• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pengembangan potensi pariwisata untuk meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Melawi : studi kasus pada daya tarik wisata alam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Strategi pengembangan potensi pariwisata untuk meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Melawi : studi kasus pada daya tarik wisata alam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat - USD Repository"

Copied!
233
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN MELAWI

Studi Kasus pada Daya Tarik Wisata Alam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing,

Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Oleh :

Lilis Teodosi NIM : 092214045

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN MELAWI

Studi Kasus pada Daya Tarik Wisata Alam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Lilis Teodosi

NIM : 092214045

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Motto :

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan

mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu

(Mat 7:7)

Lakukan apa yang kamu bisa dengan apa yang kamu punya

dan kamu akan mendapat apa yang kamu butuhkan

untuk melakukan apa yang kamu inginkan

(Penulis)

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Yesus Kristus

Papa dan Mama Tercinta

Kakakku Yessy dan adikku Agnes

(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN MANAJEMEN – PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul :

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN MELAWI

Studi Kasus pada Daya Tarik Wisata Alam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat

dan diajukan untuk diuji pada tanggal, 29 Juli 2013 adalah hasil karya saya.

Saya juga menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah – olah sebagai tulisan saya sendiri atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.

Bila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi, yaitu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E) dibatalkan serta diproses sesuai dengan aturan perundang – undangan yang berlaku (UU No 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).

Yogyakarta, 31 Juli 2013 Yang membuat pernyataan,

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA TULIS UNTUK KEPENTINGAN KAMPUS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Lilis Teodosi

Nomor Mahasiswa : 092214045

Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Melawi. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 31 Juli 2013 Yang membuat pernyataan,

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Melawi :Studi Kasus pada Daya Tarik WisataAlam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata DharmaYogyakarta.

Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yesus Kristus yang senantiasa melimpahkan cinta, kasih, dan berkat – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi ini.

2. Bapak Dr. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. A. Triwanggono, M.S., selaku dosen pembimbing I yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan sabar selama penulisan skripsi ini.

5. Ibu Lucia Kurniawati S.Pd., M.S.M., selaku dosen pembimbing II yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.

6. Bapak Drs. H. Suseno Triyanto W, M.S., selaku anggota tim penguji yang telah memberikan masukan yang sangat berguna.

7. Bapak Drs. Bachtiar AR, M.Si., selaku Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata yang telah memberikan izin sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini.

8. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

9. Papadan Mamaku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, dan doa sehingga menjadikanku kuat dan tegar dalam menghadapi tantangan hidup.

10.Kakakku Yessy yang selalu membantu dan mendukungku dalam penyelesaian skripsi ini dan adikku Agnes yang selalu membuatku ceria disaat kejenuhan muncul.

(9)

viii

12.Teman – teman seperjuangan MPT (Ayu, Andro, Flo, Daniel, Erick, Ernia, Mba Paulina, dan Mba Grace) yang selalu memberikan masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

13.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu – persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi rekan – rekan dalam menyusun skripsi.

Yogyakarta, 31 Juli 2013 Penulis,

Lilis Teodosi

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

HALAMAN ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. LandasanTeori ... 10

B. PenelitianTerdahulu ... 52

(11)

x

D. Hipotesis ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ... 57

A. Jenis Penelitian ... 57

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 57

C. WaktudanLokasiPenelitian... 58

D. VariabelPenelitian ... 58

E. DefinisiOperasional ... 60

F. PopulasidanSampel ... 60

G. TeknikPengambilanSampel ... 62

H. Sumber Data ... 62

I. TeknikPengumpulan Data ... 64

J. TeknikPengujianInstrumen ... 67

K. TeknikAnalisis Data ... 68

BAB IV GAMBARAN UMUMDAYA TARIK WISATA ALAM BUKIT MATOK ... 77

A. Gambaran Umum Kabupaten Melawi... 77

B. Gambaran Umum Destinasi Pariwisata di Kabupaten Melawi ... 79

C. Gambaran Umum Daya Tarik WisataAlam Bukit Matok ... 81

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 87

A. Deskripsi Data ... 87

B. Pengujian Instrumen ... 91

C. Analisis Data ... 94

D. Pembahasan ... 137

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 149

A. Kesimpulan ... 149

B. Saran ... 153

C. Keterbatasan Penelitian ... 156

DAFTAR PUSTAKA ... 157

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

III.1 Indeks Kepuasan Konsumen ... 71

V.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 87

V.2 Responden Berdasarkan Usia ... 88

V.3 Responden Berdasarkan Status Pekerjaan ... 89

V.4 Hasil Pengujian Validitas ... 92

V.5 Hasil Pengujian Realibilitas ... 93

V.6 Hasil Observasi ... 104

V.7 Rekapitulasi Data Tujuan Berkunjung Wisatawan ... 107

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

II.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 55

III.1 Diagram Kartesius ... 76

IV.1 Peta Administrasi Kabupaten Melawi ... 78

IV.2 Bukit Matok ... 82

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 162

Lampiran 2 Pedoman Observasi ... 164

Lampiran 3 Dokumentasi Hasil Observasi ... 166

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian ... 168

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Expectation (Harapan) ... 175

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Perceived Performance (Kinerja) ... 192

Lampiran 7 Hasil Uji Cochran ... 209

Lampiran 8 Hasil Uji Beda Dua Mean Jenis Kelamin Wisatawan ... 211

Lampiran 9 Hasil Uji One – Way Anova Usia Wisatawan ... 212

Lampiran 10 Hasil Uji One – Way Anova Status Pekerjaan Wisatawan ... 214

(15)

xiv

ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

KABUPATEN MELAWI

Studi Kasus pada Daya Tarik WisataAlam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat

Lilis Teodosi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tujuan wisatawan berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok; tingkat kepuasan wisatawan; perbedaan tingkat kepuasan wisatawan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan status pekerjaan; serta strategi pengembangan daya tarik wisata alam Bukit Matok. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang pernah atau sedang berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok. Jumlah sampel adalah 100 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling. Analisis data menggunakan teknik analisis Cochran Q Test, Indeks Kepuasan Konsumen (IKP), Independent Samples T Test, One – Way Anova, dan Diagram Cartesius. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan wisatawan berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok adalah berlibur/berekreasi dan berpetualang di alam; tingkat kepuasan wisatawan adalah tidak puas; tidak ada perbedaan tingkat ketidakpuasan wisatawan berdasarkan jenis kelamin dan ada perbedaan tingkat ketidakpuasan berdasarkan usia dan status pekerjaan wisatawan; serta strategi pengembangan daya tarik wisata alam Bukit Matok adalah memprioritaskan pengembangan fasilitas penunjang daya tarik wisata alam Bukit Matok dan mempertahankan kinerja disektor bentang alam daya tarik wisata alam Bukit Matok.

(16)

xv

ABSTRACT

TOURISM POTENTIAL DEVELOPMENT STRATEGY FOR INCREASING REGIONAL INCOME

OF MELAWI REGENCY

A Case Study At Matok Hill Nature Tourism Attraction In Belimbing Subdistrict, Melawi Regency, West Kalimantan Province

Lilis Teodosi Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

The aim of this research is to know tourist purpose of visiting Matok Hill nature tourism attraction; tourist satisfaction level; tourist satisfaction difference level based on gender, age, and job status; and development strategy for Matok Hill nature tourism attraction. Population in this research is tourist who have visited or are visiting Matok Hill nature tourism attraction. The number of the sample is 100 respondents. The technique for sampling is Convenience Sampling. Data analysis technique used are Cochran Q Test, Consumer Satisfaction Index (CSI), Independent Samples T Test, One – Way ANOVA, and Cartesius Diagram. The result of this research showed that the purpose of tourist to visit Matok Hill nature tourism attraction is having vacation or recreation and nature adventure; tourist satisfaction level is unsatisfied; there is no differences of unsatisfaction level based on gender and there is the differences of unsatisfaction level based on age and job status; and development strategy for Matok Hill nature tourism attraction are prioritizing the development of supporting facilities and maintaining the performance of landscape sector.

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi alamnya yang

sungguh luar biasa. Selain kaya akan tambang mineral, Indonesia juga

kaya akan asset pariwisata daerah. Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khasnya masing – masing baik

budayanya, adat istiadatnya, bahasa daerahnya, dan ragam kulinernya.

Keanekaragaman ekosistem berupa pemandangan alam, jenis flora, dan

jenis fauna yang ada di daerah Indonesia juga menawarkan keunikan

tersendiri yang eksotis. Hal ini jelas menggambarkan bahwa daerah –

daerah di Indonesia berpotensi untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata

baik domestik maupun mancanegara.

Memasuki abad ke-21, pariwisata dunia mengalami

perkembangan yang pesat. Salah satu faktor yang melatarbelakangi hal

tersebut adalah tingginya mobilitas manusia yang didukung oleh teknologi

dan informasi yang modern. Manusia dengan mudah melakukan

perjalanan dari satu daerah ke daerah yang lain. Hal itu akan membuka

banyak peluang bagi pemenuhan kebutuhan dan perolehan manfaat dari

aktivitas pariwisata. Banyak investor menanamkan modalnya di sektor

(18)

lainnya. Hal ini berdampak pada permberdayaan dan peningkatan

kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan pekerjaan di sektor

pariwisata tersebut. Selain itu, sektor pariwisata juga mendatangkan devisa

bagi negara dan pendapatan bagi daerah yang menjadi tujuan wisata

tersebut. Oleh karena itu sektor pariwisata menjadi sangat potensial untuk

dikembangkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Salah satu kebijakan pemerintah pusat yang dapat mendorong

pengembangan sektor pariwisata adalah otonomi daerah. Melalui otonomi

daerah, pemerintah daerah berwenang dan berkewajiban untuk mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan perundang – undangan. Otonomi daerah diarahkan

untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui

peningkatan daya saing, pelayanan, dan pemberdayaan masyarakat dengan

memperhatikan prinsip demokrasi, keadilan, keistimewaan, dan

kekhususan daerah. Otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten

atau kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang seluasnya,

nyata, dan bertanggungjawab kepada pemerintah daerah secara

proposional. Pelimpahan tanggung jawab akan diikuti oleh pengaturan

pembagian, pemanfaatan sumber daya yang berkeadilan, serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah. Untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah, maka pemerintah

daerah diberi hak dan wewenang untuk menggali sumber – sumber

(19)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah bersumber dari sektor retribusi

yang dapat digali melalui pengembangan potensi pariwisata. Sektor

pariwisata berpotensi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Kabupaten Melawi mempunyai daya tarik wisata alam yang

potensial untuk dikembangkan oleh pemerintah daerah khususnya Dinas

Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata yaitu Bukit Matok di

Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi. Luas kawasan Bukit Matok

adalah ± 500 Ha (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2008:II-8). Bukit

Matok memiliki ketinggian 690 meter dan berbentuk seperti paruh/pelatuk

(Dinas Perhubungan dan Pariwisata, 2008:30). Dari puncak bukit akan

terlihat celah berdinding batu yang sangat tinggi. Dengan kontur yang

tidak terlalu rendah dan tidak terlalu curam serta telah dibangun jalan

melingkari Bukit Matok maka sangat cocok untuk olahraga cycling,

camping ground, trekking, hiking, dan outbond (Dinas Perhubungan dan Pariwisata, 2008:30). Bukit Matok banyak ditumbuhi jenis tanaman

macaranga (tumbuhan perdu merambat) dan sangat baik untuk

pengembangan agro wisata yang didukung oleh keadaan alam yang masih

asli dengan kekayaan berbagai jenis flora dan fauna yang khas (Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata, 2008:II-8). Letaknya juga strategis karena

berada di sekitar jalan lintas provinsi menuju Kota Nanga Pinoh sebagai

Ibu Kota Kabupaten Melawi baik dari arah Kota Pontianak maupun dari

(20)

antara Bukit Matok dan Kota Nanga Pinoh adalah ± 16 km. (Dinas

Perhubungan dan Pariwisata, 2008:30).

Sangat disayangkan pemerintah daerah khususnya Dinas Pemuda

Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Melawi kurang menggali

dan mengembangkan daya tarik wisata alam Bukit Matok. Hal ini terlihat

dari tidak terawatnya daya tarik wisata tersebut misalnya banyak coretan

dan sampah di gua dan bukit batu. Fasilitas penunjang daya tarik wisata

seperti gazebo untuk pengunjung, toilet/kamar mandi umum, tempat sampah, dll serta fasilitas penunjang aktivitas di daya tarik wisata seperti

taman bermain anak dan keluarga, trekking (jalur lintas alam), dll juga tidak memadai bahkan tidak tersedia di daya tarik wisata alam Bukit

Matok.

Hingga saat ini, tidak ada potensi pariwisata yang dikelola dan

dikembangkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Melawi khususnya

Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata. Hal ini berdampak

pada tidak adanya sumbangan dari sektor pariwisata terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD) Kabupaten Melawi. Berdasarkan Laporan Realisasi

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Melawi Tahun Anggaran 2009 – 2011

yang dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset

Daerah Kabupaten Melawi Kabid Penagihan, Perimbangan, dan

Penerimaan Lain – lain, sumbangan pendapatan dari retribusi daerah yang

berasal dari retribusi jasa usaha yaitu retribusi tempat rekreasi dan

(21)

Melihat fenomena tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

pengembangan potensi pariwisata sebagai dasar untuk meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Melawi. Atas dasar inilah,

penulis mengangkat judul “STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MELAWI”. Studi Kasus pada Daya Tarik Wisata Alam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi,

Provinsi Kalimantan Barat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Apa tujuan wisatawan berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit

Matok ?

2. Seberapa tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung ke daya tarik

wisata alam Bukit Matok ?

3. Apakah ada perbedaan kepuasan antara wisatawan yang berkunjung ke

daya tarik wisata alam Bukit Matok berdasarkan jenis kelamin, usia,

dan status pekerjaan ?

4. Apa strategi pengembangan yang sesuai untuk mengembangkan daya

(22)

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan dengan

menemukan apa yang menjadi tujuan wisatawan berkunjung ke daya tarik

wisata alam Bukit Matok, mengukur tingkat kepuasaan wisatawan yang

berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok, mengukur perbedaan

kepuasan wisatawan berdasarkan jenis kelamin, usia, status pekerjaan,

serta menentukan strategi pengembangan untuk mengembangkan daya

tarik wisata alam Bukit Matok. Dalam penelitian ini, penulis membatasi

pada wisatawan domestik yang pernah dan sedang berkunjung ke daya

tarik wisata alam Bukit Matok. Berdasarkan hasil observasi tentang

karakteristik daya tarik wisata dan usia wisatawan yang pernah dan sedang

berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok maka penulis

membatasi pada wisatawan yang relatif berusia muda (12 – 19 tahun, 20 –

34 tahun, 35 – 49 tahun).

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui tujuan wisatawan berkunjung ke daya tarik wisata alam

Bukit Matok.

2. Mengukur tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung ke daya tarik

(23)

3. Mengukur perbedaan kepuasan antara wisatawan yang datang

berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok berdasarkan jenis

kelamin, usia, dan status pekerjaan.

4. Menentukan strategi pengembangan yang sesuai untuk

mengembangkan daya tarik wisata alam Bukit Matok.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. BagiPemerintah Daerah Kabupaten Melawi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi pemerintah daerah khususnya Dinas Pemuda Olahraga

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Melawi untuk menentukan

strategi pengembangan daya tarik wisata alam Bukit Matok yang sesuai

sebagai upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Melawi. Hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk

mengetahui zona – zona yang potensial untuk dikembangkan di area

wisata tersebut dan sebagai pedoman untuk menyusun perencanaan dan

pengelolaan pariwisata. Model penelitian ini juga bermanfaat bagi

pemerintah daerah khususnya Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Melawi sebagai metode acuan untuk

mengembangkan wisata potensial lainnya.

(24)

2. Bagi Swasta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada investor mengenai peluang bisnis yang menguntungkan. Selain

itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk menyusun paket wisata yang menarik.

3. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

informasi untuk penelitian di masa yang akan datang. Selain itu, hasil

penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan

khususnya mengenai pengembangan potensi pariwisata.

4. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk

menerapkan teori yang diterima secara akademis terhadap

implementasinya di lapangan dan penulis memperoleh pengalaman

serta wawasan yang sangat berharga dari proses penelitian ini.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,

(25)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan tentang teori – teori yang

mendukung penelitian, penelitian terdahulu, kerangka

konseptual penelitian, dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang jenis penelitian, waktu,

dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, variabel

penelitian, dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM DAYA TARIK WISATA ALAM

BUKIT MATOK

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum

subjek penelitian.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan/didekripsikan mengenai

temuan yang diperoleh dan analisisnya baik secara

kuantitatif maupun kualitatif serta memuat hasi uji statistik.

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan hasil

penelitian, saran yang mengacu pada kesimpulan, dan

(26)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Marihot P. Siahaan (2005:14-15), Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut

berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang –

undangan, meliputi :

a. Pajak daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi

atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,

yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang – undangan

yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan

pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

b. Retribusi daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberi ijin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan

(27)

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan, terdiri atas :

1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD.

2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

pemerintah/BUMN.

3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta

atau kelompok usaha masyarakat.

d. Pendapatan asli daerah lain – lain yang sah

Dana perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber

dari APBD yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi

Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

2. Retribusi Daerah

Menurut Marihot P. Siahaan (2005:6), retribusi daerah adalah

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin

tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah

untuk kepentingan orang atau badan. Penarikan sumber daya ekonomi

melalui retribusi daerah dilakukan dengan peraturan daerah dan

keputusan kepala daerah sehingga dapat ditetapkan sebagai salah satu

sumber penerimaan daerah.

Salah satu upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) yang bersumber dari retribusi daerah adalah dengan

(28)

pariwisata merupakan salah satu sumber pemasukan retribusi daerah

yang berasal dari retribusi jasa usaha yaitu retribusi tempat rekreasi dan

olahraga. Oleh karena itu pengembangan sektor pariwisata sangat

penting untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3. Hubungan Pariwisata dengan Perekonomian Dearah

Pariwisata mempunyai keterkaitan dengan perekonomian

daerah. Pariwisata sebagai suatu industri jasa mempunyai banyak

keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya baik industri maupun

pertanian. Apabila ada seseorang yang melakukan perjalanan wisata ke

suatu tujuan maka akan memberikan tiga tingkat pengaruh terhadap

perekonomian yaitu pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan

pengaruh dorongan (http://bappeda.kuningankab.go.id).

Pengaruh langsung yang dimaksud adalah kedatangan

wisatawan di suatu tujuan wisata yang kemudian menyebabkan adanya

pengeluaran dari wisatawan tersebut yang berhubungan dengan

kegiatan belanja yang dilakukan oleh wisatawan seperti transportasi,

akomodasi, atau kebutuhan belanja wisatawan yang lainnya

(http://bappeda.kuningankab.go.id). Pengaruh tidak langsung yaitu hasil

yang didapat dari belanja wisatawan tersebut kemudian dibelanjakan

kembali oleh perusahaan wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan

yang dalam hal ini menjadi pendapatan bagi daerah tersebut

(http://bappeda.kuningankab.go.id). Pengaruh dorongan merupakan

(29)

belanja wisatawan dibelanjakan kembali oleh perusahaan tersebut

melalui perusahaan lain yang dalam hal ini dapat dikatakan sebagai

perusahaan pemasok kemudian oleh perusahaan pemasok tersebut

dibelanjakan kembali ke perusahaan yang lain dan begitu seterusnya

bergulir ke perusahaan – perusahaan yang lain

(http://bappeda.kuningankab.go.id).

Melalui proses perguliran ini, maka akan timbul laba bagi

perusahaan, gaji bagi tenaga ahli, upah bagi buruh, biaya sewa, dan

bunga bagi para pemilik modal sebagai balas jasa terhadap penggunaan

dari faktor – faktor produksi tersebut dalam melayani kegiatan

pariwisata secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dan

pengembangan pariwisata memberikan pengaruh yang besar bagi

perekonomian daerah baik terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

maupun terhadap lapangan pekerjaan.

4. Pengertian Pariwisata

Beberapa ahli memberikan definisi tentang pariwisata. A.J.

Burkart dan S. Medik (dalam Gamal Suwantoro, 2004:3), menyebutkan

pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka

waktu pendek ke tujuan – tujuan di luar tempat dimana mereka

biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan – kegiatan mereka selama

tinggal di tempat – tempat tujuan itu. Menurut James Spillane

(1994:21), pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat

(30)

sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian, dan kebahagiaan

dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.

Definisi pariwisata menurut Tourism Society (dalam Victor T.C. Middleton, 1990:p11), tourism is deemend to include any activity concerned with the temporary short – term movement of people to destination outside the places where the normally live and work, and their activities during the stay at these destinations.

Dari pengertian – pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan

– hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan

manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal

menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan – pekerjaan yang

menghasilkan upah.

5. Komponen Pariwisata

Analisis sistem pariwisata tidak terlepas dari segmen pasar

pariwisata karena segmen pasar pariwisata merupakan spesifikasi

bentuk dari pariwisata yang dapat berfungsi sebagai bentuk khusus

pariwisata. Hal ini terkait dengan output akhir yang diharapkan oleh wisatawan yaitu kepuasan akan objek wisata yang dihasilkan. Untuk

mewujudkan sistem pariwisata yang diinginkan, maka diperlukan

(31)

a. Wisatawan

Wisatawan merupakan komponen lingkungan yang memberikan

input sebagai kebutuhan yang oleh wisatawan dikonsumsi untuk memperoleh kepuasan. Wisatawan merupakan sistem yang sangat

penting dalam suatu proses perencanaan pariwisata karena pada

dasarnya wisatawan merupakan konsumen dari pariwisata yang

dibentuk untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

b. Atraksi dan kegiatan – kegiatan wisata

Atraksi adalah daya tarik suatu daerah tujuan wisata baik daya tarik

berupa alam maupun masyarakat dan budayanya. Kegiatan –

kegiatan wisata berupa semua hal yang berhubungan dengan

lingkungan alami, kebudayaan, keunikan suatu daerah, dan kegiatan

– kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan

kepariwisataan yang menarik wisatawan untuk mengunjungi suatu

objek wisata.

c. Akomodasi

Akomodasi yang dimaksud adalah berbagai macam hotel dan

berbagai jenis fasilitas lainnya yang berhubungan dengan pelayanan

untuk wisatawan yang berniat untuk bermalam selama perjalanan

wisata yang mereka lakukan.

d. Fasilitas dan pelayanan wisata

Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas

(32)

tersebut termasuk tour and travel operation. Fasilitas lain, misalnya restoran dan berbagai jenis tempat makan, toko – toko untuk menjual

hasil kerajinan, cinderamata, toko – toko khusus, toko kelontong,

bank, tempat penukaran uang dan fasilitas pelayanan keuangan

lainnya, kantor informasi wisata, pelayanan pribadi seperti salon

kecantikan, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas keamanan umum

seperti kantor polisi dan pemadam kebakaran, serta fasilitas

perjalanan untuk masuk dan keluar suatu kawasan atau wilayah

tertentu seperti kantor imigrasi dan bea cukai.

e. Fasilitas dan pelayanan transportasi

Fasilitas dan pelayanan transportasi yang dimaksud adalah akses dari

dan menuju kawasan wisata, transportasi internal yang

menghubungkan atraksi utama kawasan wisata dan kawasan

pembangunan, termasuk semua jenis fasilitas dan pelayanan yang

berhubungan dengan transportasi darat, air, dan udara.

f. Infrastruktur lain

Infrastruktur lain yang dimaksud adalah penyediaan air bersih,

listrik, drainase, saluran air kotor, dan telekomunikasi.

g. Elemen kelembagaan

Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang diperlukan

untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termasuk

perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan serta pelatihan,

(33)

organisasi wisata sektor umum dan swasta, peraturan dan

perundangan yang berhubungan dengan wisata, menentukan

kebijakan penanaman modal bagi sektor publik dan swasta,

mengendalikan program ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya.

6. Jenis Tujuan Pariwisata

Menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani (dalam

A. H. Karyono, 2008:5), jenis tujuan pariwisata dikategorikan sebagai

berikut :

a. Wisata agro

Wisata agro dikatakan sebagai ragam pariwisata baru yang dikaitkan

dengan kegiatan industri pertanian misalnya wisata tani dimana

wisatawan turut aktif dalam kegiatan pertanian tersebut.

b. Wisata belanja

Wisata belanja dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan

atau bagian dari jenis pariwisata yang lain.

c. Wisata budaya

Wisata budaya berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi

tradisi atau ada peristiwa budaya yang digelar pada saat – saat

tertentu. Tidak jarang wisatawan mempelajari budaya setempat dan

mengunjungi situs bersejarah.

d. Wisata iklim

Bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar – benar

(34)

beriklim tropis, kunjungan ke suatu tempat berkaitan dengan maksud

mencari perubahan iklim setempat.

e. Wisata karya

Wisata karya yaitu jenis pariwisata yang wisatawannya berkunjung

dengan maksud dinas atau tugas – tugas tertentu misalnya

peninjauan, inspeksi daerah, dan sigi lapangan. Maksud kedatangan

wisatawan untuk melaksakan tugas jabatan/profesinya namun dalam

waktu senggang atau sengaja diacarakan, wisatawan tersebut

melakukan rekreasi atau kunjungan wisata kebeberapa objek wisata.

f. Wisata kesehatan

Wisata kesehatan berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu

penyakit. Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaan

penyembuhan.

g. Wisata konvensi/seminar

Wisata konvensi/seminar sengaja dilakukan dengan memilih salah

satu daerah tujuan wisata sebagai tempat penyelenggaraan

konvensi/seminar dan dikaitkan dengan upaya pengembangan daerah

tujuan wisata yang bersangkutan. Penentuan lokasi tempat

penyelenggaraan suatu konvensi/seminar baik nasional maupun

internasional sering dikaitkan dengan kebijakan pemerintah

(35)

h. Wisata niaga

Wisata niaga berkaitan dengan kepentingan perniagaan (usaha

perdagangan). Wisatawan datang ke tempat tersebut karena ada

urusan perniagaan misalnya mata niaga atau tempat perundingan

niaga ada di daerah tersebut. Para pengusaha/niagawan datang

dengan maksud utama melakukan kegiatan perniagaan namun pada

waktu luang umunya berwisata. Telah menjadi kebiasaan bahwa

berwisata digunakan sebagai media berniaga untuk mengadakan

pertemuan, perundingan, dan transaksi niaga.

i. Wisata olahraga

Wisata olahraga yakni mengunjungi peristiwa penting di dunia

olahraga misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan

Olahraga Nasional, dan Olimpiade. Para wisatawan adalah

olahragawan, penonton, dan semua yang terlibat dalam peristiwa

olahraga tersebut.

j. Wisata pelancong/pesiar/pelesir/rekreasi

Wisata pelancong/pesiar/pelesir/rekreasi dilakukan untuk berlibur,

mencari suasana baru, memuaskan rasa “ingin tahu”, melihat sesuatu

yang baru, menikmati keindahan alam, dan melepaskan ketegangan.

Maksudnya adalah memulihkan kesegaran dan kebugaran jasmani

dan rohani setelah berwisata. Biasanya mencari atau mengunjungi

tempat yang beriklim berbeda dengan iklim tempat tinggalnya atau

(36)

Ragam wisata pelancong/pesiar/rekreasi kurang lebih sama dengan

wisata santai yakni bepergian mengunjungi suatu tempat untuk

memuaskan hasrat „ingin tahu‟ baik objek itu berupa keindahan

alam, peninggalan bersejarah, atau budaya masyarakat.

k. Wisata petualangan

Wisata petualangan dilakukan lebih kearah olahraga yang sifatnya

menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Wisata

petualangan biasanya dilakukan di alam terbuka dengan berbagai

atraksi yang menantang dan kadang – kadang mengandung resiko.

Contoh wisata petualangan adalah terbang layang, arung jeram,

panjat tebing, terjun gantung, menyelam, dan susur gua untuk

menikmati pemandangan stalagtit dan stalagmite. l. Wisata ziarah

Wisata ziarah berkaitan dengan agama atau budaya misalnya

mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu,

mengunjungi tempat yang dianggap keramat, ziarah ke makam tokoh

– tokoh masyarakat, atau pahlawan bangsa.

m.Darmawisata

Perjalanan beramai – ramai untuk bersenang – senang atau berkaitan

dengan pelaksanaan darmawisata di luar ruangan, ekskursi, atau

melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di luar waktu kerja

(37)

n. Widiawisata (Pendidikan)

Perjalanan ke luar daerah dalam rangka kunjungan studi, dilakukan

untuk mempelajari seni budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti

cagar alam atau budaya, serta untuk kepentingan menuntut ilmu

selama waktu tertentu misalnya tugas belajar.

7. Industri Pariwisata

Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam – macam

perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang – barang dan

jasa – jasa yang dibutuhkan wistawan khususnya dan traveler pada umumnya selama dalam perjalanan (Oka A. Yoeti, 1983:141). Produk

wisata sebenarnya bukanlah merupakan suatu produk yang nyata.

Produk wisata merupakan rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai

segi – segi yang bersifat ekonomis tetapi segi – segi yang bersifat

sosial, psikologis, dan alamiah. Jasa – jasa yang diusahakan oleh

berbagai perusahaan itu terkait menjadi suatu produk wisata.

Sebagai industri, rangkaian perusahaan yang menjadi unsur

industri wisata adalah travel agent atau tour operator, perusahaan pengangkutan, akomodasi perhotelan, bar dan restoran, travel agent

atau tour operator lokal, souvenir shop atau handicraft, dan perusahaan yang berkaitan dengan aktivitas wisatawan (Oka A. Yoeti, 1983:147).

Rangkaian jasa – jasa ini merupakan produk wisata karena merupakan

(38)

tetap dengan harga tertentu yang telah termasuk pula biaya – biaya

untuk pengangkutan, penginapan, darmawisata, dan hal – hal lainnya

yang telah tercantum dalam acara itu. Unsur – unsur kebudayaan yang

paling banyak disajikan kepada para wisatawan adalah bidang kesenian,

misalnya arsitektur dan hiasan rumah, seni tari, dan seni suara atau seni

merangkai bunga. Sifat khusus dari industri pariwisata adalah sebagai

berikut (Oka A. Yoeti, 1983:156) :

a. Produk wisata mempunyai ciri tidak dapat dipindahkan. Orang tidak

bisa membawa produk wisata pada langganannya tetapi langganan

itu sendiri harus mengunjungi, mengalami, dan datang untuk

menikmati produk wisata itu.

b. Dalam pariwisata, proses produksi dan konsumsi terjadi pada saat

yang sama. Tanpa adanya langganan yang sedang mempergunakan

jasa – jasa itu maka tidak akan terjadi proses produksi.

c. Sebagai suatu jasa, maka pariwisata memiliki berbagai ragam

bentuk. Oleh karena itu dalam bidang pariwisata tidak ada standar

ukuran yang objektif sebagaimana produk lain yang nyata.

d. Langanan tidak dapat mencicipi produk itu sebelumnya bahkan tidak

dapat mengetahui dan menguji produk itu sebelumnya. Langganan

hanya dapat melihat brosur dan gambar.

e. Dilihat dari segi usaha, produk wisata merupakan usaha yang

mengandung resiko besar. Industri wisata memerlukan penanaman

(39)

perubahan siatuasi ekonomi, politik, dan sosial masyarakat.

Perubahan – perubahan tersebut dapat menggoyahkan sendi – sendi

penanaman modal usaha kepariwisataan karena bisa mengakibatkan

kemunduran usaha karena sifat produk wisata relatif lambat untuk

menyesuaikan keadaan pasar.

8. Kajian Manajemen Pariwisata

Beberapa ahli memberikan definisi tentang pariwisata. A.J.

Burkart dan S. Medik (dalam Gamal Suwantoro, 2004:3), menyebutkan

pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka

waktu pendek ke tujuan – tujuan di luar tempat dimana mereka

biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan – kegiatan mereka selama

tinggal di tempat – tempat tujuan itu. Menurut James Spillane

(1987:21), pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat

lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,

sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian, dan kebahagiaan

dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.

Definisi pariwisata menurut Tourism Society (dalam Victor T.C. Middleton, 1990:p11), tourism is deemend to include any activity concerned with the temporary short – term movement of people to destination outside the places where the normally live and work, and their activities during the stay at these destinations.

Dari pengertian – pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan

(40)

– hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan

manusia di luar tempat tinggalnya dengan maksud bukan untuk tinggal

menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan – pekerjaan yang

menghasilkan upah.

Beberapa ahli memberikan pengertian tentang manajemen.

Menurut James A.F. Stoner dan D.R. Gilbert Jr. (dalam Dian

Wijayanto, 2012:1), manajemen adalah proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha – usaha

para anggota organisasi dan penggunaan sumber – sumber daya

organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan. Menurut John D. Millett (dalam H. B. Siswanto, 2005:1),

management is the process of directing and facilitating the work of people organized in formal groups to achieve a desired goal.

Dari definisi pariwisata dan manajemen tersebut, dapat

disimpulkan bahwa manajemen pariwisata adalah suatu tindakan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah

ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya

lainnya dalam bidang pariwisata.

Untuk menghubungkan konsep manajemen dan pariwisata

(41)

a. Aspek penawaran pariwisata

Menurut Medik (dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com), ada 4 aspek

yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata adalah sebagai

berikut :

1) Attraction (daya tarik), dimana daerah tujuan wisata dalam menarik wisatawan hendaknya memiliki daya tarik baik daya

tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya.

2) Accessible (bisa dicapai), hal ini dimaksudkan agar wisata domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam

pencapaian tujuan ke tempat wisata.

3) Amenities (fasilitas), syarat yang ketiga ini memang menjadi salah satu syarat Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana wisatawan

dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di daerah tersebut.

4) Ancillary (adanya lembaga pariwisata), wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari Daerah Tujuan Wisata (DTW)

apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan

(protection of tourism) dan terlindungi baik melaporkan maupun mengajukan suatu kritik dan saran mengenai keberadaan mereka

selaku pengunjung.

b. Aspek permintaan pariwisata

Menurut Medik (dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com), ada 3

pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan

(42)

1) Pendekatan ekonomi, menafsirkan permintaan pariwisata

menggunakan pendekatan elastisitas permintaan/pendapatan

dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan

tingkat harap atau permintaan daengan variabel lainnya.

2) Pendekatan geografi, menafsirkan permintaan harus berpikir lebih

luas dari sekedar penentuan harga tetapi sebagai penentu

permintaan baik bagi pihak yang telah melakukan wisata maupun

yang belum mampu melakukan wisata karena suatu alasan

tertentu.

3) Pendekatan psikologi, menafsirkan permintaan pariwisata

termasuk interaksi antara kepribadian calon wisatawan,

lingkungan, dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan

kepariwisataan.

Menurut Medik (dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com), faktor –

faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata sebagai berikut :

1) Harga, memberikan imbas/timbal balik pada wisatawan yang

akan berwisata. Harga yang mahal berdampak pada permintaaan

wisatawan menjadi turun.

2) Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka

kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai

tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi mereka

membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata jika

(43)

3) Sosial budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan

berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka

peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi. Hal ini akan

membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan

sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.

4) Sosial politik, dampak sosial politik belum terlihat apabila

keadaan daerah tujuan wisata dalam situasi aman dan tenteram

tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka

sosial politik akan sangat terasa dampaknya dalam terjadinya

permintaan.

5) Intensitas keluarga, banyak/sedikitnya keluarga juga berperan

serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa

jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari

salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat

dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.

6) Harga barang substitusi, harga barang pengganti juga termasuk

dalam aspek permintaan, dimana barang – barang pengganti

misalnya sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang dijadikan

cadangan dalam berwisata.

7) Harga barang komplementer, merupakan sebuah barang yang

saling melengkapi, apabila dikaitkan dengan pariwisata barang

komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi

(44)

9. Sistem Informasi Manajemen Pariwisata

Sistem informasi manajemen pariwisata merupakan suatu

manajemen sistem informasi kepariwisataan yang berbasis pengolahan

data elektronik dimana keberadaan sistem informasi manajemen

pariwisata ini dapat pula dibuat suatu sistem yang mendukung

keputusan pariwisata (http://john-arqomsaifullah007.blogspot.com).

Sistem informasi manajemen pariwisata ditujukan untuk meningkatkan

pelayanan pada masyarakat dengan cara penyiapan, penyusunan, dan

penyimpanan data yang tepat sehingga bermanfaat bagi seluruh

masyarakat (http://john-arqomsaifullah007.blogspot.com).

Penggunaan sistem informasi manajemen pariwisata akan

sangat membantu penyediaan data untuk kepentingan pengambilan

keputusan bagi pemerintah dan industri pariwisata serta bagi wisatawan

untuk memudahkan dalam menentukan rencana perjalanan wisata

karena dapat diakses dengan cepat ketika dibutuhkan, dapat diperbarui

kapan saja, serta mempunyai kapasitas penyimpanan data yang besar

tanpa harus membutuhkan tempat atau ruang

(http://john-arqomsaifullah007.blogspot.com).

10. Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu

individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas

(45)

(Philip Kotler, 2005:10). Menurut American Marketing Association

(dalam Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, 2009:5), pemasaran

adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk

menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada

pelanggan dan untuk mengelola hubungan dengan cara yang

menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya. Jadi dapat

disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses mengindentifikasi dan

memenuhi kebutuhan manusia dan sosial.

11. Pemasaran Pariwisata

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50

Tahun 2011 (dalam http://www.budpar.go.id), pemasaran pariwisata

adalah serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan,

menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan

untuk mengembangkan kepariwisataan dan seluruh pemangku

kepentingannya. Kegiatan pemasaran mencakup upaya melakukan

identifikasi keinginan/kebutuhan konsumen jasa pariwisata, penentuan

harga, promosi, dan penelitian pasar

(http://noviantoblogs.blogspot.com).

a. Analisis pasar wisata

Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial

di mana individual maupun kelompok mendapatkan apa yang

mereka inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan

(46)

termasuk pemasaran pariwisata pada awalnya dimulai dengan

membuat analisis pasar wisata. Analisis pasar wisata meliputi

analisis persepsi dan preferensi wisatawan

(http://noviantoblogs.blogspot.com). Oleh karena itu konsep

pemasaran pariwisata mengandung beberapa pengertian yaitu

pemasaran sebagai suatu proses sosial harus dapat dilaksanakan

oleh seluruh lapisan masyarakat, pemasaran sebagai suatu proses

manajerial dimana pemasaran harus direncanakan, dilaksanakan,

dipantau, dan dievaluasi, serta pemasaran sebagai proses

pertukaran produk dan nilai (http://noviantoblogs.blogspot.com).

b. Pendekatan pemasaran pariwisata

Konsep pemasaran produk pariwisata adalah sebagai berikut

(http://noviantoblogs.blogspot.com) :

1) Konsep produksi, menempatkan pertimbangan bahwa konsumen

hanya mau membeli barang yang bisa dibeli dengan harga

murah dan mudah didapat. Pariwisata yang memenuhi dua

kriteria ini adalah produk pariwisata buatan atau kemasan baru

dan untuk mass production.

2) Konsep produk, menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya

akan membeli barang yang memiliki keunikan, inovatif, dan

(47)

3) Konsep penjualan, merupakan pemasaran yang bertujuan untuk

menjual produk supaya mendapatkan laba dari penjualan yang

banyak dengan promosi yang agresif.

4) Konsep pemasaran, konsep yang diterapkan dengan

mempertimbangkan bahwa keuntungan akan dicapai melalui

upaya memberikan kepuasan pada konsumen yang terlebih

dahulu melakukan pengidentifikasian kebutuhan dan keinginan

wisatawan.

5) Konsep pelanggan, konsep ini merupakan pengembangan dari

konsep pemasaran, dimana kepuasan konsumen harus

diusahakan tercapainya kepuasan setiap pelanggan secara

individual.

6) Konsep ekologikal dan humanistik, konsep yang

mempertimbangkan adanya profit dicapai melalui kepuasan konsumen dengan cara pengidentifikasian kebutuhan wisatawan

dengan pengintegrasian kegiatan pemasaran dengan

mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka

panjang.

c. Sistem informasi pemasaran

Di dalam pemasaran pariwisata peran dari sistem

informasi pariwisata (Marketing Information System (MIS) ini sangat penting sebab perilaku calon wisatawan sangat dinamis

(48)

(http://noviantoblogs.blogspot.com). Manajer pemasaran

melaksanakan analisis terhadap informasi yang didapat, kemudian

membuat perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, dan

melakukan kontrol terhadap pelaksanaan pemasaran

(http://noviantoblogs.blogspot.com). Kemudian membuat

keputusan dan mengkomunikasikan keseluruh bagian terkait

(http://noviantoblogs.blogspot.com). Selanjutnya, pengembangan

informasi juga dilakukan dengan pencatatan informasi, membuat

analisis informasi, menyusun suatu strategi, dan membuat

penelitian untuk pemasaran (http://noviantoblogs.blogspot.com).

d. Strategi pemasaran pariwisata

Strategi pemasaran pariwisata dilaksanakan dengan

strategi bauran pemasaran (marketing mix)

(http://noviantoblogs.blogspot.com). Alat – alat pariwisata yang

dapat digunakan dalam strategi bauran pemasaran (marketing mix) adalah product seperti souvenir, service, fasilitas utilitas, pengalaman, dan kreatifitas; price dimana tarif terjangkau dan tercatat, serta tidak selalu berubah – ubah; place seperti mengadakan pameran seni dan budaya; promotion melalui iklan, promosi penjualan, promosi personal, public relation, dan sponsor (http://noviantoblogs.blogspot.com).

Strategi pemasaran pariwisata juga dapat dilakukan

(49)

pasar yang sangat heterogen ke dalam pasar yang relatif homogen

sebab sektor pariwisata memiliki pasar yang sangat variatif dan

luas (http://noviantoblogs.blogspot.com). Selain itu peran

pemerintah, swasta dan dunia usaha, serta masyarakat sangat

dibutuhkan untuk mensukseskan pemasaran pariwisata.

12. Perilaku Konsumen

a. Pengertian perilaku konsumen

Menurut Schiffman dan Kanuk (dalam

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26292), perilaku

konsumen merupakan ilmu tentang bagaimana individu mengambil

suatu keputusan dalam menggunakan sumberdaya yang dimilikinya

yaitu waktu, tenaga, dan uang untuk mengkonsumsi sesuatu,

termasuk mempelajari apa, mengapa, kapan, dan dimana seseorang

membeli, serta seberapa sering seseorang membeli dan

menggunakan suatu produk dan jasa. Peter dan Olson (dalam

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22170),

menjelaskan bahwa perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis

antara pengaruh pikiran (kognisi), perilaku (behavior), dan kejadian sekitar di mana manusia melakukan aspek pertukaran

dalam hidup mereka.

Dari definisi – definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa

perilaku konsumen itu dinamis karena pikiran, perasaan, dan

(50)

akan selalu berubah. Selain itu perilaku konsumen juga dipengaruhi

oleh pikiran antar manusia, perasaan, tingkah laku beserta

lingkungannya, dan perubahan – perubahan diantara manusia

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22170).

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen

Berikut ini akan dijelaskan mengenai faktor – faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler (dalam

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26292).

1) Faktor budaya

Faktor budaya pengaruhnya sangat luas dan mendalam terhadap

perilaku konsumen. Faktor budaya terdiri dari beberapa unsur

sebagai berikut :

a) Kultur

Kultur atau budaya adalah determinan yang paling

fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang yang

terdiri dari serangkaian tata nilai, persepsi, preferensi, dan

perilaku melalui keluarganya.

b) Subkultur

Subkultur merupakan bagian kecil dari kultur yang

memberikan identifikasi dan sosialisasi anggotanya secara

lebih spesifik. Subkultur mencakup kebangsaan, agama,

kelompok ras, dan daerah geografisnya. Subkultur banyak

(51)

merancang produk dan program pemasaran yang khusus

dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

c) Kelas Sosial

Kelas sosial adalah bagian – bagian yang relatif homogen dan

tetap dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hirarkis

dan anggotanya memiliki tata nilai, minat, dan perilaku yang

mirip. Kelas sosial menunjukkan preferensi produk dan

merek dalam bidang tertentu seperti pakaian, perabot rumah

tangga, kegiatan pada waktu luang, dan kendaraan yang

digunakan.

2) Faktor sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial sebagai

berikut :

a) Kelompok acuan

Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang

mempunyai pengaruh langsung atau pengaruh tidak langsung

terhadap pendirian atau perilaku seseorang. Kelompok yang

dimaksud adalah kelompok dimana orang tersebut berada

atau berinteraksi. Sebagian besar dari kelompok tersebut

merupakan kelompok primer yang cenderung bersifat

informal seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja.

(52)

bersifat formal seperti kelompok keagamaan, profesi, dan

kelompok asosiasi perdagangan.

b) Keluarga

Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling

penting dalam masyarakat. Anggota keluarga merupakan

kelompok primer yang memiliki pengaruh paling besar.

Pengaruh yang dimaksud adalah pengaruh yang lebih

langsung terhadap perilaku pembelian sehari – hari,

contohnya pada keluarga prokreasi yang terdiri dari pasangan

dan anak – anak. Peran dan pengaruh mereka akan bervariasi

pada negara dan kelas sosial yang berbeda.

c) Peran dan status

Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang

hidupnya. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat

didefinisikan dalam istilah peran dan status. Orang – orang

akan cenderung memilih produk yang mengkomunikasikan

peran dan status mereka dalam masyarakat.

3) Faktor pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik

pribadi seperti usia pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan,

keadaan ekonomis, gaya hidup serta kepribadian dan konsep

(53)

a) Usia dan tahap siklus hidup

Orang – orang membeli barang dan jasa yang berbeda

sepanjang hidupnya. Konsumsi seseorang dipengaruhi oleh

tahap – tahap dalam siklus hidup keluarga seperti tahap

membujang, pasangan muda, dan keluarga dengan anaknya.

b) Pekerjaan

Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi pola konsumsinya.

Seorang pekerja akan membeli pakaian kerja dan sepatu kerja

sedangkan seorang presiden sebuah perusahaan akan

membeli pakaian mahal, perjalanan udara, dan kapal pesiar.

c) Keadaan ekonomi

Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi

seseorang. Keadaan ekonomi tersebut meliputi pendapatan

yang dibelanjakan, tabungan dan kekayaan, hutang, kekuatan

yang meminjam dan pendirian terhadap belanja dan

menabung.

d) Gaya hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang di dunia

yang diungkapkan dalam kegiatan minat dan pendapatan

seseorang. Gaya hidup melukiskan keseluruhan orang yang

berinteraksi dengan lingkungannya. Para pemasar akan

mencari hubungan antara produk mereka dan gaya hidup

(54)

e) Kepribadian dan konsep pribadi

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda

dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif

konsisten dan tetap terhadap lingkungannya. Kepribadian

biasanya dijelaskan dengan ciri – ciri bawaan seperti

kepercayaan diri, dominasi, otonomi, perbedaan kondisi

sosial, keadaan pembelaan diri, dan kemampuan beradaptasi.

Kepribadian dapat menjadi variabel yang berguna dalam

menganalisis perilaku konsumen apabila tipe – tipe

kepribadian dapat dikumpulkan dan terdapat korelasi yang

kuat antara tipe kepribadian tertentu dengan pilihan produk

atau merek.

4) Faktor psikologis

Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor

psikologis yaitu sebagai berikut :

a) Motivasi

Suatu kebutuhan menjadi suatu motivasi bila telah mencapai

tingkat intensitas yang cukup. Motivasi adalah suatu

kebutuhan yang cukup untuk mendorong seseorang

bertindak, memuaskan kebutuhan tersebut, dan mengurangi

(55)

b) Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses bagaimana seseorang

menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan –

masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang

berarti. Persepsi tidak hanya bergantung pada stimuli fisik

tetapi juga pada stimuli yang berhubungan dengan

lingkungan sekitar dan keadaan individu tersebut.

c) Pengetahuan

Pengetahuan menjelaskan perubahan dalam perilaku suatu

individu yang berasal dari pengalaman. Pengetahuan

seseorang dihasilkan melalui proses yang paling

mempengaruhi dari dorongan stimuli, petunjuk, tanggapan,

dan penguatan.

d) Kepercayaan dan sikap pendirian

Seseorang akan memperoleh kepercayaan dan pendirian

melalui bertindak dan belajar. Hal ini kemudian akan

mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Kepercayaan

adalah pikiran deskriptif yang dianut seseorang mengenai

suatu hal. Kepercayaan dapat menciptakan citra produk dan

orang bertindak atas citra itu. Pembeli akan menjelaskan

evaluasi kognitif yang menguntungkan atau tidak

menguntungkan, perasaan emosional, dan kecenderungan

(56)

Orang – orang cenderung memiliki pendirian terhadap

hampir semua hal. Pendirian menempatkan seseorang

kedalam suatu kerangka pemikiran tentang menyukai atau

tidak menyukai suatu objek yang bergerak menuju atau

menjauhinya.

13. Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen

a. Kualitas pelayanan

Menurut Christopher H. Lovelock dan Lauren K. Wright

(2007:96), kualitas jasa didasarkan pada evaluasi kognitif jangka

panjang pelanggan terhadap penyerahan jasa suatu perusahaan

yang terbentuk dari sejumlah pengalaman jasa yang berhasil atau

tidak berhasil. Sebelum pelanggan membeli suatu jasa, mereka

memiliki harapan tentang kualitas jasa yang didasarkan pada

kebutuhan – kebutuhan pribadi, pengalaman sebelumnya,

rekomendasi dari mulut ke mulut, dan iklan penyedia jasa. Setelah

membeli dan menggunakan jasa tersebut, pelanggan

membandingkan kualitas yang diharapkan dengan apa yang benar –

benar mereka terima.

Kinerja jasa mengejutkan dan menyenangkan pelanggan

jika berada di atas tingkat jasa yang mereka inginkan. Jika

penyerahan jasa berada di zona toleransi, pelanggan akan merasa

jasa ini memadai. Jika kualitas yang sebenarnya berada di bawah

(57)

maka muncul perbedaan atau kesenjangan kualitas antara kinerja

jasa dan harapan pelanggan. Kesenjangan tersebut dapat merusak

hubungan penyedia jasa dengan pelanggan. Oleh karena itu

dibutuhkan upaya meningkatkan kulitas jasa agar kesenjangan

dapat diperkecil.

Menurut Parasuraman, Zeithamal, dan Bery (dalam

http://www.sarjanaku.com), ada lima dimensi untuk mengukur

kualitas jasa yaitu tangibles (berwujud), reliability (keandalan),

responsiveness (ketanggapan), assurance (keyakinan atau jaminan), dan emphaty (empati). Tangibles (berwujud) yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan media

komunikasi. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.

Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dalam memberikan jasa dengan cepat dan tanggap.

Assurance (keyakinan atau jaminan) yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan

kepercayaan dan keyakinan. Emphaty (empati) yaitu merupakan syarat untuk peduli dan memberikan perhatian pribadi pada

pelanggan. Kelima dimensi ini digunakan untuk mengukur kualitas

Gambar

Tabel Judul                                                                                       Halaman
Gambar Judul                                                                                       Halaman
Gambar II.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel III.1 Indeks Kepuasan Konsumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN DAYA TARIK OBJEK WISATA DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN KAMPUNG LADANG KABUPATEN SUMEDANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

4.19 Tanggapan Responden Terhadap Jumlah Kunjungan Dalam Keputusan Berkunjung Wisatawan Pada Daya Tarik Wisata Puncak Darajat

Judul Kertas Karya : POTENSI KAWASAN AIR TERJUN SIHOBUK SEBAGAI DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH.. Nama : RYAN

Ditinjau dari hasil analisis terhadap setiap parameter yang digunakan, bahwa potensi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Kecamatan Waluran dipengaruhi oleh

Selain potensi alam yang dimiliki, potensi wisata buatan manusia yang berupa ide-ide kreatif dari masyarakat dan pihak pengelola juga sebagai daya tarik dari objek

Potensi edukasi adalah potensi yang terakhir yang terdapat dibukit payang kareannya selain memiliki fungsi sebagi daya tarik wisata bukit payang ini juga dapat

City branding dan daya tarik wisata dinilai mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap minat berkunjung wisatawan ke Pantai Camplong Kabupaten Sampang, oleh karena itu pengelola

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan wisata alam Gancik Selo Boyolali adalah faktor lingkungan dilihat dari pemandangan alam yang dapat memberikan daya tarik bagi wisatawan