• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA : INDUSTRI PARIWISATA UNTUK WISATAWAN MUSLIM DI JEPANG MAKALAH NON-SEMINAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA : INDUSTRI PARIWISATA UNTUK WISATAWAN MUSLIM DI JEPANG MAKALAH NON-SEMINAR"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA : INDUSTRI PARIWISATA

UNTUK WISATAWAN MUSLIM DI JEPANG

MAKALAH NON-SEMINAR

ARINA PRAMUDITA 1006714720

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI JEPANG

DEPOK JANUARI 2014

(2)
(3)
(4)

Strategi Pemasaran Pariwisata : Industri Pariwisata untuk Wisatawan

Muslim di Jepang

Arina Pramudita dan Didit Dwi Subagio

Program Studi Jepang, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

arinapramudita.arin@gmail.com

Abstrak

Pariwisata merupakan salah satu sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi di Jepang. Berdasarkan target yang diinginkan pemerintah untuk mendatangkan wisatawan asing 25 juta di tahun 2020, industri pariwisata Jepang mulai memberikan perhatian terhadap wisatawan muslim. Penelitian ini membahas mengenai industri pariwisata Jepang yang meningkatkan upaya menarik wisatawan muslim. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi analisis dengan tinjauan pustaka sebagai sumber. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa industri pariwisata Jepang mampu menyesuaikan antara penawaran dan permintaan wisatawan muslim sebagai upaya menarik wisatawan asing ke Jepang sebagai pasar potensial. Menyesuaikan penawaran dan permintaan tersebut dengan cara meningkatnya fasilitas dan kesadaran Jepang untuk menyesuaikan dengan peraturan Islam untuk kenyamanan wisatawan muslim selama berada di Jepang. Dengan terpenuhinya kenyamanan untuk wisatawan muslim, maka dapat membuka kesempatan yang lebih besar untuk mencapai target di tahun 2020.

Tourism Marketing Strategy : Tourism Industry for Muslim Tourists in Japan Abstract

Tourism has been importance as one of sectors enhacing economic growth in Japan. According to the government’s goal of attracting 25 million tourist by 2020, Japanese tourism industry is beginning to pay attention to muslim tourists. This article is about Japanese tourism industry boosting efforts to attracts muslim tourists. This article using descriptive-analytical method and literature review as a sources. The result shows that Japanese tourism industry was able to adjusts between supply and demand from muslim tourists as an efforts to attract muslim tourist to Japan as a big potential target. The balance between supply and demand accompanying with increasing facility and mindful that related Islam law to make muslim tourists more comfortable. And have a big chace to reach the target in 2020.

Keyword : facility; foreign tourists; Japanese tourism industry; marketing; muslim tourists

Pendahuluan

Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dalam perekonomian. Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh WTTC (World Travel and Tourism Council) terhadap 184 negara, total kontribusi dari pariwisata terhadap PDB sebesar 9,1% di tahun 2011, kemudian meningkat di tahun 2012 sebesar 9,3% dan diramalkan akan kembali meningkat hingga 9,4% di tahun 2013.

(5)

Hal tersebut menunjukkan kontribusi pariwisata yang diperhitungkan dalam meningkatkan pendapatan negara.

Perekonomian Jepang merupakan salah satu perekonomian yang maju, dengan penggeraknya di bidang perdagangan dan industri, selain dua hal tersebut, pariwisata pun berperan dalam perekonomian Jepang. Hal tersebut sesuai dalam Travel and Tourism: Economy Impact 2013 yang dibuat oleh WTTC, pariwisata secara langsung menyumbang 2,1% (¥10,182.3m) dari PDB (Pendapatan Domestik Bruto) di tahun 2012 dan diramalkan meningkat hingga 2,2% (¥10,370.5m) ditahun 2013. Selain itu, proyeksi untuk tahun 2023 sebesar 2,2% (¥12,022.0m). Oleh karena itu, untuk memenuhi target 2020, Jepang semakin meningkatkan kemampuannya di bidang pariwisata.

Dalam masa perkembangan pariwisatanya, Jepang mengalami penurunan yang tajam. PDB yang berasal dari pariwisata tahun 2011 adalah yang terburuk dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, yaitu 2.1% (dibawah ¥10,000.0m). Selain itu dari jumlah wisatawan asing yang sebelumnya menjadi wisatawan utama menjadi menurun, seperti wisatawan Cina yang menurun 33% akhir Oktober karena permasalahan teritorial Sino-Jepang yang memanas. Upaya yang dilakukan Jepang untuk meningkatkan kembali pariwisatanya adalah mencari wisatawan potensial lainnya.

Salah satu pasar potensial yang belakangan ini dilirik oleh Jepang adalah wisatawan muslim. Hal tersebut terlihat pada persentase wisatawan muslim yang meningkat dalam artikel “Japan Sees Big Potensial Asian Muslim Tourist” yang ditulis oleh Mutsuko Murakami di New Straits Times, bahwa wisawatan asal Indonesia 40% dan Malaysia 66%. Kedua negara tersebut merupakan negara yang mayoritas beragama muslim. Berdasarkan peningkatan jumlah wisatawan muslim tersebut, pariwisata Jepang menyadari wisatawan muslim adalah pasar potensial yang baru. Namun, untuk mendukung wisatawan muslim untuk berkunjung masih terkendala dengan terbatasnya fasilitas-fasilitas untuk muslim. Hal itu menjadi salah satu rintangan dalam menjalankan sebuah pariwisata, karena seorang muslim memiliki beberapa batasan, salah satunya batasan tentang makanan yang harus sesuai dengan syariat (hukum) Islam.

Jepang mulai menawarkan fasilitas untuk muslim tersebut tidak terlepas untuk mendukung kebijakan Jepang yang menargetkan jumlah wisatawan asing sejumlah 25 juta pada tahun 2020. Berdasarkan hal tersebut, apabila fasilitas untuk muslim meningkat, maka hal itu dapat mempengaruhi jumlah kedatangan wisatawan muslim. Oleh karena itu, penelitian ini

(6)

membahas mengenai langkah-langkah yang dilakukan industri pariwisata Jepang dalam ‘menyambut’ wisatawan muslim.

Tinjauan Teoritis

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Pariwisata sebagai Industri yang dikemukakan oleh S.G. Soekadijo dalam buku Anatomi Pariwisata (1996). Ia mengungkapkan mengenai pandangan industri dalam pariwisata. Ia membuat dua peran utama dalam industri pariwisata, yaitu :

1. Konsumen dalam industri pariwisata adalah wisatawan yang mempunyai kebutuhan dan permintaan yang harus dipenuhi, sehingga wisatawan akan bertransaksi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Terdapat tiga permintaan wisatawan yang patut dipenuhi, yaitu:

1.1 Motif perjalanan

Motif perjalanan menunjukkan adanya atraksi wisata yang diberikan, seperti obyek wisata, misalnya museum, pertunjukan, taman hiburan, dan sebagainya.

1.2 Kebutuhan dan Perjalanan

Hal ini berkaitan dengan bidang jasa, yaitu kegiatan dan fasilitas untuk kebutuhan hidup para wisatawan, seperti fasilitas hotel, restoran, tour-guide, dan sebagainya.

1.3 Angkutan

Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan menyediakan sarana transportasi, baik transportasi darat, udara, ataupun laut.

2. Produsen dalam industri pariwisata adalah gabungan dari sektor-sektor pariwisata yang memberi kebutuhan yang dibutuhkan oleh konsumen. Kebutuhan konsumen yang diberikan, seperti:

2.1 Atraksi Wisata

Atraksi wisata mencakup wisata alam, budaya, dan atraksi lainnya. Atraksi tersebut dikelola oleh produsen sebagai daya tarik untuk menarik wisatawan.

2.2 Jasa Wisata

Jasa wisata memberikan jasa dalam mendukung kebutuhan dari wisatawan, usaha di bidang jasa mencakup penginapan, restoran, ataupun biro perjalanan.

(7)

Jasa transportasi yang diberika produsen untuk mecapai lokasi wisata yang dituju oleh wisatawan. Angkutan wisata adalah salah satu kebutuhan yang utama dalam mendukung pariwisata.

3 Pemasaran digunakan untuk mempertemukan produsen terhadap konsumen sebagai upaya produsen menginformasikan produknya. Pertemuan antara konsumen dan produsen tersebut telah membuat pariwisata menjadi sektor industri.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan melakukan tinjauan pustaka yang berupa bahan tertulis. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan, dengan maksud untuk menemukan unsur-unsurnya, kemudian dianalisis, bahkan juga diperbandingkan (Nyoman Kutha Ratna, 2004:53). Tinjauan pustaka sebagai data yang dianalisi diperoleh dari laporan-laporan situs resmi pemerintah Jepang, organisasi pemerintahan, artikel, buku, jurnal dan website dengan rentang waktu yang digunakan adalah tahun 2010-2013. Data-data tersebut kemudian dianalisis dengan pendekatan kualitatif.

Wisatawan Muslim sebagai Pasar Potensial

Wisatawan merupakan aktor utama dalam industri pariwisata, mereka yang menjadi target utama penyedia jasa untuk menawarkan produk-produk pariwisata. Berdasarkan data yang diperoleh dari JNTO, terjadi penurunan dari wisatawan asing yang datang ke Jepang pada tahun 2010 hingga akhir September 2013. Wisatawan asing yang datang ke Jepang pada tahun 2010 sejumlah 8,611,175, kemudian terjadi penurunan hingga menjadi 6,218,752 di tahun 2011 karena bencana, di tahun 2012 jumlah wisatawan asing kembali meningkat sebesar 8,358,105, dan tahun 2013 dengan periode Januari-September sejumlah 7,731,400 wisatawan asing.

(8)

Gambar 1. Wisatawan Asing di Jepang 2010-2013

Sumber : JNTO (telah diolah kembali)

Dari jumlah wisatawan asing pada tahun 2011 yang sekitar 6 juta-an, terdapat tiga negara asal wisatawan yaitu Cina, Taiwan, dan Korea yang jika dijumlah lebih dari 40% wisatawan asing di Jepang. Kemudian disusul Eropa dan Asia Tenggara, seperti dalam gambar berikut:

Gambar 2. Wisatawan Asing Berdasarkan Asal Negara 2011

Sumber : Japan Tourist Agency

Namun, penurunan yang terjadi di tahun 2011 dikarenakan bencana gempa bumi dan tsunami sehingga membuat industri pariwisata terancam. Penurunan wisatawan tersebut tidak berlangsung lama, karena di tahun 2012 sudah mulai terlihat peningkatan wisatawan asing yang berkunjung. Akan tetapi, pemberitaan di tahun 2013 dengan permasalahan pulau antara Cina - Jepang yang kembali memanas membuat beberapa beberapa bulan di tahun 2013 mengalami penurunan salah satu wisatawan utama, yaitu wisatawan asal Cina. Pada Mei dan Juni 2013 jumlah wisatawan Cina dilihat dari JNTO 2013, wisatawan yang datang berjumlah 81,571 (Mei) dan 98,996 (Juni), penurunan tersebut bermula pada bulan April 2013 karena

0 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 2010 2011 2012 2013*

Wisatawan Asing

(9)

kepulauan sengketa yang disebut Jepang sebagai Senkaku dan oleh Cina disebut Daiyou mulai diberitakan.

Penurunan wisatawan yang berakibat menurunnya PDB negara Jepang membuat industri pariwisata mulai mencari sumber wisatawan asing. Dan yang menjadi target wisatawan asing adalah wilayah Asia Tenggara. Secara tidak langsung, di wilayah Asia yang mayoritas menganut Islam, hal tersebut bisa dilihat jumlah muslim di wilayah asia, lihat gambar berikut :

Gambar 3. Populasi Muslim Berdasarkan Regional 2010

Sumber : Pew Research Center’s Forum on Religion & Public Life

Apabila Jepang ingin menarik wisatawan asal Asia yang khususnya Malaysia dan Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas muslim. Maka, kemungkinan besar menjadi peluang industri Jepang untuk menarik wisatawan muslim dari berbagai belahan dunia, karena jumlah muslim di dunia sekitar 23.2% penduduk dunia.

Gambar 4. Persentase Agama yang Dianut di Seluruh Dunia

(10)

Selain itu, target yang diinginkan pemerintah di tahun 2020 untuk mendatangkan wisatawan adalah salah satu alasan Jepang mengapa wisatawan muslim menjadi wisatawan potensial, karena jumlah wisatawan muslim yang berlimpah. Di tahun 2020 ada kegiatan besar, yaitu

Olympic Games. Pekan olahraga yang akan diikuti 204 komite dari berbagai ras menjadi

alasan Jepang untuk mempersiapkan fasilitas yang mendukung kenyamanan selama Olympic

Games berlangsung. Salah satunya, fasilitas yang membuat seorang muslim nyaman selama

berada di Jepang.

Wisatawan dalam Industri Pariwisata Jepang

Wisatawan merupakan pasar potensial memberikan pengaruh terhadap penyedia jasa, karena wisatawan adalah tokoh utama dalam industri pariwisata. Wisatawan dapat pergi ke tempat wisata manapun sesuai dengan keinginannya. Untuk mendatangkan wisatawan, penyedia jasa perlu berinovasi agar dapat menarik wisatawan.

Wisatawan memiliki berbagai macam permintaan sesuai dengan keinginannya, seperti motif perjalanan yang diinginkan, kebutuhan perjalanan yang sesuai, dan transportasi yang dikehendaki oleh wisatawan. Hal tersebut terangkum dalam permintaan wisatawan sebagai komsumen yang mempengaruhi penawaran.

Menurut McIntosh dalam buku Anatomi Pariwisata karya R.G. Soekadijo mengklasifikasikan motif-motif perjalanan menjadi 4 kelompok, yaitu:

1. Motif fisik, yaitu motif yang dihubungkan dengan kebutuhan badaniah, seperti olahraga, istirahat, kesehatan, dan sebagainya. Contohnya kegiatan mendaki di gunung Fuji atau bermain ski di Hakuba.

2. Motif budaya, yaitu wisatawan yang mengunjungi tujuan wisata untuk mempelajari kebudayaan bangsa lain: musik, tarian, ataupun kehidupan sehari-harinya. Setap hari, apabila cukup lama tinggal di Jepang, maka kehidupan sehari-hari orang Jepang akan terlihat bagaimana bersikap.

3. Motif interpersonal, yaitu motif yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, berkenalan dengan orang-orang tertentu, ataupun melihat tokoh-tokoh terkenal. Apabila diperhatikan, motif ini termasuk dalam event

(11)

wisatawan yang tujuannya hanya untuk melihat idolanya tampil dan kemudian hari wisatawan tersebut pulang.

4. Motif status, yaitu motif yang muncul dari individu berdasarkan prestise. Motif ini sangat berpengaruh pada seseorang jika tinggal dilingkungan yang menjunjung status. Wisatawan yang memiliki motif ini melakukan wisata hanya sebagai kegiatan untuk dibanggakan.

Sesudah motif perjalanan ditentukan oleh wisatawan, maka wisatawan menentukan dimana lokasinya dia akan tinggal. Hal itu berarti merujuk pada permintaan tempat tinggal sementara di tempat wisata. Kebutuhan bagi wisatawan muslim selain yang utamanya untuk beristirahat selama berwisata adalah tempat ibadah dan makan halal. Wisatawan dapat menyeleksi penginapan yang menurutnya tidak sesuai dengan keinginannya. Contohnya wisatawan muslim akan memilih penginapan yang sudah memiliki fasilitas yang mendukung kegiatan seorang muslim, seperti tempat ibadah, penunjuk arah sholat, dan makanan yang disajikan dengan halal. Permintaan wisatawan muslim yang sesuai dengan hukum (syariat) islam tersebut yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa.

Angkutan atau transportasi adalah permintaan wisatawan yang utama untuk mendukung mobilitas wisatawan menuju lokasi yang dituju. Wisatawan akan memilih transportasi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya. Transportasi yang fungsinya sebagai perantara satu lokasi ke lokasi lainnya dipergunakan oleh wisatawan sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya, bagi seorang muslim, penerbangan yang ingin dia tempuh adalah dari Jakarta menuju Osaka, karena di Osaka, wisatawan muslim tidak perlu khawatir untuk mencari tempat beribadah (sholat) karena sudah disediakan dan juga restoran bersertifikat halal sudah meningkat di bandara tersebut, salah satunya U-Don yang berada di terminal 1 Bandara Kansai.

Gambar 5. Restoran dengan Sertifikat Halal di Bandara Kansai

(12)

Pariwisata Jepang sebagai Industri

Pariwisata sebagai sebuah industri dapat dilihat dari kegiatan perekonomian yang tercantum pada total kontribusi. Total kontribusi dilihat pada pendapatan yang diperoleh dari tiga kontribusi. Kontribusi pertama diperoleh dari kontribusi direct yang meliputi hotel, bandara, agen travel, dan tempat hiburan. Kedua, indirect yang meliputi investasi, pelayanan, dan pembelian barang. Terakhir, induced yang meliputi pekerja yang berada dalam industri pariwisata. Oleh karena itu, perputaran uang yang berada dalam seluruh kegiatan pariwisata, seperti hotel, pelayanan, tempat wisata, dan sebagainya adalah indikasi pariwisata sebagai sektor industri.

Total kontribusi terhadap PDB di tahun 2012 adalah ¥31,882.6m (6,7% dari PDB) dan diperkirakan sampai akhir 2013 terjadi peningkatan sebesar 1.5% dan meningkat hingga tahun 2023 hingga memperoleh ¥35,539.7m bisa dilihat pada gambar berikut :

Gambar 6 Total Kontribusi Pariwisata Jepang Terhadap PDB 2012

Sumber : WTTC Travel & Tourism Economic Impact 2013

Kontribusi pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi Jepang adalah salah satu yang terbesar. Di peringkat dunia (yang terdiri dari 184 negara), Jepang berada pada posisi 3 dengan total kontribusinya sepanjangnya tahun 2012 adalah US$399.4m, di peringkat pertama Amerika dengan jumlah kontribusi US$1348.0m dan disusul Cina di peringkat kedua dengan kontribusi US$756.6m. Hal tersebut bisa dilihat dalam tabel berikut:

(13)

Tabel 1 Peringkat Negara Berdasarkan Total Kontribusi Pariwisata Terhadap PDB 2012

Sumber : WTTC Travel & Tourism Economic Impact 2013

Berdasarkan pada perolehan pendapatan dari industri pariwisata tersebut, Jepang semakin meningkatkan kemampuannya di bidang pariwisata. Dalam menjalankan industri pariwisata, stategi utama dalam meningkatkan pariwisata adalah harus memiliki modal kepariwisataan, yaitu daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata. Selain itu, penyedia pariwisata harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan, serta memenuhi permintaan wisatawan dalam upaya meningkatkan jumlah wisatawan yang datang. Hal tersebut bisa dimulai dengan memenuhi dimensi pariwisata.

Dimensi Pariwisata di Jepang

Menurut Robert Christie Mill dalam buku Tourism The International Business terdapat empat dimensi utama dalam pariwisata yang mendukung adanya industri pariwisata, seperti:

a. Atraksi

Atraksi adalah hal yang dapat menarik orang untuk datang ke sebuah tempat tujuan wisata. Atraksi dapat digolongkan menjadi site attractions dan event attractions. 1.1 Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang

tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada di daerah tujuan wisata seperti taman bermain, kuil, dan museum. Contohnya di Tokyo terdapat Tokyo Disneyland, Tokyo Skytree, Museum Ghibli, Kuil Sensoji, dan sebagainya.

1.2 Event attractions adalah atraksi yang berlangsung sementara dan lokasinya dapat berubah atau berpindah dengan mudah seperti festival-festival, pameran, atau pertunjukan-pertunjukan kesenian. Atraksi bisa berupa keindahan alam, budaya, sejarah, dan hiburan. Di Jepang atraksi yang ada, seperti keindahan alam, jika

(14)

musim semi bunga sakura bermekaran, selain itu ada pula sejarah, mulai dari berbentuk museum hingga bangunan aslinya. Festival budaya pun turut menjadi atraksi yang menarik untuk dilihat, seperti matsuri, yaitu pujian dan ungkapan terimasih kepada dewa atau disebut festival bagi Shinto, akan tetapi bagi wisatawan asing, matsuri merupakan festival rakyat yang memiliki daya tarik. Contoh dari event attraction adalah Sanja Matsuri, Tokyo Anime Fair, Kanda

Matsuri, Tokyo Motor Show, dan sebagainya

Selain dibagi berdasarkan lokasi, atraksi dibagi juga berdasarkan waktu, yaitu atraksi penahan dan atraksi penangkap. Atraksi penahan adalah atraksi yang membuat wisatawan dapat tinggal di tempat tujuan dalam waktu yang lama dan dapat dinikmati berkali-kali, contohnya ketika berada di Tokyo, wisatawan akan memesan hotel untuk beberapa lama agar bisa berkeliling. Sebaliknya atraksi penangkap adalah atraksi yang dapat sekali dinikmati, kemudian ditinggalkan wisatawan. Contohnya, jika berada di Tokyo, wisatawan mengunjungi Disneyland seharian, kemudian wisatawan akan pergi ke atraksi yang lainnya.

Jika wisatawan muslim bermaksud berwisata secara histori-religi, di Jepang lebih tepatnya di Kobe terdapat masjid pertama yang selesai dibangun pada tahun 1935. Masjid tersebut didirikan oleh pedagang asal turki. Masjid Kobe dapat menjadi salah satu site attraction untuk dikunjungi. Selain itu ada pula masjid di Shibuya, Tokyo yang bernama Tokyo Camii yang dibangun 1938, masjid ini pun dibuat oleh imigran Turki.

Gambar 7 Masjid Tertua yang Berada di Jepang Sumber: Japan Travel Guide for Muslim Visitors

(15)

b. Fasilitas

Atraksi yang dapat membuat wisatawan datang perlu didukung dengan fasilitas untuk melayani wisatawan selama berada disana. Perbedaan jarak dan keadaaan lingkungan dan fasilitas itu adalah tempat menginap, restoran, pelayanan pendukung, dan infrastruktur. Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena fasilitas harus terletak dekat dengan obyek utamanya. Fasilitas yang diutamakan jika wisatawan muslim berkunjung adalah tersedianya tempat untuk beribadah. Berdasarkan artikel “Bandara Jepang Siap Sediakan Mushola dan Makan Halal” yang ditulis oleh DDHKNews (Dompet Duafa Hongkong News) yang meyebutkan bahwa salah satu bandara di Jepang sudah ada yang memberikan fasilitas beribadah untuh muslim, yaitu Bandara Kansai dan kemungkinan akan ditambah lagi di bandara-bandara lainnya.

“…Kami berencana untuk menjadikan bandara pertama di Jepang yang ramah kepada Muslim,” ungkap Akihisa Tabe, pemimpin umum dari departemen pemasaran komersial dan manajemen retail di New Kansai International Airport Co. Bandara ini berencana untuk membuka dua mushola lagi, yang akan siap untuk digunakan pada Maret 2014 mendatang…“

(http://www.ddhongkong.org/bandara-jepang-siap-sediakan-mushola-dan-makanan-halal/)

Selama tinggal di tempat tujuan wisata, wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas penginapan. Dan kenyamanan bagi wisatawan muslim adalah tersedianya restoran yang halal dan tempat yang nyaman untuk beribadah. Fasilitas yang nyaman bagi wisatawan muslim semakin banyak, beberapa diantaranya dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel 2 Penginapan yang Memiliki Fasilitas bagi Muslim di Hakuba

(16)

Selain fasilitas penginapan, fasilitas penting selanjutnya adalah tersedianya makanan halal. Fasilitas yang ditawarkan oleh penyedia pariwisata adalah restoran yang halal. Dalam artikel “Kansai Airport to Increase Muslim-Friendy Service” yang ditulis oleh Kazuki Kimura bahwa di bandara Kansai sudah memiliki restoran bersertifikat halal, salah satunya adalah Sanuki yang sudah mendapat sertifikat halal.

“..Kesadaran akan seorang muslim memiliki aturan dalam kebutuhan pangan, bandara merencanakan untuk meningkatkan makanan halal, kata operator bandara. Makanan halal akan disediakan di ruang tunggu pada bulan September, sementara itu restoran di bandara akan meningkatkan penyajian makanan sesuai dengan hukum Islam. Restoran Sanuki Udon sudah mendapat sertifikat halal pada bulan Juli. Pada bulan November, 16 restoran memiliki menu yang tidak menggunakan unsure babi dan alcohol…”

(http://ajw.asahi.com/article/economy/business/AJ201308250032)

c. Transportasi

Dasar dari pariwisata adalah keinginan untuk melakukan perjalanan ke tempat berbeda, iklim yang berbeda, dan pemandangan yang berbeda. Karena ada kebutuhan tersebut, penting adanya transportasi untuk sampai ke sana dengan kenyamanan pula.

Oleh karena itu, kemajuan dunia transportasi sangat dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan pariwisata. Transportasi baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan suatu unsur utama. Transportasi darat yang terkenal ada shinkansen. Transportasi udara yang diberikan untuk wisatawan juga sangat baik. Informasi dalam transportasi seperti ketepatan jadwal juga menjadi pendukung untuk wisatawan merasa nyaman yang sedang berkunjung.

Beberapa agen perjalanan merujuk bandara Kansai sebagai salah satu bandara utama bagi calon wisatawanya. Sehingga, penerbangan ditujukan untuk mendarat di Kansai yang sudah memiliki fasilitas yang nyaman untuk muslim.

Transportasi sebagai kebutuhan pariwisata dapat menunjang lokasi atraksi yang lain, salah satunya di Prefektur Yamanshi yang disebutkan dalam artikel “ Prefektur Yamanshi, Tempat Wisata Khusus Muslim di Jepang” dalam Asatunews sebagai tempat yang nyaman untuk muslim, namun untuk menuju kesana tidak bisa langsung, akan tetapi perlu menggunakan transportasi lain, seperti mobil atau kereta.

“…Yoshinori menambahkan, meskipun belum ada penerbangan langsung dari Jakarta menuju Yamanshi, namun, daerah yang khas dengan Gunung Fuji

(17)

tersebut dapat dicapai dengan kereta selama satu setengah jam dari Tokyo atau dua jam dengan mobil…”

(http://www.asatunews.com/berita-9869-perfektur-yamanshi-tempat-wisata-khusus-muslim-di-jepang.html) d. Keramahtamahan

Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan merasa aman dan nyaman selama perjalanan wisata. Bagi wisatawan muslim yang menggunakan jasa agen perjalanan, mereka sudah memiliki pemandu wisata yang tentunya mengetahui lokasi-lokasi wisata, serta dapat membantu wisatawan muslim untuk memenuhi permintaannya, seperti memberi informasi dimana tempat beribadah dan makanan halal di sekitar daerah wisata.

Namun, bagi wisatawan muslim yang berwisata tanpa bantuan pemandu wisata akan menjadi terhambat, oleh karena itu dibutuhkan keramahtamahan dari para pekerja yang berada di dalam industri pariwisata untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh wisatawan muslim.

Upaya yang dilakukan untuk menyiasati wisatawan muslim yang melakukan perjalanan tanpa pemandu adalah dengan memperkenalkan hal-hal yang umum menyangkut pribadi seorang muslim, seperti tempat beribadah (sholat) dan makan halal (tanpa mengandung babi dan alkohol). Hal tersebut diperkenalkan oleh pihak AJC (Asean-Japanese Center) kepada pekerja di industri pariwisata, seperti dalam kutipan artikel “Japan Eyes Muslim Tourist Market” berikut :

“…AJC sudah memberikan seminar bahwa tidak sulit untuk menjamu seorang turis muslim di Jepang, katanya. Contohnya, jika operator tur tidak menyediakan makanan halal untuk turis, yang umumnya tidak tersebar luas di Jepang, mereka menyarankan untuk menyediakan restoran halal, seperti restoran yang tidak menggunakan bahan dari babi, ujarnya. AJC pun merencanakan untuk memperkenalkan produk halal kepada pengusaha Jepang. Operator hotel sudah diberitahukan untuk menyediakan tempat ibadah untuk muslim dan diberitahukan arah untuk beribadah (kiblat)..

(18)

Strategi Pemasaran Terhadap Wisatawan Muslim

Dalam ilmu ekonomi, manusia yang melakukan perjalanan menggunakan konsep homo

economicus, yaitu makhluk yang perilakunya bersifat ekonomik, maka pariwisata dapat

dijadikan ‘barang’ yang dijual. Tempat obyek wisata sebenarnya juga tempat kegiatan pemasaran pariwisata Pembangunan obyek wisata yang sesuai dengan motif wisatawan berarti penawaran (supply) yang tepat dengan permintaan (demand) wisatawan sebagai konsumen. Stategi pemasaran yang digunakan adalah dengan mempromosikannya dan mempubikasikannya.

Promosi merupakan salah satu komponen bauran pemasaran. William J. Staton memberikan definisi, “Promotion is an exercise in information, persuasion, and communication” (Buchari Alma, 2002:135). Jadi, kegiatan promosi yang diadakan adalah usaha untuk memperbesar daya tarik produk terhadap konsumen, akan tetapi produknya tersebut lebih disesuaikan dengan permintaan konsumen. Contohnya, jika wisatawan ingin pergi ke Disneyland maka, wisatawan tersebut akan mencari informasi yang berhubungan dengan Disneyland, baik itu mendapatkan brosur.

Promosi dibedakan menjadi promosi langsung dan tidak langsung. Promosi langsung dilakukan oleh lembaga yang bersangkutan dengan pemasaran, contohnya pada website tokyodisneyresport.jp yang memberikan peta yang dapat diunduh seperti Tokyo Disneyland. Sedangkan promosi tidak langsung melalui agen-agen perjalanan ataupun orang-orang yang berpengaruh, apabila melalui agen perjalanan, pada umumnya sudah dipaketkan segala kegiatannya.

Selain itu, promosi dari orang yang sudah pernah ke tempat tersebut akan lebih dipercaya, karena wisatawan yang sudah pernah pergi ke tempat itu sudah mengalaminya sendiri, dibandingkan promosi yang hanya diketahui sepihak oleh penawar produknya. Berikut gambar promosi tidak langsung, di dalamnya berisi kan lokasi wisata yang menarik dan restoran-restoran yang halal.

(19)

Gambar 8. Japan Travel Guide for Muslim Visitor

Sumber : JNTO

Selain promosi, publikasi merusaha menciptakan permintaan dengan cara menonjolkan kesesuaian produk wisata dengan permintaan. Tujuan pokok dari publikasi adalah memancing reaksi pasar, menggerakan calon konsumen agar mencari produk yang ditawarkan. Publikasi dibagi menjadi 3 cara, yaitu :

1. Publikasi langsung, yaitu publikasi yang menggunakan leafet dan brosur perjalanan yang memberikan rincian perjalanan wisata yang ditawarkan, lengkap dengan rute, atraksi, hotel, dan harganya.

Gambar 9. Jadwal Tur Makanan oleh Muslim Friendly Tour

Sumber : Muslim Friendy Tour

2. Publikasi dalam media massa, yaitu dengan memanfaatkan media massa, baik di koran maupun televisi. Baik agen perjalanan maupun penyedia produknya langsung dapat memanfaatkan media massa untuk melancarkan bisnisnya.

(20)

3. Publikasi intern, yaitu publikasi yang didasarkan pada pengalaman wisatawan yang sudah berkunjung, kemudian menceritakannya, sehingga secara tidak langsung menjadi kegiatan publikasi. Publikasi intern pun berkolaborasi dengan publikasi media massa. Beberapa koran di Indonesia menyediakan kolom bagi wisatawan yang ini membagi pengalamannya di tempat wisata. Promosi maupun publikasi keduanya adalah cara mendistribusikan produk pariwisata ke pasar terutama dengan bentuk pariwisata. Pemasaran adalah tempat dimana penawaran (supply) bertemu dengan permintaan (demand), yaitu penyedia jasa yang menawarkan produknya sesuai dengan tren yang ada di masyarakat dan wisatawan yang akan mencari informasi tentang tujuan wisatanya akan bertemu dengan penyedia jasa melalui promosi dan publikasi yang ada.

Penutup

Ditahun 2013 ini, Jepang mulai menargetkan wisatawan muslim menjadi salah satu wisatawan potensional. Hal itu dikarenakan untuk meningkatkan wisatawan asing, yang di tahun sebelumnya terfokus pada Amerika Serikat, Eropa dan Asia Timur. Dengan ditargetkannya wisatawan muslim tersebut, Jepang mulai menyadari fasilitas-fasilitas yang dapat memberikan kenyamanan untuk wisatawan muslim. Kemudian, di tahun 2013 mulailah industri pariwisata Jepang bergerak untuk menyambut wisatawan muslim. Peningkatannya berupa fasilitas umum, seperti mushola sudah dibangun di bandara Kansai, selain itu, restoran-restoran bersertifikat halal semakin meningkat. Hal tersebut diwujudkan untuk memenuhi permintaan pasar wisatawan muslim yang sekita 10% dari total wisatawan asing yang berkunjung ke Jepang.

Penyedia jasa pariwisata didukung oleh pemerintah dan mulai bekerjasama dengan agen-agen perjalanan di beberapa negara. Promosi yang dilakukan oleh salah satu asosiasi dengan pemerintah adalah menerbitkan travel-guide khusus muslim, agen perjalanan pun mulai banyak menawarkan rencana halal tour –sebutan untuk tur bagi wisatawan muslim-, dan artikel-artikel yang membantu kegiatan pemasaran pariwisata muslim pun sudah banyak yang menulisnya.

(21)

Strategi pariwisata yang dilakukan industri pariwisata Jepang sudah baik dengan melihat segmentasi yaitu pengelompokkan yang berdasarkan motif dan lokasi asal wisatawan. Setelah segmentasi sudah diperoleh maka target pasar mulai dibidik, seperti wisatawan muslim yang menjadi pasar potensial, sehingga industri pariwisata mempersiapkan fasilitas yang ramah terhadap muslim. Setelah itu melakukan pemasaran, baik melalui promosi agen travel ataupun publikasi, hal tersebut menjadi salah satu strategi untuk menawarkan pariwisata terhadap konsumennya. Namun, untuk meningkatkan industri pariwisata itu sendiri dibutuhkan kemampuan dari industri penyedia produk pariwisata untuk selalu berkembang agar bisa mengikuti selera pasar hingga target yang diharapkan dapat terwujud, yaitu target 25 juta wisatawan asing di tahun 2020.

Daftar Pustaka

Buku:

Buchari, Alma. (2004). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta. Herbert, Jean. (2011). Shinto at the Fountain-Head. New York: Routledge

Ratna, Nyoman Kutha. (2004). Teori, Metode, dan teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Soekadijo, R.G. (1996). Anatomi Praiwisata: Memahami Pariwisata sebagai “Systemic

Linkage”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dokumen Online:

Japan National Tourism Organization. (2010). Foreign Visitor and Japanese Departures. Tokyo : JNTO

.(2011). Foreign Visitor and Japanese Departures. Tokyo : JNTO .(2012). Foreign Visitor and Japanese Departures. Tokyo : JNTO .(2013). Foreign Visitor and Japanese Departures. Tokyo : JNTO

Japan Travel Agency.(2013). General Information of Tourism Statistics in Japan. 8 Januari 2014

https://www.mlit.go.jp/common/000991725.pdf

Murakami, Mutsuko. Japan Sees Big Potensial in Asian Muslim Tourist. 23 November 2013 http://www.nst.com.my/opinion/columnist/japan-sees-big-potential-in-asian-muslim-tourists-1.228222

(22)

New Kansai International Irport Company, Ltd. Aiming to be the first Muslim-friendly airport

in Japan. 2 Desember 2013.

http://www.kansai-airport.or.jp/en/pdf/muslim.pdf

World Travel & Tourism Council. (2013). The Economic Impact of Travel & Tourism 2013. London: World Travel & Tourism Council

Artikel Jurnal:

Fanggidae, Apriana H.J. (2006). Strategi Pemasaran Pariwisata : Segmentation, Target Market, Positioning dan Marketing Mix. Usahawan,01,44-52.

Media Cetak:

Nisa, Nova Auliatun. (Mei 2013). Inovasi Terkini di Industri Perjalanan : Tamasya Halal. Halo Jepang! Publikasi dalam Kelompok The Daily Jakarta Shinbun.

Gambar

Gambar 1. Wisatawan Asing di Jepang 2010-2013  Sumber : JNTO (telah diolah kembali)
Gambar 3. Populasi Muslim Berdasarkan Regional 2010  Sumber : Pew Research Center’s Forum on Religion & Public Life
Gambar 5. Restoran dengan Sertifikat Halal di Bandara Kansai  Sumber : kansai International Airport
Gambar 6 Total Kontribusi Pariwisata Jepang Terhadap PDB 2012  Sumber : WTTC Travel & Tourism Economic Impact 2013
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan daya tarik wisata yang dikunjungi, sebagian besar wisatawan Indonesia menjadwalkan perjalanan ke tempat populer seperti Ibu Kota Seoul, pulau Jeju, sedangkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Saung Angklung Udjo dalam menarik minat wisatawan lokal maupun

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Saung Angklung Udjo dalam menarik minat wisatawan lokal maupun

sangat tajam di sentra pariwisata Pantai Kedonganan, dipandang perlu untuk mengembangkan pasar yang telah ada yang selama ini digarap bersama yakni wisatawan Australia, Eropa

Untuk itu, sektor swasta selalu berupaya memahami dan mengakomodir kebutuhan dan kenyamanan wisatawan muslim selama berada di Jepang Dengan cara ini Jepang dapat menjadi tujuan wisata

Dengan memperkuat nilai-nilai Islami dan meningkatkan layanan wisata halal, Lombok dapat menjadi tujuan yang dihormati dan diinginkan bagi wisatawan Muslim dari seluruh dunia, yang pada