sekolah diharapkan mampu diterapkan juga ketika di lingkungan rumah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu strategi untuk mengembangkan kemampuan moral anak. Robert Cole dalam Maria J. Wantah (2005: 107-126) mengemukakan tiga strategi penting dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu latihan (trainaing) dan pembiasaan (habituation), aktivitas bermain dan pembelajaran.

a. Strategi latihan dan pembiasaan

Strategi latihan dan pembiasaan ini mulai dilakukan sejak anak dalam kandungan hingga anak tumbuh dewasa. Latihan dan pembiasaan perilaku ini dilakukan secara terus menerus oleh orang dewasa kepada anak. Melatih dan membiasakan anak untuk hidup bersih seperti menggunakan sikat dan odol untuk sikat gigi, atau bagaimana mengenakan sesuatu dengan baik misalnya berpakaian.

77

Pada masa awal anak-anak, pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang dewasa akan melekat pada anak. Pemikiran, keinginan dan tindakan anak sebenarnya mencerminkan keinginan, harapan dan nilai-nilai orang tua terhadap bagaimana seharusnya kehidupan dan perilaku anak.

b. Strategi aktivitas bermain

Dalam aktivitas bermain anak cenderung merasa bahagia dan senang, sehingga bila kegiatan belajar didasarkan pada kegiatan yang menyenagkan maka motivasi anak terhadap belajar semakin besar. Penanaman terhadap perilaku moral anak juga dapat dibangun melalui aktivitas bermain sebagai salah satu strategi penanaman moral. Melalui bermain anak mampu merealisasikan nilai moral baik dengan teman, alam, budaya atau dengan orang dewasa.

c. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran moral di sini adalah suatu sistem aktivitas pembelajaran moral yang dirancang untuk suatu institusi pendidikan anak usia dini dengan tujuan-tujuan yang didasarkan pada karakteristik perkembangan moral anak.

Adapun strategi pembelajaran pengembangan perilaku moral pada anak usia dini yang disampaikan oleh Ryan (2000) dalam Turner, T.N. (2004) antara lain adalah:

a. Teaching values through pronouncements, rules and warnings

Pembelajaran melalui pernyataan, aturan dan peringatan. Dalam strategi ini guru dapat membuat suatu aturan yang berlaku dalam kelas. Bila anak-anak melanggar peraturan guru dapat memberikan peringatan berupa nasihat, pesan,

78

atau sanksi pada anak. Sangsi atau hukuman yang diberikan harus disesuaikan dengan kesepakatan yang telah berlaku dan harus melihat kemampuan anak. Apabila anak berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku dan bersikap baik maka guru memberikan pujian kepada anak. Dalam strategi ini dapat menggunakan hadiah dan hukuman untuk memperkuat perilaku moral anak.

b. Teaching values through examples and models

Pembelajaran melalui contoh dan model. Strategi pembelajaran ini dapat menggunakan vidio atau menghadirkan sosok yang dapat dijadikan model bagi anak. Contohnya adalah ketika diputarkan film atau vidio anak-anak, anak-anak yang menonton vidio tersebut mengamati model yang ada di dalam film dan menceritakan model yang dilihat. Anak-anak kemudian menaganalisis perilaku yang ada dalam tokoh mana yang baik atau buruk dan dijadikan contoh bagi mereka.

c. Teaching values through stories with morals or lessons

Pembelajaran melalui cerita dengan moral dan pelajaran di dalamnya. Strategi pembelajaran ini merupakan cara yang paling banyak dilakukan oleh guru. Kegiatan bercerita akan lebih mudah untuk menyampaikan pesan moral pada anak. Pesan-pesan moral tersebut kemudian diselipkan dalam cerita, dan melakukan diskusi diakhir kegiatan.

d. Teaching values through examining personal actions of self and others

Pembelajaran melalui penilaian terhadap kepribadian yang ada pada diri sendiri dan orang lain. Strategi ini lebih pada analisis yang dilakukan oleh anak, anak melihat kepribadian dirinya sendiri dan membandingkan dengan orang lain.

79

Atau bisa juga dengan menilai kepribadian seseorang dengan apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang itu menurut pengalaman mereka. Kegiatan ini lebih mendukung anak untuk melihat persoalan dari sudut pandang orang lain, sehingga anak akan memiliki pemikiran baru dan konsep baru.

e. Teaching values through problem solving

Pembelajaran melalui pemecahan masalah. Pembelajaran melalui pemecahan masalah merupakan salah satu strategi yang melibatkan anak berpartisipasi didalamnya. Kegiatan ini bersifat nyata dan anak bertindak langsung. Anak dihadapkan pada permasalahan yang bisa direncanakan melalui bermain, peristiwa, atau dilema moral.

Dari beberapa macam strategi pembelajaran perilaku moral anak tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan semuanya mengarah pada pembentukan perilaku moral pada anak, namun untuk pembelajaran perilaku moral terkait dengan peningkatan perilaku moral lebih ditekankan pada strategi melalui aktivitas bermain, karena didalamnya anak dapat berpartisipasi secara langsung dan adanya pengaruh aturan didalam kelas dan dalam permainan anak akan belajar untuk selalu taat aturan. Kegiatan bermain lebih fleksibel dan mudah diamati karena terdapat interaksi antar individu didalamnya.

Dokumen terkait