• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Produk Wisata Provinsi Gyeonggi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Strategi Pemasaran Pariwisata melalui Analisis SWOT

5.2.2 Strategi Pengembangan Produk Wisata Provinsi Gyeonggi

Berdasarkan analisis pada faktor internal dan eksternal dengan menggunakan matrik SWOT dapat dirumuskan beberapa strategi seperti Strategi

SO (Strengths Opportunities), Strategi WO (Weaknesess Opportunities), Strategi ST (Strenghts Threats), Strategi WT (Weaknesses Threats) yang merupakan kombinasi fakta-fakta dari internal dan eksternal.

Dalam hal ini, strategi–strategi di atas digunakan untuk mengetahui daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi yang memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan asing termasuk wisatawan Indonesia. Dengan mengetahui tingkat preferensi daya tarik wisata di Gyeonggi, maka penelitian ini dapat membantu untuk merumuskan cara dalam memaksimalkan efek pemasaran dan promosi tentang daya tarik wisata alternatif atau produk wisata tematik yang menjadi daya tarik utama bagi calon wisatawan Indonesia.

Berikut ini diuraikan setiap strategi yang akan digunakan dalam pengembangan produk wisata di Provinsi Gyeonggi.

5.2.2.1 Sterategi SO (Strengths Opportunities)

Strategi SO merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi SO yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: Pertama, secara umum, wisatawan Indonesia cenderung lebih suka mengunjungi Seoul, pulau Jeju, dan gunung Seorak, maka dicamtumkan beberapa tempat yang populer di Provinsi Geonggi seperti Everland, DMZ, Onemount, Kintex (Korea International Exhibition Center), Tempat bermain Sky Ice, Tempat pengalaman budaya Korea dalam satu paket wisata tersebut. Hal ini merupakan cara termudah dalam jangka waktu pendek untuk mendorong kunjungan wisatawan Indonesia ke Provinsi Gyeonggi.

Kedua, kemungkinan lingkungan alam di Korea tidak begitu menarik bagi wisatawan Indonesia karena Indonesia memiliki lingkungan alam yang indah, eksotis dan sudah terkenal di dunia seperti Bali, Raja Ampat, Komodo, Danau Toba, Gunung berapi Bromo, Gunung Kelimutu dan lain-lain. Maka dari itu, wisatawan pada umumnya ragu-ragu untuk memilih Korea sebagai tempat wisata untuk melihat keindahan alam. Di sisi lain, alam empat musim Korea yang tidak terdapat di Indonesia seperti musim dingin dan musim semi, serta musim gugur sangat menarik karena hal tersebut akan menambah pengalaman baru bagi wisatawan Indonesia.

Ketiga, relatif sedikit terdapat orang Indonesia yang sudah mengenal atau mengingat nama Gyeonggi, serta tidak mudah menemukan agen perjalanan wisata yang merekomendasikan Gyeonggi sebagai tujuan wisata. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan wisatawan yang sangat kurang akan produk pariwisata Gyeonggi. Padahal bila diperhatikan, reaksi agen perjalanan wisata asal Indonesia yang pernah mengikuti Fam tour oleh Provinsi Gyeonggi menunjukkan minat yang sangat tinggi khususnya wisata Kintex yang berkaitan dengan MICE dan wisata industri seperti Museum Inovasi Samsung, wisata kesehatan (medis), wisata pendidikan seperti Gyeonggi English Village. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa perlu disiapkan promosi pariwisata alternatif yang berpotensi di Provinsi Gyeonggi melalui segmentasi pasar dan menentukan target pasar yang diperlukan.

Keempat, perusahaan Korea yang beroperasi di Indonesia semakin banyak sehingga pertukaran untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

terus dilakukan secara aktif. Pertukaran ini dilaksanakan melalui peningkatan pengutusan SDM ke Korea oleh perusahaan-perusahaan Korea di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan aspek ini dengan melakukan kebijakan yang dapat memberikan dukungan terhadap program perjalanan insentif.

5.2.2.2 Sterategi ST (Strengths Threats)

Srategi ST merupakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman antara lain perencanaan pengembangan, menyusun regulasi yang mengatur dan membatasi pembangunan yang dapat merusak potensi ekologis, di antaranya:

Pertama, promosi merupakan hal yang terpenting untuk mengembangkan pariwisata Provinsi Gyeonggi. Kesenjangan pengembangan pariwisata terjadi saat ini sebabnya perbedaan promosi. Namun belum dapat menjangkau perhatian banyak orang sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke Korea tetapi tidak mengetahui produk wisata yang mencakup daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi. Oleh sebab itu, strategi promosi yang menunjukkan citra pengembangan Korea sebagai tujuan wisata secara agresif dapat dipertimbangkan. Kedua, penentuan target pasar utama sangat penting. Misalnya, Gyeonggi

English Village dapat dipertimbangkan sebagai program perjalanan sekolah terutama International School atau sekolah swasta yang ada di Indonesia. Demikian halnya, dengan Samsung Museum of Innovation dapat dimanfaatkan sebagai perjalanan teknik utama untuk menargetkan mahasiswa di lingkup keilmuan teknologi informasi dan komunikasi. Selanjutnya, promosi program

tentang tempat wisata belanja seperti kosmetik dapat ditargetkan pada golongan wanita usia setengah baya, selain itu, ginseng juga dapat diperkenalkan sebagai oleh-oleh khas dari Korea. Informasi tambahan yang terkait STP akan dibahas dalam bab berikutnya.

Ketiga, Dinas Provinsi Gyeonggi juga dapat mempromosikan pengalaman pariwisata spesial karena Provinsi Gyeonggi memiliki tempat-tempat menarik yang keberadaanya tidak bisa ditemukan di belahan dunia lain, seperti DMZ, Panmunjom yang berkaitan dengan produk keamanan nasional di Korea. Daya tarik wisata ini berlokasi dekat dengan Ibu Kota Seoul dan dapat dimanfaatkan sebagai produk pariwisata yang special karena di Seoul tidak terdapat daya tarik wisata seperti ini.

5.2.2.3 Sterategi WO (Weaknesses Opportunities)

Strategi WO merupakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, antara lain meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pengadaan pelatihan pariwisata terhadap pemangku kepentingan

(Stakeholders) seperti pemandu wisata (guide).

Pertama, dapat dipertimbangkan dengan memperluas pertukaran dan kerjasama antara Provinsi Gyeonggi (pemerintah daerah besar), kota atau kabupaten (pemerintah daerah kecil) di Provinsi Gyeonggi dan Pemerintah Daerah di Indonesia. Pertukaran dan kunjungan satu sama lain atau studi banding dapat membantu meningkatkan tingkat kesadaran tentang Provinsi Gyeonggi.

Kedua, masalah tentang produk yang terlalu murah. Hal ini berkaitan dengan produk paket wisata murah yang ditawarkan kepada wisatawan, namun

tidak berkualitas dan menurunkan mutu produk sehingga perlu dipertimbangakan untuk melakukan usaha promosi yang stabil mengenai produk pariwisata yang memiliki kualitas yang baik dan menarik. Dalam rangka menarik wisatawan dengan harga yang wajar, diperlukan langkah-langkah untuk mempromosikan dan mendorong kunjungan berulang dengan menawarkan berbagai insentif.

Ketiga, diperlukan ahli bahasa Indonesia yang profesional untuk memberikan kenyamanan wisatawan Indonesia ketika berkunjung ke Korea. Korea berencana memberi bantuan untuk kenyamanan perjalanan bagi wisatawan asing, seperti memunculkan sub judul dan jasa penyiaran bahasa lain dalam bahasa Inggris dan Cina di kereta bawah tanah. Namun, sebagian besar wisatawan Indonesia hanya dapat berbahasa Indonesia dan tidak dapat memakai bahasa Inggris. Oleh karena itu, walaupun tingkat kepuasan sangat tinggi setelah belanja secara umum, diketahui bahwa ketidaknyamanan yang terbesar ketika berbelanja di Korea adalah hambatan komunikasi bahasa karena kekurangan ahli bahasa Indonesia.

Selain itu, wisatawan yang menggunakan paket wisata seharusnya dipandu oleh pemandu wisata resmi yang dapat berbahasa Indonesia. Karena kurangnya pemandu wisata dibandingkan dengan permintaan saat ini, muncullah pemandu wisata tanpa lisensi yang kemudian mengakibatkan turunnya kualitas wisata. Ini terjadi karena pemandu wisata yang tidak mempunyai lisensi resmi dalam bahasa Indonesia, memungkinkan tidak memiliki pengetahuan dan kompetensi tepat tentang tempat wisata dan budaya Korea.

Pada akhirnnya, komunikasi tersebut dapat mengganggu pemahaman wisatawan terhadap pariwisata dan budaya Korea, bahkan memaksa wisatawan untuk berbelanja berlebihan. Hal ini sebenarnya telah diketahui pemerintah, namun bila dibiarkan begitu saja dapat menjadi faktor yang dikeluhkan (tourist complain) wisatawan itu sendiri.

5.2.2.4 Sterategi WT (Weaknesses Threats)

Strategi WT merupakan strategi yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan guna menghindari ancaman. Dari WT dapat diformulasikan beberapa strategi antara lain membentuk lembaga promosi pariwisata untuk menarik kerjasama yang saling menguntungkan (mutual benefits).

Seperti disebutkan sebelumnya, dalam rangka untuk menarik wisatawan Indonesia ke Provinsi Gyeonggi, perlu dilakukan kebijakan yang sesuai dengan ciri khas pariwisata Gyeonggi dengan mempertimbangkan karakteristik masing- masing segmen pasar wisatawan asal Indonesia.

Namun, sebagian besar agen perjalanan wisata di Indonesia memanfaatkan produk pariwisata yang tempat kunjungannya hampir sama. Produk yang ditawarkan oleh beberapa agen perjalanan wisata besar di Seoul tersebut dapat dengan mudah ditemukan pada agen perjalanan wisata di Indonesia, termasuk

event pameran wisata di berbagai kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bali, dan Surabaya. Oleh karena itu, konversi kebijakan pariwisata diperlukan untuk mengatasi masalah ini di masa depan.

Sebagai contoh, kebijakan konversi tersebut melalui penyediaan pusat data (database) kepariwisataan. Pusat data perlu dibangun agar tersedia data statistik

yang dapat dianalisis kemudian disesuaikan dengan karakteristik dan perilaku para wisatawan Indonesia. Selanjutnya, untuk memecahkan masalah terkait rendahnya tingkat kesadaran tentang Provinsi Gyeonggi dapat dipertimbangkan dengan membentuk lembaga sendiri untuk mempromosikan pariwisata Gyeonggi di Indonesia yang mengurus dukungan pertukaran internasional, pembangunan pusat data, promosi pariwisata, dan lain-lain.

Meskipun Jepang baru-baru ini melakukan bebas Visa pada wisatawan asing, Korea tetap mempertahankan kebijakan Visa yang menuntut lebih dari 10 dokumen. Oleh karena itu, pemerintah pusat Korea diharapkan membuat kebijakan untuk mengatasi masalah ini secepat mungkin, yaitu antara lain; Pertama, pemerintah Korea memungkinkan masuk Korea tanpa Visa Perjalanan bagi wisatawan atau setidaknya menyederhanakan dokumen yang diperlukan untuk pengambilan Visa Perjalanan. Kedua, pemerintah Korea diharapkan membangun kantor dinas yang bertanggung jawab untuk pembuatan Visa bagi wisatawan Indonesia yang tinggal di luar pulau Jawa seperti Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Bali.

Selain itu, perlu disediakan sarana atau tempat beribadah karena perbedaan agama dan budaya serta menu makanan yang sesuai dengan aturan agama Islam dan Hindu. Mengingat biaya pesawat yang relatif mahal, dapat diperhatikan dengan menjalin sinergi program wisata besar yang menghubungkan konfigurasi Cina, Jepang, atau produk-produk berkualitas tinggi. Hasil penelitian SWOT terhadap pariwisata Gyeonggi di atas dapat dirumuskan seperti Tabel 5.17.

Tabel 5.17 Matriks SWOT Pariwisata Provinsi Gyeonggi Faktor-faktor Internal Faktor-Faktor Eksternal STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W) <Korea> S1 Citra Korea

S2 Keadaan empat musim <Gyeonggi>

S3 Lokasi Gyeonggi dekat bandara Incheon.

S4 Tempat berbelanja yang besar dan digemari oleh orang asing S5 Lokasi syuting yang popluer S6 Daya tarik DMZ

S7 Daya tarik ilmu pengetahuan dan kecanggiihan teknologi S8 Daya tarik temple stay

<Korea>

W1 Harga murah dengan kualitas rendah yang tidak baik W2 Kesulitan Tourist Visa W3 Perbelanjaan wajib W4 Harga Pesawat relatif mahal <Gyeonggi>

W5 Kurangnya promosi W6 Persepsi wisatawan tentang

Gyeonggi

W7 Kurangnya tempat wisata di malam hari

OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO

<Korea>

O1 Perkembangan Ekonomi Indonesia O2 Trend pariwisata

O3 Investasi pKorea di Indonesia O4 pertukaran budaya,

<Gyeonggi>

O6 Peningkatan jumlah kunjungan di Korea

O7 kerjasama pemerintah daerah antara dua negara

1)Mengembangkan pariwisata musim dingin, semi, dan gugur

2)Mengemas produk wisata budaya Korea lebih atraktif

3)Menciptakan produk wisata kelompok insentif perusahaan 4)Mempromosikan pariwisata

alternatif melalui segmentasi dan menentukan target pasar

1)Meningkatkan kerjasama pemerintah daerah antara kedua negara

2)Mempromosikan pariwisata alternatif yang berkualitas 3)Menawarkan produk wisata dengan

harganya normal dan wajar 4)Mendorong niat kunjungan

berulang

5)Meningkatkan jumlah pemandu wisata berbahasa Indonesia

THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT

<Korea>

T1 Kebijakan pariwisata negara- negara tetangga

T2 Kebijakan Bebas Tourist Visa

Jepang

T3 Kunjungan ulang rendah <Gyeonggi>

T4 Kebijakan promosi pemerintah daerah lain

T5 Wisata berbelanja terpusat di ibu Kota Seoul

1)Mempromosikan pariwisata industri berteknologi canggih 2)Memfokuskan wanita usia setengah

baya untuk wisata medis 3)Mempromosikan pariwisata

pertahanan DMZ

4)Menciptakan produk wisata yang berbeda dengan wisata Seoul

1)Memformulasikan Kebijakan Bebas

Tourist Visa

2)Tersedianya sarana dan prasarana sesuai persepsi wisatawan 3)Membangun database pariwisata 4)Membangun lembaga promosi

pariwisata

5)Menciptakan Konfigurasi produk wisata

6)Komersialisasi wisata malam di Kota Suwon, Goyang, Ansan, dll

Sumber: Hasil Penelitian tahun 2016

Dokumen terkait