STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
KABUPATEN MELAWI
Studi Kasus pada Daya Tarik Wisata Alam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing,
Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
Oleh :
Lilis Teodosi NIM : 092214045
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
KABUPATEN MELAWI
Studi Kasus pada Daya Tarik Wisata Alam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Manajemen
Oleh :
Lilis Teodosi
NIM : 092214045
PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Motto :
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu
(Mat 7:7)
Lakukan apa yang kamu bisa dengan apa yang kamu punya
dan kamu akan mendapat apa yang kamu butuhkan
untuk melakukan apa yang kamu inginkan
(Penulis)
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Yesus Kristus
Papa dan Mama Tercinta
Kakakku Yessy dan adikku Agnes
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN – PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul :
STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
KABUPATEN MELAWI
Studi Kasus pada Daya Tarik Wisata Alam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat
dan diajukan untuk diuji pada tanggal, 29 Juli 2013 adalah hasil karya saya.
Saya juga menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah – olah sebagai tulisan saya sendiri atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru, atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.
Bila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi, yaitu skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E) dibatalkan serta diproses sesuai dengan aturan perundang – undangan yang berlaku (UU No 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).
Yogyakarta, 31 Juli 2013 Yang membuat pernyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA TULIS UNTUK KEPENTINGAN KAMPUS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Lilis Teodosi
Nomor Mahasiswa : 092214045
Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Melawi. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 31 Juli 2013 Yang membuat pernyataan,
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Allah atas karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Melawi :Studi Kasus pada Daya Tarik WisataAlam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata DharmaYogyakarta.
Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yesus Kristus yang senantiasa melimpahkan cinta, kasih, dan berkat – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi ini.
2. Bapak Dr. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. Lukas Purwoto, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Drs. A. Triwanggono, M.S., selaku dosen pembimbing I yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan sabar selama penulisan skripsi ini.
5. Ibu Lucia Kurniawati S.Pd., M.S.M., selaku dosen pembimbing II yang telah mengarahkan dan membimbing penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.
6. Bapak Drs. H. Suseno Triyanto W, M.S., selaku anggota tim penguji yang telah memberikan masukan yang sangat berguna.
7. Bapak Drs. Bachtiar AR, M.Si., selaku Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata yang telah memberikan izin sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini.
8. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
9. Papadan Mamaku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, dan doa sehingga menjadikanku kuat dan tegar dalam menghadapi tantangan hidup.
10.Kakakku Yessy yang selalu membantu dan mendukungku dalam penyelesaian skripsi ini dan adikku Agnes yang selalu membuatku ceria disaat kejenuhan muncul.
viii
12.Teman – teman seperjuangan MPT (Ayu, Andro, Flo, Daniel, Erick, Ernia, Mba Paulina, dan Mba Grace) yang selalu memberikan masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
13.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu – persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan masukan bagi rekan – rekan dalam menyusun skripsi.
Yogyakarta, 31 Juli 2013 Penulis,
Lilis Teodosi
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii
HALAMAN DAFTAR ISI ... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
HALAMAN ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian... 6
E. Manfaat Penelitian... 7
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. LandasanTeori ... 10
B. PenelitianTerdahulu ... 52
x
D. Hipotesis ... 55
BAB III METODE PENELITIAN ... 57
A. Jenis Penelitian ... 57
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 57
C. WaktudanLokasiPenelitian... 58
D. VariabelPenelitian ... 58
E. DefinisiOperasional ... 60
F. PopulasidanSampel ... 60
G. TeknikPengambilanSampel ... 62
H. Sumber Data ... 62
I. TeknikPengumpulan Data ... 64
J. TeknikPengujianInstrumen ... 67
K. TeknikAnalisis Data ... 68
BAB IV GAMBARAN UMUMDAYA TARIK WISATA ALAM BUKIT MATOK ... 77
A. Gambaran Umum Kabupaten Melawi... 77
B. Gambaran Umum Destinasi Pariwisata di Kabupaten Melawi ... 79
C. Gambaran Umum Daya Tarik WisataAlam Bukit Matok ... 81
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 87
A. Deskripsi Data ... 87
B. Pengujian Instrumen ... 91
C. Analisis Data ... 94
D. Pembahasan ... 137
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 149
A. Kesimpulan ... 149
B. Saran ... 153
C. Keterbatasan Penelitian ... 156
DAFTAR PUSTAKA ... 157
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
III.1 Indeks Kepuasan Konsumen ... 71
V.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 87
V.2 Responden Berdasarkan Usia ... 88
V.3 Responden Berdasarkan Status Pekerjaan ... 89
V.4 Hasil Pengujian Validitas ... 92
V.5 Hasil Pengujian Realibilitas ... 93
V.6 Hasil Observasi ... 104
V.7 Rekapitulasi Data Tujuan Berkunjung Wisatawan ... 107
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
II.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 55
III.1 Diagram Kartesius ... 76
IV.1 Peta Administrasi Kabupaten Melawi ... 78
IV.2 Bukit Matok ... 82
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
Lampiran 1 Pedoman Wawancara ... 162
Lampiran 2 Pedoman Observasi ... 164
Lampiran 3 Dokumentasi Hasil Observasi ... 166
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian ... 168
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Expectation (Harapan) ... 175
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Perceived Performance (Kinerja) ... 192
Lampiran 7 Hasil Uji Cochran ... 209
Lampiran 8 Hasil Uji Beda Dua Mean Jenis Kelamin Wisatawan ... 211
Lampiran 9 Hasil Uji One – Way Anova Usia Wisatawan ... 212
Lampiran 10 Hasil Uji One – Way Anova Status Pekerjaan Wisatawan ... 214
xiv
ABSTRAK
STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
KABUPATEN MELAWI
Studi Kasus pada Daya Tarik WisataAlam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat
Lilis Teodosi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tujuan wisatawan berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok; tingkat kepuasan wisatawan; perbedaan tingkat kepuasan wisatawan berdasarkan jenis kelamin, usia, dan status pekerjaan; serta strategi pengembangan daya tarik wisata alam Bukit Matok. Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang pernah atau sedang berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok. Jumlah sampel adalah 100 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling. Analisis data menggunakan teknik analisis Cochran Q Test, Indeks Kepuasan Konsumen (IKP), Independent Samples T Test, One – Way Anova, dan Diagram Cartesius. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan wisatawan berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok adalah berlibur/berekreasi dan berpetualang di alam; tingkat kepuasan wisatawan adalah tidak puas; tidak ada perbedaan tingkat ketidakpuasan wisatawan berdasarkan jenis kelamin dan ada perbedaan tingkat ketidakpuasan berdasarkan usia dan status pekerjaan wisatawan; serta strategi pengembangan daya tarik wisata alam Bukit Matok adalah memprioritaskan pengembangan fasilitas penunjang daya tarik wisata alam Bukit Matok dan mempertahankan kinerja disektor bentang alam daya tarik wisata alam Bukit Matok.
xv
ABSTRACT
TOURISM POTENTIAL DEVELOPMENT STRATEGY FOR INCREASING REGIONAL INCOME
OF MELAWI REGENCY
A Case Study At Matok Hill Nature Tourism Attraction In Belimbing Subdistrict, Melawi Regency, West Kalimantan Province
Lilis Teodosi Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
The aim of this research is to know tourist purpose of visiting Matok Hill nature tourism attraction; tourist satisfaction level; tourist satisfaction difference level based on gender, age, and job status; and development strategy for Matok Hill nature tourism attraction. Population in this research is tourist who have visited or are visiting Matok Hill nature tourism attraction. The number of the sample is 100 respondents. The technique for sampling is Convenience Sampling. Data analysis technique used are Cochran Q Test, Consumer Satisfaction Index (CSI), Independent Samples T Test, One – Way ANOVA, and Cartesius Diagram. The result of this research showed that the purpose of tourist to visit Matok Hill nature tourism attraction is having vacation or recreation and nature adventure; tourist satisfaction level is unsatisfied; there is no differences of unsatisfaction level based on gender and there is the differences of unsatisfaction level based on age and job status; and development strategy for Matok Hill nature tourism attraction are prioritizing the development of supporting facilities and maintaining the performance of landscape sector.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi alamnya yang
sungguh luar biasa. Selain kaya akan tambang mineral, Indonesia juga
kaya akan asset pariwisata daerah. Dari Sabang sampai Merauke, setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khasnya masing – masing baik
budayanya, adat istiadatnya, bahasa daerahnya, dan ragam kulinernya.
Keanekaragaman ekosistem berupa pemandangan alam, jenis flora, dan
jenis fauna yang ada di daerah Indonesia juga menawarkan keunikan
tersendiri yang eksotis. Hal ini jelas menggambarkan bahwa daerah –
daerah di Indonesia berpotensi untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata
baik domestik maupun mancanegara.
Memasuki abad ke-21, pariwisata dunia mengalami
perkembangan yang pesat. Salah satu faktor yang melatarbelakangi hal
tersebut adalah tingginya mobilitas manusia yang didukung oleh teknologi
dan informasi yang modern. Manusia dengan mudah melakukan
perjalanan dari satu daerah ke daerah yang lain. Hal itu akan membuka
banyak peluang bagi pemenuhan kebutuhan dan perolehan manfaat dari
aktivitas pariwisata. Banyak investor menanamkan modalnya di sektor
lainnya. Hal ini berdampak pada permberdayaan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan pekerjaan di sektor
pariwisata tersebut. Selain itu, sektor pariwisata juga mendatangkan devisa
bagi negara dan pendapatan bagi daerah yang menjadi tujuan wisata
tersebut. Oleh karena itu sektor pariwisata menjadi sangat potensial untuk
dikembangkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Salah satu kebijakan pemerintah pusat yang dapat mendorong
pengembangan sektor pariwisata adalah otonomi daerah. Melalui otonomi
daerah, pemerintah daerah berwenang dan berkewajiban untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan perundang – undangan. Otonomi daerah diarahkan
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan daya saing, pelayanan, dan pemberdayaan masyarakat dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, keadilan, keistimewaan, dan
kekhususan daerah. Otonomi yang diberikan kepada daerah kabupaten
atau kota dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang seluasnya,
nyata, dan bertanggungjawab kepada pemerintah daerah secara
proposional. Pelimpahan tanggung jawab akan diikuti oleh pengaturan
pembagian, pemanfaatan sumber daya yang berkeadilan, serta
perimbangan keuangan pusat dan daerah. Untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah, maka pemerintah
daerah diberi hak dan wewenang untuk menggali sumber – sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah bersumber dari sektor retribusi
yang dapat digali melalui pengembangan potensi pariwisata. Sektor
pariwisata berpotensi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Kabupaten Melawi mempunyai daya tarik wisata alam yang
potensial untuk dikembangkan oleh pemerintah daerah khususnya Dinas
Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata yaitu Bukit Matok di
Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi. Luas kawasan Bukit Matok
adalah ± 500 Ha (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2008:II-8). Bukit
Matok memiliki ketinggian 690 meter dan berbentuk seperti paruh/pelatuk
(Dinas Perhubungan dan Pariwisata, 2008:30). Dari puncak bukit akan
terlihat celah berdinding batu yang sangat tinggi. Dengan kontur yang
tidak terlalu rendah dan tidak terlalu curam serta telah dibangun jalan
melingkari Bukit Matok maka sangat cocok untuk olahraga cycling,
camping ground, trekking, hiking, dan outbond (Dinas Perhubungan dan Pariwisata, 2008:30). Bukit Matok banyak ditumbuhi jenis tanaman
macaranga (tumbuhan perdu merambat) dan sangat baik untuk
pengembangan agro wisata yang didukung oleh keadaan alam yang masih
asli dengan kekayaan berbagai jenis flora dan fauna yang khas (Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata, 2008:II-8). Letaknya juga strategis karena
berada di sekitar jalan lintas provinsi menuju Kota Nanga Pinoh sebagai
Ibu Kota Kabupaten Melawi baik dari arah Kota Pontianak maupun dari
antara Bukit Matok dan Kota Nanga Pinoh adalah ± 16 km. (Dinas
Perhubungan dan Pariwisata, 2008:30).
Sangat disayangkan pemerintah daerah khususnya Dinas Pemuda
Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Melawi kurang menggali
dan mengembangkan daya tarik wisata alam Bukit Matok. Hal ini terlihat
dari tidak terawatnya daya tarik wisata tersebut misalnya banyak coretan
dan sampah di gua dan bukit batu. Fasilitas penunjang daya tarik wisata
seperti gazebo untuk pengunjung, toilet/kamar mandi umum, tempat sampah, dll serta fasilitas penunjang aktivitas di daya tarik wisata seperti
taman bermain anak dan keluarga, trekking (jalur lintas alam), dll juga tidak memadai bahkan tidak tersedia di daya tarik wisata alam Bukit
Matok.
Hingga saat ini, tidak ada potensi pariwisata yang dikelola dan
dikembangkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Melawi khususnya
Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata. Hal ini berdampak
pada tidak adanya sumbangan dari sektor pariwisata terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaten Melawi. Berdasarkan Laporan Realisasi
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Melawi Tahun Anggaran 2009 – 2011
yang dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan, dan Aset
Daerah Kabupaten Melawi Kabid Penagihan, Perimbangan, dan
Penerimaan Lain – lain, sumbangan pendapatan dari retribusi daerah yang
berasal dari retribusi jasa usaha yaitu retribusi tempat rekreasi dan
Melihat fenomena tersebut, penulis tertarik untuk meneliti
pengembangan potensi pariwisata sebagai dasar untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Melawi. Atas dasar inilah,
penulis mengangkat judul “STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MELAWI”. Studi Kasus pada Daya Tarik Wisata Alam Bukit Matok di Kecamatan Belimbing, Kabupaten Melawi,
Provinsi Kalimantan Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa tujuan wisatawan berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit
Matok ?
2. Seberapa tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung ke daya tarik
wisata alam Bukit Matok ?
3. Apakah ada perbedaan kepuasan antara wisatawan yang berkunjung ke
daya tarik wisata alam Bukit Matok berdasarkan jenis kelamin, usia,
dan status pekerjaan ?
4. Apa strategi pengembangan yang sesuai untuk mengembangkan daya
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan dengan
menemukan apa yang menjadi tujuan wisatawan berkunjung ke daya tarik
wisata alam Bukit Matok, mengukur tingkat kepuasaan wisatawan yang
berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok, mengukur perbedaan
kepuasan wisatawan berdasarkan jenis kelamin, usia, status pekerjaan,
serta menentukan strategi pengembangan untuk mengembangkan daya
tarik wisata alam Bukit Matok. Dalam penelitian ini, penulis membatasi
pada wisatawan domestik yang pernah dan sedang berkunjung ke daya
tarik wisata alam Bukit Matok. Berdasarkan hasil observasi tentang
karakteristik daya tarik wisata dan usia wisatawan yang pernah dan sedang
berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok maka penulis
membatasi pada wisatawan yang relatif berusia muda (12 – 19 tahun, 20 –
34 tahun, 35 – 49 tahun).
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tujuan wisatawan berkunjung ke daya tarik wisata alam
Bukit Matok.
2. Mengukur tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung ke daya tarik
3. Mengukur perbedaan kepuasan antara wisatawan yang datang
berkunjung ke daya tarik wisata alam Bukit Matok berdasarkan jenis
kelamin, usia, dan status pekerjaan.
4. Menentukan strategi pengembangan yang sesuai untuk
mengembangkan daya tarik wisata alam Bukit Matok.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. BagiPemerintah Daerah Kabupaten Melawi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi pemerintah daerah khususnya Dinas Pemuda Olahraga
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Melawi untuk menentukan
strategi pengembangan daya tarik wisata alam Bukit Matok yang sesuai
sebagai upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Melawi. Hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk
mengetahui zona – zona yang potensial untuk dikembangkan di area
wisata tersebut dan sebagai pedoman untuk menyusun perencanaan dan
pengelolaan pariwisata. Model penelitian ini juga bermanfaat bagi
pemerintah daerah khususnya Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Melawi sebagai metode acuan untuk
mengembangkan wisata potensial lainnya.
2. Bagi Swasta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada investor mengenai peluang bisnis yang menguntungkan. Selain
itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menyusun paket wisata yang menarik.
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi untuk penelitian di masa yang akan datang. Selain itu, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah kepustakaan
khususnya mengenai pengembangan potensi pariwisata.
4. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk
menerapkan teori yang diterima secara akademis terhadap
implementasinya di lapangan dan penulis memperoleh pengalaman
serta wawasan yang sangat berharga dari proses penelitian ini.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan tentang teori – teori yang
mendukung penelitian, penelitian terdahulu, kerangka
konseptual penelitian, dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang jenis penelitian, waktu,
dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian, variabel
penelitian, dan teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM DAYA TARIK WISATA ALAM
BUKIT MATOK
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum
subjek penelitian.
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan/didekripsikan mengenai
temuan yang diperoleh dan analisisnya baik secara
kuantitatif maupun kualitatif serta memuat hasi uji statistik.
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan hasil
penelitian, saran yang mengacu pada kesimpulan, dan
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Marihot P. Siahaan (2005:14-15), Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang –
undangan, meliputi :
a. Pajak daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi
atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang – undangan
yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
b. Retribusi daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberi ijin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, terdiri atas :
1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD.
2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah/BUMN.
3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta
atau kelompok usaha masyarakat.
d. Pendapatan asli daerah lain – lain yang sah
Dana perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber
dari APBD yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi
Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
2. Retribusi Daerah
Menurut Marihot P. Siahaan (2005:6), retribusi daerah adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daerah
untuk kepentingan orang atau badan. Penarikan sumber daya ekonomi
melalui retribusi daerah dilakukan dengan peraturan daerah dan
keputusan kepala daerah sehingga dapat ditetapkan sebagai salah satu
sumber penerimaan daerah.
Salah satu upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang bersumber dari retribusi daerah adalah dengan
pariwisata merupakan salah satu sumber pemasukan retribusi daerah
yang berasal dari retribusi jasa usaha yaitu retribusi tempat rekreasi dan
olahraga. Oleh karena itu pengembangan sektor pariwisata sangat
penting untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
3. Hubungan Pariwisata dengan Perekonomian Dearah
Pariwisata mempunyai keterkaitan dengan perekonomian
daerah. Pariwisata sebagai suatu industri jasa mempunyai banyak
keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya baik industri maupun
pertanian. Apabila ada seseorang yang melakukan perjalanan wisata ke
suatu tujuan maka akan memberikan tiga tingkat pengaruh terhadap
perekonomian yaitu pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan
pengaruh dorongan (http://bappeda.kuningankab.go.id).
Pengaruh langsung yang dimaksud adalah kedatangan
wisatawan di suatu tujuan wisata yang kemudian menyebabkan adanya
pengeluaran dari wisatawan tersebut yang berhubungan dengan
kegiatan belanja yang dilakukan oleh wisatawan seperti transportasi,
akomodasi, atau kebutuhan belanja wisatawan yang lainnya
(http://bappeda.kuningankab.go.id). Pengaruh tidak langsung yaitu hasil
yang didapat dari belanja wisatawan tersebut kemudian dibelanjakan
kembali oleh perusahaan wisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan
yang dalam hal ini menjadi pendapatan bagi daerah tersebut
(http://bappeda.kuningankab.go.id). Pengaruh dorongan merupakan
belanja wisatawan dibelanjakan kembali oleh perusahaan tersebut
melalui perusahaan lain yang dalam hal ini dapat dikatakan sebagai
perusahaan pemasok kemudian oleh perusahaan pemasok tersebut
dibelanjakan kembali ke perusahaan yang lain dan begitu seterusnya
bergulir ke perusahaan – perusahaan yang lain
(http://bappeda.kuningankab.go.id).
Melalui proses perguliran ini, maka akan timbul laba bagi
perusahaan, gaji bagi tenaga ahli, upah bagi buruh, biaya sewa, dan
bunga bagi para pemilik modal sebagai balas jasa terhadap penggunaan
dari faktor – faktor produksi tersebut dalam melayani kegiatan
pariwisata secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dan
pengembangan pariwisata memberikan pengaruh yang besar bagi
perekonomian daerah baik terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
maupun terhadap lapangan pekerjaan.
4. Pengertian Pariwisata
Beberapa ahli memberikan definisi tentang pariwisata. A.J.
Burkart dan S. Medik (dalam Gamal Suwantoro, 2004:3), menyebutkan
pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka
waktu pendek ke tujuan – tujuan di luar tempat dimana mereka
biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan – kegiatan mereka selama
tinggal di tempat – tempat tujuan itu. Menurut James Spillane
(1994:21), pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat
sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian, dan kebahagiaan
dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.
Definisi pariwisata menurut Tourism Society (dalam Victor T.C. Middleton, 1990:p11), tourism is deemend to include any activity concerned with the temporary short – term movement of people to destination outside the places where the normally live and work, and their activities during the stay at these destinations.
Dari pengertian – pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pariwisata adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan hubungan
– hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan
manusia di luar tempat tinggalnya. Dengan maksud bukan untuk tinggal
menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan – pekerjaan yang
menghasilkan upah.
5. Komponen Pariwisata
Analisis sistem pariwisata tidak terlepas dari segmen pasar
pariwisata karena segmen pasar pariwisata merupakan spesifikasi
bentuk dari pariwisata yang dapat berfungsi sebagai bentuk khusus
pariwisata. Hal ini terkait dengan output akhir yang diharapkan oleh wisatawan yaitu kepuasan akan objek wisata yang dihasilkan. Untuk
mewujudkan sistem pariwisata yang diinginkan, maka diperlukan
a. Wisatawan
Wisatawan merupakan komponen lingkungan yang memberikan
input sebagai kebutuhan yang oleh wisatawan dikonsumsi untuk memperoleh kepuasan. Wisatawan merupakan sistem yang sangat
penting dalam suatu proses perencanaan pariwisata karena pada
dasarnya wisatawan merupakan konsumen dari pariwisata yang
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
b. Atraksi dan kegiatan – kegiatan wisata
Atraksi adalah daya tarik suatu daerah tujuan wisata baik daya tarik
berupa alam maupun masyarakat dan budayanya. Kegiatan –
kegiatan wisata berupa semua hal yang berhubungan dengan
lingkungan alami, kebudayaan, keunikan suatu daerah, dan kegiatan
– kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan
kepariwisataan yang menarik wisatawan untuk mengunjungi suatu
objek wisata.
c. Akomodasi
Akomodasi yang dimaksud adalah berbagai macam hotel dan
berbagai jenis fasilitas lainnya yang berhubungan dengan pelayanan
untuk wisatawan yang berniat untuk bermalam selama perjalanan
wisata yang mereka lakukan.
d. Fasilitas dan pelayanan wisata
Fasilitas dan pelayanan wisata yang dimaksud adalah semua fasilitas
tersebut termasuk tour and travel operation. Fasilitas lain, misalnya restoran dan berbagai jenis tempat makan, toko – toko untuk menjual
hasil kerajinan, cinderamata, toko – toko khusus, toko kelontong,
bank, tempat penukaran uang dan fasilitas pelayanan keuangan
lainnya, kantor informasi wisata, pelayanan pribadi seperti salon
kecantikan, fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas keamanan umum
seperti kantor polisi dan pemadam kebakaran, serta fasilitas
perjalanan untuk masuk dan keluar suatu kawasan atau wilayah
tertentu seperti kantor imigrasi dan bea cukai.
e. Fasilitas dan pelayanan transportasi
Fasilitas dan pelayanan transportasi yang dimaksud adalah akses dari
dan menuju kawasan wisata, transportasi internal yang
menghubungkan atraksi utama kawasan wisata dan kawasan
pembangunan, termasuk semua jenis fasilitas dan pelayanan yang
berhubungan dengan transportasi darat, air, dan udara.
f. Infrastruktur lain
Infrastruktur lain yang dimaksud adalah penyediaan air bersih,
listrik, drainase, saluran air kotor, dan telekomunikasi.
g. Elemen kelembagaan
Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan yang diperlukan
untuk membangun dan mengelola kegiatan wisata, termasuk
perencanaan tenaga kerja dan program pendidikan serta pelatihan,
organisasi wisata sektor umum dan swasta, peraturan dan
perundangan yang berhubungan dengan wisata, menentukan
kebijakan penanaman modal bagi sektor publik dan swasta,
mengendalikan program ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya.
6. Jenis Tujuan Pariwisata
Menurut Suwardjoko P. Warpani dan Indira P. Warpani (dalam
A. H. Karyono, 2008:5), jenis tujuan pariwisata dikategorikan sebagai
berikut :
a. Wisata agro
Wisata agro dikatakan sebagai ragam pariwisata baru yang dikaitkan
dengan kegiatan industri pertanian misalnya wisata tani dimana
wisatawan turut aktif dalam kegiatan pertanian tersebut.
b. Wisata belanja
Wisata belanja dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan
atau bagian dari jenis pariwisata yang lain.
c. Wisata budaya
Wisata budaya berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi
tradisi atau ada peristiwa budaya yang digelar pada saat – saat
tertentu. Tidak jarang wisatawan mempelajari budaya setempat dan
mengunjungi situs bersejarah.
d. Wisata iklim
Bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar – benar
beriklim tropis, kunjungan ke suatu tempat berkaitan dengan maksud
mencari perubahan iklim setempat.
e. Wisata karya
Wisata karya yaitu jenis pariwisata yang wisatawannya berkunjung
dengan maksud dinas atau tugas – tugas tertentu misalnya
peninjauan, inspeksi daerah, dan sigi lapangan. Maksud kedatangan
wisatawan untuk melaksakan tugas jabatan/profesinya namun dalam
waktu senggang atau sengaja diacarakan, wisatawan tersebut
melakukan rekreasi atau kunjungan wisata kebeberapa objek wisata.
f. Wisata kesehatan
Wisata kesehatan berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu
penyakit. Wisatawan mengunjungi suatu tempat karena keberadaan
penyembuhan.
g. Wisata konvensi/seminar
Wisata konvensi/seminar sengaja dilakukan dengan memilih salah
satu daerah tujuan wisata sebagai tempat penyelenggaraan
konvensi/seminar dan dikaitkan dengan upaya pengembangan daerah
tujuan wisata yang bersangkutan. Penentuan lokasi tempat
penyelenggaraan suatu konvensi/seminar baik nasional maupun
internasional sering dikaitkan dengan kebijakan pemerintah
h. Wisata niaga
Wisata niaga berkaitan dengan kepentingan perniagaan (usaha
perdagangan). Wisatawan datang ke tempat tersebut karena ada
urusan perniagaan misalnya mata niaga atau tempat perundingan
niaga ada di daerah tersebut. Para pengusaha/niagawan datang
dengan maksud utama melakukan kegiatan perniagaan namun pada
waktu luang umunya berwisata. Telah menjadi kebiasaan bahwa
berwisata digunakan sebagai media berniaga untuk mengadakan
pertemuan, perundingan, dan transaksi niaga.
i. Wisata olahraga
Wisata olahraga yakni mengunjungi peristiwa penting di dunia
olahraga misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan
Olahraga Nasional, dan Olimpiade. Para wisatawan adalah
olahragawan, penonton, dan semua yang terlibat dalam peristiwa
olahraga tersebut.
j. Wisata pelancong/pesiar/pelesir/rekreasi
Wisata pelancong/pesiar/pelesir/rekreasi dilakukan untuk berlibur,
mencari suasana baru, memuaskan rasa “ingin tahu”, melihat sesuatu
yang baru, menikmati keindahan alam, dan melepaskan ketegangan.
Maksudnya adalah memulihkan kesegaran dan kebugaran jasmani
dan rohani setelah berwisata. Biasanya mencari atau mengunjungi
tempat yang beriklim berbeda dengan iklim tempat tinggalnya atau
Ragam wisata pelancong/pesiar/rekreasi kurang lebih sama dengan
wisata santai yakni bepergian mengunjungi suatu tempat untuk
memuaskan hasrat „ingin tahu‟ baik objek itu berupa keindahan
alam, peninggalan bersejarah, atau budaya masyarakat.
k. Wisata petualangan
Wisata petualangan dilakukan lebih kearah olahraga yang sifatnya
menantang kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Wisata
petualangan biasanya dilakukan di alam terbuka dengan berbagai
atraksi yang menantang dan kadang – kadang mengandung resiko.
Contoh wisata petualangan adalah terbang layang, arung jeram,
panjat tebing, terjun gantung, menyelam, dan susur gua untuk
menikmati pemandangan stalagtit dan stalagmite. l. Wisata ziarah
Wisata ziarah berkaitan dengan agama atau budaya misalnya
mengunjungi tempat ibadah atau tempat ziarah pada waktu tertentu,
mengunjungi tempat yang dianggap keramat, ziarah ke makam tokoh
– tokoh masyarakat, atau pahlawan bangsa.
m.Darmawisata
Perjalanan beramai – ramai untuk bersenang – senang atau berkaitan
dengan pelaksanaan darmawisata di luar ruangan, ekskursi, atau
melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di luar waktu kerja
n. Widiawisata (Pendidikan)
Perjalanan ke luar daerah dalam rangka kunjungan studi, dilakukan
untuk mempelajari seni budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti
cagar alam atau budaya, serta untuk kepentingan menuntut ilmu
selama waktu tertentu misalnya tugas belajar.
7. Industri Pariwisata
Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam – macam
perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang – barang dan
jasa – jasa yang dibutuhkan wistawan khususnya dan traveler pada umumnya selama dalam perjalanan (Oka A. Yoeti, 1983:141). Produk
wisata sebenarnya bukanlah merupakan suatu produk yang nyata.
Produk wisata merupakan rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai
segi – segi yang bersifat ekonomis tetapi segi – segi yang bersifat
sosial, psikologis, dan alamiah. Jasa – jasa yang diusahakan oleh
berbagai perusahaan itu terkait menjadi suatu produk wisata.
Sebagai industri, rangkaian perusahaan yang menjadi unsur
industri wisata adalah travel agent atau tour operator, perusahaan pengangkutan, akomodasi perhotelan, bar dan restoran, travel agent
atau tour operator lokal, souvenir shop atau handicraft, dan perusahaan yang berkaitan dengan aktivitas wisatawan (Oka A. Yoeti, 1983:147).
Rangkaian jasa – jasa ini merupakan produk wisata karena merupakan
tetap dengan harga tertentu yang telah termasuk pula biaya – biaya
untuk pengangkutan, penginapan, darmawisata, dan hal – hal lainnya
yang telah tercantum dalam acara itu. Unsur – unsur kebudayaan yang
paling banyak disajikan kepada para wisatawan adalah bidang kesenian,
misalnya arsitektur dan hiasan rumah, seni tari, dan seni suara atau seni
merangkai bunga. Sifat khusus dari industri pariwisata adalah sebagai
berikut (Oka A. Yoeti, 1983:156) :
a. Produk wisata mempunyai ciri tidak dapat dipindahkan. Orang tidak
bisa membawa produk wisata pada langganannya tetapi langganan
itu sendiri harus mengunjungi, mengalami, dan datang untuk
menikmati produk wisata itu.
b. Dalam pariwisata, proses produksi dan konsumsi terjadi pada saat
yang sama. Tanpa adanya langganan yang sedang mempergunakan
jasa – jasa itu maka tidak akan terjadi proses produksi.
c. Sebagai suatu jasa, maka pariwisata memiliki berbagai ragam
bentuk. Oleh karena itu dalam bidang pariwisata tidak ada standar
ukuran yang objektif sebagaimana produk lain yang nyata.
d. Langanan tidak dapat mencicipi produk itu sebelumnya bahkan tidak
dapat mengetahui dan menguji produk itu sebelumnya. Langganan
hanya dapat melihat brosur dan gambar.
e. Dilihat dari segi usaha, produk wisata merupakan usaha yang
mengandung resiko besar. Industri wisata memerlukan penanaman
perubahan siatuasi ekonomi, politik, dan sosial masyarakat.
Perubahan – perubahan tersebut dapat menggoyahkan sendi – sendi
penanaman modal usaha kepariwisataan karena bisa mengakibatkan
kemunduran usaha karena sifat produk wisata relatif lambat untuk
menyesuaikan keadaan pasar.
8. Kajian Manajemen Pariwisata
Beberapa ahli memberikan definisi tentang pariwisata. A.J.
Burkart dan S. Medik (dalam Gamal Suwantoro, 2004:3), menyebutkan
pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka
waktu pendek ke tujuan – tujuan di luar tempat dimana mereka
biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan – kegiatan mereka selama
tinggal di tempat – tempat tujuan itu. Menurut James Spillane
(1987:21), pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat
lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,
sebagai usaha mencari keseimbangan, keserasian, dan kebahagiaan
dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.
Definisi pariwisata menurut Tourism Society (dalam Victor T.C. Middleton, 1990:p11), tourism is deemend to include any activity concerned with the temporary short – term movement of people to destination outside the places where the normally live and work, and their activities during the stay at these destinations.
Dari pengertian – pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan
– hubungan yang ditimbulkan oleh perjalanan dan persinggahan
manusia di luar tempat tinggalnya dengan maksud bukan untuk tinggal
menetap dan tidak berkaitan dengan pekerjaan – pekerjaan yang
menghasilkan upah.
Beberapa ahli memberikan pengertian tentang manajemen.
Menurut James A.F. Stoner dan D.R. Gilbert Jr. (dalam Dian
Wijayanto, 2012:1), manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap usaha – usaha
para anggota organisasi dan penggunaan sumber – sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Menurut John D. Millett (dalam H. B. Siswanto, 2005:1),
management is the process of directing and facilitating the work of people organized in formal groups to achieve a desired goal.
Dari definisi pariwisata dan manajemen tersebut, dapat
disimpulkan bahwa manajemen pariwisata adalah suatu tindakan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya
lainnya dalam bidang pariwisata.
Untuk menghubungkan konsep manajemen dan pariwisata
a. Aspek penawaran pariwisata
Menurut Medik (dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com), ada 4 aspek
yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata adalah sebagai
berikut :
1) Attraction (daya tarik), dimana daerah tujuan wisata dalam menarik wisatawan hendaknya memiliki daya tarik baik daya
tarik berupa alam maupun masyarakat dan budayanya.
2) Accessible (bisa dicapai), hal ini dimaksudkan agar wisata domestik dan mancanegara dapat dengan mudah dalam
pencapaian tujuan ke tempat wisata.
3) Amenities (fasilitas), syarat yang ketiga ini memang menjadi salah satu syarat Daerah Tujuan Wisata (DTW) dimana wisatawan
dapat dengan kerasan tinggal lebih lama di daerah tersebut.
4) Ancillary (adanya lembaga pariwisata), wisatawan akan semakin sering mengunjungi dan mencari Daerah Tujuan Wisata (DTW)
apabila di daerah tersebut wisatawan dapat merasakan keamanan
(protection of tourism) dan terlindungi baik melaporkan maupun mengajukan suatu kritik dan saran mengenai keberadaan mereka
selaku pengunjung.
b. Aspek permintaan pariwisata
Menurut Medik (dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com), ada 3
pendekatan yang digunakan untuk menggambarkan permintaan
1) Pendekatan ekonomi, menafsirkan permintaan pariwisata
menggunakan pendekatan elastisitas permintaan/pendapatan
dalam menggambarkan hubungan antara permintaan dengan
tingkat harap atau permintaan daengan variabel lainnya.
2) Pendekatan geografi, menafsirkan permintaan harus berpikir lebih
luas dari sekedar penentuan harga tetapi sebagai penentu
permintaan baik bagi pihak yang telah melakukan wisata maupun
yang belum mampu melakukan wisata karena suatu alasan
tertentu.
3) Pendekatan psikologi, menafsirkan permintaan pariwisata
termasuk interaksi antara kepribadian calon wisatawan,
lingkungan, dan dorongan dari dalam jiwanya untuk melakukan
kepariwisataan.
Menurut Medik (dalam http://jurnal-sdm.blogspot.com), faktor –
faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata sebagai berikut :
1) Harga, memberikan imbas/timbal balik pada wisatawan yang
akan berwisata. Harga yang mahal berdampak pada permintaaan
wisatawan menjadi turun.
2) Pendapatan, apabila pendapatan suatu negara tinggi maka
kecenderungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai
tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi mereka
membuat sebuah usaha pada daerah tujuan wisata jika
3) Sosial budaya, dengan adanya sosial budaya yang unik dan
berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka
peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi. Hal ini akan
membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan
sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya mereka.
4) Sosial politik, dampak sosial politik belum terlihat apabila
keadaan daerah tujuan wisata dalam situasi aman dan tenteram
tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka
sosial politik akan sangat terasa dampaknya dalam terjadinya
permintaan.
5) Intensitas keluarga, banyak/sedikitnya keluarga juga berperan
serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi bahwa
jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari
salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat
dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
6) Harga barang substitusi, harga barang pengganti juga termasuk
dalam aspek permintaan, dimana barang – barang pengganti
misalnya sebagai pengganti daerah tujuan wisata yang dijadikan
cadangan dalam berwisata.
7) Harga barang komplementer, merupakan sebuah barang yang
saling melengkapi, apabila dikaitkan dengan pariwisata barang
komplementer ini sebagai obyek wisata yang saling melengkapi
9. Sistem Informasi Manajemen Pariwisata
Sistem informasi manajemen pariwisata merupakan suatu
manajemen sistem informasi kepariwisataan yang berbasis pengolahan
data elektronik dimana keberadaan sistem informasi manajemen
pariwisata ini dapat pula dibuat suatu sistem yang mendukung
keputusan pariwisata (http://john-arqomsaifullah007.blogspot.com).
Sistem informasi manajemen pariwisata ditujukan untuk meningkatkan
pelayanan pada masyarakat dengan cara penyiapan, penyusunan, dan
penyimpanan data yang tepat sehingga bermanfaat bagi seluruh
masyarakat (http://john-arqomsaifullah007.blogspot.com).
Penggunaan sistem informasi manajemen pariwisata akan
sangat membantu penyediaan data untuk kepentingan pengambilan
keputusan bagi pemerintah dan industri pariwisata serta bagi wisatawan
untuk memudahkan dalam menentukan rencana perjalanan wisata
karena dapat diakses dengan cepat ketika dibutuhkan, dapat diperbarui
kapan saja, serta mempunyai kapasitas penyimpanan data yang besar
tanpa harus membutuhkan tempat atau ruang
(http://john-arqomsaifullah007.blogspot.com).
10. Pemasaran
Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
(Philip Kotler, 2005:10). Menurut American Marketing Association
(dalam Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, 2009:5), pemasaran
adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada
pelanggan dan untuk mengelola hubungan dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses mengindentifikasi dan
memenuhi kebutuhan manusia dan sosial.
11. Pemasaran Pariwisata
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2011 (dalam http://www.budpar.go.id), pemasaran pariwisata
adalah serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan,
menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan
untuk mengembangkan kepariwisataan dan seluruh pemangku
kepentingannya. Kegiatan pemasaran mencakup upaya melakukan
identifikasi keinginan/kebutuhan konsumen jasa pariwisata, penentuan
harga, promosi, dan penelitian pasar
(http://noviantoblogs.blogspot.com).
a. Analisis pasar wisata
Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial
di mana individual maupun kelompok mendapatkan apa yang
mereka inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan
termasuk pemasaran pariwisata pada awalnya dimulai dengan
membuat analisis pasar wisata. Analisis pasar wisata meliputi
analisis persepsi dan preferensi wisatawan
(http://noviantoblogs.blogspot.com). Oleh karena itu konsep
pemasaran pariwisata mengandung beberapa pengertian yaitu
pemasaran sebagai suatu proses sosial harus dapat dilaksanakan
oleh seluruh lapisan masyarakat, pemasaran sebagai suatu proses
manajerial dimana pemasaran harus direncanakan, dilaksanakan,
dipantau, dan dievaluasi, serta pemasaran sebagai proses
pertukaran produk dan nilai (http://noviantoblogs.blogspot.com).
b. Pendekatan pemasaran pariwisata
Konsep pemasaran produk pariwisata adalah sebagai berikut
(http://noviantoblogs.blogspot.com) :
1) Konsep produksi, menempatkan pertimbangan bahwa konsumen
hanya mau membeli barang yang bisa dibeli dengan harga
murah dan mudah didapat. Pariwisata yang memenuhi dua
kriteria ini adalah produk pariwisata buatan atau kemasan baru
dan untuk mass production.
2) Konsep produk, menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya
akan membeli barang yang memiliki keunikan, inovatif, dan
3) Konsep penjualan, merupakan pemasaran yang bertujuan untuk
menjual produk supaya mendapatkan laba dari penjualan yang
banyak dengan promosi yang agresif.
4) Konsep pemasaran, konsep yang diterapkan dengan
mempertimbangkan bahwa keuntungan akan dicapai melalui
upaya memberikan kepuasan pada konsumen yang terlebih
dahulu melakukan pengidentifikasian kebutuhan dan keinginan
wisatawan.
5) Konsep pelanggan, konsep ini merupakan pengembangan dari
konsep pemasaran, dimana kepuasan konsumen harus
diusahakan tercapainya kepuasan setiap pelanggan secara
individual.
6) Konsep ekologikal dan humanistik, konsep yang
mempertimbangkan adanya profit dicapai melalui kepuasan konsumen dengan cara pengidentifikasian kebutuhan wisatawan
dengan pengintegrasian kegiatan pemasaran dengan
mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka
panjang.
c. Sistem informasi pemasaran
Di dalam pemasaran pariwisata peran dari sistem
informasi pariwisata (Marketing Information System (MIS) ini sangat penting sebab perilaku calon wisatawan sangat dinamis
(http://noviantoblogs.blogspot.com). Manajer pemasaran
melaksanakan analisis terhadap informasi yang didapat, kemudian
membuat perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, dan
melakukan kontrol terhadap pelaksanaan pemasaran
(http://noviantoblogs.blogspot.com). Kemudian membuat
keputusan dan mengkomunikasikan keseluruh bagian terkait
(http://noviantoblogs.blogspot.com). Selanjutnya, pengembangan
informasi juga dilakukan dengan pencatatan informasi, membuat
analisis informasi, menyusun suatu strategi, dan membuat
penelitian untuk pemasaran (http://noviantoblogs.blogspot.com).
d. Strategi pemasaran pariwisata
Strategi pemasaran pariwisata dilaksanakan dengan
strategi bauran pemasaran (marketing mix)
(http://noviantoblogs.blogspot.com). Alat – alat pariwisata yang
dapat digunakan dalam strategi bauran pemasaran (marketing mix) adalah product seperti souvenir, service, fasilitas utilitas, pengalaman, dan kreatifitas; price dimana tarif terjangkau dan tercatat, serta tidak selalu berubah – ubah; place seperti mengadakan pameran seni dan budaya; promotion melalui iklan, promosi penjualan, promosi personal, public relation, dan sponsor (http://noviantoblogs.blogspot.com).
Strategi pemasaran pariwisata juga dapat dilakukan
pasar yang sangat heterogen ke dalam pasar yang relatif homogen
sebab sektor pariwisata memiliki pasar yang sangat variatif dan
luas (http://noviantoblogs.blogspot.com). Selain itu peran
pemerintah, swasta dan dunia usaha, serta masyarakat sangat
dibutuhkan untuk mensukseskan pemasaran pariwisata.
12. Perilaku Konsumen
a. Pengertian perilaku konsumen
Menurut Schiffman dan Kanuk (dalam
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26292), perilaku
konsumen merupakan ilmu tentang bagaimana individu mengambil
suatu keputusan dalam menggunakan sumberdaya yang dimilikinya
yaitu waktu, tenaga, dan uang untuk mengkonsumsi sesuatu,
termasuk mempelajari apa, mengapa, kapan, dan dimana seseorang
membeli, serta seberapa sering seseorang membeli dan
menggunakan suatu produk dan jasa. Peter dan Olson (dalam
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22170),
menjelaskan bahwa perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis
antara pengaruh pikiran (kognisi), perilaku (behavior), dan kejadian sekitar di mana manusia melakukan aspek pertukaran
dalam hidup mereka.
Dari definisi – definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
perilaku konsumen itu dinamis karena pikiran, perasaan, dan
akan selalu berubah. Selain itu perilaku konsumen juga dipengaruhi
oleh pikiran antar manusia, perasaan, tingkah laku beserta
lingkungannya, dan perubahan – perubahan diantara manusia
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22170).
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
Berikut ini akan dijelaskan mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler (dalam
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26292).
1) Faktor budaya
Faktor budaya pengaruhnya sangat luas dan mendalam terhadap
perilaku konsumen. Faktor budaya terdiri dari beberapa unsur
sebagai berikut :
a) Kultur
Kultur atau budaya adalah determinan yang paling
fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang yang
terdiri dari serangkaian tata nilai, persepsi, preferensi, dan
perilaku melalui keluarganya.
b) Subkultur
Subkultur merupakan bagian kecil dari kultur yang
memberikan identifikasi dan sosialisasi anggotanya secara
lebih spesifik. Subkultur mencakup kebangsaan, agama,
kelompok ras, dan daerah geografisnya. Subkultur banyak
merancang produk dan program pemasaran yang khusus
dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka.
c) Kelas Sosial
Kelas sosial adalah bagian – bagian yang relatif homogen dan
tetap dalam suatu masyarakat yang tersusun secara hirarkis
dan anggotanya memiliki tata nilai, minat, dan perilaku yang
mirip. Kelas sosial menunjukkan preferensi produk dan
merek dalam bidang tertentu seperti pakaian, perabot rumah
tangga, kegiatan pada waktu luang, dan kendaraan yang
digunakan.
2) Faktor sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial sebagai
berikut :
a) Kelompok acuan
Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang
mempunyai pengaruh langsung atau pengaruh tidak langsung
terhadap pendirian atau perilaku seseorang. Kelompok yang
dimaksud adalah kelompok dimana orang tersebut berada
atau berinteraksi. Sebagian besar dari kelompok tersebut
merupakan kelompok primer yang cenderung bersifat
informal seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja.
bersifat formal seperti kelompok keagamaan, profesi, dan
kelompok asosiasi perdagangan.
b) Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling
penting dalam masyarakat. Anggota keluarga merupakan
kelompok primer yang memiliki pengaruh paling besar.
Pengaruh yang dimaksud adalah pengaruh yang lebih
langsung terhadap perilaku pembelian sehari – hari,
contohnya pada keluarga prokreasi yang terdiri dari pasangan
dan anak – anak. Peran dan pengaruh mereka akan bervariasi
pada negara dan kelas sosial yang berbeda.
c) Peran dan status
Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang
hidupnya. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat
didefinisikan dalam istilah peran dan status. Orang – orang
akan cenderung memilih produk yang mengkomunikasikan
peran dan status mereka dalam masyarakat.
3) Faktor pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik
pribadi seperti usia pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan,
keadaan ekonomis, gaya hidup serta kepribadian dan konsep
a) Usia dan tahap siklus hidup
Orang – orang membeli barang dan jasa yang berbeda
sepanjang hidupnya. Konsumsi seseorang dipengaruhi oleh
tahap – tahap dalam siklus hidup keluarga seperti tahap
membujang, pasangan muda, dan keluarga dengan anaknya.
b) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi pola konsumsinya.
Seorang pekerja akan membeli pakaian kerja dan sepatu kerja
sedangkan seorang presiden sebuah perusahaan akan
membeli pakaian mahal, perjalanan udara, dan kapal pesiar.
c) Keadaan ekonomi
Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi
seseorang. Keadaan ekonomi tersebut meliputi pendapatan
yang dibelanjakan, tabungan dan kekayaan, hutang, kekuatan
yang meminjam dan pendirian terhadap belanja dan
menabung.
d) Gaya hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang di dunia
yang diungkapkan dalam kegiatan minat dan pendapatan
seseorang. Gaya hidup melukiskan keseluruhan orang yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Para pemasar akan
mencari hubungan antara produk mereka dan gaya hidup
e) Kepribadian dan konsep pribadi
Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda
dari seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif
konsisten dan tetap terhadap lingkungannya. Kepribadian
biasanya dijelaskan dengan ciri – ciri bawaan seperti
kepercayaan diri, dominasi, otonomi, perbedaan kondisi
sosial, keadaan pembelaan diri, dan kemampuan beradaptasi.
Kepribadian dapat menjadi variabel yang berguna dalam
menganalisis perilaku konsumen apabila tipe – tipe
kepribadian dapat dikumpulkan dan terdapat korelasi yang
kuat antara tipe kepribadian tertentu dengan pilihan produk
atau merek.
4) Faktor psikologis
Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor
psikologis yaitu sebagai berikut :
a) Motivasi
Suatu kebutuhan menjadi suatu motivasi bila telah mencapai
tingkat intensitas yang cukup. Motivasi adalah suatu
kebutuhan yang cukup untuk mendorong seseorang
bertindak, memuaskan kebutuhan tersebut, dan mengurangi
b) Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai proses bagaimana seseorang
menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan –
masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang
berarti. Persepsi tidak hanya bergantung pada stimuli fisik
tetapi juga pada stimuli yang berhubungan dengan
lingkungan sekitar dan keadaan individu tersebut.
c) Pengetahuan
Pengetahuan menjelaskan perubahan dalam perilaku suatu
individu yang berasal dari pengalaman. Pengetahuan
seseorang dihasilkan melalui proses yang paling
mempengaruhi dari dorongan stimuli, petunjuk, tanggapan,
dan penguatan.
d) Kepercayaan dan sikap pendirian
Seseorang akan memperoleh kepercayaan dan pendirian
melalui bertindak dan belajar. Hal ini kemudian akan
mempengaruhi perilaku pembelian mereka. Kepercayaan
adalah pikiran deskriptif yang dianut seseorang mengenai
suatu hal. Kepercayaan dapat menciptakan citra produk dan
orang bertindak atas citra itu. Pembeli akan menjelaskan
evaluasi kognitif yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan, perasaan emosional, dan kecenderungan
Orang – orang cenderung memiliki pendirian terhadap
hampir semua hal. Pendirian menempatkan seseorang
kedalam suatu kerangka pemikiran tentang menyukai atau
tidak menyukai suatu objek yang bergerak menuju atau
menjauhinya.
13. Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Konsumen
a. Kualitas pelayanan
Menurut Christopher H. Lovelock dan Lauren K. Wright
(2007:96), kualitas jasa didasarkan pada evaluasi kognitif jangka
panjang pelanggan terhadap penyerahan jasa suatu perusahaan
yang terbentuk dari sejumlah pengalaman jasa yang berhasil atau
tidak berhasil. Sebelum pelanggan membeli suatu jasa, mereka
memiliki harapan tentang kualitas jasa yang didasarkan pada
kebutuhan – kebutuhan pribadi, pengalaman sebelumnya,
rekomendasi dari mulut ke mulut, dan iklan penyedia jasa. Setelah
membeli dan menggunakan jasa tersebut, pelanggan
membandingkan kualitas yang diharapkan dengan apa yang benar –
benar mereka terima.
Kinerja jasa mengejutkan dan menyenangkan pelanggan
jika berada di atas tingkat jasa yang mereka inginkan. Jika
penyerahan jasa berada di zona toleransi, pelanggan akan merasa
jasa ini memadai. Jika kualitas yang sebenarnya berada di bawah
maka muncul perbedaan atau kesenjangan kualitas antara kinerja
jasa dan harapan pelanggan. Kesenjangan tersebut dapat merusak
hubungan penyedia jasa dengan pelanggan. Oleh karena itu
dibutuhkan upaya meningkatkan kulitas jasa agar kesenjangan
dapat diperkecil.
Menurut Parasuraman, Zeithamal, dan Bery (dalam
http://www.sarjanaku.com), ada lima dimensi untuk mengukur
kualitas jasa yaitu tangibles (berwujud), reliability (keandalan),
responsiveness (ketanggapan), assurance (keyakinan atau jaminan), dan emphaty (empati). Tangibles (berwujud) yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan media
komunikasi. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.
Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dalam memberikan jasa dengan cepat dan tanggap.
Assurance (keyakinan atau jaminan) yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan
kepercayaan dan keyakinan. Emphaty (empati) yaitu merupakan syarat untuk peduli dan memberikan perhatian pribadi pada
pelanggan. Kelima dimensi ini digunakan untuk mengukur kualitas