• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengelolaan Pesisir Teluk Kendari Analisis Pemangku Kepentingan

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4 Metode Analisis Data 1 Analisis Spasial Grid User fee

4.1.5 Strategi Pengelolaan Pesisir Teluk Kendari Analisis Pemangku Kepentingan

Aspek Pemangku kepentingan sebagai salah satu cara mengetahui sistem pengelolaan pesisir Teluk Kendari melalui persepsi masing-masing pemangku kepentingan. Pengelolaan pesisir Teluk Kendari dapat diperoleh dengan mengukur sejauh mana tingkat kepentingan dan pengaruh dalam pengelolaan ini yang disajikan pada Gambar 15 dan lampiran 4.

Gambar 15 Matriks pemangku kepentingan pesisir Teluk Kendari

Hasil menunjukan bahwa pemangku kepentingan dikelompokan menjadi 4 jenis yang berperan dalam pengelolaan dan aktivitas di Teluk Kendari. Pemangku kepentingan tersebut yang pertama adalah pemerintahan (kedinasan dan lembaga terkait), kedua administratif kewilayahan dalam hal ini kecamatan di Teluk Kendari, ketiga pengunjung teluk serta komunitas wisatawan teluk dan pedagang kafe kontemporer. Pemangku kepentingan yang begitu kuat pengaruh dan kepentingannya adalah pemerintahan yakni Dinas Pariwisata Provinsi dan Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Kendari.

Alternatif Kebijakan

Pemilihan alternatif kebijakan ini dilakukan melalui hasil penilaian kriteria kondisi lingkungan pesisir di Teluk Kendari. Penilaian kriteria tersebut berupa alternatif kebijakan atau skenario kebijakan pengelolaan pesisir teluk dengan memperhatikan dampak yang akan timbul. Kriteria ini dikelompokan menjadi 3 variabel yakni sosial budaya, ekonomi dan ekologi yang bersumber dari pengamatan langsung, data sekunder kedinasan kota ataupun dari studi literatur. Matriks multikriteria penilaian pengelolaan pesisir Teluk Kendari disajikan pada Tabel 9. 0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 DKP

DinPerinDagKop & UKM Dispenda

Dinas Kebersihan Dinas Pariwisata

Dinas Tata Kota dan Perumahan Bappeda Kota

Dinas Pariwisata Provinsi Dinas Pertanian dan Kehutanan Badan Pelayanan Perizinan Dinas Perhubungan Dinas Pekerjaan Umum Badan Lingkungan Hidup

X14 X15 X1 X2 X3 X13 X4 X6 X8 X9 X12 X11 X10 X5 X17 X16 X7 Bystanders (Kuadran III) Subject (Kuadran I) Actors (Kuadran IV) Players (Kuadran II) X1. DKP

X2. DisPerinDagKop & UKM X3. Dispenda

X4. Dinas Kebersihan X5. Dinas Pariwisata

X6. Dinas Tata Kota dan Perumahan X7. Bappeda Kota

X8. Dinas Pariwisata Provinsi X9. Dinas Pertanian dan Kehutanan X10. Badan Pelayanan Perizinan

X11. Dinas Perhubungan X12. Dinas Pekerjaan Umum X13. Badan Lingkungan Hidup X14. Kecamatan Kendari X15. Warga (pengunjung) X16. Pedagang Kafe Temporer X17. Komunitas Wisata (YVCI) X18. Rumah Makan Bakau X19. Hotel Di Pesisir Teluk

41 X18 X19 Pengaruh Ke p en ti n g an

Kajian sosial budaya, ekonomi dan ekologi menunjukan bahwa pengelolaan pesisir Teluk Kendari memiliki potensi begitu besar khususnya dari segi wisata. Kajian terhadap variabel sosial budaya, ekonomi dan ekologi ini saling berkaitan satu sama lain. Hal ini ditunjukan melalui pengaruh antarkomponen variabel tersebut bahwa setiap komponen akan memberi kontribusi terhadap skor penentuan skenario terbaik. Kegiatan wisata pesisir perlu dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan Teluk Kendari salah satunya dengan upaya kebijakan sistem biaya pengguna. Sistem penataan ruang berbasis biaya pengguna (user fee) nantinya akan memberi kontribusi langsung terhadap upaya kelestarian ekosistem serta menunjang pengelolaan ruang. Biaya ini dikenakan pada setiap pengguna ekosistem pesisir dalam hal kegiatan wisata. Penerimaan biaya pengguna ini akan langsung dikelola dalam bentuk penataan ruang pesisir dan penguatan kualitas lingkungan. Nilai kesediaan membayar untuk melestarikan Teluk serta pendapatan ekonomi wilayah menunjukan dukungan dalam menunjang kelestarian Teluk Kendari. Kriteria dari matriks ini menghasilkan skenario kebijakan pengelolaan pesisir berbasis biaya pengguna. Pilihan strategi pengelolaan wilayah pesisir Teluk Kendari melalui hasil analisis multikriteria pengelolaan yakni:

1. User fee tidak dilakukan wisata pesisir Teluk Kendari tetap berjalan seperti biasa

2. User fee dilakukan dengan peningkatan sarana prasarana kaitannya dengan ruang wisata pesisir Teluk Kendari

3. User fee dilakukan dengan peningkatan pengelolaan ekosistem dalam upaya perlindungan kaitannya dengan ruang wisata pesisir Teluk Kendari

4. User fee dilakukan dengan peningkatan sarana dan prasarana serta pengelolaan ekosistem pesisir dalam upaya perlindungan hubungannya terhadap ruang wisata pesisir Teluk Kendari.

Tabel 9 Matriks multikriteria pengelolaan wilayah pesisir Teluk Kendari No. Kriteria Sub-

Kriteria

Skenario A Skenario B Skenario C Skenario D

1. Sosial - Budaya 1. X1 2.X2 3.X3 1.57120 orang tahun-1 2.62% rendah/kurangnya kepuasan pengelolaan ruang 3.68% rendah/kurangnya

kepuasan kepuasan terhadap

upaya perlindungan

lingkungan

1.74256 orang tahun-1

2.52% rendah/kurangnya kepuasan pengelolaan ruang 3.57% rendah/kurangnya

kepuasan kepuasan terhadap

upaya perlindungan

lingkungan

1. 85680 orang tahun-1

2. 48% rendah/kurangnya kepuasan pengelolaan ruang 3. 52% rendah/kurangnya

kepuasan kepuasan terhadap

upaya perlindungan

lingkungan

1. 102816 orang tahun-1

2. 41% rendah/kurangnya kepuasan pengelolaan ruang 3. 45% rendah/kurangnya

kepuasan kepuasan terhadap

upaya perlindungan lingkungan 2. Ekonomi 1. X4 2.X5 3.X6 1. Rp. 23 250 individu tahun-1. 2. Rp. 13 983 individu tahun-1. 3. Rp. 3 815 225 170 tahun-1. 1. Rp. 27 900 individu tahun-1. 2. Rp.16 780 individu tahun-1. 3. Rp. 4 578 270 204 tahun-1. 1. Rp. 30 225,- individu tahun-1. 2. Rp.18 178,- individu tahun-1. 3. Rp. 4 959 792 720 tahun-1. 1.Rp. 34 875 individu tahun-1. 2.Rp. 20 975 individu tahun-1. 3.Rp. 5 722 837 754 tahun-1. 3. Ekologi 1. X7 2.X8 3.X9 4.X10 1. Nitrat 0.433 mg.L-1 2. Padatan tersuspensi 35,2 mg.L-1 3. Sedimentasi 63.613.364 m3 4. 886 pohon ha-1 1. Nitrat 0.39 mg.L-1 2. Padatan tersuspensi 31,68 mg.L-1 3. Sedimentasi 65.521.765 m3 4. 709 pohon ha-1 1. Nitrat 0.173 mg.L-1 2. Padatan tersuspensi 14,08 mg.L-1 3.Sedimentasi 64.885.631 m3 4.1.152 pohon ha-1 1. Nitrat 0.281 mg.L-1 2. Padatan tersuspensi 22,88 mg.L-1 3. Sedimentasi 64.794.032 m3 4. 1.108 pohon ha-1

Jumlah kunjungan wisatawan ke Teluk Kendari (X1); Persepsi pengguna Teluk Kendari (Pengelolaan Ruang-Wisata) (X2); Persepsi pengguna Teluk Kendari (Pengelolaan Ruang-Wisata) (X3); WTP upaya perlindungan Teluk Kendari (X4); Surplus konsumen biaya perjalanan (X5); Penerimaan ekonomi (pajak bangunan hotel, rumah makan dan kafe pesisir temporer) aktivitas penunjang wisata pesisir (X6); Kualitas perairan (Konsentrasi nitrat) (X7); Kualitas perairan (Konsentrasi padatan tersuspensi) (X8) Sedimentasi (Persentase laju peningkatan sedimen teluk ) (X9) dan Kondisi Mangrove (Tutupan mangrove teluk) (X10)

Berdasarkan hasil skenario multikriteria pengelolaan pesisir Teluk Kendari diketahui perbedaan oleh masing-masing tipe skenario. Selanjutnya skenario pengelolaan ini dinilai menggunakan skor yang disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16 Skor skenario pengelolaan pesisir Teluk Kendari

Hasil skoring skenario pengelolaan wilayah pesisir Teluk Kendari berbasis biaya pengguna menunjukan penilaian dengan skor tertinggi diperoleh pada penerapan skenario D dengan rerata total skor 65. Skenario D merupakan skenario penerapan user fee dengan peningkatan sarana dan prasarana serta pengelolaan ekosistem pesisir dalam upaya perlindungan hubungannya terhadap ruang wisata pesisir Teluk Kendari.

Analisis Kesesuaian Wisata

Kajian analisis trade off telah menunjukan skenario pengelolaan terbaik yang dapat dipilih. Selanjutnya dalam penerapan hal tersebut agar lebih terintegrasi dilakukan analisis kesesuaian sumberdaya wisata pantai serta kesesuaian pengembangan wisata pantai guna mendukung sampai seberapa besar wilayah yang sesuai dalam kajian penelitian di Teluk Kendari. Analisis kesesuaian lahan wisata pantai yang dilakukan melalui kategori rekreasi pantai. Hasil analisis kesesuaian sumberdaya wisata pantai dan kesesuaian pengembangan wisata panta kategori rekreasi pantai disajikan pada Gambar 17 dan Gambar 18. Berdasarkan kedua hasil analisis kesesuaian wisata pantai diketahui bahwa wilayah pesisir Teluk Kendari mayoritas berada dalam kategori sesuai kategori sesuai (S2) seluas 113.09 ha dan kategori tidak sesuai (S3) seluas 44.23 ha. Hasil perhitungan olahan Arc GIS. kesesuaian disajikan pada lampiran 5 (a dan b), untuk peta masing-masing parameter kajian disajikan pada lampiran 6 .

0 50 100 150 200 A B C D

Skor Sosial Skor Ekonomi Skor Ekologi

44 Tipe skenario S k o r S k en ario

Gambar 17 Peta kesesuaian sumberdaya wisata pantai kategori rekreasi pantai

Gambar 18 Peta kesesuaian pengembangan sumberdaya wisata pantai kategori rekreasi pantai

4.2 Pembahasan

Teluk Kendari sebagai satu ekosistem pesisir menyediakan jasa lingkungan seperti halnya ekosistem pesisir pada umumnya. Bentuk jasa lingkungan kultural memberi manfaat kesejahteraan kepada manusia dengan adaptasi ruang yang baik (Church et al. 2014). Sejalan dengan kebijakan pemerintah yang mengatur bahwa pengelolaan Teluk Kendari dilakukan secara terpadu dengan memperhatikan aspek perlindungan. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kendari 2010-2030, menetapkan berbagai macam alokasi ruang yang salah satunya sebagai tempat pariwisata. Saat ini bentuk pengelolaan wisata Teluk Kendari sifatnya masih ruang terbuka umum sementara pendapatan daerah diperoleh dari bangunan yang berdiri serta aktivitas yang menghasilkan pajak yang berlangsung tiap hari di waktu sore hingga malam. Para pengunjung yang hadir ke Teluk Kendari dari berbagai macam latar belakang, usia dan tentunya dengan alasan yang berbeda-beda. Teluk Kendari memiliki potensi sumberdaya alam, akan tetapi dalam perkembangannya mengalami degradasi lingkungan yang diakibatkan dari hasil pembangunan di wilayah pesisir Kota Kendari.

Survey di lapangan menunjukan bahwa pengaturan wisata di Teluk Kendari masih dalam aktivitas umum dan belum dikelola secara serius. Hasil pemetaan dengan spasial grid menunjukan adanya pengelompokan aktivitas wisata di tiap- tiap grid yang menjadi ruang wisata sesuai RTRW Kota Kendari. Aktivitas ini masih menyebar pada tiap grid yang memperlihatkan adanya kelompok mayoritas setiap aktivitas wisata tersebut. Jenis aktivitas wisata di Teluk Kendari dikategorikan menjadi 4 kelompok wisata yakni kelompok pertama wisata panorama alam, kedua wisata jalan-jalan, ketiga wisata mancing dan keempat wisata olahraga di tepi pantai yang biasanya berupa jogging Ruiz-Frau et al. (2013)

dan O’Mahony et al. (2009). Wisata panorama alam merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dengan cara hadir, tujuannya menikmati pemandangan alam di teluk. Wisata jalan-jalan merupakan aktivitas atau kegiatan dengan cara hadir, tujuannya menikmati pemandangan teluk serta menikmati kuliner yang berada pada pedagang maupun rumah makan di sekitar Teluk Kendari. Wisata mancing merupakan aktivitas atau kegiatan hobi mencari ikan menggunakan pancing oleh pengunjung, yang biasa dilakukan 1-2 kali dalam sebulan. Wisata olahraga tepi pantai yang kebanyakan jogging merupakan bentuk kegiatan berlari kecil di tepi pantai mengikuti jalan raya di pinggir pantai dengan memanfaatkan teluk sebagai tempat istirahat.

Karakteristik dan persepsi pengunjung merupakan ciri serta cara mereka menyikapi kondisi pengelolaan pesisir di Teluk Kendari. Pengunjung Teluk Kendari di dominasi oleh laki-laki dengan pendidikan rata-rata merupakan lulusan SMA. Status pekerjaan tertinggi merupakan wiraswasta maupun wirausaha mandiri, usia pengunjung didominasi oleh usia 15-24 tahun dengan penghasilan rata-rata sebesar Rp. 1 000 000,- sampai 2 000 000,-. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa mayoritas pengunjung berusia muda dengan pendapatan tergolong ekonomi kelas menengah ke bawah. Hal ini menggambarkan bahwa bentuk wisata di Teluk Kendari masih tergolong murah. Pesisir teluk ditinjau dari persepsi

pengunjung diketahui bahwa kurangnya kepuasan terhadap informasi pengelolaan ruang dan upaya perlindungan. Pengelolaan ruang kaitannya dengan aktivitas wisata ini merupakan informasi berupa pengetahuan responden bahwa daerah atau wilayah yang mereka kunjungi merupakan alokasi ruang yang telah di tetapkan pemerintah kota. Kurangnya kepuasan juga diakibatkan upaya perlindungan yang ditandai dengan kondisi teluk yang memiliki banyak sampah terlihat ketika air laut surut serta aktivitas reklamasi yang melakukan penimbunan di teluk dan penebangan mangrove. Sebanyak 62% responden merasa kurang puas terhadap informasi pengelolaan ruang wisata dan 68% yang merasa kurang puas terhadap upaya perlindungan teluk. Oleh Church et al. (2014) dan Chan et al. (2012) dijelaskan bahwa penataan ruang wilayah pesisir dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sekitarnya dengan memanfaatkan jasa ekosistem kultural dengan memperhatikan aspek perlindungan.

User fee system secara sederhana merupakan sebuah sistem biaya yang dikenakan terhadap pengguna di ekosistem pesisir dan laut di Teluk Kendari, dalam hal ini pengguna jasa ekosistem wisata. User fee diukur melalui pendekatan surplus konsumen wisata pesisir menggunakan biaya perjalanan ke lokasi wisata dan melalui kesediaan membayar masyarakat terhadap perlindungan atau konservasi Teluk Kendari. Pendekatan biaya perjalanan dapat digunakan untuk memberi masukan kebijakan (Phaneuf dan Smith 2005). Nilai surplus konsumen Teluk Kendari setiap kunjungan per individu per kunjungan sebesar Rp. 13 983 dengan

nilai P 0.01 yakni 0.0000 pada persamaan regresi linear berganda berdasarkan

variabel biaya perjalanan terhadap tingkat kunjungan. Olehnya dapat dijelaskan bahwa penerimaan data dari hasil persamaan sangat kuat didukung atas tingkat kesalahan yang kecil sesuai dengan prinsip ekonomi (Chae 2012). Variabel yang bepengaruh kuat dalam persamaan regresi adalah biaya perjalanan yang menunjukan koefisien bertanda negatif yang menjelaskan bahwa nilai biaya perjalanan yang meningkat akan mengurangi rata-rata jumlah kunjungan.

Upaya perlindungan teluk dalam rangka pengelolaan pesisir juga dilakukan dengan cara menilai kesediaan membayar individu (willingnes to pay/wtp). Kesediaan membayar menggunakan metode kontingensi valuasi atau cvm, melalui penilaian kontingensi ini responden akan memberikan kesedian untuk membayar jasa lingkungan melalui besaran biaya. Penilaian surplus konsumen untuk kesediaan untuk membayar dalam upaya perlindungan pesisir Teluk Kendari adalah sebesar Rp 23 250 setiap kunjungan per tahun. Variabel yang kuat mempengaruhi nilai kesediaan membayar adalah pendapatan, aktivitas wisata, pekerjaan dan umur. Oleh Birdir et al. (2013) dan Jobstvogt et al. (2014) dijelaskan bahwa kegiatan wisata hubungannya dengan upaya konservasi, tingkat pendapatan serta umur memiliki pengaruh yang tinggi terhadap nilai kesediaan untuk membayar individu. Upaya perlindungan sebagai salah satu cara menjaga suatu lokasi wisata tetap lestari atau kondisi lingkungan yang baik (Chen dan Bau 2016; Lange 2015) .

Spasial grid atau grid ruang sebagai salah satu bentuk pengelolaan pesisir terpadu, dapat membantu fungsi zonasi serta menggunakan perbedaan ruang atau jarak dalam penentuan pengelolaan (Ruiz-Frau et al. 2013; Ghermandi dan Nunes 2013). Pengelolaan ruang wilayah pesisir Teluk Kendari dalam pengelompokan

biaya perjalanan terbagi menjadi 3 kelas pada setiap gridnya. Kelas yang mendominasi pada setiap grid dari biaya perjalanan paling rendah adalah Rp. 5 000 sampai Rp. 50 000. Kelas biaya perjalanan yang rendah mayoritas terjadi pada jenis aktivitas wisata panorama alam. Biaya perjalanan yang dikeluarkan merupakan kategori wajar, mengingat jarak lokasi wisata yang tidak begitu jauh yang mayoritas merupakan pengunjung lokal serta tidak mempengaruhi jumlah kunjungan setiap harinya (Windle dan Rolfe 2013). Pada kelas biaya perjalanan paling tinggi diatas Rp. 150 000 dengan dominasi rendah diperoleh pada grid 3, 8 dan 9. Kelas biaya perjalanan yang tinggi ini terjadi pada jenis aktivitas jalan-jalan hal ini disebabkan kegiatan jalan-jalan melibatkan tambahan kegiatan seperti menikmati kuliner atau pun makan di rumah makan di tepi pantai. Jenis aktivitas wisata pengunjung Teluk Kendari pada setiap grid menunjukan kegiatan yang tidak membutuhkan biaya lebih seperti aktivitas wisata pantai lainnya yakni snorkeling dan diving. Akan tetapi aktivitas ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi, karena mayoritas kegiatannya berupa wisata rekreasi pantai non ekstarktif (Germandi dan Nunes 2013). Aktivitas wisata menikmati panorama alam, jalan-jalan dan jogging di tepi pantai dilakukan di setiap grid. Untuk aktivitas wisata mancing. Aktivitas wisata mancing mayoritas kegiatan tertinggi pada grid 10 yang disebabkan karena wilayah tersebut hampir belum tersentuh pembangunan serta terdapat mangrove yang mendukung kegiatan pemancingan. Kelly et al. (2014) menjelaskan bahwa pengelolaan spasial wilayah pesisir dalam melakukan pemetaan aktivitas yang ada termasuk wisata akan membawa pengembangan ekosistem pesisir secara berkelanjutan.

Penentuan strategi pengelolaan pesisir Teluk Kendari dilakukan melalui pemilihan skenario beradasarkan kajian analisis stakeholder dan multikriteria, dalam hal ini adalah melakukan pilihan terkait bentuk pengelolaan wisata pesisir teluk. Penggunaan analisis trade off merupakan salah satu cara dalam menentukan kebijakan strategi pengelolaan pesisir dalam mengatur jasa ekosistem seperti jasa ekosistem kultural khususnya kegiatan wisata (Brown et al. 2001; Martin Lopez et al 2014; Carlisle 2016). Hasil kajian stakeholder dan multikriteria serta wawancara akan menghasilkan pemilihan skenario terbaik.

Kajian pemangku kepentingan atau stakeholder melibatkan berbagai pengguna yang terkait wisata di pesisir Teluk Kendari, yaitu kelompok pemerintahan, pelaku usaha (pedagang kafe temporer) dan pengunjung teluk yakni wisatawan serta komunitas wisata lokal. Hasil analisis menunjukan tingkat kepentingan dan pengaruh yang kuat dalam posisi players adalah pada kelompok pemerintahan khususnya Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara dan Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Kendari. Dinas Pariwisata provinsi Sulawesi Tenggara sebagai leading sektor dalam pengelolaan wisata di Teluk Kendari yang telah melakukan program pengenmbangan wisata di pesisir Teluk Kendari. Secara umum Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara menyediakan sumberdaya berupa SDM, dana, fasilitas, dan sarana prasarana dalam hal pengembangan wisata tersebut. Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Kendari memiliki pengaruh yang kuat dalam hal penetapan kebijakan pelaksanaan tujuan serta pengawasan terhadap jalannya pengelolaan ruang khususnya aktivitas wisata di Teluk Kendari

Kajian multikriteria dalam melakukan strategi pengelolaan wilayah pesisir terdiri dari kriteria sosial budaya, ekonomi dan ekologi. Kriteria sosial budaya Teluk Kendari, keadaan sosial budaya Teluk Kendari ditinjau dari keadaan penduduk jumlah penduduk kota Kendari yaitu 335889 jiwa dengan frekuensi jumlah kunjungan ke teluk adalah sebesar 57120 jiwa per tahun. Pengunjung Teluk Kendari memiliki objek wisata masing-masing. Objek wisata ini merupakan bentuk aktivitas dari pengunjung Teluk Kendari yang diperoleh melalui persepsi, oleh karena itu diketahui bahwa mayoritas melakukan kegiatan rekreasi panorama alam sebesar 53%; kemudian mayoritas responden sebesar 62% untuk kepuasan pengelolaan ruang menunjukan kurangnya kepuasan pengunjung; hal demikian juga ditunjukan pada perilaku kepuasan terhadap upaya perlindungan lingkungan Teluk Kendari sekitar 68% kurangnya kepuasan terhadap upaya perlindungan tersebut.

Berdasarkan kajian kriteria ekonomi Teluk Kendari, keadaan ekonomi Teluk Kendari di tinjau dari kriteria pendapatan, rerata pendapatan pengunjung Teluk Kendari berada antara Rp. 500 000 sampai dengan Rp. 5 000 000 dengan pendapatan ekonomi wilayah dari hasil penerimaan pajak oleh penggunaan ruang di wilayah pesisir masing-masing Rp. 292 474 210.8 per bulan untuk hotel, Rp. 23 961 220 per bulan untuk rumah makan dan Rp. 1 500 000 per bulan untuk kafe temporer. Kesediaan membayar dalam kaitannya bentuk upaya pelestarian ekosistem Teluk Kendari oleh masing-masing individu sebesar Rp. 23 250 dengan hasil surplus konsumen tiap individu adalah sebesar Rp. 13 983. Hasil surplus konsumen tiap individu merupakan nilai besaran user fee wisata di Teluk Kendari. Berdasarkan kajian kriteria Ekologi Teluk Kendari, kondisi keadaan lingkungan Teluk khususnya pada kualitas air terlarut mayoritas berada dalam kategori tidak tercemar secara baku mutu lingkungan meskipun terdapat beberapa variabel kualitas perairan teluk berada dalam kondisi berbahaya. Teluk Kendari memiliki kondisi lingkungan yang berada dalam kategori mengkhawatirkan dari segi sedimen, yakni masukan sedimen yang begitu besar ditambah dengan sifat Teluk Kendari yang semi tertutup sehingga potensi pendangkalan begitu besar. Hal tersebut disebabkan oleh endapan partikel logam berat perairan yang pada akhirnya mengendap dan terjadi sedimentasi. Terjadi pengurangan luasan akibat tekanan pembangunan pesisir, sehingga luasan mangrove Teluk Kendari kini adalah 57.5 ha dengan tutupan mangrove 886 pohon ha-1.

Pengelolaan pesisir Teluk Kendari begitu kompleks. Sejalan dengan keinginan pemerintah kota yang melakukan revitalisasi teluk tentunya akan mendukung pengembangan wilayah pesisir Teluk Kendari. Melalui kajian perundangan juga Teluk Kendari sudah ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus. Salah satu program pemerintah Kota, menjadikan Kota Kendari sebagai

smart green city. Pengembangan wilayah pesisir Teluk Kendari tidak lepas dari upaya menjaga ekosistem pesisir serta memanfaatkannya. Ekosistem pesisir dan laut menyediakan bermacam-macam jasa kepada manusia. Jasa-jasa tersebut merupakan manfaat yang dirasakan oleh manusia baik secara langsung maupun

tidak langsung, jasa ini diketahui sebagai jasa ekosistem. Pengelolaan wilayah pesisir Teluk Kendari di tinjau dari jasa kultural yakni adanya kegiatan wisata. Sementara dalam upaya pengelolaan tersebut di perlukan sebuah sistem pengelolaan ruang salah satunya adalah sebuah sistem biaya pengguna (Edwards 2009; Thur 2010; Chung et al. 2011; Pascoe et al. 2014;).

Strategi dari beberapa pilihan skenario yang terbaik adalah peningkatan sarana dan prasarana serta pengelolaan ekosistem pesisir dalam upaya perlindungan hubungannya terhadap ruang wisata pesisir Teluk Kendari dengan menerapkan user fee atau biaya pengguna. Biaya pengguna dikenakan kepada tiap pengunjung Teluk Kendari yang ditetapkan sesuai proporsi jenis aktivitas wisatanya untuk pengelolaan wisata pesisir Teluk Kendari. Pada akhirnya penerapan biaya pengguna ini akan lebih baik bila dikelola oleh pemerintah daerah ataupun pemerintah Kota Kendari secara sinergis dan terpadu pada setiap pemangku kepentingan dengan langkah yang lebih jauh adalah melalui sebuah rancangan peraturan daerah. Strategi terbaik dikaji dan dipilih oleh responden dengan mempertimbangkan kriteria yang ada termasuk kepentingan dan pengaruh pemangku kepentingan pemerintah lokal. Skoring skenario pengeloalaan pesisir Teluk Kendari menunjukan strategi D yaitu penerapan user fee dengan peningkatan sarana dan prasarana serta pengelolaan ekosistem pesisir dalam upaya perlindungan hubungannya terhadap ruang wisata pesisir Teluk Kendari sebagai pilihan terbaik. Penerapan user fee dengan skenario tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan pengembangan diantaranya penambahan fasilitas umum seperti toilet umum, tempat sampah, perbaikan tanggul tempat duduk wisatawan. Untuk penguatan kualitas lingkungan berupa pperda kebersihan di tempat wisata, program hari kebersihan pantai, pembuatan papan reklame kebersihan pantai serta penanaman kembali mangrove yang mengalami kerusakan. Skenario pengelolaan aktivitas wisata di Teluk Kendari yang terbaik berdasar pada pertimbangan konservasi dan tetap mengutamakan keberlanjutan (Zia et al. 2011) serta dalam pelaksanaanya tidak ada pihak stakeholder wisata yang merasa dirugikan (Howe et al. 2014).

Pengelolaan sumberdaya wisata pantai kategori rekreasi pantai masih memerlukan perhatian hal ini dikarenakan adanya wilayah yang berada dalam kategori tidak sesuai. Kesesuaian sumberdaya wisata ini dipengaruhi kuat oleh keadaan ekologi di Teluk Kendari. Perlunya peningkatan kualitas lingkungan seperti parameter material dasar perairan yang tergolong pasir berlumpur dengan langkah pengelolaan seperti penguatan kesadaran masyarakat daerah aliran sungai yang bermuara ke teluk. Pengembangan wisata pantai kategori rekreasi pantai dengan masukan parameter sumberdaya sosial dan ekonomi di Teluk Kendari mayoritas berada pada kategori sesuai (S2) seluas 113.09 ha dan kategori tidak sesuai (S3) seluas 44.23 ha. Pengintegrasian skenario pengelolan terbaik serta penerapan ruang wisata yang sesuai akan lebih membawa pada pengelolaan pesisir secara terpadu. Hasil analisis kesesuaian pengembangan wisata pantai kategori rekreasi pantai yang tergolong sesuai seluas 113.09 ha ini sejalan dengan

pengaturan ruang yang dikeluarkan oleh pemerintah Kota Kendari dalam RTRW 2010-2030 yang menetapkan bahwa pesisir Teluk Kendari sebagai kawasan pariwisata. Oleh karenanya untuk menunjang aktivitas wisata pantai sejalan dengan

Dokumen terkait