• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Promosi Pariwisata Provinsi Gyeonggi di Korea Selatan untuk Menarik Wisatawan Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Promosi Pariwisata Provinsi Gyeonggi di Korea Selatan untuk Menarik Wisatawan Indonesia."

Copied!
192
0
0

Teks penuh

(1)

i

TESIS

STRATEGI PROMOSI PARIWISATA

PROVINSI GYEONGGI DI KOREA SELATAN

UNTUK MENARIK WISATAWAN INDONESIA

KANG HYEONSEOCK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

STRATEGI PROMOSI PARIWISATA

PROVINSI GYEONGGI DI KOREA SELATAN

UNTUK MENARIK WISATAWAN INDONESIA

KANG HYEONSEOCK NIM 1491062001

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

iii

TESIS

STRATEGI PROMOSI PARIWISATA

PROVINSI GYEONGGI DI KOREA SELATAN

UNTUK MENARIK WISATAWAN INDONESIA

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister Program Studi Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udayana

KANG HYEONSEOCK NIM 1491062001

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

iv

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 28 NOVEMBER 2016

Pembimbing I,

Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M. Litt NIP 196112051986031004

Pembimbing II,

Dr. Ir Syamsul Alam Paturusi,MSP NIP 195705061984031001

Mengetahui,

Ketua Direktur

Program Studi Magister Kajian Pariwisata Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana,

(5)

v

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal 25 November 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, Nomor 5845/UN14.4/HK/2016, Tanggal 16 November 2016

Ketua : Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M. Litt.

Sekretaris : Dr. Ir Syamsul Alam Paturusi,MSP.

Anggota :

1. Prof. Made Sudiana Mahendra, Mapp.Sc.Ph.D.

2. Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS.

(6)
(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Sebelum berangkat ke Indonesia, khususnya Bali saya mencari informasi

tentang Indonesia melalui internet dan mulai mengetahui sedikit demi sedikit

tentang berbagai potensi alam, budaya, dan ekonomi Indonesia. Secara khusus,

saya mencari tahu lebih dalam mengenai kepariwisataan Indonesia yang kemudian

mengarahkan saya ke Pulau Dewata. Akhirnya, Bali menjadi tujuan utama saya

untuk belajar tentang sumber daya pariwisata dan karakterisitik pariwisata

Indonesia.

Teman-teman mahasiswa di Universitas Udayana (Unud) maupun teman

seangkatan sering bertanya “Mengapa Pak Kang datang ke Bali untuk studi?” Saya tersenyum dan menyampaikan bahwa saya sedang mempunyai misi yang

baik untuk Korea dan Indonesia. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih ketika

menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

Kajian Pariwisata merupakan program studi yang menjadi studi saya

selama dua tahun terakhir di Universitas Udayana. Suatu keberuntungan bagi saya

pribadi karena melanjutkan studi di kampus yang secara inklusif sebagai ‘Wonderful Indonesia’. Teman-teman mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul dan belajar bersama dengan gembira. Saling bertukar

informasi mengenai daya tarik wisata di daerah asalnya, sebaliknya saya

memberikan informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Korea

dan pariwisata Provinsi Gyeonggi.

Biasanya ketika melakukan studi di luar negeri stres seringkali dialami

karena adanya perbedaan budaya dan cara hidup masyarakat. Saya justru merasa

nyaman karena masyarakat Indonesia ramah, unik, dan terbuka. Kesulitan yang

sempat terpikirkan saat di Korea ternyata hanya pola pikir (mindset) yang keliru sebab kehidupan sehari-hari selama di Indonesia membawa kesenangan bagi saya.

Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih kepada Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Selain itu, selama hampir 50 tahun, saya tidak pernah belajar atau bekerja

di bidang kepariwisataan. Bali memberikan pengetahuan kepariwisataan tentang

karakteristik kehidupan seseorang sambil menikmati keindahan alam dan budaya

(8)

vii

dan menikmati gemuruh ombak sambil menikmati sunrise, sunset dan panorama

landscape pegunungan dengan teman-teman Indonesia.

Saya juga mengunjungi kebun kopi, sekolah atau desa yang terletak di

kampung yang jauh dari keramaian. Terkadang berpartisipasi dalam upacara

pernikahan, pemakaman, dan potong gigi. Saya dapat merasakan budaya

tradisional masyarakat Bali. Pikiran terbuka (open mind) mereka menambah wawasan pengetahuan dan memberikan pandangan atau misi yang baru bagi saya

yang sebelumnya hanya tinggal di Korea. Saya ucapkan terima kasih kepada

Pulau Dewata Bali.

Perhatian dan kesempatan sebagai mahasiswa dan keluarga besar

Universitas Udayana begitu bermakna bagi saya pribadi. Berkat dorongan besar

dari Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD selaku Rektor Universitas

Udayana dan Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Udayana, saya dapat menyelesaikan pendidikan Program

Magister Pariwisata Universitas Udayana. Penulis ucapkan terima kasih untuk

kampus yang memiliki visi sebagai institusi pendidikan yang unggul, mandiri, dan

berbudaya yaitu almamater tercinta Universitas Udayana.

Sebagai PNS yang sudah lama tidak belajar setelah lulus S2 Ilmu Hukum

di Dongguk University pada tahun 1993, melanjutkan gelar master di luar negeri

adalah tantangan besar. Dengan berbagai tantangan dalam penelitian maupun

penulisan, berkat bimbingan Prof. Darma Putra sebagai pembimbing I, Dr.

Syamsul Alam Paturusi sebagai pembimbing II dan Prof. Dr. Made Antara, MS.,

Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph.D., Dr. Ir. Widiastuti, MT. sebagai Penguji,

akhirnya karya ilmiah (tesis) ini dapat terselesaikan.

Proses bimbingan yang dimulai sejak saat menetapkan judul,

konseptualisasi penelitian, metodologi, hingga penyajian hasil analisis merupakan

proses pembelajaran bagi saya karena saran dari kedua dosen pembimbing dan

ketiga dosen penguji sangat berarti untuk menyempurnakan penelitian ini. Saya

juga terkadang melakukan diskusi dan sharing dengan teman-teman untuk memberikan masukan dan dukungan moral. Tak ada kata yang lebih indah untuk

saya ucapkan selain terima kasih kepada dosen pembimbing, staff dan

(9)

viii

Selanjutnya, Prof. Darma Putra merekomendasikan agar saya mengajar

teman-teman sekelas tentang budaya Korea dan Bahasa Korea, maka pengalaman

tersebut di UNUD selama dua semester menjadi kenangan (memory) yang berharga setelah kembali Korea. Menariknya, Prof. Darma berpesan dengan

slogan “memang ada jawaban di lapangan daripada di meja tulis”. Pesan ini terbukti karena saya menemukan fakta-fakta yang menarik seperti karakteristik

wisatawan, hubungan transaksional agen perjalanan wisata, dan fakta-fakta unik

lainnya.

Memang di masa kepemimpinannya, Prof. Darma Putra mementingkan

studi lapangan sehingga mahasiswa dapat mengetahui korelasi antara teori dan

praktek di lapangan. Mahasiswa seringkali diajak untuk melakukan studi lapangan

seperti mengunjungi situs warisan budaya subak Jatiluwih dengan daya tarik Rice Terracenya, Taman Ayun, dan daya tarik wisata lainnya. Mahasiswa juga dipertemukan dengan stakeholder yang memiliki peranan penting dalam pembangunan kepariwsataan Indonesia yaitu ITDC di Nusa Dua.

Fakta menarik lainnya adalah Provinsi Gyeonggi dan Indonesia memiliki

kesamaan dalam fenomena kunjungan wisatawan. Sumber daya pariwisata di

Provinsi Gyeonggi begitu potensial karena jenis daya tarik wisatanya yang

beragam. Namun, dibandingkan dengan Ibu Kota Seoul atau Pulau Jeju, jumlah

kunjungan wisatawan asing di Provinsi Gyeonggi belum begitu signifikan.

Demikian halnya di Indonesia, daya tarik wisata yang dimilikinya

sangatlah potensial, namun wisatawan mancanegara yang berkunjung relatif lebih

sedikit dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Jumlah wisatawan

mancanegara ke Indonesia mencapai sekitar 9 juta orang pada tahun 2015, yang

jumlah ini masih berada bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Berdasarkan

data dan fakta tersebut maka saya berharap hasil penelitian tesis ini memberikan

sesuatu solusi bagi kedua Negara untuk pembangunan kepariwisataan di masa

depan.

Denpasar, November 2016

(10)

ix

ABSTRAK

STRATEGI PROMOSI PARIWISATA PROVINSI GYEONGGI DI KOREA SELATAN UNTUK MENARIK WISATAWAN INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi promosi pariwisata yang efektif kepada wisatawan Indonesia yang berkeinginan untuk mengunjungi Korea. Berdasarkan daya tarik wisata yang dikunjungi, sebagian besar wisatawan Indonesia menjadwalkan perjalanan ke tempat populer seperti Ibu Kota Seoul, pulau Jeju, sedangkan di Provinsi Gyeonggi singgah beberapa jam atau merupakan jalur yang dilewati saja. Provinsi Gyeonggi memiliki daya tarik wisata yang variatif dan menarik seperti Everland, DMZ(DeMiliterized Zone), warisan budaya dunia. Namun, kebanyakan wisatawan Indonesia belum sempat mengunjungi daya tarik wisata ini.

Metode penelitian yang digunakan secara keseluruhan merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ditetapkan di dua negara yaitu Korea (Provinsi Gyeonggi) dan Indonesia (Bali, Jakarta). Data kualitatif berasal dari informan penelitian yaitu ahli pemangku kepentingan pariwisata. Selain itu dibutuhkan juga data kuantitatif sebagai data pendukung. Data kuantitatif dikumpulkan dengan metode survei melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang berjumlah 80 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk saat ini, kebanyakan wisatawan Indonesia menggunakan paket wisata, sedangkan 52,5% responden ingin mengunjungi Korea dengan cara wisata pribadi di masa yang akan datang. Daya tarik wisata yang menarik bagi wisatawan Indonesia antara lain: DMZ (38,2%), English Village (31,6%), Everland (30,3%) dan jenis pariwisata yang lain seperti wisata edukasi (33,8%), meditasi (20%), medis (15%) juga menarik minat orang Indonesia.

Promosi pariwisata Gyeonggi diharapkan diselenggarakan melalui tiga pendekatan, diantaranya; Pertama, kerjasama langsung antara agen perjalanan wisata melalui bantuan BtoB dan Fam Tour. Kedua, pemasaran website dan Social media yang sering diakses oleh orang Indonesia. Ketiga peningkatan kerjasama antara Pemerintah Provinsi Gyeonggi dengan Pemerintah Daerah di Indonesia, serta kemitraan dengan perusahaan dan lembaga pendidikan di Indonesia.

(11)

x

ABSTRACT

PROMOTION STRATEGY ON TOURISM GYEONGGI PROVINCE FOR ATTRACTING INDONESIAN TOURISTS

This study aims to identify the effective promotion strategies on tourism of Gyeonggi Province toward Indonesian tourists who wish to visit Korea. Based on the tourist attractions that are visited, mostly Indonesian tourists plan their trip to the popular attractions such as the capital city of Seoul, Jeju island, whereas in Gyeonggi Province, they only stop for a few hours or is only a bypassed path. Gyeonggi Province has a tourist attraction that is varied and interesting as Everland, DMZ (DeMiliterized Zone), a world cultural heritage. However, most Indonesian tourists have not had enough time to visit this tourist attractions.

The method used basically is a qualitative descriptive study. The research location was set in the two countries, namely Korea (Gyeonggi Province) and Indonesia (Bali and Jakarta). Qualitative data was derived from research informants who are experts and tourism stakeholders. It also requires quantitative data as a supporting data. Quantitative data was collected by distributing questionnaires to the respondents amounted to 80 people. The sampling technique used was purposive sampling.

The results shows that nowadays, most Indonesian tourists are using travel packages, while 52.5% of respondents wanted to visit Korea by way of personal travel in the future. Interesting tourist attractions for Indonesian tourists, among others: DMZ (38.2%), English Village (31.6%), Everland (30.3%) and other types of tourism such as travel education (33.8%), meditation (20%), medical (15%) also attracts people of Indonesia.

Promotion strategies on tourism of Gyeonggi Province is expected to be held through three approaches, including; First, direct cooperation between travel agents through the help of „B to B‟ and „Fam Tour‟. Second marketing through a website and social media frequently accessed by the people of Indonesia. Third cooperation between Gyeonggi Provincial Government and Local Government in Indonesia, as well as partnerships with companies and educational institutions in Indonesia.

(12)

xi

RINGKASAN

Hubungan dan pertukaran warga antara Korea Selatan dan Indonesia

semakin meningkat dalam berbagai bidang sejak terjalinnya hubungan diplomatik

secara resmi pada tahun 1966. Kerjasama Korea Selatan-Indonesia diprioritaskan

pada bidang ekonomi, dan sosial budaya. Secara ekonomi nilai realisasi investasi

Korea di Indonesia pada tahun 2013, sebesar US$2,2 milyar, maka Korea

merupakan penanam modal (investor) terbesar ke-4 yang menanamkan modalnya (capital allocation) di Indonesia selama tahun 2013-2014.

Dalam aspek sosial budaya, fenomena ‘Hallyu’ sebagai Korean Pop Culture di Indonesia juga menjadi salah satu aspek yang menunjang hubungan masyarakat antara Indonesia dan Korea, baik secara langsung maupun tidak

langsung. ‘Hallyu’ memainkan peranan yang penting dalam perubahan citra

Korea di mata dunia internasional. Fenomena ini terlihat di Indonesia, masyarakat

Indonesia tertarik dengan ‘Hallyu’ bahkan mereka mempelajari kebudayaan yang

dimiliki oleh negara Ginseng. Dapat dikatakan bahwa ‘Hallyu’ menjadi faktor

pendorong utama evolusi sektor pariwisata Korea Selatan.

Peningkatan jumlah wisatawan mancanegara melalui inbound tour ke Korea meningkat secara statistik. Pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara mencapai 14,2 juta wisatwan. Indonesia menyumbang sebanyak 208

ribu wisaatwan. Hal ini menunjukan keadaan peningkatan angka kunjungan

sebanyak 10,1% apabila dibandingkan dengan tahun 2013 yang berjumlah 189

ribu wisatawan.

Berdasarkan daya tarik wisata yang dikunjungi, sebagian besar wisatawan

Indonesia menjadwalkan perjalanan ke tempat populer seperti Ibu Kota Seoul,

(13)

xii

jam atau jalur yang dilewati saja. Provinsi Gyeonggi memiliki daya tarik wisata

yang variatif dan menarik seperti Everland, DMZ, warisan budaya dunia. Namun, kebanyakan wisatawan Indonesia belum sempat mengunjungi daya tarik wisata di

Provinsi Gyeonggi.

Dengan kata lain, tingkat preferensi terhadap daya tarik wisata tersebut

masih sangat rendah karena calon wisatawan tidak mempunyai kesempatan untuk

memilih produk wisata yang terkait dengan alasan kesulitan dalam menemukan

produk wisata Provinsi Gyeonggi di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Pertama, bagaimana persepsi

wisatawan Indonesia terhadap wisata Korea dan Provinsi Gyeonggi? Kedua,

bagaimana klasifikasi preferensi wisatawan Indonesia terhadap daya tarik wisata

Provinsi Gyeonggi? Ketiga, Bagaimana efektivitas promosi pariwisata Provinsi

Gyeonggi bagi wisatawan Indonesia?

Untuk mengetahui alasan atau kecenderungan wisatawan Indonesia di atas,

identifikasi tentang persepsi dan tingkat minat wisatawan Indonesia terhadap

pariwisata Korea dan Provinsi Gyeonggi dilakukan melalui survei kepada

agen-agen perjalanan wisata di Indonesia. Selanjutnya, identifkasi mengenai kesesuaian

eksistensi daya tarik wisata Gyeonggi menurut preferensi atau kebutuhan

wisatawan Indonesia.

Analisis teori SWOT digunakan untuk mengetahui efektifitas program

pemasaran dan promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi. Teori strategi pemasaran

digunakan sebagai formulasi pemasaran pariwisata Gyeonggi melalui tiga

(14)

xiii

memberikan informasi dan memengaruhi calon wisatawan Indonesia untuk

mengambil keputusan dalam memilih produk-produk pariwisata di Provinsi

Gyeonggi.

Metode penelitian yang digunakan secara keseluruhan merupakan

penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian ditetapkan di dua negara yaitu

Korea (Provinsi Gyeonggi) dan Indonesia (Bali, Jakarta). Metode pengumpulan

data dilakukan melalui wawancara mendalam (depth interview) pada dinas pariwisata, agen-agen perjalanan wisata, dan lembaga pariwisata di Jakarta dan

Bali (Indonesia) serta di Provinsi Gyeonggi (Korea). Data kuantitatif digunakan

untuk mendukung penelitian melalui penyebaran kuesioner kepada responden

yang berjumlah 80 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

purposive sampling.

Berdasarkan hasil penelitian ini, kebanyakan wisatawan Indonesia

memilih menggunakan paket wisata, sedangkan 52,5% responden ingin

mengunjungi Korea dengan cara wisata pribadi di masa yang akan datang.

Adapun persepsi wisatawan Indonesia mengenai atraksi wisata sebelum dilakukan

promosi wisata, sebanyak 78.8% telah mengetahui produk wisata Korea dan 30%

responden pernah mendengar terhadap Gyeonggi. Setelah dilakukan promosi

ternyata terjadi perubahan signifikan terkait minat wisatawan Indonesia ke

Provinsi Gyeonggi, sebesar 96,8% berminat untuk mengunjungi destiasi wisata di

Gyeonggi. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sebab utama rendahnya

persepsi terhadap Geyonggi dikarenakan kurangnya strategi pemasaran dan

promosi pariwisata Gyeonggi.

Daya tarik wisata yang menarik bagi wisatawan Indonesia antara lain:

(15)

xiv

(33,8%), meditasi (20%), medis (15%) menarik minat orang Indonesia. Hasil data

di atas menunjukan bahwa permintaan wisatawan Indonesia telah bergeser,

wisatawan lebih memilih budaya, ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi

serta wisata berbasis edukasi daripada sekedar mengunjungi pantai dan bermain

pasir.

Dilihat dari sisi segmentasi dan penetapkan target pasar, pertama, daya

tarik wisata tempat syuting di Provinsi Gyeonggi yang dicantumkan dalam paket

produk wisata Korea dapat dipromosikan kepada wisatawan umum di Jawa atau

Bali. Kedua, produk wisata meditasi di Provinsi Gyeonggi berpontensi untuk

dikembangkan dan dipromosikan pada target pasar umat Hindu. Ketiga, produk

wisata industri di Provinsi Gyeonggi dipromosikan pada target pasar remaja

seperti siswa atau mahasiswa. Keempat produk wisata pendidikan ditujukan pada

sekolah internasional atau sekolah swasta. Kelima, produk wisata medis perlu

dipromosikan pada golongan wanita muda atau setengah baya yang berasal dari

kelas ekonomi tingkat atas, atau wisatawan bisnis yang masa kunjungannya agak

panjang. Keenam wisata pertahanan seperti DMZ, layak direkomendasikan

sebagai wisata minat khusus. Ketujuh konfigurasi produk wisata yang

digabungkan pada dua atau tiga negara dipromosikan pada target pasar Indonesia,

yaitu kepada calon wisatawan kelas ekonomi menengah ke atas. Kemudian dari

sisi Positioning Gyeonggi, membentuk citra Gyeonggi dengan produk alternatif yang beraneka ragam, harga produk wisata normal dan wajar, serta kualitas dan

pelayanan pariwisata Gyeonggi tetap bertaraf tinggi.

Dari sisi strategi promosi pariwisata Gyeonggi dapat diatur dalam tiga

aspek sebagai berikut. Pertama, agen perjalanan wisata Provinsi Gyeonggi

melakukan pemasaran kepada agen-agen perjalanan wisata di Indonesia secara

(16)

xv

trust) antara agen perjalanan wisata di kedua negara, maka BtoB, Fam Tour yang diselenggarakan di Indonesia dan Provinsi Gyeonggi dapat menjadi jembatan bagi

agen perjalanan wisata antara kedua negara. Kedua, strategi pemasaran melalui

Online adalah cara promosi yang paling umum dan mudah karena pengguna

smartphone semakin berkembang jumlahnya, termasuk di Indonesia. Terdapat tiga cara dalam strategi pemasaran melalui online antara lain, membangun website

sendiri agar memungkinkan akses oleh lebih banyak orang terlepas dari lokasinya,

menampilkan iklan dalam website dan Social media, dan mengoperasikan sekelompok wartawan/jurnalis dan pelajar/mahasiswa yang meliput 'Pariwisata

Gyeonggi'.

Ketiga, peningkatan citra dan persepsi terhadap Gyeonggi diharapkan

mampu ditingkatkan dengan membangun hubungan kerjasama dengan

Kota/Kabupaten di Indonesia. Ada tiga pendekatan yang dilaksanakan untuk

menjalin kerjasama dalam menunjang keberhasilan sektor pariwisata di Provinsi

Gyeonggi antara lain, sinergi kerjasama pemerintah daerah antara kedua negara,

kerjasama dengan lembaga pendidikan seperti antara Universitas, serta kerjasama

dengan pihak swasta seperti tempat syuting yang lengkap ditawarkan pada

perusahaan atau industri perfilman di Indonesia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat diajukan saran yaitu:

Pemerintah Pusat Korea diharapkan melakukan formulasi kebijakan yang

memungkinkan wisatawan Indonesia dapat berkunjung ke Korea dengan cara

pengambilan Visa Perjalanan yang lebih sederhana dalam jangka waktu pendek.

Kemudian sebagai saran kepada dinas pariwisata Provinsi Gyeonggi, membantu

secara pro-aktif untuk menyelenggarakan BtoB, Fam Tour di Korea dan Indonesia dengan berguna untuk membangun hubungan kepercayaan antara agen perjalanan

(17)

xvi

mempromosikan pariwisata Gyeonggi di Indonesia yang mengurus dukungan

pertukaran internasional, pembangunan database, promosi pariwisata, dan

lain-lain.

Selain itu, Dinas Pariwisata ini menyediakan pusat data (database)

kepariwisataan agar tersedia data statistik yang dapat dianalisis kemudian

disesuaikan dengan karakteristik dan perilaku para wisatawan Indonesia. Dinas

Pariwisata Provinsi Gyeonggi semestinya memperbanyak jumlah ahli bahasa

Indonesia yang profesional dan resmi untuk memberikan kenyamanan wisatawan

Indonesia. Apalagi, perlu usaha untuk memperluas pertukaran dan kerjasama

antara Pemerintah Provinsi Gyeonggi dan Pemerintah Kabupaten atau Kota di

Provinsi Gyeonggi dan Pemerintah Daerah di Indonesia.

Sebagai saran kepada agen perjalanan wisata di Korea, mengembangkan

produk pariwisata „musim‟ dan produk wisata budaya Korea yang familiar dan dikenal. Kemudian, disiapkan produk wisata alternatif yang disesuaikan dengan

preferensi atau kebutuhan wisatawan Indonesia seperti wisata industri, wisata

medis, wisata meditasi, wisata pendidikan. Lalu, disiapkan pula produk perjalanan

insentif bagi pengutusan SDM ke Korea oleh perusahaan-perusahaan Korea di

Indonesia. Selanjutnya ditawarkan produk yang memiliki kualitas yang baik dan

menarik dengan harga yang wajar agar wisatawan mempunyai minat untuk

(18)

xvii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR MAGISTER ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... v

UCAPAN TRIMAKASIH ... vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ... 11

2.1 Tinjauan Pustaka... 11

2.1.1 Strategi untuk menarik wisatawan mancanegara ... 11

2.1.2 Daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi ... 12

2.1.3 Strategi untuk menarik wisatawan Asia Tenggara ... 13

(19)

xviii

4.1 Gambaran Umum tentang Provinsi Gyeonggi ... 45

4.2 Sejarah Provinsi Gyeonggi ... 49

4.3 Kondisi Kepariwisataan Provinsi Gyeonggi ... 50

4.3.1 Warisan Budaya Dunia ... 51

(20)

xix

4.5 Analisis Produk Wisata Korea dan Provinsi Gyeonggi ... 63

4.6 Karakteristik Responden ... 67

5.1 Persepsi Wisatawan Indonesia terhadap Wisata Provinsi Gyeonggi ... 72

5.1.1 Persepsi Wisatawan Indonesia tentang Wisata Korea ... 72

5.1.2 Persepsi Wisatawan Indonesia tentang Wisata Provinsi Gyeonggi ... 87

5.2 Strategi Pemasaran Pariwisata melalui Analisis SWOT ... 94

5.2.1 Analisis SWOT Produk Wisata Provinsi Gyeonggi ... 94

5.2.2 Strategi Pengembangan Produk Wisata Provinsi Gyeonggi ... 100

5.2.3 Segementasi Pasar Pariwisata ... 108

5.2.4 Penetapan Target Pasar Pariwisata ... 112

5.2.5 Positioning Pariwisata Gyeonggi ... 122

5.3 Strategi Promosi Pariwisata ... 125

5.3.1 Strategi Pemasaran di Indonesia ... 126

5.3.2 Strategi Pemasaran Online ... 127

5.3.3 Peningkatan Kerjasama antara Pemerintah Daerah ... 128

(21)

xx

DAFTAR TABEL

Halaman

4.1 English Village di Provinsi Gyeonggi ... 57

4.2 Kuil di Gyeonggi yang mengurus Temple Stay... 59

4.3 Jumlah wisatawan Korea ke Asia Tenggara ... 60

4.4 Jumlah wisatawan mancanegara ke Korea ... 61

4.5 Jumlah wisatawan mancanegara ke Provinsi Gyeonggi ... 63

4.6 Produk wisatake Korea di Indonesia ... 64

4.7 Angka produk per masa ... 65

4.8 Harga paket wisata ... 66

4.9 Jenis Kelamin responden... 67

4.10 Daerah responden ... 68

4.11 Agama responden ... 68

4.12 Usia responden ... 69

4.13 Pekerjaan responden... 69

4.14 Pendidikan responden ... 70

5.1 Kesempatan berkunjung ke Korea selama 10 tahun terakhir ... 72

5.2 Destinasi di Korea yang pernah dikunjungi ... 73

5.3 Kesempatan mendengar/melihat produk wisata Korea ... 73

5.4 Cara memperoleh informasi tentang Korea ... 74

5.5 Daya tarik wisata Korea bagi wisatawan Indonesia ... 75

5.6 Hambatan untuk mengunjungi Korea ... 78

(22)

xxi

5.8 Rencana ke Korea ... 82

5.9 Jenis pariwisata yang diminati ... 84

5.10 Minat wisatawan Indonesia terhadap jenis wisata Korea ... 86

5.11 Kesempatan memiliki Informasi terkait Provinsi Gyeonggi ... 87

5.12 Minat wisatawan Indonesia terhadap pilihan daya tarik wisata di

Gyeonggi ... 88

5.13 Keinginan mengunjungi tempat wisata di Gyeonggi ... 88

5.14 Daya tarik wisata di Gyeonggi yang ingin dikunjungi ... 89

5.15 Jenis pariwisata yang paling sesuai bagi wisatawan Indonesia ... 91

5.16 Daya tarik wisata yang paling sesuai bagi wisatawan individu ... 93

5.17 Matriks SWOT pariwisata Provinsi Gyeonggi ... 107

5.18 Komposisi agama di Indonesia ... 110

(23)

xxii

DAFTAR GAMBER

Halaman

2.1 Model penelitian... 35

3.1 Gyeonggi Fam Tour dan BtoB yang dilakukan di Kota Suwon dan Kota Goyang ... 37

3.2 Acara promosi pariwisata Gyeonggi dan Konsultasi BtoB yang dilakukan di

DKI Jakarta ... 38

3.3 Acara promosi pariwisata Gyeonggi dan Konsultasi BtoB yang dilakukan di

Bali ... 38

4.1 Peta Korea Selatan dan Provinsi Gyeonggi ... 45

4.2 Benteng Hwaseong dan Makam Penguasa Dinasti Joseon ... 51

4.3 Gama yang di Kota Icheon ... 52

4.4 Everland ... 53 4.5 DMZ ... 54

4.6 Tempat Syuting ... 55

4.7 English Village ... 56 4.8 Temple Stay ... 58 5.1 Mengalami Budaya Korea... 114

5.2 Samsung Museum Inovasi di Kota Suwon ... 117

(24)

xxiii

DARTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Pedoman wawancara dan

Dartar pertanyaan untuk wawancara (bagi orang Korea) ... 137

2. Pedoman wawancara ... 141

3. Dartar pertanyaan untuk wawancara (bagi orang Indonesia) ... 142

(25)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hubungan dan pertukaran warga antara Korea dan Indonesia semakin

meningkat dalam berbagai bidang sejak terjalinnya hubungan diplomatik secara

resmi pada tahun 1966. Pemerintah Indonesia (Republik Indonesia) dan

Pemerintah Korea (Republic of Korea) telah sepakat menandatangani The Joint Declaration between the Republic of Indonesia and the Republic of Korea on Strategic Partnership to Promote Friendship and Cooperation in the 21st Century pada tanggal 4 Desember 2006 di Jakarta. Kesepakatan kedua negara tersebut ditandatangani oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono dan

Presiden Korea Roh Moo-hyun (Kedutaan Besar Indonesia di Seoul, 2015).

Setidaknya terdapat tiga pilar kerjasama pada Joint declaration itu yaitu: kerjasama politik, keamanan dan kerjasama ekonomi, perdagangan,investasi, serta

kerjasama sosial budaya. Dengan demikian, melalui Joint declaration tersebut, semakin diperkuat hubungan yang harmonis dan dikembangkan di antara kedua

negara. Artinya, ketiga pilar sebagaimana yang dimaksud di atas, sebagai upaya

untuk mendorong kedua negara mempererat persahabatan dan menciptakan

kerjasama yang lebih kongkrit.

Penandatanganan Joint Declaration telah membuat kecenderungan investasi dan perdagangan Korea terhadap Indonesia mengalami peningkatan dari

(26)

nilai investasi Korea pada tahun 2013. Berdasarkan data Korea Trade–Investment Promotion Agency (2015), nilai realisasi investasi Korea di Indonesia pada tahun tersebut, sebesar USD 2,2 milyar, meningkat sebesar 11,4% dibandingkan tahun

2012 dengan nilai investasi sebesar USD 1,95 milyar.

Korea merupakan penanam modal (investor) terbesar keempat yang menanamkan modalnya (capital allocation) di Indonesia selama tahun 2013-2014. Hal ini menunjukan bahwa Korea berupaya memberikan kontribusi yang

signifikan bagi perkembangan perekonomian Indonesia (Kedutaan Besar

Indonesia di Seoul, 2015). Sementara itu, jika ditinjau dari aspek ketenagakerjaan,

sampai dengan bulan Januari 2015 terdapat sekitar 35 ribu tenaga kerja asal

Indonesia yang bekerja di Korea. Sebaliknya, terdapat sekitar 50 ribu warga

negara Korea di Indonesia dengan sekitar 2.500 perusahaan yang bergerak di

berbagai bidang industri yang telah menciptakan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat Indonesia (Korea Trade–Investment Promotion Agency, 2015).

Lebih lanjut, fenomena ‘Hallyu’sebagai Korean Pop Culture di Indonesia juga menjadi salah satu faktor yang menunjang hubungan people-to-people contact baik secara langsung maupun tidak langsung antara Indonesia dan Korea. ‘Hallyu’ merupakan strategi pemasaran Korea untuk memengaruhi negara lain,

seperti Cina, Jepang, Rusia, Perancis, Brazil, dan termasuk Indonesia (Ha

Kyunghee, 2008: 110).

Masyarakat Indonesia pun menikmati keindahaan kebudayaan Korea

melalui acara-acara TV, musik, dan drama Korea. Di Indonesia fenomena

(27)

fans fanatik grup band asal Korea seperti Big Bang, Girls Generation, Exo, Super Junior, dan lain sebagainya. Di kalangan dewasa atau orang tua, tayangan drama

Jewel in the Palace (Dae Jang Geum) yang ditampilkan pada salah satu TV swasta nasional telah memikat perhatian para ibu-ibu di Indonesia dengan cerita

yang menarik (Korea Creative Content Agency, 2014:137).

Sejarah fenomena ‘Hallyu’ yang muncul sejak awal 2000-an telah

menjadikan Korea sebagai negara pengekspor kebudayaan yang sebelumnya

hanya merupakan negara pengimpor kebudayaan, bahkan kebanyakan orang

sepakat bahwa ‘Hallyu’ memainkan peranan yang penting dalam perubahan citra

Korea di mata dunia internasional ke arah yang lebih baik sebagai suatu jenis

diplomasi yang bersifat multidimensi (Suray 2009:6, Riska 2012:5).

Perubahan citra Korea tersebut, dianggap sebagai faktor pendorong utama

evolusi sektor pariwisata Korea yang memungkinkan pertumbuhan wisatawan

mancanegara dua kali lipat selama 12 tahun terakhir. Meskipun terdapat keadaan

yang berbeda dalam pertumbuhan pada negara masing-masing, tidaklah

berlebihan kalau dikatakan bahwa sikap dan pengetahuan terhadap ‘Hallyu’

memengaruhi motivasi wisatawan secara menyeluruh (Ha Kyunghee, 2008: 114).

Ditinjau dari bidang akademis, banyak mahasiswa asal Indonesia yang

belajar di Institut Bahasa Korea di Seoul. Sebaliknya, mahasiswa asal Korea juga

belajar di Indonesia, misalnya, di bidang Pariwisata, Bahasa Indonesia, Sastra

Indonesia, dan lain-lain. Peningkatan kerjasama di bidang sosial dan kebudayaan

dalam bingkai pendidikan pun semakin membaik. Beberapa universitas terkemuka

(28)

Brawijaya, dan Universitas Hasanuddin telah membuka Program Studi Bahasa

dan Kebudayaan Korea.

Hal ini menunjukan bahwa kalangan akademisi dan pemerhati pendidikan

di Indonesia melihat kebudayaan Korea sangat penting untuk dipelajari bagi

generasi muda bangsa Indonesia. Dalam artian, hubungan antara kedua negara

tidak hanya pada tataran elit pemerintahan melainkan harus juga pada peningkatan

hubungan antara masyarakat Indonesia dan Korea. Implikasinya, setelah

pembukaan program tersebut, kalangan remaja yang baru menamatkan Sekolah

Menengah Atas (SMA) di Indonesia dan tertarik untuk mempelajari bahasa dan

kebudayaan Korea, pada akhirnya melanjutkan studi pada jurusan bahasa maupun

sastra Korea. Selain itu, pada tahun 2011 kursus bahasa Korea di Jakarta telah

melebihi 100 tempat kursus (Newsis Korea, 22. Dec. 2013).

Pada sektor pariwisata, jumlah wisatawan mancanegara melalui inbound tour ke Korea juga terus-menerus mengalami peningkatan. Melihat dari sudut pandang inbound tour, pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang mengunjungi Korea mencapai 14.201 ribu orang, jumlah

tersebut mengalami peningkatan 16,6% dibandingkan dengan tahun 2013 (12.175

ribu orang). Wisatawan asal Cina dan Hongkong merupakan penyumbang terbesar

jumlah wisatawan asing di Korea (Korea Tourism Organization, 2015).

Jika dilihat dari data historis mengenai jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara mengunjungi Korea, pada tahun 1978 jumlah wisatawan

mancanegara ke Korea sebanyak 1 juta orang, sedangkan di awal abad 21 atau

(29)

dianalis dari tahun 1978 sampai 2000 tidak ada peningkatan jumlah wisatawan

mancanegara ke Korea secara signifikan, penulis berargumentasi hal ini terjadi

karena krisis keuangan di Korea terkait IMF(International Monetary Fund). Namun demikian, tahun 2005 menjadi titik awal peningkatan jumlah

wisatawan mancanegara bepergian ke Korea dan peningkatan jumlah wisatawan

mancanegara satu juta orang per tahun pun tercapai pada tahun 2008. Data dari

Korea Tourism Organization mencatat bahwa pada tahun 2012 angka kunjungan wisatawan mancanegara telah mencapai lebih dari 10 juta orang dan lebih dari 14

juta orang pada tahun 2014.

Penyebab tercapainya pertumbuhan yang tinggi secara kuantitatif dalam

jangka waktu singkat seperti yang disebutkan di atas, karena adanya kenaikan

wisatawan mancanegara dari Cina dan Asia Tenggara, kebijakan pembukaan Cina

dan pertumbuhan perekonomian negara dalam Asia Tenggara yang memiliki

kedekatan secara budaya (Korea Tourism Organization, 2015).

Indonesia sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang saat ini,

mengalami pertumbuhan perekonomian juga memberikan dampak pada jumlah

wisatawannya yang berkunjung ke Korea. Di tahun 2014, jumlah wisatawan asal

Indonesia yang mengunjungi Korea adalah 208 ribu orang. Hal ini menunjukan

keadaan peningkatan angka kunjungan sebanyak 10,1% apabila dibandingkan

dengan tahun 2013 yang berjumlah 189 ribu orang.

Kebanyakan orang Indonesia mempunyai sudut pandang tentang Korea

bahwa daya tarik wisata Korea sangat populer dan menarik. Menurut data

(30)

wisatawan Indonesia ke luar negeri sebanyak 7.899 ribu orang yang mengalami

sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2013. Apalagi jumlah wisatawan

Indonesia ke Cina, yang berdekatan dengan Korea secara geografis mengalami

penurunan 6,4%, apabila dibandingkan dengan tahun 2013. Dengan demikian,

dapat dikatakan bahwa saat ini wisatawan Indonesia lebih memilih berwisata ke

negeri ginseng (Korea) dari pada ke negeri tirai bambu (Cina).

Berdasarkan data wisatawan mancanegara yang mengunjungi Provinsi

Gyeonggi pada tahun 2014 sebanyak 1.846 ribu orang. Data ini menunjukan

bahwa pada tahun 2014 rasio pengunjung di Provinsi Gyeonggi adalah 13% dari

jumlah 14.202 ribu wisatawan mancanegara yang mengunjungi Korea (Buku

Tahunan Statistik Gyeonggi 2015, lihat Tabel 4.5) .

Namun demikian, berdasarkan program pariwisata Korea kepada

wisatawan Indonesia baru-baru ini, sebagian besar jadwal tersebut terdiri dari

beberapa daya tarik wisata seperti Ibu Kota Seoul, pulau Jeju, dan gunung Seorak.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dari sekian banyak pilihan yang ada,

hanya beberapa daerah saja yang baru dikunjungi. Dengan kata lain, kebanyakan

wisatawan Indonesia yang mengunjungi Korea hanya pada daya tarik wisata yang

populer menurut persepsi mereka. Padahal di dalam Provinsi Gyeonggi terdapat

banyak daya tarik wisata yang menarik seperti yang akan disebutkan pada bab

empat. Artinya, kebanyakan wisatawan Indonesia belum sempat mengunjungi

Provinsi Gyeonggi.

Dengan permasalahan tersebut di atas, maka diperlukan suatu strategi

pemasaran dan promosi terhadap daya tarik wisata di Provinsi Gyeonggi yang

(31)

ini dikarenakanciri khas dari kebanyakan wisatawan Indonesia yang mengunjungi

Korea untuk pertama kali, maka biasanya mereka hanya mengadakan perjalanan

di daya tarik wisata yang populer saja, bahkan agen perjalanan wisata di Indonesia

juga hanya merekomendasikan daya tarik wisata populer di Korea. Dengan

demikian, melalui pemasaran dan promosi pariwisata tersebut terhadap wisatawan

asal Indonesia diharapkan akan memilih berwisata di Provinsi Gyeonggi dan

tinggal lebih lama seperti wisatawan asal Jepang dan Cina.

Lebih lanjut, melalui penelitian mengenai pemasaran dan promosi

pariwisata maka dapat diidentifikasi produk wisata alternatif atau tematik yang

lebih sesuai (attractive) dengan minat atau preferensi wisatawan Indonesia. Dengan demikian, fokus penelitian ini tertuju pada strategi pemasaran dan

promosi wisata Provinsi Gyeonggi yang potensial dan menarik bagi wisatawan

Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, perlu ada pemahaman secara tepat (ilmiah)

berkaitan dengan persepsi terhadap daya tarik wisata dan preferensi wisatawan

Indonesia yang berwisata ke Korea. Termasuk dalam hal ini adalah aspek

kepuasan wisatawan di Provinsi Gyeonggi dan menemukan penyebab mengapa

waktu tinggal atau berwisata wisatawan asal Indonesia di Provinsi Gyeonggi

terlalu pendek. Hal ini penting sebagai rekomendasi kepada pihak Pemerintah

Provinsi sehingga ada upaya formulasi kebijakan-kebijakan promosi pariwisata

agar tercipta efektivitas dan efisiensi untuk menarik wisatawan asal Indonesia.

Oleh karena itu, penelitian ini berfokus untuk membahas mengenai daya

tarik wisata alternatif atau produk wisata tematik yang menarik minat wisatawan

Indonesia untuk mengajak mengunjungi Provinsi Gyoenggi. Dengan kata lain,

(32)

daya tarik wisata alternatif atau produk wisata tematik di Provinsi Gyeonggi

sendiri yang menarik kepada calon wisatawan Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana persepsi wisatawan Indonesia terhadap wisata Korea dan

Provinsi Gyeonggi?

b. Bagaimana preferensi wisatawan Indonesia terhadap daya tarik wisata

Provinsi Gyeonggi?

c. Bagaimana efektivitas promosi pariwisata Provinsi Gyeonggi bagi

wisatawan Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan di atas, maka

penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum adalah untuk menginformasikan daya tarik wisata di

Provinsi Gyeonggi yang disesuaikan dengan minat atau preferensi calon

wisatawan Indonesisa.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hasil identifikasi

(33)

Gyeonggi dan untuk mengetahui apa yang lebih menarik dan dipilih sebagai daya

tarik wisata bagi wisatawan Indonesia. Pemaparan poin-poin khusus penelitian

dijelaskan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui persepsi wisatawan Indonesia terhadap daya tarik

wisata yang ditawarkan oleh Provinsi Gyeonggi.

b. Untuk mengidentifikasi strategi segmentasi pasar, penetapan target,

penetapan posisi menurut klasifikasi preferensi wisatawan Indonesia.

c. Untuk mengusulkan strategi promosi pariwisata Gyeonggi yang lebih

efektif dan disesuaikan dengan karakter wisatawan Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat peneltian ini terdiri dari dua macam manfaat yaitu manfaat

akademik dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Akademik

Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan dan pembangunan keilmuan khususnya dalam informasi

kepariwisataan mengenai cara kerjasama melalui evaluasi komperatif terhadap

lintas wisatawan antara Indonesia dan Korea.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mendukung dan

mencanangkan daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi, dan dapat dijadikan tolak

ukur formulasi kebijakan khususnya bagi Dinas Pariwisata Provinsi Gyeonggi dan

(34)

Selain itu, juga dapat bermanfaat bagi stakeholder lainnya, seperti agen perjalanan wisata, perusahaan pariwisata di Provinsi Gyeonggi, dan lain-lain. Dengan

demikian, penelitian ini dapat menjadi contoh katalisator pengembangan

pariwisata dan diharapkan dapat mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini menggunakan beberapa studi atau hasil penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya mengenai upaya untuk menarik wisatawan mancanegara ke

Korea. Ditinjau dari aspek kuantitas, studi tentang upaya untuk menarik minat

wisatawan mancanegara yang menjelajahi Korea telah dibahas dalam beberapa

kajian oleh beberapa peneliti. Namun demikian, masih terdapat keterbatasan

dalam hal fokus penelitian. Dari hasil tinjauan kepustakaan yang penulis lakukan,

diketahui bahwa belum cukup hasil studi yang dilakukan untuk membahas

mengenai penarikan wisatawan dari negara-negara di Asia Tenggara, termasuk

Indonesia.

2.1.1 Strategi untuk menarik wisatawan mancanegara

Berdasarkan dari pengumpulan penelitian-penelitian terdahulu, studi-studi

yang berhubungan dengan penarikan wisatawan ke Korea, khususnya Cina cukup

banyak ditemukan. Misalnya, studi yang dilakukan oleh Kim Heungsik (2009)

berjudul ‘Marketing Strategies Attracting Chinese Tourists to Gyeonggi-Do’, Ha Kyunghee (2008) yang fokus untuk meneliti Hallyu, Korean Wave dengan judul ‘Inducing Strategy of Chinese Tourists; Focusing on the Hallyu-Korean Wave’, dan Kim Gicheol (2015) mengenai strategi kota kembar antara Cina dan

(36)

Kota atau Kabupaten di Provinsi Gyeonggi yang berjudul ‘A Study on the Strategy for Attracting Tourists of Sister City in China to Gyeonggi-Do’.

Penelitian-penelitian di atas dan penelitian ini yang dibahas memiliki

kesamaan pada strategi penarikan wisatawan asing. Strategi tersebut merujuk pada

pengaruh Hallyu sebagai motivasi pariwisata Korea. Namun demikian, penelitian ini berfokus pada pemasaran dan promosi pariwisata bagi wisatawan Indonesia

yang mengunjungi Provinsi Gyeonggi di masa mendatang.

2.1.2 Daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi

Beberapa penelitian atau studi terdahulu tentang pariwisata alternatif atau

wisata tematik di provinsi Gyeonggi antara lain sebagai berikut.

Kim Heugsik (2013) mengenai pariwisata MICE yang berjudul ‘A Strategy for the Development of MICE Industry as New Engine of Growth in Gyeonggi-Do’, Lee Sujin (2014) dengan kajiannya tentang Medical Tourism

dalam ‘Reseach on Developing Strategic Policies for Medical Tourism in Gyeonggi-Do’, Sin Gidong (2014) mengenai pariwisata kecantikan yang berjudul ‘A Study on the Curent Conditions of Beauty Industry in Gyeonggi-Do’, dan Lee Sangun dkk (2011) yang fokus penelitiannya mengenai perubahan tren pariwisata

di Provinsi Gyeonggi yang berjudul ‘A Study on IncheonGyeonggi-do Tourism Revitalization for Improvement: Focus on the changes of tourism trends’.

Penelitian-penelitian di atas berfokus pada tentang pariwisata alternatif

atau pariwisata tematik seperti MICE Industry, Medical Tourism, Beauty Industry,

(37)

alternatif atau produk wisata tematik di Provinsi Gyoenggi yang disesuaikan

dengan klasifikasi preferensi wisatawan Indonesia.

2.1.3 Strategi untuk menarik wisatawan Asia Tenggara

Sementara itu, beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan

kepariwisataan antara Asia Tenggara dan Korea telah dilakukan, namun penelitian

tersebut masih umum dan belum spesifik merujuk pada lokasi penelitian yakni

Provinsi Gyeonggi. Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang dimaksud Han

Huijoo (2009) mengenai ‘An Exploratory Study on the Malaysian Muslim Tourism Market to Korea’, dan Kim Jaewon (2012) dengan penelitianya yang berujudul „Tourists Characteristics of South-East Asian inbound market in Korea - Comparison with Japanese and Chinese inbound markets’.

Seperti yang dikemukakan penulis di atas, meskipun sudah banyak

penelitian mengenai cara-cara menarik wisatawan Cina ke Korea, akan tetapi riset

yang mengkaji mengenai hubungan pariwisata antara Asia Tenggara dan Korea di

kalangan akademisi Korea masih kurang, bahkan riset pariwisata antara Indonesia

dan Korea (Provinsi Gyeonggi) belum dilakukan sampai saat ini. Sehingga dalam

pandangan ini, penelitian-penelitian tersebut belum komprehensif, spesifik, dan

bersifat multi-dimensional bagi pemasaran pariwisata Korea di Asia Tenggara

termasuk Indonesia. Hal ini dikarenakan belum merujuk pada

penelitian-penelitian terhadap negara lainya, misalnya saja Indonesia dan Korea yang

(38)

Dengan demikian, penelitian ini berupaya membantu secara akademis para

akademisi, mahasiswa, dan pelajar yang ingin mencari hasil riset atau artikel

tentang kepariwisataan antara Indonesia dan Korea, khususnya Provinsi Gyeonggi.

2.2 Kajian Konsep

2.2.1 Pariwisata massal

Menurut Failker (1997:14), pariwisata massal memiliki karakteristik yakni:

(1) jumlah wisatawan yang mengikuti perjalanan dalam jumlah besar (group); (2) pembelian paket wisata dan perjalanan sangat diseragamkan (tidak ada pilihan); (3)

perjalanan diatur segalanya oleh agen perjalanan wisata; (4) wisatawan yang

mengikuti perjalanan ini relatif tidak berpengalaman; (5) wisatawan yang

mengikuti perjalanan ini tidak canggih; (6) mengunjungi daerah tujuan wisata,

hanya untuk bersantai, menikmati pemandangan dan melihat sinar matahari, pasir

putih dan pantai putih, (7) wisatawan di daerah tujuan wisata banyak mengunjungi

dan menyaksikan daya tarik wisata; (8) jadwal perjalanannya sangat padat.

Poon (1997: 15) dalam buku Tourism Technology and Competitive Strategies, mengatakan pariwisata massal (pariwisata konvensional) berorientasi pada paket wisata atau kelompok, produk wisata yang dibakukan menurut pasar

massal dan perjalanan ke banyak tujuan dan waktunya lebih lama. Kodhyat (1997:

75) menyebutkan pariwisata massal sebagai pariwisata modern atau konvensional,

dimana jenis pariwisata ini memiliki ciri-ciri yakni kegiatan wisata berjumlah

(39)

memerlukan tempat-tempat yang dianggap strategis serta memerlukan tanah yang

cukup luas.

Menurut Poon (1997: 15), sebenarnya pariwisata massal telah membuka

jalan untuk karakteristik pariwisata baru, yaitu: (1) wisatawan yang lebih canggih

dan berpengalaman; (2) lebih suka merencanakan perjalanan wisata mereka

sendiri; (3) bepergian secara mandiri; (4) bersifat lebih spontan dan luwes dalam

mengatur susunan perjalanannya dan (5) mereka terdorong untuk mencari daya

tarik wisata dengan minat khusus seperti wisata budaya, ekowisata, wisata

petualangan, agro wisata dan lain sebagainya.

Fandeli (2002) juga menyatakan bahwa pergeseran minat wisata telah

melahirkan perkembangan pariwisata kearah pola wisata minat khusus (Special Interest Tourism). Wisatawan minat khusus tidak hanya menginginkan kesenangan sebagai tujuan wisata, tetapi juga menghendaki wisata yang

berkualitas serta mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang baru dan unik

(Monica 2013, 30).

Oleh karena itu, penelitian ini berupaya merumuskan pariwisata yang

sesuai dengan minat wisatawan. Artinya, formulasi pariwisata yang berpotensi

pada wisatawan Indonesia. Daya tarik wisata yang dapat meningkatkan tingkat

kepuasan wisatawan Indonesia. Dengan demikian, diperlukan serangkaian

penelitian untuk mengetahui apakah daya tarik wisata Gyeonggi sudah sesuai

dengan minat wisatawan massal Indonesia, atau kalau tidak cocok apakah ada

pilihan yang lain, misalnya saja, pariwisata alternatif, wisata minat khusus, wisata

(40)

2.2.2 Pariwisata Alternatif

Pariwisata alternatif secara lebih luas didefinisikan sebagai bentuk

kepariwisataan yang konsisten terhadap nilai alam, social, dan masyarakat yang

memungkinkan masyarakat lokal dan wisatawan menikmati interaksi positif dan

berharga serta berbagai pengalaman. Lebih jauh, ada kecenderungan

wisatawan untuk mencari sesuatu yang baru di daya tarik wisata yang pernah

dikunjungi sebagai alternatif dari yang telah ada. Selain itu, dari segi penawaran

disadari pula bahwa perlu sesuatu yang baru di daya tarik sebagai pilihan terutama

bagi wisatawan yang berkunjung ulang (Eadington dan Smith, 1994: 3-4).

Hasslacher (1984) sebagaimana dikutip oleh Pearce (1994: 22-23),

membuat sintesis variable yang digunakan untuk membedakan mass (hard) tourism dengan alternative (soft) tourism. Variabel yang disusun diambil dari berbagai penulis buku dan rangkuman menjadi satu tabel klasifikasi. Secara

umum, dikatakan bahwa perbedaan di antara kedua jenis pariwisata tersebut dapat

dilihat sebagai berikut:

a. Karakteristik kontekstual, fisik, sosial, budaya, lingkungan, atau

ekonomi. Hal ini akan berkaitan dengan dampak yang akan

ditimbulkan.

b. Fasilitas, baik jenis maupun skala. Bila pariwisata masal membangun

fasilitas akomodasi dengan skala besar, kualitas standar, dan harga

standar, maka pariwisata alternatif membangun fasilitas akomodasi

dengan skala terbatas namun bervariasi dalam hal atraksi wisata serta

(41)

mempunyai harga yang lebih mahal dengan kualitas pelayanan

premium.

c. Lokasi, yaitu tempat di mana fasilitas tersebut dibangun. Bila

pariwisata masal cenderung dibangun secara ekstensif, maka

pariwisata alternatif cenderung dibangun terlokalisasi.

d. Pengembangan/kepemilikan. Pariwisata alternatif cenderung

dikembangkan dan dimiliki oleh orang lokal yang termotivasi untuk

memanfaatkan kehadiran wisatawan demi keuntungan bagi orang lokal.

Sementara fasilitas pariwisata masal cenderung dimiliki oleh orang

asing dengan usaha yang terjalin dalam jaringan internasional.

e. Proses pembangunan. Dalam pembangunan pariwisata masal,

cenderung memerlukan sumber daya yang sangat besar (listrik, air,

tenaga kerja, modal, dan sebagainya) serta memerlukan waktu yang

lama. Namun dalam proses pembangunan pariwisata alternatif,

cenderung menggunakan sumber daya yang terbatas.

f. Pasar dan pemasaran. Pariwisata masal biasanya untuk berbagai

segmen besar yang berasal dari berbagai negara dengan karakteristik

berbeda serta dibuat dalam paket dan promosi yang beragam. Namun,

pariwisata alternatif cenderung untuk membidik segmen pasar tertentu

dengan jalur promosi dan paket yang terbatas namun mengedepankan

kualitas.

g. Dampak. Bila pariwisata masal telah banyak dikeluhkan memiliki

dampak negatif yang luas terhadap destinasi, sedangkan pada

(42)

perkembangannya relatif baru. Namun demikian, secara

hipotesis karena pariwisata alternatif muncul sebagai reaksi dari

pariwisata masal, maka peluang meminimalkan dampak negatif dan

memaksimalkan dampak positif akan lebih besar.

Beberapa penulis menyatakan bahwa pariwisata alternatif bersinonim

dengan pariwisata minat khusus. Pariwisata minat khusus muncul sebagai respon

pada perubahan minat/motivasi, pola konsumsi, maupun faktor demografi lainnya

dari calon wisatawan di negara asal wisatawan yang menyebabkan perubahan

pada permintaan perjalanan dan liburan. Sebagaimana dijelaskan oleh Hall dan

Weiler (1992: 1) bahwa peningkatan pendapatan per kapita, waktu liburan yang

lebih panjang, dan komposisi demografi memberikan peluang bagi calon

wisatawan untuk tidak sekedar berkunjung ke destinasi yang murah namun lebih

ditentukan oleh nilai kepuasan (tourist satisfaction) yang akan didapatkan yang bermuara pada pengambilan keputusan (travel decision) untuk memilih destinasi yang akan dituju.

Perubahan-perubahan pada sisi permintaan di atas menimbulkan keinginan

wisatawan untuk berwisata sesuai dengan minat, motivasi, dan kemampuan

keuangan yang dimiliki sehingga kepuasan wisatawan akan lebih terpenuhi. Hal

ini pula yang memicu wisatawan untuk datang ke destinasi sesuai dengan minat

sehingga muncul istilah pariwisata minat khusus. Read (1980) sebagaimana

dikutip oleh Hall dan Weiler (1992: 5), menyatakan bahwa wisata khusus adalah

wisata yang dilakukan oleh orang yang pergi ke suatu tempat karena mereka

(43)

tertentu. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pariwisata minta khusus dimulai

dari motivasi wisatawan pada minat tertentu, kemudian diikuti oleh pemilihan

destinasi untuk memenuhi minat khususnya tersebut.

2.2.3 Pemasaran Pariwisata

Menurut Kotler (2003: 10), pemasaran (marketing) adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Supranto (2004) menyebutkan bahwa pemasaran berarti sebagai

pengarahan kegiatan-kegiatan yang melibatkan kreasi dan distribusi dari produk

untuk segmen pasar yang sudah dikenali. Mengarahkan kegiatan-kegiatan,

dimaksudkan untuk menentukan kegiatan apa saja yang terkait dengan pengadaan

barang atau jasa bagi pelanggan. Kegiatan harus terkontrol dalam pelaksanaannya

agar tercapai tujuan yang sudah ditentukan yaitu menghasilkan produk yang bisa

memuaskan para pelanggan. Hal-hal yang terkait dalam kegiatan pemasaran

adalah proses perencanaan, pelaksanaan, pengontrolan dalam melaksanakan dan

evaluasi dari hasilnya. Meskipun barang atau jasa sebetulnya dihasilkan oleh unit

produksi, tenaga pemasaran tidak hanya berkenaan dengan kreasi barang atau jasa

secara fisik akan tetapi juga dari perspektif kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Jadi pemasaran berkenaan dengan kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan pelanggan secara memuaskan.

Menurut Morison (2002: 205), strategi pemasaran adalah pemilihan

(44)

kelompok pelanggan tertentu, metode komunikasi, jaringan distribusi, dan

struktur penentuan harga. Seperti yang diungkapkan oleh sebagian besar ahli,

strategi pemasaran adalah kombinasi dari target pasar dan bauran pemasaran.

Dengan persaingan yang semakin ketat, maka diperlukan suatu strategi

pemenuhan akan metode bisinis pariwisata yang semakin responsif. Perlu

pemahaman konsep-konsep pemasaran pariwisata dengan mempraktikkan dan

menerapkan konsep-konsep pemasaran yang lebih modern. Tidak bisa dibantah

semua usaha atau bisnis selalu menggunakan istilah pemasaran. Tetapi jarang ada

teori pemasaran yang dikeluarkan oleh para ahli dapat diterapkan dengan

sempurna (Pitana dan Diarta, 2009: 123)

2.2.4 Promosi Pariwisata

Promosi merupakan bagian dari pemasaran. Promosi termasuk salah satu

aspek dalam bauran pemasaran (marketing mix). Promosi kepariwisataan merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi penyelenggara

pariwisata untuk memengaruhi pengambilan keputusan dalam membeli suatu

produk atau jasa pariwisata yang ditawarkan oleh suatu daya tarik wisata

(Sunaryo, 2013: 177).

Promosi adalah sarana untuk menjual yang bertujuan untuk memperoleh

keuntungan melalui volume penjualan (Pitana dan Diarta, 2009: 154). Promosi

juga merupakan variabel kunci rencana strategi pemasaran. Dengan kata lain,

promosi dinyatakan sebagai variabel kunci karena mendisitribusikan informasi

(45)

Promosi pariwisata berperan sebagai penghubung yang digunakan untuk

mempercepat proses keputusan pembelian oleh wisatawan. Kegiatan promosi

bertujuan agar produk yang ditawarkan lebih cepat dikenal oleh pelanggan

potensial. Promosi merupakan sebuah sarana dalam upaya peningkatan penjualan

dengan menginformasikan barang atau jasa yang ditawarkan pihak perusahaan

kepada konsumen potensial (Sri Astuti 2015: 35).

Menurut Hasan (2013: 603) inti kegiatan promosi adalah bentuk kegiatan

komunikasi pemasaran yang berusaha untuk menyebarkan informasi,

memengaruhi, mengingatkan pasar agar bersedia menerima, membeli, dan loyal

pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan.

Promosi pariwisata merupakan komunikasi pemasaran untuk memberikan

informasi atas layanan pariwisata yang disediakan oleh perusahaan pariwisata.

Promosi pariwisata bertujuan agar layanan pariwisata lebih dikenal oleh

wisatawan, sehingga dapat memengaruhi dalam pembelian layanan pariwisata.

Promosi merupakan bagian komunikasi dalam pemasaran yang menyediakan

informasi dan pengetahuan dengan cara yang informatif dan persuasif bagi

wisatawan (Sri Astuti 2015: 37).

Promosi pariwisata merupakan fungsi pemasaran yang fokus dalam

mengkomunikasikan produk layanan jasa wisata. Komunikasi dilakukan secara

persuasif yang ditujukan kepada calon wisatawan untuk memberikan infromasi

mengenai layanan jasa wisata. Tujuan promosi pariwisata adalah untuk

(46)

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Teori SWOT

Berkembangnya penemuan-penemuan baru di bidang teknologi

berdampak terhadap berkembangnya organisasi dan kegiatan bisnis di tahun

1990-an sehingga terjadi perubahan konsep persaingan dalam bisnis. Pada periode

sebelumnya, persaingan merupakan kegiatan pembuatan produk

sebanyak-banyaknya atau lebih dikenal dengan periode produksi massal dan produsen dapat

memaksakan kehendaknya kepada konsumen. Namun selanjutnya adalah

kebalikannya, yaitu pada abad ke 21 dimana masing-masing negara di muka bumi

ini sudah tidak memiliki batas ruang dan waktu. Pada era sebelumnya produsen

dapat memaksakan kehendaknya kepada konsumen namun yang terjadi sekarang

adalah kebalikannya yaitu konsumenlah yang justru memaksakan kehendaknya

kepada produsen. Produsen dipaksa untuk membuat produk yang sesuai dengan

nilai dan keinginan konsumen. Oleh sebab itu, reorientasi perencanaan strategis

sangat diperlukan.

Rangkuti (2013: 18) menyebutkan SWOT adalah singkatan dari

lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal

Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman

(threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan

(47)

Teori SWOT digunakan pada penelitian ini untuk mempertajam analisis

dengan membantu melakukan pemasaran, yaitu mengidentifikasi kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman daya tarik wisata di Gyeonggi. Termasuk menjelaskan efek promosi daya tarik wisata Provinsi Gyeonggi yang belakangan

ini dipromosikan di Indonesia. Dengan mengetahui kekuatan dan peluang daya

tarik wisata di Gyeonggi, maka penulis dapat memaksimalkan daya tarik wisata

alternatif atau produk wisata tematik yang menjadi ketertarikan utama bagi calon

wisatawan Indonesia. Sementara itu, pada analisis kelemahan dan ancaman

penulis akan mengetahui dan selanjutnya mencari cara alternatif untuk

meminimalkan kelemahan dan ancaman tersebut.

2.3.2 Teori Strategi Pemasaran

Kotler (2009: 58) menyatakan bahwa strategi pemasaran dapat dilihat dari

tiga strategi yang biasa dikenal dengan istilah strategi STP (Segmentation, Targeting, Positioning). Bahwa dalam melakukan suatu pemasaran produk, selalu memerhatikan pentingnya daya saing (segmentation) yang dapat memenuhi target penjualan produk (targeting) tanpa mengabaikan tata letak dari suatu kegiatan pemasaran (positioning). Ketiga strategi pemasaran ini menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan pemasaran.

2.3.2.1 Segmentasi Pasar (Market Segmention)

Secara sederhana segmentasi pasar adalah membagi-bagi pasar sesuai

dengan sifat dan karakteristiknya. Menurut Kotler (2002: 252), dalam industri

(48)

kelompok-kelompok wisatawan secara tegas, dan tiap kelompok itu dipilih atau

ditetapkan sebagai target pasar yang akan dipengaruhi dengan menggunakan

strategi bauran pemasaran (marketing mix).

Berikut ini beberapa variabel utama yang dapat digunakan dalam

melakukan segmentasi (Kotler, 2008: 226-237).

a. Segmentasi Geografis: yang membagi pasar ke dalam unit-unit

geografis, misalnya daerah atau negara asal wisatawan yang

berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Unit-unit geografis ini

dapat berupa negara, provinsi, kota, kabupaten, kota dan kecamatan.

b. Segmentasi Demografis: yang membagi pasar ke dalam

kelompok-kelompok berdasar pada variabel demografis seperti usia, jenis

kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama dan kebangsaan.

c. Segmentasi Psikografis: yang membagi pasar ke dalam

kelompok-kelompok berdasar kelas sosial, gaya hidup dan karakteristik pribadi

atau individu.

d. Segmentasi berdasarkan perilaku: yang membagi pasar ke dalam

kelompok-kelompok berdasar pengetahuan mereka, sikap,

penggunaan atau tanggapan terhadap suatu produk.

2.3.2.2 Penetapan Target Pasar (Targeting)

Menentukan target pasar menjadi bagian pokok dalam strategi pemasaran

bisnis. Ada beberapa perusahaan yang ingin menjangkau konsumen dari semua

kalangan, namun ada pula beberapa perusahaan yang sengaja memisahkan

(49)

akan mempermudah perusahaan untuk menentukan produk yang sesuai kebutuhan

dan keinginan konsumen. Dapat diartikan pula bahwa target pasar merupakan

pasar yang memiliki konsumen dengan daya beli yang cukup potensial (Kotler,

2008: 237).

Dalam dunia pemasaran terdapat tiga strategi penetapan target pasar yang

sering dilakukan para pelaku bisnis, strategi tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Strategi pemasaran tanpa pembeda (undifferentiated marketing)

Ada beberapa perusahaan yang melihat pasar secara keseluruhan

tanpa membedakan target pasar tertentu. Perusahaan yang

menggunakan strategi pemasaran ini, hanya menawarkan satu macam

produk dan mencakup seluruh pasar. Tanpa membedakan target pasar,

perusahaan bertujuan untuk menanamkan image kuat produknya kepada

para konsumen.

Pemasaran tanpa membedakan target pasar dipilih para pelaku

bisnis, karena strategi ini biayanya lebih kecil dibandingkan pemasaran

dengan membedakan target pasar. Pemasaran tanpa membedakan target

pasar lebih mengandalkan produksi, distribusi dan strategi

promosi secara massal, sehingga bisa menghemat biaya.

Namun disamping kelebihannya, strategi pemasaran tersebut juga

memiliki kekurangan. Kebanyakan pelaku bisnis yang tidak

membedakan konsumen, maka akan memilih target pasar yang paling

luas untuk menawarkan produknya. Jika banyak pelaku bisnis yang

Gambar

Gambar 2.1 : Model Penelitian
Gambar � adalah acara promosi pariwisata Gyeonggi, Gambar � adalah
Gambar 4.1 Peta Korea dan Provinsi Gyeonggi
Gambar besar (Gambar 4.2 �) adalah Benteng Hwaseong, Gambar kecil (�) adalah Makam
+7

Referensi

Dokumen terkait

sebagai kota wisata yang mempunyai berbagai tempat yang berbeda dari

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi wisata, persepsi wisatawan tentang daya tarik destinasi serta kualitas pelayanan wisata secara bersama-sama terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan wisatawan berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok adalah berlibur/berekreasi dan berpetualang di alam; tingkat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan wisatawan berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok adalah berlibur/berekreasi dan berpetualang di alam; tingkat

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Saung Angklung Udjo dalam menarik minat wisatawan lokal maupun

Bidang Humas Dinas Kepemudaan , Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah dalam upaya Meningkatkan Kunjungan Wisatawan di Desa Wisata Jawa Tengah adalah serangkaian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Saung Angklung Udjo dalam menarik minat wisatawan lokal maupun