• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian User Fee System Dalam Implementasi Kebijakan Tata Ruang Wilayah Pesisir Teluk Kendari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian User Fee System Dalam Implementasi Kebijakan Tata Ruang Wilayah Pesisir Teluk Kendari"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN USER FEE SYSTEMS DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TATA RUANG WILAYAH PESISIR TELUK KENDARI

ADI IMAM WAHYUDI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian User Fee System

Dalam Implementasi Kebijakan Tata Ruang Wilayah Pesisir Teluk Kendari adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2016

Adi Imam Wahyudi

(4)

RINGKASAN

ADI IMAM WAHYUDI. Kajian User Fee System Dalam Implementasi Kebijakan Tata Ruang Wilayah Pesisir Teluk Kendari. Dibimbing oleh LUKY ADRIANTO dan SYAMSUL BAHRI AGUS.

Pada wilayah pesisir Teluk Kendari mengalami pembangunan yang begitu pesat, yang dikhawatirkan dapat memberi dampak pada ekosistem itu sendiri baik dampak langsung maupun tidak langsung, serta akan membawa dampak terhadap keruangan seperti terjadinya perubahan pola ruang baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada dasarnya kegiatan-kegiatan tersebut memanfaatkan ruang dari pesisir atau dikenal sebagai jasa ekosistem. Pemanfaatan tersebut seharusnya memiliki timbal balik langsung antara ekosistem sebagai penyedia jasa dan pengguna ekosistem dalam hal ini dimaksud sebagai user fee system. Berkaitan dengan hal itu diperlukan suatu kajian sistem biaya pengguna terkait dengan kegiatan pemanfaatan ekosistem khususnya kegiatan wisata pantai di Teluk Kendari serta menyusun strategi pengelolaan wisata di pesisir Teluk Kendari.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pesisir Kota Kendari pada bulan April-Mei 2015. Pengambilan sampel dilakukan pada 10 stasiun/grid. Penentuan pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi di lapang dan pembagian kuesioner melalui wawancara kepada responden. Responden yang dipilih merupakan hasil sampling dari populasi yang meliputi wisatawan, stakeholder dan masyarakat sekitar daerah wisata yang berada di pesisir Teluk Kendari. Penentuan responden dilakukan dengan teknik Accidental sampling yang berada di 10 stasiun/grid penelitian, dengan syarat responden tidak berulang pada tiap stasiun/grid baik di hari yang sama maupun hari berikutnya selama 20 hari.

Aktivitas yang dilakukan di pesisir Teluk Kendari secara langsung meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Kendari. Secara garis besar aktivitas wisata yang dominan adalah panorama alam. Adapun karakteristik dari pengunjung, yaitu berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh pria (66,50%), usia 15-24 tahun (50%), mahasiswa/pelajar (40%), tingkat pendidikan SMU (54%), sedangkan persepsi kepuasan terhadap pengelolaan ruang wisata yaitu 62% responden menyatakan kurang, terkait upaya perlindungan Teluk Kendari 68% respoden menyatakan kurang puas. User fee pesisir dapat diterapkan menggunakan nilai ekonomi Teluk Kendari dengan surplus konsumen. Surplus konsumen memiliki nilai Rp. 13 983 individu-1 pengunjung per tahun dengan nilai ekonomi total kunjungan Rp. 798 735 606 tahun-1 atau pun melalui agregat kesediaan mebayar individu sebesar RP. 23 250. Pengelolaan wisata pantai kategori rekreasi pantai di Teluk Kendari mayoritas berada pada kategori sesuai (S2) seluas 121.72 ha selanjutnya kategori sangat sesuai (S1) seluas 17.54 ha dan kategori tidak sesuai (S3) seluas 18.05 ha. Strategi dari beberapa pilihan skenario yang terbaik adalah peningkatan sarana dan prasarana serta pengelolaan ekosistem pesisir dalam upaya perlindungan hubungannya terhadap ruang wisata pesisir Teluk Kendari dengan menerapkan user fee atau biaya pengguna.

(5)

SUMMARY

ADI IMAM WAHYUDI. Review Of User Fee Systems In Spatial Policy Implementation Of Coastal Region Kendari Bay. Supervised by LUKY ADRIANTO and SYAMSUL BAHRI AGUS

Coastal region of Kendari Bay experienced a rapid development , which it is feared may have an impact on the ecosystem itself is good , whether directly or indirectly , and will have an impact on such spatial changes in the spatial pattern either directly or indirectly . Basically, these activities utilize the space on the coast known as ecosystem services. This utilization should have a direct reciprocity between ecosystems as providers and users of ecosystem in this case referred to as a user fee system. In that regard we need a review of the system of user fees associated with a particular ecosystem utilization activities in Kendari Bay tourism activities and developed management strategies in the coastal tourist of Kendari Bay.

This research was conducted in the coastal areas of Kendari in April-May 2015. Samples were taken at 10 stations / grid . Determination of data collection in this study through observation in the field and the distribution of questionnaires through interviews with respondents . Respondents who selected the sampling results of the population that includes tourists, stakeholders and the public around the area attractions that are on the coast of Kendari Bay . Respondent conducted by accidental sampling technique that is in 10 stations / grid research , provided the respondent does not repeat at each station / grid both in the same day or the next day for 20 days.

Activities undertaken in the Bay coast Kendari directly increase revenue (PAD) Kendari. Broadly speaking tourist activity is the dominant natural panorama. The characteristics of the visitors, which is based on sex is dominated by males (66.50%), aged 15-24 years (50%), student / students (40%), the level of high school education (54%), while the perception of satisfaction with management space travel, which is 62% of respondents expressed less, related to the protection of Kendari bay 68% of respondents expressed less satisfaction. User fees can be applied using the coastal economy Kendari Bay with consumer surplus. Consumer surplus has a value of Rp. 13 983 people-one visitors per year with a total economic value of Rp visit. 798 735 606 1-year or even through individual pay his willingness aggregate RP. 23 250. Management of coastal tourism in the Bay coastal recreation category Kendari majority are in the appropriate category (S2) covering 121.72 ha very appropriate next category (S1) 17:54 ha area and a category is not appropriate (S3) 18:05 ha area. The strategy of several options the best scenario is the improvement of infrastructure and management of coastal ecosystems in relation to the protection of coastal tourist area of Kendari Bay by implementing user fees.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

(7)

KAJIAN USER FEE SYSTEMS DALAM IMPLEMENTASI

KEBIJAKAN TATA RUANG WILAYAH PESISIR

TELUK KENDARI

ADI IMAM WAHYUDI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : Kajian User Fee System Dalam Implementasi Kebijakan Tata Ruang Wilayah Pesisir Teluk Kendari

Nama : Adi Imam Wahyudi

NRP : C252130271

IM : C552120011

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Luky Adrianto, MSc Ketua

Dr Syamsul Bahri Agus, SPi MSi Anggota

Diketahui oleh Ketua Program Studi

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut

Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia yang telah diberikan sehingga penulisan tesis ini berhasil diselesaikan. Penyusunan tesis ini adalah bagian dari tugas akhir yang ditempuh penulis dalam menyelesaikan pendidikan program pascasarjana di Program Studi Magister Sains Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.

Penelitian yang berjudul Kajian User Fee System Dalam Implementasi Kebijakan Tata Ruang Wilayah Pesisir Teluk Kendari ini sangat relevan dalam konteks pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan, khususnya bagi pengembangan ruang pesisir. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Luky Adrianto, MSc dan Dr Syamsul Bahri Agus, SPi MSi selaku komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Bapak Dr Ir Fredinan Yulianda, MSc selaku dosen penguji yang bersedia menguji dan memberikan arahan dan masukan terhadap kesempurnaan tesis;

2. Bapak Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi sebagai ketua program studi dan Bapak Dr. Zulhamsyah Imran, SPi MSi sebagai sekertaris Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan beserta staf yang memberikan layanan administrasi yang baik;

3. Kedua orang tua saya Bapak Mokhammad Sakur SPd, MPd dan Ibu Kalsum Rifai, SPd yang selalu memberikan semangat dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis;

4. Kepala Dinas Tata Kota dan Perumahan, Kelautan dan Perikanan, Pariwisata, Kebersihan, Pertanian dan Kehutanan, Perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM, Pendapatan dan Aset Daerah, Perhubungan, Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, Badan Pelayanan Perizinan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kota Kendari; Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara; beserta staf, yang telah memberi dukungan fasilitas dan data dalam penyelesaian tesis; 5. Rekan-rekan mahasiswa SPL yang telah membantu dan memberikan

masukan selama penyusunan tesis;

6. Adik-Adik Buyun Dwi Yuniarti S.Farm, Tanri Yunanto Widodo, Salvira Yuniarti Rifai telah memberikan doa, semangat, dukungan, pengertian dan kasih sayang serta kepada adinda Ismi Musdalifah Darsan SPi yang telah sabar memberi bantuan selama proses penelitian serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tesis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan masukan yang konstruktif sangat diharapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juli 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

1. PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan dan Manfaat Penelitian 3

Kerangka Pendekatan Penelitian 4

2. TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu 6

2.2 Sistem Sosial-Ekologi 7

2.3 Jasa Ekosistem 7

2.4 Wisata Pesisir 8

2.5 Konsep User Fee Systems 10

2.6 Penataan Ruang Wilayah Pesisir 12

3. METODE PENELITIAN 14

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 14

3.2 Jenis dan Sumber Data 15

3.3 Metode Pengumpulan Data 16

3.4 Metode Analisis Data 17

3.4.1 Analisis Spasial Grid User Fee 17

3.4.2 Analisis Tujuan Wisata (Expert Couplet Node) 18 3.4.3 Valuasi Wisata Ekonomi Pesisir Teluk Kendari 18 3.4.4 Analisis Contingent Valuation Method (CVM) 19

3.4.5 Analisis Travel Cost Method (TCM) 19

3.4.6 Analisis Trade Off 21

3.4.7 Analisis Kesesuaian Wisata 25

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 27

4.1 Hasil 27

4.1.1 Kondisi Geografis, Sosial, Ekonomi Lokasi Penelitian 27 4.1.2 Kondisi Sosial-Ekologi Lokasi Penelitian 29 4.1.3 Karakteristik dan Persepsi Wisatawan; Objek Wisata Lokasi

Penelitian 30

4.1.4 Valuasi Wisata Pesisir 37

4.1.5 Strategi Pengelolaan Pesisir Teluk Kendari 40

Pembahasan 47

4. KESIMPULAN DAN SARAN 52

5.1 Kesimpulan 52

5.2 Saran 52

(12)

DAFTAR TABEL

1. Matriks jenis data, sumber data dan data analisis 15

2. Penilaian tingkat kepentingan stakeholder 22

3. Penilaian tingkat pengaruh stakeholder 23

4. Ukuran kuantitatif terhadap identifikasi pemetaan stakeholder 24 5. Kriteria kesesuaian sumberdaya wisata pantai kategori rekreasi

pantai 25

6. Kriteria kesesuaian pengembangan wisata pantai kategori rekreasi

pantai 26

7. Luas wilayah dan jumlah penduduk Kota Kendari 28 8. Estimasi user fee ruang wisata pesisir Teluk Kendari 40

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pendekatan penelitian 5

2. Kerangka pariwisata pesisir dan laut 10

3. Peta lokasi penelitian Teluk Kendari 14

4. Kerangka penarikan contoh penelitian user fee dan persepsi wisata 17

5. Matriks kuadran analisis stakeholder 23

6. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin (n=200) 31 7. Distribusi responden berdasarkan usia (n=200) 31 8. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan (n=200) 32 9. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan (n=200) 32 10.Distribusi responden berdasarkan persepsi

kepuasan pengelolaan ruang wisata (n=200) 33

11.Distribusi responden berdasarkan persepsi

kepuasan upaya perlindungan lingkungan Teluk Kendari (n=200) 34 12.Distribusi responden berdasarkan jenis kunjungan wisata (n=200) 34 13.Peta penelitian kondisi eksisting infrastruktur penunjang

dan aktivitas wisata di Teluk Kendari 36

14.Peta biaya perjalanan wisata di Teluk Kendari 39 15.Matriks pemangku kepentingan pesisir Teluk Kendari 41 16.Skor skenario pengelolaan pesisir Teluk Kendari 44 17.Peta kesesuaian sumberdaya wisata pantai kategori rekreasi pantai 45 18.Peta kesesuaian pengembangan sumberdaya wisata pantai kategori

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner penelitian 59

2. Analisis WTP agregat kesediaan membayar individu 72 3. Analisis surplus konsumen wisata Teluk Kendari 72 4. Matriks pemangku kepentingan pesisir Teluk Kendari 74 5. (5a) Analisis kesesuaian sumberdaya wisata pantai kategori

rekreasi pantai 75

(5b) Analisis kesesuaian sumberdaya pengembangan

wisata pantai kategori rekreasi pantai 76

6. Peta parameter-parameter kesesuaian wisata kategori

rekreasi pantai Teluk Kendari 77

7. Skor skenario pengelolaan wilayah pesisir Teluk Kendari 83

8. Data sekunder kualitas perairan Teluk Kendari 84

9. Peta penelitian sebaran titik keramaian aktivitas wisata

(14)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia bergantung pada pesisir dan laut untuk memenuhi kebutuhannya dan bertahan hidup. Ekosistem pesisir dan laut adalah ekosistem paling produktif dan menyediakan sebuah jangkauan keuntungan sosial dan ekonomi bagi manusia (UNEP 2006). Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia begitu membutuhkan wilayah pesisir dalam melakukan berbagai macam aktivitas Darajati (2004) menjelaskan bahwa dalam menuju era industrialisasi, wilayah pesisir dan lautan merupakan prioritas utama untuk pusat pengembangan industri, pariwisata, agribisnis, agroindustri pemukiman, transportasi dan pelabuhan. Kondisi demikian bagi kota-kota yang terletak di wilayah industri terus dikembangkan menuju tata ekonomi baru dan industrialisasi. Tidak mengherankan bila sekitar 65% penduduk Indonesia bermukim di sekitar wilayah pesisir.

Kota Kendari terletak di bagian Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah daratannya mengelilingi Teluk Kendari pada bagian depan teluk terdapat satu pulau yaitu Pulau Bungkutoko. Sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara, Kota Kendari merupakan wilayah yang saat ini tergolong paling maju dibanding daerah lainnya di Sulawesi Tenggara. Teluk Kendari sebagai sentral kegiatan Kota Kendari merupakan kawasan perekonomian dengan berbagai aktivitas masyarakat di perairan maupun di sekitarnya (Gubernur Sulawesi Tenggara 2012). Wilayah pesisir Teluk Kendari digunakan dalam berbagai bentuk penggunaan ruang pada umumnya seperti aktivitas perikanan, pelabuhan umum maupun pelabuhan perikanan, pemukiman, serta sarana objek wisata. Beberapa bentuk penggunaan ruang tersebut merupakan bagian dari jasa-jasa ekosistem (ecosystem services).

Teluk Kendari memberikan salah satu jasa ekosistem berupa kegiatan wisata rekreasi pantai maupun di sekitar mangrove. Pada wilayah pesisir Teluk Kendari mengalami pembangunan yang begitu pesat, yang dikhawatirkan tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan, serta akan membawa dampak terhadap keruangan seperti terjadinya perubahan pola ruang baik secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan ruang tersebut terkait dengan perubahan fungsi dan sebaran kawasan produktif seperti pada kawasan industri, pemukiman maupun sistem transportasi termasuk pula perubahan kualitas dan kuantitas sistem prasarana atau infrastruktur wilayah. Perubahan luasan lahan, penyusutan luasan mangrove, beban sampah domestik di Teluk Kendari dan sedimentasi yang mengakibatkan pendangkalan merupakan beberapa dampak yang dipengaruhi penggunaan ruang yang kurang ramah lingkungan. Perubahan ini, juga tidak terlepas dari penerapan kebijakan serta timbal balik dari penggunaan ruang yang ada di pesisir tersebut dalam bentuk pembiayaan. Hal tersebut dimaksudkan sebagai bentuk biaya pengguna atau biaya yang dikenakan atas penggunaan suatu fasilitas maupun ruang di wilayah pesisir dan laut oleh orang atau kelompok, dalam hal ini sebagai sebuah sistem (user fee system).

(15)

berada dalam Kota Kendari layaknya daerah-daerah lainnya, hal yang berkaitan dengan pembiayaan memiliki badan atau kedinasan masing-masing. Beberapa badan atau kedinasan di wilayah Kendari yang berhubungan dengan pembiayaan adalah dinas pendapatan dan aset daerah serta kantor pajak daerah.

Sistem pembiayaan yang berada dalam wilayah Kota Kendari sebagian besar berasal dari aktivitas yang berada di pesisir Teluk Kendari. Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan sebuah kajian mengenai sistem biaya pengguna dalam penerapan kebijakan penataan ruang wilayah pesisir di Teluk Kendari. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui sistem biaya pengguna di wilayah pesisir Teluk Kendari terkait kegiatan wisata pesisir dalam hubungannya dengan penerapan kebijakan penataan ruang yang dilakukan oleh pemerintah sebagai penentu kebijakan serta pelaku industri (swasta) dan masyarakat langsung sebagai pengguna ruang. Pada akhirnya kajian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengaturan sistem biaya pengguna untuk kegiatan wisata serta dalam melakukan penataan ruang kedepannya.

1.2 Perumusan Masalah

Ekosistem pesisir sebagai penyedia jasa ekosistem (ecosystem services) memiliki 4 kategori jasa, yakni provisioning services yakni jasa dalam bentuk benda atau materi, regulating services atau jasa dalam bentuk pengaturan maupun pengontrol, cultural services atau jasa dalam bentuk tidak langsung seperti estetika wilayah pesisir, kemudian supporting services atau bentuk jasa yang mendukung jasa-jasa lainnya sehingga jasa-jasa lainnya tetap berjalan sebagaimana mestinya. Wilayah Pesisir Teluk Kendari memiliki potensi wisata dalam hal ini terkait dengan jasa ekosistem kultural (cultural services). Pada Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Kota Kendari 2012 dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kendari salah satu strategi pengembangan wilayah Kota Kendari adalah pembinaan perkembangan dalam sektor pariwisata sesuai dengan fungsi Kota Kendari sebagai kota kebudayaan dan pariwisata. Sejalan dengan hal tersebut Potensi jasa wisata di Kota Kendari khususnya yang berbasis pada sumberdaya pesisir dapat lebih ditingkatkan.

Teluk Kendari dengan berbagai bentuk pemanfaatan ruang terus menerus berkembang dalam aspek pembangunan. Pembangunan yang terjadi di wilayah pesisir akan menyebabkan degradasi lingkungan yang berasal dari berbagai macam aktivitas yang tidak ramah lingkungan. Pembukaan lahan baru untuk perumahan, reklamasi pantai, pendangkalan teluk, serta lahan budidaya tambak yang tidak dipergunakan lagi menimbulkan masalah dalam pengembangan wilayah pesisir di Teluk Kendari.

Pengelolaan pesisir Teluk Kendari dalam hal penataan ruang khususnya cakupan wisata seharusnya memberikan manfaat pada ekosistem pesisir dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Penataan ruang pesisir di Teluk Kendari dalam hal pembangunan telah berlangsung akan tetapi pembangunan tersebut dikhawatirkan tidak atau pun belum memberikan manfaat balik ke lingkungan. Kebutuhan akan biaya untuk kegiatan pengelolaan baik itu merupakan sebuah upaya mempertahankan maupun pengawasan terhadap sumberdaya di wilayah pesisir masih perlu ditingkatkan. Pembiayaan terkait pengelolaan di pesisir Teluk Kendari diperoleh dari biaya pajak dan retribusi terhadap bangunan. Sistem biaya pengguna yang ada dibutuhkan untuk membantu keberlanjutan proses

(16)

pengelolaan wilayah pesisir Teluk Kendari khususnya pada sektor wisata. Berbagai bangunan baik yang bersifat sementara maupun tetap, yang digunakan untuk penggunaan ruang dalam wisata pesisir di Teluk Kendari perlu memiliki sistem pembiayaan yang berasal dari pengguna kawasan wisata tersebut. Berdasarkan hal tersebut diketahui beberapa masalah dalam proses keberlanjutan pengelolaan Pesisir Teluk Kendari khususnya penataan ruang wisata pesisir adalah:

1) Bagaimana kondisi sistem sosial-ekologi pesisir terhadap penggunaan ruang wisata Teluk Kendari

2) Bagaimana status user fee system dalam kebijakan tata ruang pesisir terkait dengan kegiatan wisata di Teluk Kendari

3) Bagaimana status penerapan kebijakan penataan ruang pesisir terkait dengan kegiatan wisata di Teluk Kendari

4) Bagaimana pengaruh user fee system terhadap ekosistem pesisir terkait dengan kegiatan wisata di Teluk Kendari

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Mengidentifikasi sistem sosial-ekologi pesisir Teluk Kendari

2) Mengestimasi user fee untuk tata ruang pesisir Teluk Kendari khususnya kegiatan wisata

3) Menyusun strategi pengelolaan wilayah pesisir Teluk Kendari

1.4 Manfaat Penelitian

1) Sebagai bahan pertimbangan untuk pemerintah daerah dalam masukkan pengambilan keputusan, kebijakan penataan ruang Pesisir Teluk Kendari khususnya untuk kegiatan wisata pesisir

2) Memberikan informasi terkait bagaimana fungsi ekosistem pesisir sebagai jasa ekosistem dalam kegiatan wisata pesisir

3) Sebagai bahan informasi terhadap sistem biaya pengguna dalam pengelolaan wisata pesisir sehingga dapat mengoptimalkan pengelolaan wilayah pesisir

yang berkelanjutan

(17)

1.5 Kerangka Pendekatan Penelitian

Wilayah pesisir menyediakan sumberdaya alam yang kaya dan beragam baik sumberdaya dapat pulih, sumberdaya tak dapat pulih, dan jasa-jasa lingkungan (Dahuri et al. 2008). Pemanfaatan jasa-jasa lingkungan yang berada di wilayah pesisir begitu banyak, salah satu kategori dari jasa-jasa lingkungan dalam ekosistem adalah jasa kultural (cultural services). Cultural services menyediakan manfaat rekreasi atau wisata, estetika, kepuasan spiritual dan manfaat pendidikan serta penelitian. Kota Kendari yang terletak di wilayah pesisir dengan teluk sebagai pusat kegiatan pesisir memiliki berbagai aktivitas pesisir di dalamnya. Penggunaan ruang yang berada di Teluk Kendari begitu kompleks mulai dari kawasan pelabuhan, industri, pemukiman dan wisata. Penataan ruang wilayah pesisir terkait pemanfaatan ruang telah mengatur tata letak dari tempat-tempat kegiatannya khususnya wisata. Teluk Kendari dengan potensi wisata pesisir memerlukan adanya manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Penerapan kebijakan penataan ruang pesisir dapat ditinjau dari berbagai aspek. Sistem biaya pengguna dapat membantu upaya untuk mengetahui manfaat ekonomi dalam pengelolaan pesisir khususnya kegiatan wisata pesisir kaitannya terhadap penerapan kebijakan tata ruang. Untuk mengetahui nilai ekonomi wisata di pesisir pantai Teluk Kendari khususnya wisata pantai kategori rekreasi pantai pada area umum di pantai (public space) melalui valuasi ekonomi pesisir. Pendekatan valuasi ekonomi yang dilakukan adalah melalui pendekatan biaya perjalanan (TCM) untuk mengetahui potensi nilai wisata Pesisir Teluk Kendari. Selanjutnya, pendekatan penilaian kontingensi (CVM) untuk mengetahui nilai keberadaan wisata Teluk Kendari ditinjau dari kesediaan membayar dari pengunjung dan persepsi stakeholder terkait perubahan lingkungan di pesisir Teluk Kendari. Serta melakukan pendekatan survei pengunjung (ECN) terkait persepsi pengelolaan dan objek keberadaan wisatawan berada di lokasi wisata.

(18)

Gambar 1 Kerangka pendekatan penelitian Ecosystem Services (Burkhard 2012)

Pesisir Teluk Kendari

Provisioning Services

Analisis Trade off

Analisis Kesesuaian Wisata Pantai Cultural

Services

Aktifitas Wisata

Wisata Pantai (Rekreasi Pantai)

User fee

Wisata

Analisis Kualitas Lingkungan Luasan Mangrove

Analisis Valuasi

- Travel Cost Method

- Contingent Valuation Method

- Expert Couplet Node

Rekomendasi Strategi Kebijakan

Penataan Ruang Pesisir Teluk Kendari Pengembangan Pesisir

Teluk Kendari Berkelanjutan

Regulating Services

Supporting Services

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kendari 2010-2030

(19)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu

Pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan laut di Indonesia telah di atur oleh pemerintah melalui penyusunan Agenda 21 pada Bab 18 tentang Pengelolaan Terpadu Daerah Pesisir dan Laut. Hal tersebut dijelaskan bahwa orientasi pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut menjadi prioritas pengembangan, khususnya yang mencakup aspek keterpaduan dan kewenangan kelembagaannya, sehingga diharapkan sumberdaya yang terdapat di kawasan ini dapat menjadi produk unggulan dalam pembangunan bangsa Indonesia diabad mendatang. Demikian pula dunia internasional telah mengatur pengelolaan pesisir dan laut pada Chapter 17 Agenda 21, Deklarasi Johannesburg 2002, Plan of Implementation of the World Summit on Sustainable Development serta Bali Plan of Action 2005. Integrated coastal management merupakan pedoman dalam pengaturan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut dengan memperhatikan lingkungan. Implementasi pengelolaan pesisir terpadu dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi konflik dalam pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir dan laut, tumpang tindih kewenangan serta benturan kepentingan antar sektor (Sunyowati 2009).

Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management atau ICZM) juga dijelaskan sebagai pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan (environmental services) yang terdapat di kawasan pesisir; dengan cara melakukan penilaian menyeluruh (comprehensive assesment) tentang kawasan pesisir beserta sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat didalamnya, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan. Kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya; guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Proses pengelolaan ini dilaksanakan secara kontinu dan dinamis dengan mempertimbangkan segenap aspek sosial ekonomi budaya dan aspirasi masyarakat pengguna kawasan pesisir (stakeholders) serta konflik kepentingan dan konflik pemanfaatan kawasan pesisir yang mungkin ada (Sorensen dan Mc Creary 1990; IPCC, 1994; dalam Dahuri, 2004; Christie 2005; Sara 2014)

Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan sudah selayaknya dikelola dengan baik dan optimal untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional dalam rangka mengantarkan bangsa ini menjadi makmur, adil dan sejahtera (Darajati 2004). Selanjutnya oleh Sara (2014) dijelaskan bahwa pengelolaan wilayah pesisir terpadu dimaksudkan untuk menjamin pemanfaatan optimum sumberdaya pesisir secara lestari, pemeliharaan terus menerus biodiversity tinggi, dan konservasi nyata habitat-habitat kritis. Tujuan nyata pengelolaan wilayah pesisir tepadu, misalnya mendukung perikanan, perlindungan masyarakat dari badai, daya tarik wisatawan, promosi kesehatan publik, menjaga hasil dari hutan mangrove, dan melindungi

(20)

Berdasarkan buku pengelolaan pesisir di Xiamen Cina telah diketahui bahwa penerapan dan perbaikan kelembagaan ICM (integrated coastal management) yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan, telah memperoleh capaian berikut: 1) penurunan penurunan konflik multi pengguna; 2) pengurangan resiko-resiko yang berasal dari pencemaran dan peristiwa red tide; 3) perlindungan terhadap habitat dan spesies-spesies yang terancam punah; dan 4) penyediaan jasa rekreasi berbasis alam dengan kenyamanan penduduk lokal dan pengunjung. Reaksi ICM juga memiliki banyak dampak.secara langsung dan tidak langsung hal tersebut berdampak pada keberlanjutan pertumbuhan dari empat kajian pesisir utama di sektor ekonomi (perkapalan, perikanan, wisata dan aset kepemilikan) (Thia-Eng 2006).

2.2 Sistem Sosial-Ekologi

Pesisir dan lautan menyimpan begitu banyak sumberdaya yang berguna bagi manusia untuk mencukupi kebutuhan dan meningkatakan kesejahteraan, dalam hal ini menyediakan jasa ekosistem. Oleh Glaser et al. (2012), dijelaskan bahwa pesisir dan lautan menghasilkan pentingnya jasa ekosistem dan manfaat sosial. Pesisir dan laut menyediakan pendapatan kepada manusia dan nutrisi dari perikanan, perlindungan laut dan habitat nurseri untuk spesies komersial penting serta penyaring racun dari lingkungan fisik. Ekosistem pesisir dan laut terjadi aktivitas timbal balik antara manusia dan lingkungannya dimana dalam perkembangannya pada sistem sosial ekologi memiliki manfaat dan juga dampak ke lingkungan.

Ferrol-Schulte et al. (2013) menjelaskan bahwa sistem sosial-ekologi dalam konteks wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan didefinisikan sebagai “sistem bio-geofisik yang melibatkan perantara sosial terkait dengan kelembagaannya”. Pengelolaan sistem sosial ekologi pesisir dan laut dilakukan secara adaptif dan holistik. Sistem sosial ekologi dan jasa ekosistem memiliki keterkaitan dimana manusia sebagai pengguna yang melakukan tindakan serta sebagai penerima

manfaat. Selain itu menurut Anderies et al. (2004), menyebutkan sistem sosial-ekologi adalah sistem ekologi yang berhubungan erat dan terpengaruh oleh

satu atau lebih sistem sosial. Sistem sosial-ekologi mengandung unit yang saling bergantung dan berinteraksi antara satu sama lain yang melibatkan berbagai subsistem.

Folke et al. (2005) menyatakan bahwa aktivitas manusia saling berhubungan secara global dan telah mempercepat munculnya teknologi baru, pasar modal, dan sistem pemerintahan. adanya keputusan di satu tempat dapat mempengaruhi orang lainnya. Pada saat bersamaan, kapasitas lingkungan, dari ekosistem lokal ke biosfer, untuk keberlanjutan pengembangan sosial tampak telah berkurang seiring berjalannya waktu. Sistem sosial-ekologi menegaskan keterpaduan konsep manusia di alam, dengan menitikberatkan deliniasi antara sistem sosial dan ekologi. Pengelolaan willayah pesisir yang hanya memberatkan pada sisi sosial saja tidak akan berjalan dengan baik, begitu pun sebaliknya.

(21)

2.3 Jasa Ekosistem

Ekosistem pesisir dan laut menyediakan berbagai macam jasa kepada manusia, termasuk jasa sumber makanan, pelindung pantai alami dari badai dan banjir, pemelihara kualitas air, jasa pendukung dari wisata dan budaya lain serta pertahanan dari sistem pendukung hidup skala global. Jasa ekosistem dimaksudkan sebagai manfaat yang dapat diperoleh manusia dari suatu ekosistem, dikelompokkan sebagai jasa penyediaan, pengaturan, pendukung dan kultural. Jasa ekosistem ini termasuk penyediaan hasil produksi seperti pangan, bahan bakar dan serat; pengaturan, misalnya penataan iklim dan kontrol terhadap penyakit; serta manfaat non-material contohnya manfaat spiritual atau keindahan. Efek degradasi pesisir dan kehilangan jasa-jasa ini akan dirasakan di daratan bahkan lebih jauh dari pesisir (UNEP 2006). Fungsi ekosistem merujuk pada beragamnya habitat, kekayaan sistem dan biologis atau proses-proses ekosistem tersebut. Ekosistem dalam bentuk barang (misalnya makanan) dan jasa (misalnya asimilasi limbah) merupakan manfaat yang berasal dari populasi manusia baik langsung maupun tidak langsung (Constanza et al. 1997).

Pada Ecological Society of America (2000) telah terdeskripsikan bahwa jasa ekosistem merupakan proses lingkungan dalam menghasilkan sumberdaya yang mana seringnya dilakukan pengambilan untuk mencukupi kebutuhan seperti air bersih, kayu, habitat perikanan dan pertanian. Dimana pun keberadaan kita baik di perkotaan maupun pedesaan, ekosistem dengan kehidupan manusia didalamnya secara langsung menyediakan barang dan jasa yang sudah tidak lazim di kehidupan kita. Oleh karena itu dalam upaya menjaga agar kelestarian ekosistem dapat terjaga dapat melalui penerapan jasa ekosistem, seperti yang dijelaskan oleh Wallace (2007) in Burkhard et al. (2012) yaitu penerapan dan penghitungan dari barang dan jasa ekosistem telah menjadi tantangan terbesar dalam ekosistem saat ini.

Untuk mendukung kondisi alam yang baik serta jasa ekosistem menjadi kebijakan dan pengambilan keputusan yang tepat, diperlukan pemahaman yang lebih baik terhadap proses pengambilan keputusan yang kompleks dari sektor swasta dan publik pada tingkat kebijakan yang berbeda. Pemahaman yang lebih baik akan fungsi produksi jasa ekosistem, penyokong biodiversitas, juga penting untuk menghubungkan kondisi alam yang baik dengan kesejahteraan manusia dan masyarakatnya (Maes et al. 2012). Penilaian ekonomi dari penyedia jasa oleh ekosistem telah mengalami peningkatan penting dalam sebuah konteks kebijakan. Ketiadaan penilaian harga dari beberapa jasa biodiversitas mungkin dilupakan selama proses pembuatan keputusan. Hal ini memberi kepastian keputusan yang tidak tepat di beberapa instansi yang bisa jadi menghasilkan degradasi ke lingkungan laut dan ke tempat dimana jasa tersebut berada (Ruiz-Frau et al. 2013).

2.4 Wisata Pesisir

Rekreasi atau wisata merupakan salah satu bagian jasa ekosistem yang termasuk dalam kategori cultural services (Constanza et al. 1997; Farber et al. 2002; de Groot et al. 2002; UNEP 2006; Wang et al. 2010; Luisetti et al. 2011; Wang et al. 2014). Konsep wisata pesisir mencakup kesuluruhan kegiatan wisata yang berorientasi pada aktivitas yang bertempat di wilayah pesisir dan lepas pantai.

(22)

Hal ini pula melingkupi pada pengembangannya (akomodasi, restoran, industri makanan dan rumah singgah atau perhotelan), termasuk pengembangan infrastruktur pendukung pesisir lainnya (seperti bisnis retail, tambatan perahu maupun aktivitas leveransir). Hal-hal lain yang dimaksudkan dalam aktivitas wisata maupun rekreasi seperti wisata perahu, pesisir dan laut berbasis ekowisata, pelayaran, renang, memancing, serta penyelaman. Wisata di laut erat kaitannya dengan konsep wisata pesisir tetapi mengikuti wisata yang berada di laut dalam seperti wisata di kapal pesiar maupun wisata mengikuti kegiatan penangkapan ikan (Hall 2001).

Yulius (2009) menjelaskan bahwa wisata pantai merupakan bagian dari wisata pesisir yang memanfaatkan pantai sebagai objek wisata. Selanjutnya Dahuri

et al. (2004) mendefinisikan pariwisata pantai sebagai kegiatan rekreasi yang dilakukan di sekitar pantai seperti berenang, berselancar, berjemur, menyelam, berdayung, snorkling, berjalan-jalan atau berlari-lari di sepanjang pantai, serta menikmati keindahan suasana pesisir dan bermeditasi. Pariwisata semacam ini

sering diasosiasikan dengan tiga ‘S” yaitu Sun, Sea, Sand artinya jenis pariwisata yang menyediakan keindahan dan kenyamanan alami dari kombinasi cahaya matahari, laut dan pantai berpasir putih. Salah satu tipologi kegiatan pariwisata yang menjadi alternatif kegiatan wisata bahari saat ini adalah kegiatan ekowisata (wisata alam) yang mengandalkan keindahan alam.

Ekowisata adalah bentuk wisata berbasis alam secara ekologi, sosial-budaya dan secara ekonomi berkelanjutan dimana menyediakan kesempatan

dalam penilaian dan pembelajaran tentang lingkungan alami atau elemen spesifik lainnya (Weaver 2001). Selanjutnya Muntasib et al. (2014) menjelaskan bahwa ekowisata mempunyai kepedulian terhadap peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan dan pemberdayaan ekonomi sejalan dengan upaya pelestarian alam dan lingkungan. Seiring dengan perkembangan waktu, ekowisata menjadi sebuah kebutuhan dalam upaya pelestarian alam. Suatu usulan dalam

“menggantikan wisata masal” melalui dua asumsi pertama bahwa wisata masal yang digantikan dimana ekowisata ini harus memiliki atau mempunyai pengaruh lingkungan yang lebih besar karena melibatkan banyak orang. Asumsi kedua adalah ekowisata harus memiliki tipe khusus untuk beraktivitas yang akan menarik kunjungan, dimana pengunjung akan membayar lebih atas apa yang mereka alami dengan jumlah pengunjung yang lebih sedikit dibandingkan wisata masal (Moscardo et al. 2009).

Adrianto (2006) menjelaskan bahwa pariwisata pesisir (coastal tourism) merupakan segala hal yang mencakup kegiatan wisata yang terjadi di wilayah pesisir dan perairannya. Aktivitas rekreasi didalamnya meliputi perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang memfokuskan pada lingkungan pesisir. Berikut kerangka pariwisata pesisir dan laut.

(23)

Gambar 2 Kerangka pariwisata pesisir dan laut (Adrianto 2006)

Zia (2006) menjelaskan bahwa perkembangan pariwisata telah mampu memberikan berbagai keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan pada berbagai wilayah pesisir. Kecenderungan wisatawan untuk menikmati wisata di wilayah pesisir telah mendorong pertumbuhan di wilayah tersebut, yang berdampak pada semakin banyaknya masyarakat terlibat dalam kegiatan pariwisata seperti peningkatan fasilitas dan aksesibilitas. Oleh karenanya upaya untuk mengetahui keuntungan ekonomi dari lingkungan ini sangatlah penting dalam penataan ruang pesisir dan laut. Jobstvogt et al. (2014) menyebutkan kebanyakan valuasi ekonomi dari jasa kultural ekosistem yang menjadi dasar penilaian pasar adalah berhubungan dengan penilaian rekreasi dan kepuasan. Sebagai contoh kepuasan dan penerimaan wisatawan termasuk pengguna lain terhadap biaya yang harus dikeluarkan untuk mengakses tempat tersebut, biaya peralatan, gas (bahan bakar) akomodasi dan biaya lainnya. Pada tahun 2002 Cina telah melakukan suatu bentuk upaya penataan ruang pesisir dan laut dalam hubungannya dengan meningkatkan pengelolaannya dari

segi pembiayaan melalui sistem biaya pengguna (user fee system) (UNESCO 2009).

2.5 Konsep User fee Systems

Bentuk biaya pengguna pada umumnya berupa penghasilan daerah dapat berupa pendapatan asli daerah yang secara khusus seperti pajak, retribusi dan lainnya. Sebagaimana dijelaskan Steckenreuter & Wolf (2013), akses sumberdaya memiliki nilai untuk melindungi hal tersebut yang membutuhkan biaya. Pajak sebagai salah satu bentuk biaya pengguna memiliki pengaruh terkait bagaimana para pembuat kebijakan dapat menggunakannya sebagai instrumen untuk perlindungan lingkungan (European Communities 2001).

Sejak tahun 2002 Cina dengan aturan hukumnya telah mengatur pengelolaan penggunaan laut. Hal ini di diketahui dengan menggunakan tiga prinsip yakni (a) sistem otoritasasi dalam hak penggunaan laut, (b) sistem zonasi fungsional laut; dan (c) sebuah sistem biaya pengguna (Li 2006 dalam UNESCO 2009). Selanjutnya oleh Douvere (2008) dijelaskan bahwa sebuah sistem biaya pengguna merupakan hak untuk penggunaan laut yang dilindungi di bawah sistem hukum negara atau pemerintah, yang mensyaratkan bahwa entitas atau individu yang menggunakan laut harus membayar biaya sesuai dengan peraturan negara. Sistem ini menetapkan bahwa laut merupakan aset milik negara, serta semua entitas dan individu yang berniat menggunakan laut untuk melaksanakan produksi dan kegiatan ekonomi lainnya, harus membayar dalam penggunaannya.

(24)

Kebijakan pemerintah pusat tentang otonomi secara langsung mengaharuskan pemerintah untuk mengatur urusan rumah tangga daerah itu sendiri. Pemerintah daerah dituntut untuk lebih bijaksana dalam mengambil suatu keputusan yang menyangkut dengan hak-hak rakyatnya, dalam arti lain pemerintah daerah harus adil melakukan pemungatan pajak daerah dan retribusi daerah kepada seluruh warga masyarakat. Sebagai daerah otonomi, daerah dituntut untuk dapat mengembangkan dan mengoptimalkan semua potensi daerah, yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersumber dari PAD. Beberapa komponen pendapatan asli daerah (PAD) adalah: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan PAD lain yang sah (Kusuma dan Wirawati 2013).

Paliawaludin (2004) menjelaskan, pembangunan di wilayah pesisir diperlukan yakni suatu kebutuhan terhadap penataan ruang yang sesuai dengan kondisi sumberdaya alam dan pemanfaatan yang tidak melebihi kapasitas daya dukung lingkungannnya. Pendekatan pemanfaatan ruang untuk penyusunan penataan ruang kawasan pesisir juga tidak dapat dipisahkan dari konsep perencanaan tata ruang untuk keseluruhan wilayah. Pendekatannya melalui keterpaduan, baik bertolak dari aspek lingkungan serta wujud biogeofisik ruang wilayah maupun dari segi kehidupan bangsa (administrasi pemerintah, sosial, ekonomi politik, pertahanan dan keamanan).

Sebagai bentuk upaya pembangunan wilayah pesisir dalam hal penataan ruang pesisir, dibutuhkan penilaian terhadap jasa lingkungan melalui jasa kultural. Menurut Edwards (2009), valuasi lingkungan penting terhadap pendataan sumber daya berharga untuk perlindungan dan mengidentifikasi yaitu nilai manfaat seperti pada taman nasional yang pengunjung peroleh, misalnya melalui retribusi, izin dan sumbangan. Kegunaan non pasar tehnik valusai sebagai alat untuk kebijakan pengelolaan sumberdaya alam saat ini dianggap umum di beberapa negara. Banyak instansi mapun lembaga yang menggunakan valuasi lingkungan untuk keberlanjutan pembiayaan guna mendukung keputusan dalam penerapan biaya pengguna seperti pada taman nasional dan daerah perlindungan laut.

Salah satu bentuk pendekatan terpadu dalam perencanaan ruang pesisir dan laut adalah melalui konsep biaya pengguna. Biaya pengguna dapat berupa pajak, retribusi maupun beberapa peraturan resmi yang ditetapkan oleh suatu daerah dalam rangka membangun dalam bentuk finansial. Biaya pengguna dibayarkan kepada pemilik fasilitas atau operator oleh pengguna fasilitas sebagai kondisi yang diperlukan untuk menggunakan fasilitas tersebut. Manfaat lain yang diperoleh melalui biaya pengguna adalah perubahan perilaku pengunjung menjadi lebih baik. Seperti yang dijelaskan oleh Chung et al. (2011), biaya pengguna umumnya dapat mengubah perilaku pengunjung dengan mengendalikan jumlah pengunjung, mengalihkan kegiatan rekreasi tertentu ke daerah spesifik lainnya serta mendorong pengunjung untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan individu selama kegiatan tersebut.

(25)

2.6 Penataan Ruang Wilayah Pesisir

Perencanaan tata ruang pesisir dan laut adalah sebuah cara praktis untuk membuat dan menentukan lebih dari sekedar pemikiran organisasi rasional atas penggunaan ruang laut dan interaksi antara pengguna. Suatu upaya menciptakan keseimbangan permintaan selama pembangunan dengan tetap melakukan perlindungan di ekosistem pesisir dan laut serta untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi dalam hal perencanaan dan permulaan. Perencanaan tata ruang pesisir dan laut adalah sebuah proses analisa publik dan alokasi ruang dan waktu dari aktivitas manusia di wilayah pesisir dan laut untuk mencapai kesuksesan di bidang ekologi ekonomi dan sosial yang biasanya secara spesifik melalui sebuah proses politik (UNESCO 2009).

Menurut Douvere (2008), perencanaan tata ruang dimaksudkan sebagai alat penting untuk mengelola penggunaan lahan di berbagai belahan dunia. Perencanaan penggunaan lahan muncul dalam menanggapi spesifikasi masalah sosial dan ekonomi dan masalah lingkungan di kemudian yang dipicu oleh revolusi industri pada akhir abad ke-19. Kebutuhan dan keuntungan dari perencanaan tata ruang yang tepat menjadi cepat dan jelas akibat adanya kemajuan industri seiring dengan bertambahnya kepadatan penduduk yang berbanding lurus dengan kebutuhhan terhadap ruang.

UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dijelaskan bahwa penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional dan RTRW Provinsi, Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan bidang Penataan Ruang, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. Selain itu penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota harus memperhatikan: a) perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang kabupaten/kota; b) upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota; c) keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten/kota; d) daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; e) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah; f) Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten/kota yang berbatasan; dan g) Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis kabupaten/kota.

Pengembangan sosial dan ekonomi adalah arah dimana daratan menjadi ekspansi ruang kota. Sampai batas tertentu, ekspansi ruang kota akan terus menerus menggunakan sumberdaya yang sesuai untuk pembangunan perkotaan. Perencanaan kota telah menjadi alat yang paling berpengaruh dalam membentuk pengembangan tata ruang perkotaan (Lin et al. 2013). Selanjutnya Douvere (2008) menjelaskan Perencanaan tata ruang pesisir dan laut bertujuan untuk menyediakan mekanisme strategis dan pendekatan berbasis rencana terpadu untuk pengelolaan laut yang memungkinkan untuk melihat ''gambaran” yang lebih besar dan untuk mengelola menggunakan potensi konflik, efek kumulatif dari aktivitas manusia, dan perlindungan laut. Perencanaan tata ruang pesisir dan laut menyediakan kesempatan tidak hanya untuk mengelola dan memahami lingkungan laut, tetapi juga memungkinkan perencanaan jangka panjang dalam cara proses-proses menjadi lebih transparan, perencanaan dan alokasi untuk kedua pengembang atau pemertintah dan manajer lingkungan.

Penerapan kebijakan tata ruang pesisir dan laut diperlukan untuk mengawasi sampai sejauh mana peraturan tersebut diterapkan dilapangan serta mengetahui bagaimana pembangunan yang berjalan. Pembangunan tersebut dapat

(26)

dipastikan membutuhkan penggunaan ruang. Dahuri et al. (2008) menjelaskan perencanaan ruang kawasan pesisir diharapkan dapat mendorong peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan. Tata ruang yang dimaksud mencakup penetapan peruntukan lahan yang terbagi menjadi empat mintakat yaitu: (i) zona preservasi, (ii) zona konservasi, (iii) zona penyangga, (iv) zona budidaya (zona pemanfaatan)

Pembangunan di wilayah pesisir dan laut tersebut akan terjadi terus menerus, akan tetapi dalam prosesnya melibatkan berbagai sektor. Pelaksanaan pembangunan tersebut akan masuk dalam lingkup penggunaan biaya atas pemakaian lahan baik yang berada di darat maupun di laut. Sistem perundangan di Cina pada Januari 2002, selain penerapan perundangan serta menerapkan beberapa prinsip yang membantu perundangan tersebut berjalan. Salah satu prinsipnya yaitu melakukan penerapan sistem biaya pengguna. Sebuah wilayah pesisir dan laut yang masuk ke dalam kategori teluk (bay) memerlukan sebuah rencana pengelolaan sehingga sebuah kajian komprehensif terhadap dinamika kegiatan ekonomi maupun dampak lingkungan termasuk dalam konteks ini lingkungan sosial menjadi sebuah kebutuhan (Adrianto 2006).

(27)

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pesisir Kota Kendari Sulawesi Tenggara pada bulan April – Mei 2015. Letak geografis Kota Kendari berada diantara 3o54’30’’ – 4o3’11’’LS dan 122o23’- 122o39’BT. Lingkup wilayah penelitian ini meliputi seluruh wilayah yang terdapat aktivitas wisata di sepanjang pesisir pantai Teluk Kendari.

Gambar 3 Peta lokasi penelitian Teluk Kendari

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Jenis data primer adalah jenis data yang diperoleh langsung di lapangan berupa kuesioner, wawancara kepada responden. Untuk data sekunder adalah jenis data yang diperoleh hasil studi literatur dari hasil penelitian, peraturan daerah, rencana tata ruang wilayah yang bersumber langsung oleh pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan kajian penelitian. Matriks jenis data, sumber data dan data analisis secara lengkap disajikan dalam Tabel 1

(28)

Tabel 1 Matriks jenis data, sumber data dan data analisis

(29)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Penentuan pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui observasi di lapangan dan pembagian kuesioner melalui wawancara kepada responden. Responden yang dipilih merupakan hasil sampling dari populasi. Populasi yang berada di lapangan adalah wisatawan, stakeholder dan masyarakat sekitar daerah wisata yang berada di pesisir Teluk Kendari. Wisatawan atau pengunjung merupakan orang yang datang berkunjung di lokasi penelitian.

Stakeholder merupakan orang yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam proses kegiatan wisata yang berada di lokasi penelitian. Masyarakat adalah warga yang berada atau tinggal di dekat lokasi penelitian (yang berada dalam lingkup daerah wisata ±1 Km2). Untuk sampling atau penarikan contoh dalam kaitannya proses pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder.

Jenis kegiatan wisata yang menjadi sasaran sampling responden di Teluk Kendari berupa:

1. Aktivitas wisata landscape berupa menikmati panorama keindahan alam teluk seperti sunset,sembari berfoto ria di pesisir Teluk (Lozoya et al. 2014)

2. Aktivitas wisata walking yakni melakukan jalan-jalan di sepanjang pesisir Teluk bersama keluarga sembari menikmati kuliner di pesisir Teluk (O’mahony et al. 2009)

3. Aktivitas wisata angling/recreational fishing berupa aktivitas memancing yakni suatu kegiatan hobi menangkap ikan oleh pengunjung di teluk (Kenter et al. 2013).

4. Aktivitas wisata jogging cenderung berupa salah satu olahraga tepi pantai yang dilakukan di sepanjang pesisir pantai setiap sore hari (Wyles et al. 2014).

Pengumpulan data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Penentuan responden dilakukan dengan teknik

accidental sampling yakni melakukan wawancara kepada responden yang berada di 10 stasiun/grid penelitian, dengan syarat responden tidak berulang pada tiap stasiun/grid baik di hari yang sama maupun hari berikutnya dalam jangka waktu 20 hari. Pengumpulan data sekunder melalui studi literatur yang berasal dari pemerintah atau publikasi penelitian/jurnal-jurnal ilmiah terkait kondisi pesisir Teluk Kendari. Sistem biaya pengguna (user fee system) yang akan dikaji melalui metode valuasi ekonomi pesisir khususnya terkait kegiatan wisata pesisir. Data yang dikumpulkan dalam kajian user fee system berupa data yang terkait kegiatan wisata menggunakan metode valuasi melalui willingness to pay berdasarkan preferensi (contingent valution method) dan metode biaya perjalanan wisata (travel cost method), metode persepsi tujuan berwisata (expert couplet node). Gambar 4 menyajikan kerangka penarikan contoh penelitian.

(30)

3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Analisis Spasial Grid User fee

Pengambilan data spasial wisata wilayah pesisir Teluk Kendari dilakukan dengan penentuan titik kegiatan wisata, serta menentukan tingkat jumlah keramaian wisatawan yang berada pada aktivitas tersebut. O’mahony et al. (2009) penentuan tingkat keramaian dilakukan dengan pembagian tiga kelas jumlah keramaian yakni: (1) jumlah individu pengunjung masing-masing jenis wisata 1-5 orang grid-1 kategori pengunjung rendah, (2) jumlah individu pengunjung masing-masing jenis wisata 6-10 orang grid-1, (3) jumlah individu pengunjung masing-masing jenis wisata 11 orang grid-1, hal tersebut diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian selama 20 hari dengan ditentukan titik melalui GPS. Menurut Semedi (2008), menjelaskan bahwa penentuan posisi dengan GPS metode absolut adalah penentuan posisi menggunakan satu alat receiver GPS. Karakteristik penentuan posisi dengan cara absolut ini adalah sebagai berikut: (1) Posisi ditentukan dalam sistem WGS 84 (terhadap pusat bumi), hanya memerlukan satu alat receiver GPS, Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statis) atau bergerak (kinematik), (4) Ketelitian posisi berkisar antara 5 – 10 meter.

Penentuan stasiun atau grid data dilakukan secara purposive sampling hal tersebut didasarkan pada rencana zonasi wilayah pesisir Kota Kendari pada kawasan wisata pesisir di teluk. Penentuan spasial grid data merupakan suatu metode dengan melakukan sampling kuesioner ke responden di lapangan menyesuaikan ukuran grid di peta. Ukuran grid di peta dengan luasan 1km2. Hasil obeservasi dipetakan menjadi titik lokasi wisata dan titik keramaian wisata serta distribusi spasial biaya perjalanan wisata. Data yang di peroleh dari hasil kuesioner TCM dan ECN akan di overlay ke Arc Gis. Hal ini merupakan adaptasi dari metode Ruiz-Frau et al. (2013) dan O’Mahony et al. (2009). Data spasial disajikan ke dalam tiga kelompok peta yakni: (1) peta infrastruktur penunjang wisata dan kelas keramaian aktivitas wisata (2) Peta spasial biaya perjalanan wisata. (3) Peta kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi pantai tanpa pengembangan dan dengan pengembangan.

Gambar 4 Kerangka penarikan contoh penelitian user fee dan persepsi wisata Teluk Kendari

Travel Cost Method

(TCM)

Wisatawan

Expert Couplet Node

(ECN)

Contingent Valution Method

(CVM)

200 responden

Stakeholder

Wisatawan Masyarakat

60 responden 60 responden

(31)

3.4.2 Analisis Tujuan Wisata (Expert Couplet Node)

Teluk Kendari sebagai pusat sentral aktivitas pesisir, memiliki berbagai macam aktivitas, diantaranya sebagai tempat tujuan wisata warga Kendari beraktivitas. Untuk mengetahui tujuan atau alasan keberadaan warga yang berada di tempat wisata di pesisir Teluk Kendari, O’mahony et al. (2009) menjelaskan

Expert couplet node sebagai metode untuk mengetahui tujuan keberadaan wisatawan dalam hal ini persepsi dan alasan, sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan informasi yang relevan dalam perencanaan dan pengembangan khusus kegiatan wisata yang diinginkan. Responden yang dipilih adalah yang berada langsung di lokasi serta dengan penentuan tingkat keramaiannya aktivitas wisata tersebut. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif yang kemudian akan menjadi pengembangan pendekatan yang lebih terintegrasi dan pandangan untuk pengelolaan wisata di Teluk Kendari.

Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1). Persepsi survei wisatawan, pembagian kuesioner terhadap persepsi wisatawan yang berada di Teluk Kendari. Wisatawan ditanya melalui tujuan ataupun alasan mereka berada di lokasi dengan selain itu wisatawan ditanya terkait persepsi mereka terhadap aktivitas dan pengelolaan mereka terhadap loksai wisata. Bentuk pertanyaan akan dibuat dalam penilaian dan pengalaman mereka berada di lokasi wisata.

2). Inventarisasi, disusun untuk menetapkan data dasar tentang rekreasi di Teluk Kendari dengan fokus pada kegiatan di lingkungan pesisir. Informasi yang terkandung meliputi: kepuasan terhadap pengelolaan pesisir baik dari segi perlindungan maupun informasi penggunaan ruang serta berbagai fasilitas rekreasi klub/organisasi yang melakukan aktivitas di Teluk Kendari.

3). Partisipasi stakeholder, melakukan wawancara dan informasi masukan dari semua yang relevan dari stakeholder memungkinkan untuk berbagi potensi data yang tersedia, dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana fungsi lingkungan pesisir.

Selanjutnya data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif yang kemudian akan menjadi pengembangan yang lebih terintegrasi dan pandangan untuk pengelolaan wisata di Teluk Kendari.

3.4.3 Valuasi Wisata Ekonomi Pesisir Teluk Kendari

Untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pesisir diperlukan adanya neraca sumberdaya pesisir dan lautan yang memerlukan penilaian ekonomi (valuasi ekonomi) terhadap cadangan pemanfaatan sumberdaya alam (Astuti 2008). Selanjutnya Adrianto, (2006) menjelaskan valuasi ekonomi pada dasarnya bertujuan membantu pengambil keputusan untuk menduga efisiensi ekonomi dari berbagai pemanfaatan yang mungkin dilakukan terhadap ekosistem yang ada di wilayah pesisir. Untuk menilai ekonomi pesisir dalam kaitannya kegiatan wisata pesisir maka dilakukan penilaian menggunakan metode contingent valuation method (CVM), metode Travel cost method (TCM) dan Expert couplet node

(ECN). Penilaian menggunakan valuasi wisata dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner yang tersaji pada lampiran 1.

(32)

3.4.4 Analisis Contingent Valuation Method (CVM)

Penilaian berdasarkan preferensi (contingent valuation method) adalah sebuah metode yang digunakan untuk melihat atau mengukur seberapa besar nilai suatu barang berdasarkan estimasi seseorang. Contingent Valuation Method

juga dapat dianggap sebagai suatu pendekatan untuk mengetahui seberapa besar nilai yang diberikan seseorang untuk memperoleh suatu barang (willingness to pay; WTP), FAO dalam Adrianto (2006). Nilai diperoleh dengan wawancara kepada individu untuk memberikan sejumlah satuan moneter yang ingin dibayarkan. Pelaksanaannya responden di wawancarai secara langsung dengan cara menanyakan kesediaan untuk membayar terhadap sumberdaya yang ada bersifat

non marketable. Kondisi responden yang seolah-olah dihadapkan pada pasar yang sesungguhnya saat terjadi transaksi inilah yang disebut sebagai contingent. Responden dipilih secara purpossive yakni masyarakat lokal sekitar Teluk Kendari.

CVM menggunakan WTP sebagai parameter bagi perhitungan total. Estimasi WTP dapat juga dilakukan dengan menduga hubungan antara WTP dengan karakterisitik responden yang mencerminkan tingkat penghargaan pengguna terhadap sumberdaya yang selama ini dimanfaatkannya, yang dapat dihitung sebagai berikut :

WTPi = β0+β1X1+β2X2+β3X3 Keterangan :

WTPi = Kesediaan responden membayar

X1 = Umur Responden

X2 = Pendapatan Responden

X3 = Pendidikan Responden

β0 = Intersep atau Standar Terendah

β1β2β3 = Koefisien Peubah

Sebagaimana halnya dengan pendekatan estimasi surplus konsumen, setelah mengetahui tingkat WTP yang dihasilkan per individu (WTPi) berdasarkan persamaan diatas, maka total nilai ekonomi sumberdaya melalui preferensi secara sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

TB = WTPi x Pt Keterangan :

TB = Total benefit

WTPi = Nilai WTP per individu

Pt = Total populasi pada tahun ke t yang relevan dengan analisis Metode analisis CVM ini digunakan untuk mengetahui kesediaan membayar pengunjung terhadap wisata pesisir Teluk Kendari, serta penilaian terhadap kondisi vegetasi pantai.

3.4.5 Analisis Travel Cost Method (TCM)

Metode biaya perjalanan/Travel cost Method (TCM) ini digunakan untuk mengkaji nilai ekonomi wisata pesisir Teluk Kendari. Melalui Travel cost Method, akan dilakukan pengkajian biaya yang dikeluarkan oleh individu yang melakukan kegiatan wisata di pesisir Teluk Kendari. Berdasarkan pola pengeluaran konsumen, maka dapat mengkaji berapa nilai (value) yang diberikan konsumen terhadap sumberdaya alam dan lingkungan (Adrianto 2006). Biaya yang dikeluarkan untuk

(33)

mengkonsumsi jasa dari sumberdaya alam digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya tersebut (Fauzi 2004).

Adrianto dan Wahyudin (2004) menjabarkan pendekatan TCM yang didasarkan pada dua asumsi penting yakni:

Asumsi 1: Pengunjung menempuh perjalanan dengan 1 tujuan yaitu mengunjungi sebuah tempat/site dalam hal ini pesisir Teluk Kendari

Asumsi 2: Pengunjung tidak mendapatkan manfaat tertentu selama perjalanan (misalnya manfaat berupa kepuasan menikmati pemandangan selama perjalanan), kecuali manfaat ketika sampai di lokasi yang dituju (kepuasan terhadap pasir putih, laut yang bersih, dll).

Menurut (Adrianto 2006) bahwa tahap pertama dari TCM yaitu menduga jumlah kunjungan berdasarkan fungsi biaya perjalanan dan beberapa faktor lain yang terkait dengan permintaan terhadap kunjungan. Berikut fungsi permintaan terhadap kunjungan wisata:

V = f(TC,S) Keterangan :

V = Jumlah Kunjungan

TC = Biaya perjalanan pada lokasi wisata

S = Vektor biaya perjalanan pada lokasi alternatif Langkah-langkah analisis TCM

1. Hitung Total Biaya Perjalanan

BP = BTr + (BKr-BKh) + BLn Keterangan:

BP = Total biaya perjalanan (Rp)

BTr = Biaya transportasi selama rekreasi (Rp) BKr = Biaya konsusmsi di tempat rekreasi (Rp) BKh = Biaya konsumsi harian (Rp)

BLn = Biaya lain-lain (biaya tak terduga) (Rp)

2. Membuat persamaan permintaan rekreasi Q = f(X1,X2,X3,X4,X5)

Keterangan:

Q = Jumlah kunjungan (kali) X1 = Biaya perjalanan total (Rp) X2 = Pendapatan (Rp/bulan) X3 = Usia

X4 = Pendidikan

X5 = Jarak yang di tempuh (Km) 3. Fungsi permintaan ditransformasikan

Q = β0X1β1X2β2... Xnβn LnQ = β0+β1LnX1+β2LnX2 ... +LnXn

LnQ = ((β0+β2(LnX2)+ ... βn(LnXn)+ β1(LnX1) LnQ = β + β1LnX1

(34)

4. Setelah di estimasi kemudian fungsi dibalik

X1β1=β1/Q X1 = β1/β1

Q1/β1 U = ʃ f(Q)dԚ

Keterangan:

U = Utilitas terhadap sumberdaya

d = Batas jumlah sumberdaya yang dikonsumsi/diminta f(Q) = Fungsi permintaan

CS = U-Pt Pt = Xi Q Keterangan :

CS = Konsumen surplus Pt = Harga yang dibayarkan

Q = Rata-rata Jumlah sumberdaya yang dikonsumsi

X = Harga sumberdaya yang diminta (diturunkan dari fungsi permintaan)

3.4.6 Analisis Trade Off

Analisis yang digunakan untuk menentukan strategi pengelolaan biaya pengguna dalam kaitannya kegiatan wisata pesisir di Teluk Kendari adalah dengan menggunakan trade off analysis. Crissman et al. (1998) dalam Kismartini (2004) menjelaskan, trade off analysis (TOA) merupakan proses merancang untuk mengintegrasikan pembuat kebijakan publik dan stakeholders lain dengan sekelompok pakar untuk menyediakan informasi yang bersifat kuantitatif dalam mendukung pengambilan keputusan. Penggunaan analisis ini adalah melalui persepsi stakeholder akan kepentingan pengembangan wisata pesisir Teluk Kendari berdasakan wawancara kepada responden. Strategi pengelolaan yang diterapkan nantinya berdasarkan pada kecendrungan stakeholder terhadap pilihan-pilihan skenario strategi pengelolaan yang diperkirakan dapat diterapkan sesuai dengan konsep penataan ruang wilayah pesisir Teluk Kendari. Brown et al. (2001) membagi tahapan utama dalam analisis trade off meliputi:

1). Identifikasi dan klasifikasi para pemangku kepentingan serta kepentingan mereka

2). Identifikasi program alternatif dari tindakan terbuka pada para pengambil keputusan (skenario pembangunan alternatif di masa depan)

3). Identifikasi isu-isu utama dan fokus pada pemangku kepentingan-kriteria pengelolaan

4). Estimasi dampak dari masing-masing program alternatif pada kriteria pengelolaan

5). Melibatkan para pemangku kepentingan untuk membuat bobot prioritas pengelolaan

6). Membangun konsensus diantara pemangku kepentingan menggunakan informasi yang dikumpulkan dan bobot untuk menemukan pemahaman bersama.

(35)

Brown et al. (2001), mengemukakan tahapan yang harus dilakukan saat analisis trade-off, yaitu analisis stakeholders dan analisis multikriteria. Analisis

stakeholder menanyakan siapa saja pihak yang berkepentingan dan memiliki kekuatan untuk dapat mempengaruhi apa yang terjadi, serta bagaimana pihak-pihak ini berinteraksi, sehingga pada tujuan akhirnya dapat memberikan rekomendasi strategis untuk melanggengkan partisipasi para pemangku kepentingan (Herdiansyah 2012). Untuk melakukan analisis stakeholder diperlukan beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Identifikasi stakeholders

Identifikasi stakeholders melalui wawancara semi terstruktur. Responden yang di pilih melalui pihak-pihak mana saja yang ikut andil dalam pengelolaan teluk maupun pengguna teluk dalam hal ini pengunjung teluk. Langkah selanjutnya melakukan analisis persepsi dan partisipasi stakeholder terhadap pengelolaan pesisir Teluk Kendari terkait aktivitas wisata di teluk.

2. Menentukan kategori stakeholders dalam kelompok

Penentuan kategori dilakukan dengan melihat tingkat kepentingan dan pengaruh dari stakeholder. Pemetaan stakeholder dilakukan pada matriks analisis

stakeholder melalui nilai kepentingan dan pengaruh. Pada Tabel 2 dapat diketahui tingkat kepentingan stakeholeder dan Tabel 3 dapat diketahui besarnya pengaruh

stakeholder. Nilai yang diperoleh masing-masing stakeholder adalah 25 poin untuk kepentingan dan 25 poin untuk pengaruh.

Tabel 2 Penilaian tingkat kepentingan stakeholder.

No. Variabel Indikator Skor

1 Keterlibatan Tidak terlibat Terlibat 1 proses 2 Manfaat pengelolaan Tidak mendapat manfaat

Mendapat 1 manfaat 4 Prioritas pengelolaan Tidak prioritas

Kurang 5 Ketergantungan terhadap

sumberdaya

Sumber : Modifikasi Indrayanti (2012).

(36)

Tabel 3 Penilaian tingkat pengaruh stakeholder.

No. Variabel Indikator Skor

1 Aturan/kebijakan pengelolaan Tidak terlibat Terlibat 1 proses 2 Peran dan partisipasi Tidak berkontribusi

Berkontribusi dalam 1 point Berkontribusi dalam 2 point Berkontribusi dalam 3 point Berkontribusi dalam seluruh point

1 2 3 4 5 3 Kemampuan dalam berinteraksi Tidak ada interaksi

Berinteraksi dalam 1 point 4 Kewenangan dalam pengelolaan Tidak memiliki kewenangan

Kewenangan dalam 1 proses 5 Kapasitas sumberdaya yang

disediakan

Sumber : Modifikasi Indrayanti (2012).

Tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder dilakukan menggunakan panduan penilaian lampiran 1 (kuesioner). Selanjutnya, setelah mengetahui besarnya nilai kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholder, yaitu melakukan pemetaan pada matriks kepentingan pengaruh seperti yang tersaji pada Gambar 5.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pendekatan penelitian
Gambar 2 Kerangka pariwisata pesisir dan laut (Adrianto 2006)
Gambar 3 Peta lokasi penelitian Teluk Kendari
Tabel 1 Matriks jenis data, sumber data dan data analisis  No .  Tujuan  Jenis  Data Primer  Sumber  Data Primer  Jenis  Data Sekunder  Sumber  Data Sekunder
+7

Referensi

Dokumen terkait

kota sebagai bagian dari peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah.. Jaringan RTH tersebut harus terdistribusi ke semua wilayah kota

Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah di Kota Semarang dilihat dari lima tepat yang perlu dipenuhi dalam keefektifan suatu pelaksanaan program, yaitu ketepatan kebijakan,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis mengenai Analisis Aktor Implementasi dalam Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang dengan studi

Berisikan penjelasan mengenai kebijakan dan strategi dokumen rencana seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis mengenai Analisis Aktor Implementasi dalam Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang dengan studi

Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas Rencana Tata Ruang Wilayah dan prioritas pembangunan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB XIII KETENTUAN I-AIN-TAIN Pasal 55 tata ruang wilayah Kabupaten menjadi pedoman untuk: n Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah; Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah;

DEPARTEMEN ILMU POLITIK & PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Cahyo Adhi