• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengembangan perikanan tangkap .1 Analisis SWOT

ARMADA PERIKANAN TANGKAP DI PERAIRAN MALUKU

4) Aspek ekonomis

3.3.7 Strategi pengembangan perikanan tangkap .1 Analisis SWOT

Penentuan strategi pengembangan teknologi perikanan tangkap dilakukan dengan survei PRA (Participatory Rural Appraisal), dengan menggali sebanyak mungkin informasi yang berbasis masyarakat, pemerintah, dan swasta. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan solusi model pengembangan perikanan pelagis yang sesuai dengan kemauan stakeholder perikanan tangkap.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Dimana SWOT adalah lingkungan internal yang terdiri dari

Strength dan Weakness serta lingkungan eksternal terdiri dari Opportunity dan

Threat. Untuk mengetahui strategi dan kebijakan yang akan kita peroleh, maka

eksternal secara sistematik dan dilanjutkan dengan merumuskannya. Kemudian membandingkan antara faktor internal, yaitu kekuatan (Strength) dan kelemahan

(Weakness) dengan faktor eksternal, yaitu peluang (Opportunity) dan ancaman

(Threat).

Analisis ini dilakukan dengan merujuk kepada kekuatan pengendali internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang diperoleh dari studi pustaka dan informasi dari instansi terkait dan pelaku usaha perikanan melalui langkah sebagai berikut :

(1) Evaluasi faktor internal (internal factor evaluation-IFE)

Langkah yang dilakukan dalam penentuan faktor internal dan pembobotan adalah dengan membuat daftar kekuatan dan kelemahan, kemudian setiap kekuatan dan kelemahan diberi bobot (tidak penting > 0 sampai sangat penting = 1,0) sehingga total bobot adalah 1,0, selanjutnya diberikan rating 1 sampai dengan 4 pada setiap kekuatan dan kelemahan (1 = kelemahan utama, 2 = kelemahan kecil, 3 = kekuatan kecil, 4 = kekuatan utama), selanjutnya menentukan weigth score dengan mengalikan bobot dan rating. (2) Evaluasi faktor eksternal (eksternal factor evaluation-EFE)

Langkah yang dilakukan dalam penentuan faktor eksternal dan pembobotan adalah dengan membuat daftar peluang dan ancaman, kemudian setiap peluang dan ancaman diberi bobot (tidak penting > 0 sampai sangat penting = 1,0) sehingga total bobot adalah 1,0, selanjutnya diberikan rating 1 sampai dengan 4 pada setiap peluang dan ancaman (1 = peluang utama, 2 = peluang kecil, 3 = ancaman kecil, 4 = ancaman utama), selanjutnya menentukan

weigth score dengan mengalikan bobot dan rating menurut Kearns (1992)

dan David (1989) diacudalam Salusu (1988).

Dari evaluasi faktor internal dan eksternal maka akan dapat diketahui peluang dan ancaman yang harus diberi respon paling besar, serta kekuatan yang akan dioptimalkan dan kelemahan yang akan diminimalisir. Setelah dilakukan evaluasi faktor eksternal dan internal, dilakukan analisis dengan matriks internal-eksternal (I-E).

Faktor-faktor starategis internal dan eksternal yang diperoleh dari evaluasi faktor internal dan eksternal yang telah didapat ditentukan kekuatan (strength),

kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (threat), disusun ke dalam matrik SWOT untuk dilakukan pencocokan untuk penentuan strategi, yaitu strategi S-O, S-T, W-O dan strategi W-T, seperti terlihat pada tabel 35.

Salah satu model analisis SWOT dapat ditampilkan dalam matrik kotak, dua yang paling atas adalah kotak faktor eksternal peluang dan ancaman/tantangan, sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah kotak faktor internal, yaitu kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan. Empat kotak lainnya adalah merupakan kotak issu strategi yang timbul sebagai hasil kontak antara faktor eksternal dan faktor internal. Adapun issu strategi antara lain: 1) Comparative Advantage, 2)

Mobilization, 3) Investment/Disvestment, dan 4) Damage Control (Kearns 1992

yang diacudalam Salusu 1988)

David (1989) yang diacu dalam Salusu (1988) yang menggunakan istilah TOWS, yaitu ingin mendahulukan analisis ancaman dan peluang untuk melihat sejauh mana kapabilitas internal sesuai dan cocok dengan faktor eksternal. Dalam analisis TOWS ada empat strategi yang ditampilkan. Strategi SO dipakai untuk menarik keuntungan dari peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar. Strategi ST digunakan untuk menghindari, paling tidak memperkecil dampak dari ancaman yang datang dari luar. Strategi WT adalah taktik yang diarahkan pada usaha memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.

Dalam menentukan strategi yang terbaik, dilakukan pemberian bobot (nilai) terhadap tiap unsur SWOT berdasarkan tingkat kepentingan dan kondisi suatu wilayah. Setelah masing-masing unsur SWOT diberi bobot (nilai), unsur-unsur tersebut dihubungkan keterkaitannya dalam bentuk matrik untuk memperoleh berapa alternatif strategi. Alternatif-alternatif tersebut dijumlahkan bobotnya untuk menghasilkan ranking dari tiap-tiap strategi alternatif. Strategi dengan ranking tertinggi merupakan merupakan alternatif strategi yang diprioritaskan untuk dilakukan pengembangan (Rangkuti 2005). Model analisis SWOT menurut Kearns (1992) dan David (1989) yang diacu dalam Salusu (1988) disajikan pada Tabel 35

Tabel 35 Model Matrik Analisis SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal STRENGTHS (Kekuatan) WEAKNESSES (Kelemahan) OPPORTUNITIES (Peluang) Comparative Advantage (SWOT) ☼ Strategi SO (TOWS) Mobilization (SWOT) ☼ Strategi WO (TOWS) THREATS (Ancaman) Investment Divestment (SWOT) ☼ Strategi ST (TOWS) Damage Control (SWOT) ☼ Strategi WT (TOWS)

Sumber: Kearns(1992), David (1989) yang diacu dalam Salusu (1988)

3.3.7.2 Analisis hierarki proses (AHP)

Proses Analisis Hirarki (The Analitycal Hierarchi Process) dikembangkan pertamakali oleh L. Saaty pada tahun 1971, yang merupakan pakar matematika dari University of Pittsburg Amerika Serikat. Metode ini adalah salah satu dari ilmu pengambilan keputusan (Saaty1991).

Dalam menggunakan AHP, berbagai komponen yang berinteraksi/terkait dengan pengembangan unit penangkapan ikan akan dikelompokkan ke dalam beberapa level/hirarki, misalnya level goal (tujuan), level kriteria, level pembatas

(limitting factor), dan level opsi pengembangan. Secara rinci tahapan analisis

AHP adalah sebagai berikut:

(1) Penyusunan hierarki

Penyusunan struktur hierarki merupakan kegiatan menusun interaksi komponen atau variabel yang telah didefinisikan ke dalam bentuk struktur hierarki AHP yang dimulai dari tujuan umum (level 1), dilanjutkan dengan sub tujuan/kriteria (level 2), level pembatas/limit faktor (level 3), dan opsi pengembangan unit penangkapan ikan pada tingkatan paling bawah hierarki (level 4).

(2) Penetapan skala perbandingan

Penetapan skala perbadingan diperlukan untuk menganalisis kepentingan setiap kriteria pengembangan yang perlu dicapai dalam pengembangan

unit penangkapan ikan, menganalisis kepentingan setiap pembatas pengembangan yang perlu diperhatikan untuk setiap kriteria pengembangan yang perlu dicapai, dan menganalisis kepentingan setiap unit penangkapan ikan yang menjadi opsi pengembangan untuk setiap pembatas pengembangan pada setiap kriteria. Skala perbandingaan ini ditetapkan berdasarkan tingkatan kualitatif dari setiap level yang dikuantitatifkan dengan tujun untuk mendapatkan skala baru yang memungkinkan untuk melakukan perbandingan antar beberapa alternatif, seperti terlihat pada Tabel 36

Tabel 36 Skala perbandingan berpasangan (pairwise comparations) berdasarkan taraf relatif pentingnya

Intensitas pentingnya Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen mempunyai sifat yang sama Dua elemen menyumbangkan sifat sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dibandingkan

elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya

5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting dibanding elemen lainnya

Suatu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek

7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan dua yang berdekatan

Kompromi diperlukan antara pertimbangan

Kebalikan Jika satu aktifitas mendapat satu angka dibandingkan dengan aktifitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan j

Sumber: Saaty (1991)

(3) Formulasi data

Setelah data skala perbandingan terkumpul, dilakukan formulasi data menggunakan program Microsoft Excell, kemudian dihitung nilai eigen value, menggunakan program Expert Choise 9,5. Dengan demikian dapat ditentukan prioritas keputusan yang akan diperolehnya.

Konsistensi sangat penting dalam pengambilan keputusan. Konsistensi memiliki dua makna yaitu: pertama, objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai keragaman dan relevansinya, kedua, konsistensi terkait dengan tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. AHP

mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui rasio konsistensi (consistency ratio : CR). Nilai rasio konsistensi harus 10% atau kurang. Jika rasio konsistensi lebih dari 10%, pertimbangan tersebut mungkin

salah dan perlu diperbaiki. Nilai Indeks acak (RI) dari matriks berordo 1 sampai dengan 10 yang digunakan untuk menentukan rasio konsistensi (CR) tercantum pada Tabel 37

Tabel 37 Nilai random consistensy index (RI) untuk jumlah elemen (n) 1 sampai dengan 10 (Saaty 1991) N RI N RI 1 0,00 6 1,24 2 0,00 7 1,32 3 0,58 8 1,41 4 0,90 9 1,45 5 1,12 10 1,49 Sumber: Saaty (1991)

3.3.8 Analisis diskriptif antar faktor-faktor yang berpengaruh dalam