• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMULIHAN PARIWISATA PASCA PENANGANAN PANDEMI COVID-19 DI PROVINSI BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PEMULIHAN PARIWISATA PASCA PENANGANAN PANDEMI COVID-19 DI PROVINSI BALI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMULIHAN PARIWISATA PASCA PENANGANAN PANDEMI COVID-19 DI PROVINSI BALI

Desak Ayu Putu Suciati1; I Made Suadnya2 Dinas Pol PP Pemerintah Provinsi Bali1;2

Email : desaksuciati@gmail.com; madesuadnya86@gamil.com

ABSTRACT

The island of Bali is one of the main destinations in Indonesia which has long been known to foreign countries. The number of tourist visits to Bali each year has increased, in 2017 which means 5,697,739 tourists experienced an increase of 6.54% in 2018 to 6,070,473 tourists. The condition of tourists in Bali has experienced a rapid decline in 2020. This is due to a deadly flu outbreak that has paralyzed the joints of the world economy. This outbreak is known as SARS - CoV - 2 (Covid - 19), which initially appeared locally in Wuhan City, Hubei Province, China (People's Republic of China) in December 2019. The Bali government said there were 337 positive cases of Covid-19 in the whole region. This number ranks tenth among other provinces. The decline in the Bali tourism industry has also had an impact on tourism workers. At least 1.1 million people work in the company's MSME department. Tourism is one of the sectors hardest hit by the pandemic. The tourism structure that must be implemented, the tourism concept, destination development, and tourist attraction strategies. To attract tourists again, there are several strategies that will be implemented. According to (Paramita, IBG and IGGP Arsa Putra, 2020) there are 7 strategies that must be implemented so that tourists coming to Bali feel safe and comfortable despite this pandemic. These strategies are, High Standard Sanitation, High Standard Security, Staycation, Niche tourism, Solo travel tours, Wellness tours, Virtual tourism.

Keywords: Tourism, Covid-19, Attraction Strategy

I. PENDAHULUAN

Pulau Bali merupakan salah satu destinasi utama di Indonesia yang sejak lama sudah dikenal hingga mancanegara. Pulau Bali memiliki beragam daya tarik wisata seperti wisata alam, budaya, maupun buatan yang bisa dikunjungi saat wisatawan memiliki waktu luang. Jumlah kunjungan wisatawan ke Bali setiap tahunnya mengalami peningkatan, pada tahun 2017 berjumlah 5.697.739 wisatawan mengalami peningkatan 6,54 % di

tahun 2018 menjadi 6.070.473 wisatawan (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2019).

Kondisi wisatawan di Bali mengalami penurunan secara pesat pada tahun 2020. Hal ini disebabkan oleh adanya wabah flu yang mematikan yang mengakibatkan lumpuhnya sendi - sendi perekonomian dunia. Wabah ini dikenal dengan sebutan SARS - CoV - 2 (Covid - 19), yang awalnya muncul secara lokal di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok ( Republik

(2)

Rakyat China) pada bulan Desember 2019. Dan ditetapkan sebagai

pandemic pada 11 Maret 2020 oleh

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Virus corona merupakan pandemi yang mudah menyebar secara

contagious (mengacu pada infeksi

yang menyebar secara cepat dalam sebuah jaringan). Oleh karena itu, Pemerintah Bali menghimbau warganya untuk melakukan social

distancing dan isolasi untuk

mencegah penularan virus ini.

Setelah adanya ketetapan WHO tentang pandemi Corona Virus, pada tanggal 2 April 2020 Pemerintah Indonesia telah memberlakukan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pelarangan Sementara Orang Asing Masuk Wilayah Negara Republik Indonesia. Namun, aturan tersebut memiliki pengecualian terhadap: orang asing pemegang izin tinggal terbatas dan izin tinggal tetap; orang asing pemegang visa diplomatik dan visa dinas; orang asing pemegang izin tinggal diplomatik dan izin tinggal dinas; tenaga bantuan dan dukungan medis, pangan dan alasan kemanusiaan; awak alat angkut; dan orang asing yang akan bekerja pada proyek strategis nasional. Dengan adanya aturan tersebut, beberapa negara di dunia tidak dapat melakukan perjalanan ke Indonesia, sehingga menutup pintu masuk kunjungan wisatawan mancanegera ke Bali (Nuruddin, et al., 2020).

Pemerintah Bali menyebut ada 337 kasus positif Covid-19 di seluruh wilayah. Jumlah ini menempati urutan kesepuluh di antara provinsi lainnya. Ketua Kelompok Kerja Percepatan Penanganan Covid-19, sebelumnya

menyatakan Bali berhasil menekan wabah baru melalui kearifan local karena percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menggunakan desa tradisional (Desa Adat) untuk melawan penyebaran penyakit ini. Presiden Joko Widodo bahkan meminta pemerintah daerah lain untuk mencontoh Bali. Bahkan, karena kerap didatangi wisatawan mancanegara, Bali kemungkinan besar terkena pandemi Covid-19. Seorang Pakar dari Universitas Udayana menduga jumlah kasus positif di Bali jauh lebih tinggi dari jumlah yang diumumkan pemerintah. Alasannya, pemerintah Bali tidak aktif melacak kontak aktif pasien Covid-19, akan tetapi Pokja Bali mengklaim bahwa data tersebut sudah baru.

Menurunnya jumlah

kunjungan wisatawan mancanegara akibat larangan tersebut. Menurut Badan Pusat Statistik Bali, selama bulan Mei 2020 hanya terdapat 2,02% hunian kamar yang meliputi hotel berbintang maupun non bintang. Jika ditotal selama Januari hingga Mei 2020, maka jumlah hunian kamar hotel di Bali hanya mencapai 27%, sedang pada lima bulan yang sama di tahun 2019 jumlahnya ada sekitar 55% (Bali.bps.go.id, 2020). Ketiadaan wisatawan, baik domestik maupun internasional, membuat usaha perhotelan kalang-kabut di antara hilangnya potensi bisnis dan tidak jelasnya kapan situasi pandemi ini berakhir (Nuruddin, et al., 2020). Penurunan industri pariwisata Bali juga berdampak pada pekerja pariwisata. Setidaknya 1,1 juta orang bekerja di departemen UMKM perusahaan. Pariwisata adalah salah satu sektor yang paling terpukul oleh pandemi. Sejak Bali dibuka untuk

(3)

dikunjungi wisatawan pada 31 Juli, telah membuka pintu masuk bagi wisatawan domestik. Namun Pulau Dewata masih terbuka untuk tamu asing yang biasanya menghabiskan uang paling banyak untuk liburan. Himbauan-himbauan sudah sering sekali diterbitkan atas dasar peraturan dari kementerian dan perintah presiden guna menekan laju kasus positif Covid-19.

Berdasarkan uraian di atas, jurnal ini bertujuan untuk menganalisis strategi daya tarik wisatawan untuk melakukan destinasi wisata ke Bali dalam masa pandemi. Sehingga perekonomian di Bali khususnya dalam industri pariwisata kembali normal. Meskipun pandemi ini belum diketahui betul masa berakhirnya. II. PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kepariwisataan

Istilah kepariwisataan sebenarnya merupakan gabungan atau cakupan dari beberapa istilah sebelumnya yakni istilah wisata, pariwisata dan kepariwisataan. Kepariwisataan ini berarti keseluruhan kegiatan wisata yang dilakukan oleh wisatawan dengan dilengkapi oleh fasilitas dan infrastuktur pendukung yang disediakan oleh para stakeholders pariwisata. Namun unsur yang paling utama dalam suatu pengembangan kepariwisataan adalah unsur daya tarik wisata. Obyek daya tarik wisata (ODTW) dijelaskan oleh Hadiwijoyo (2012: 49) sebagai suatu bentukan dan fasilitas yang saling berhubungan dan menjadi

alasan/sebab wisatawan

mengunjungi suatu daerah atau tempat tertentu. Obyek daya tarik wisata dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu: obyek wisata alam atau

lingkungan (ekowisata), obyek wisata sosial budaya dan obyek wisata minat khusus (Special Interest) (Wilopo, et al., 2017). 2.2 Pengembangan Destinasi Pariwisata

Menurut UU nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang spesifik berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat kegiatan kepariwisataan dan dilengkapi dengan ketersediaan daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait. Menurut (Wilopo, et al., 2017) menjelaskan bahwa kerangka pengembangan destinasi pariwisata terdiri dari komponenkomponen utama sebagai berikut:

a. Obyek daya’ tarik wisata (Attraction) yang mencakup keunikan dan daya tarik berbasis alam, budaya, maupun buatan/artificial. b. Aksesibilitas (Accessibility)

yang mencakup kemudahan

sarana dan sistem

transportasi.

c. Amenitas (Amenities) yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung wisata.

d. Fasilitas umum (Ancillary

Service) yang mendukung

kegiatan pariwisata.

e. Kelembagaan (Institutions) yang memiliki kewenangan, tanggung jawab dan peran

dalam mendukung

terlaksananya kegiatan pariwisata.

(4)

2.3 Strategi Daya Tarik Wisatawan

Pandemi Covid -19

berdampak terhadap semua sektor industri di Indonesia. Yang terparah dirasakan adalah sektor pariwisata, di mana sektor ini sangat terkait dengan industri yang lain seperti, perhotelan, transportasi, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terutama yang mengasilkan cendera mata dan kuliner, restoran, biro perjalanan wisata dan pemandu wisata. Dalam menyelamatkan industri pariwisata di Indonesia secara umum dan Bali secara khusus pasca Covid -19, diperlukan tiga strategi diantaranya: 2.3.1 Strategi Jangka Pendek

Strategi jangka pendek dapat dilakukan dengan beberapa hal, yaitu dengan beberapa kebijakan dari pemerintah yang memberikan dukungan terhadap industri pariwisata terutama dukungan finansial atau stimulus terhadap biaya operasional, membuat SOP mitigasi bencana pariwisata termasuk wabah pandemi Covid -19 dengan membuat protokol kesehatan, menjaga kebersihan dan kesehatan di wilayah destinasi, penguatan

Destination Management

Organization (DMO) terutama pengelolaan terhadap Desa Wisata, memperbaiki proses operasi pengelolaan destinasi pariwisata dari mengelola informasi sampai dengan melakukan umpan balik dari para wisatawan, melakukan inovasi produk dengan membuat program digital tourism dan memperbaiki rantai nilai yaitu bagaimana mengelola pelanggan internal (karyawan supaya puas) dan menjadi loyal sehingga dapat memberikan layanan terbaik kepada wisatawan

yang pada akhirnya wisatawan puas dan menjadi loyal juga.

2.3.2 Strategi Jangka Menengah Dapat dilakukan dengan strategy penthahelik yang merupakan strategi kolaborasi antara Academic,

Business, Government, Costumer

and Media (ABGCM).

a. Peran Perguruan Tinggi

Peran Perguruan Tinggi, mencetak SDM dan melakukan Riset untuk menjawab kebutuhan industri bidang pariwisata terutama dalam membuat program study pengelolaan destinasi pariwisata dan Business melakukan aktivitas yang berorientasi untuk memenuhi kebutuhan idustri pariwisata.

b. Peran Pemerintah

Peran Pemerintah, membuat kebijakan terutama dalam Roadmap pengembangan industri pariwisata. Di era digital ini pemerintah mengandeng Media dalam sosialisasi terhadap kebijakan yang terkait dengan industri pariwisata dan penguatan program promosi pariwisata. Disamping itu pemerintah harus melibatkan pelanggan atau komonitas dalam pengembangan pariwisata.

2.3.3 Strategi Jangka Panjang Dalam strategi jangka panjang ini yang harus dilakukan adalah, mendesain sistem manajemen opersional industri pariwisata yang diantaranya, Input, Proses, Output, dan Outcome.

a. Sisi input yang perlu diperhatikan adalah pembenahan kualitas destinasi, kualitas sumber daya manusia dengan menerapkan standar kompetensi dalam industri pariwisata dan penyediaan

(5)

fasilitas pendukung yang memadai yang memenuhi standar keamanan dan kenyamanan.

b. Sisi proses, perlu perhatian berupa dukungan kebijakan pemerintah terhadap industri pariwisata, kualitas layanan internal yang baik (fasilitas bagi para pekerja), kualitas layanan eksternal yang baik (penyediaan fasilitas untuk wisatawan), perbaikan program pemasaran yang terintegrasi dengan melibatkan stakeholders. b) Sisi output adalah berupa

kepuasan dan loyalitas wisatawan.

c) Sisi outcome - nya adalah berupa kunjungan kembali wisatawan dengan membawa rupiah atau Dolar lebih banyak, dengan cara penerapan manajemen yang baik yaitu dengan pendekatan

Total Quality Management.

Menurut (Paramita, 2020) menyatakan bahwa Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pelaku pariwisata untuk memberikan rasa aman dan nyaman berwisata di masa pandemi ini yakni:

1. High Standard Sanitation

Penerapan standar kesehatan dengan membuat sanitasi yang memadai. Menurut Ni Wayan Giri Adnyani selaku Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pihaknya akan menyiapkan destinasi sesuai dengan kondisi ‘new normal’ dengan mengedepankan prinsip sustainable

tourism, termasuk di dalamnya soal

kesehatan, dan keamanan (Wahyudi, 2020). Sesuai dengan hal ini maka

daerah wisata di Bali diharuskan untuk meningkatkan standar sanitasi yang dimiliki karena ini menjamin daya tarik suatu daerah wisata. Para pelaku pariwisata akan menciptakan standar sanitasi yang harus dimiliki suatu objek wisata seperti kebersihan toilet, sarana cuci tangan, ketersediaan masker, pengukur suhu badan, pengecekan surat keterangan sehat dan vaksinasi.

2. High Standard Security

Standar keamanan adalah hal penting yang wajib diperhatikan. Peningkatan standar keamanan di daerah wisata di Bali karena kenyamanan wisatawan akan berdampak pada peningkatan kunjungan wisata. Peningkatan standar keamanan seperti: pengecekan barang bawaan, pemasangan CCTV di setiap sisi objek wisata di seluruh Bali, dan penambahan tenaga keamanan seperti satpam maupun pecalang (tenaga keamanan desa adat di Bali) di seluruh objek wisata.

3. Staycation

Beberapa hal yang akan kita temui pada ‘new normal’ setelah Covid-19 dalam bidang pariwisata adalah wisatawan yang akan mengutamakan kesehatan dan keselamatan seperti tetap melaksanakan self- distancing,

pelaksanaan protokol Covid-19, sehingga ketersediaan sarana kebersihan akan menjadi focus utama para pelaku pariwisata. Staycation ini merupakan pilihan wisata bagi turis yang masih belum berani untuk berbaur dengan wisatawan lain. Hal ini akan mendorong hotel-hotel di Bali untuk memberikan fasilitas ekstra seperti berbagai kelas khas Bali seperti kursus yoga, tari Bali,

(6)

memasak makanan khas Bali, dan meditasi. Memberikan atraksi tambahan seperti berbagai tarian Bali, tradisi dan upacara khas Bali sehingga para wisatawan mampu mengenal Bali atau melepas kerinduan mengenai Bali dengan standar keamanan yang tinggi.

4. Niche tourism

Perubahan yang sangat besar akan terlihat dari kelompok wisatawan dalam berwisata. Jika dahulu mereka berada dalam kelompok yang besar karena akan menghemat budget. Tetapi mengingat standar yang tinggi akan keamanan dan kenyamanan maka pilihan Niche tourism menjadi sangat penting karena mereka akan ada dalam kelompok kecil dengan kesamaan hobi, ketertarikan atau kesamaan visi. Contoh niche tourism ini seperti: wisata berkunjung ke tempat-tempat misterius (angker) di Bali, tirthayatra (melakukan kunjungan suci ke pura-pura di Bali), wisata kuliner masakan asli Bali, belajar tari Bali dari para maestro tari Bali, wisata charity dengan melakukan donasi ke daerah-daerah terpencil di pulau Bali, maupun wisata mempelajari lontar-lontar di Bali. Dengan berkembangnya wisata jenis baru ini maka akan bermunculan tour and travel yang kreatif untuk mencari pangsa pasar spesifik sesuai dengan kebutuhan para turis.

5. Solo travel tour

Penggunaan individual transportation akan lebih tinggi dibandingkan mass transport karena

physical distancing ini akan

berlangsung lebih lama dari perkiraan kita sebelumnya sehingga ketakutan wisatawan untuk berada

dalam satu moda transportasi dapat dihindari. Alternatif lain yang bisa dilakukan oleh para pelaku wisata adalah memberikan pelayanan terbaik bagi para turis dengan mengatur tempat duduk di dalam mobil, menyediakan hand sanitizer, sabun cuci tangan, tissue di setiap mobil dan juga mengutamakan moda transportasi pribadi untuk kelompok kecil.

6. Wellness tour

Wisata yang satu ini diciptakan untuk mengisi ulang tubuh dan menyehatkan pikiran.

Wellness tour ini menawarkan

keseimbangan sempurna antara tujuan yang menakjubkan, kegiatan peremajaan, dan pengalaman makanan sehat sehingga akan membantu wisatawan yang kembali ke rumah dengan perasaan lebih baik daripada ketika mereka sebelum bepergian pergi. Wellness tour ini seperti spa, yoga, meditasi, melukat (pembersihan diri ke sumber mata air yang disucikan), merasakan kuliner sehat dan paket wisata spiritual (meliputi perjalanan ke pura-pura suci di Bali).

7. Virtual tourism

Teknologi yang berkembang dalam bidang pariwisata yaitu meningkatnya platform atau aplikasi

yang mampu memberikan

pengalaman nyata berwisata ke objek-objek wisata di Bali. Walaupun hal ini tidak mampu menandingi pengalaman langsung berwisata seperti merasakan keramahan masyarakat lokal, menghirup bau dupa, menyentuh berbagai sarana upacara di Bali seperti canang maupun banten, ataupun merasakan menari bersama para penari kecak di panggung tapi

(7)

hal ini mampu memberikan kesan pada wisatawan yang masih takut untuk berwisata secara langsung. III. PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pulau Bali merupakan salah satu destinasi utama di Indonesia yang sejak lama sudah dikenal hingga mancanegara. Menurut (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2019) menyatakan bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke Bali setiap tahunnya mengalami peningkatan, pada tahun 2017 berjumlah 5.697.739 wisatawan mengalami peningkatan 6,54 % di tahun 2018 menjadi 6.070.473 wisatawan. 2. Terjadinya penurunan wisatawan ke Bali mulai tanggal 11 Maret 2020 setelah WHO mengumumkan adanya pelarangan wisatawan asing masuk ke Bali. Keadaan ini sungguh memberikan dampak yang negatif kepada UMKM di Bali.

3. Untuk menarik wisatawan kembali adanya beberapa strategi yang akan dilakasanakan. Menurut (Paramita, IBG dan IGGP Arsa Putra, 2020) ada 7 strategi yang harus dilaksanakan agar para wisatawan dating ke Bali merasa aman dan nyaman

meskipun masih adanya pandemic ini. Strategi tersebut yaitu, High Standard

Sanitation, High Standard Security, Staycation, Niche tourism, Solo travel tour,

Wellness tour, Virtual

tourism.

DAFTAR PUSTAKA

Nuruddin, et al., 2020. Strategi

Bertahan Hotel di Bali Saat Pandemic Covid – 19. Jurnal

Kajian Bali. Vol. 10, No. 02. Hal 579-602.

Paramita, I. B. (2020). New Normal Bagi Pariwisata Bali Di Masa Pandemi Covid 19. Pariwisata Budaya: Jurnal Ilmiah Pariwisata Agama Dan Budaya, 57-65.

Wahyudi, E. (2021, Maret 8). Perubahan tren pasca covid – 19 diprediksi positif bagi pariwisata. Tempo. Co. diunduh dari https://bisnis .tempo.co/read/1335603/peru bahan-tren-pasca-covid-19- deprediksi-positif-bagi- pariwisata/full&view=ok. Wilopo, K.Khotimah Dan Luchman

Hakim.(2019). Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Budaya (Study Kasus Pada Kawasan Situs Trowulan Sebagai Pariwisata Budaya Unggulan Dai Kabupaten Mojokerto) Fakultas Ilmu Administrasi. FMIPA.Malang: Universitas Brawijaya.

Referensi

Dokumen terkait

Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang penglaman belajarnya (Sanjaya, 2007: 266). Penerapannya dalam

Ketika penulis melihat limbah bata ringan yang tidak terpakai, timbullah pemikiran untuk dijadikan bahan pengganti agregat kasar, yang biasanya di gunakan di dalam

Berdasarkan penelitian ini tidak ada perbedaan rasa nyeri yang signifikan antara manajemen yang lengkap dan tidak lengkap di rumah sakit maupun di puskesmas, kedua

Peak Ground Acceleration (PGA) Acceleration atau percepatan adalah parameter yang menyatakan perubahan kecepatan mulai dari keadaan diam sampai pada kecepatan

Jamur adalah parasit sel multi yang melakukan hal yang sama dengan bakteri, kecuali pada skala yang lebih besar, dan virus patogen sangat kecil yang dapat menginfeksi

teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Susu kental manis merupakan salah satu produk olahan susu yang berbentuk cairan kental yang dibuat dengan

Sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dengan gaya belajar visual menggunakan media 3D memberikan rerata prestasi lebih tinggi dibanding yang mempunyai gaya

Iya, setiap usulan dan aspirasi yang digagaskan oleh masyarakat semua di akomodir serta dimasukkan di dalam dokumen untuk menjadi dasar perencanaan pembangunan sebab kalau