• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengurus MDAHK Kotawaringin Timur

Dalam dokumen Buku Dan kearifan Dan lokal (Halaman 134-140)

DAN SEKARANG Oleh: Damardjati Kun Marjanto

5. Strategi Pengurus MDAHK Kotawaringin Timur

Melihat berbagai masalah yang dihadapi oleh organisasi dan umat Kaharingan, maka pemimpin Umat Kaharingan di Kabupaten Kotawaringin Timur mempunyai beberapa strategi yang mereka jabarkan dalam berbagai program kegiatan antara lain:

• Penguatan Ideologi Agama

Para pemimpin umat Kaharingan di Kabupaten Kotawaringin Timur sadar bahwa ideologi agama mutlak perlu disemaikan dan disuntikkan secara tajam kepada para panganut Kaharingan, tidak saja terbatas pada generasi muda namun juga meliputi para orang tua. Bagi mereka keluarga merupakan benteng yang kokoh untuk melindungi anak-anak dari proses perpindahan agama yang dahulu sering terjadi. Orang tua menjadi penting karena pada waktu lalu justru orang tualah yang memberikan peluang bagi anak-anak mereka untuk berpindah agama karena orang tua sendiri tidak mempunyai keyakinan yang kuat akan kebaikan agama Kaharingan bagi mereka dan anak-anaknya. Menurut informan kami, dahulu banyak orang tua yang tidak terlalu peduli dengan agama yang dianut oleh anak-anaknya. Dalam perkawinan di antara pemeluk agama Kaharingan dengan pemeluk agama lain, orang tua cenderung mengikuti kemauan anak-anak mereka, bahkan menurut informan kami, ada satu peristiwa di mana

orang tua tega melepaskan anak-anak mereka kepada pasangannya yang berbeda agama, dengan memberikan syarat denda dengan nilai yang cukup besar kepada pasangan anaknya.

Foto 2.2 Generasi Muda Kaharingan sedang beribadah di Balai Basarah

Beranjak dari pengalaman banyaknya umat Kaharingan yang berpindah agama tersebut mendorong pemimpin Kaharingan di Kota Sampit untuk lebih meningkatkan pembinaan kerohanian terhadap seluruh umat Kaharingan. Penguatan pada ideologi dan fanatisme keagamaan yang positif diharapkan dapat memperkuat keimanan para umat sehingga seluruh umat dapat hidup dengan penuh keyakinan bahwa Kaharingan dapat menjadi pegangan hidup bagi mereka dan tidak mudah mengganti kepercayaan Kaharingan dengan kepercayaan agama lain, khususnya apabila dihadapkan pada pilihan dan penentuan agama ketika penganut Kaharingan melangsungkan perkawinan. Usaha tersebut dilakukan dengan cara mendatangi keluarga Kaharingan yang mempunyai masalah khususnya dalam masalah perkawinan beda agama. Pembinaan juga mereka lakukan ke rumah-rumah umat Kaharingan yang mempunyai berbagai masalah kehidupan, khususnya bagi mereka yang tidak pernah terlihat dalam berbagai kegiatan keagamaan. Bahkan pemberian sanksi adat juga diberlakukan kepada keluarga Kaharingan yang salah satu anggotanya keluar dari agama Kaharingan.

• Menggalakkan Upacara-upacara Agama

Salah satu komponen yang penting dalam kehidupan keagamaan sebuah kepercayaan adalah upacara agama atau ritual agama. Dalam praktik kehidupan keagamaannya, Kaharingan

memiliki banyak upacara keagamaan yang melingkupi kehidupan kerohanian mereka. Upacara keagamaan yang sering dilakukan oleh umat Kaharingan dapat berguna secara praktis untuk lebih membuat mengerti berbagai makna dan arti yang terkandung dalam upacara- upacara keagamaan yang semuanya bersumber pada kitab suci Panaturan. Saat ini para pemimpin umat Kaharingan di Kabupaten Kotim semakin mendorong umat Kaharingan lebih sering mengikuti upacara keagamaan yang diadakan untuk lebih memberikan kekuatan batin dan iman para penganut itu sendiri. Upacara keagamaan itu sendiri dapat dipakai sebagai wahana untuk mempersatukan umat Kaharingan dalam sebuah ikatan kelompok yang semakin kuat. Bagi para pemimpin umat Kaharingan, keberadaan sebuah upacara keagamaan, di samping berguna bagi penguatan iman dan lebih mendalami dan memahami agama Kaharingan, tidak kalah pentingnya adalah dapat menjadi kegiatan sosial umat untuk semakin memperkokoh kesatuan di antara mereka.

Penyelenggaraan upacara keagamaan Kaharingan memerlukan biaya yang cukup besar. Seringkali upacara tersebut menjadi beban tersendiri bagi para penganut Kaharingan. Untuk menyiasati hal itu, para pemimpin umat Kaharingan di Kotim mempunyai sebuah strategi yang memungkinkan penyelenggaraan upacara keagamaan dengan biaya yang tidak terlalu memberatkan umat. Hal itu ditempuh dengan cara penyelenggaraan upacara keagamaan dilakukan secara bersama- sama sehingga biaya yang dikeluarkan dapat ditanggung secara bersama-sama.

• Regenerasi dan Pelatihan Pisur dan Pembuatan Buku Tafsir Kitab Panaturan

Salah satu pihak yang paling berperan dalam kegiatan upacara keagamaan Kaharingan adalah Pisur atau Basir. Pisur merupakan tokoh sentral dalam upacara karena dialah yang memimpin upacara keagamaan. Untuk menjadi Pisur, diperlukan bakat dan juga latihan yang intensif. Untuk menjadi seorang Pisur tertinggi dalam Agama Kaharingan diperlukan proses yang panjang dan ketekunan tersendiri. Ada beberapa tingkatan Pisur, yaitu:

a. Pisur Muda, bertugas mempersiapkan upacara

b. Pisur Penggapit, bertugas menjadi pendamping dari Pisur Upuk

c. Pisur Upuk/utama/ yang duduk di tengah-tengah, diapit oleh Pisur penggapit. Pisur Upuk merupakan pemimpin upacara.

d. Pisur Telun, adalah Pisur tertinggi atau sering disebut Handepang. Pisur Telun yang bisa melaksanakan Upacara Tiwah dan melaksanakan ritual Hanteran, atau mengantar roh-roh yang meninggal. Pada saat upacara Tiwah, Pisur Telun bisa mengantar arwah 100-150 arwah. Pisur ini dapat mengetahui nama-nama orang yang telah meninggal atau arwah yang di antarnya dan juga tahu nama-nama keluarga dari arwah tersebut.

Para Pisur secara umum harus dapat melakukan ritual Tawur yaitu mengucapkan mantra-mantra sambil menebarkan beras serta upacara Belian yaitu upacara pengobatan dan penolak bala. Bagi para Pisur muda, bakat dan keahlian yang mereka miliki harus selalu dibimbing oleh Pisur yang lebih pengalaman. Pelatihan-pelatihan akan diadakan untuk meningkatkan kemampuan para Pisur.

Selain peningkatan kualitas dan kuantitas Pisur, usaha yang akan dilakukan oleh Pemimpin Kaharingan di Kabupaten Kotim adalah membuat buku tafsir kitab suci Panaturan. Hal itu mereka pandang sebagai sebuah usaha yang harus secepatnya dilaksanakan mengingat banyak umat Kaharingan yang tidak terlalu paham akan kata-kata yang terkandung dalam Kitab Panaturan. Oleh sebab itu, untuk lebih memperkokoh iman kepercayaan umat Kaharingan, maka penerbitan sebuah buku tafsir menjadi hal yang sangat dibutuhkan untuk saat ini.

• Bertanggung Jawab terhadap Dana dari Umat dan Bantuan Pemerintah

Sebuah organisasi, termasuk organisasi keagamaan tidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak didukung oleh adanya pendanaan yang mencukupi. Dalam organisasi MDAHK Kabupaten Kotawaringin Timur, pendanaan paling tidak berasal dari dua sumber yaitu dana dari umat dan juga dari pemerintah daerah, dalam hal ini Pemda Kabupaten Kotawaringin Timur. Dana dari umat didapatkan dalam bentuk persembahan uang yang ditaruh di bokor yang disebut dengan istilah Duit Singah Hambaruan. Dikumpulkan sebelum sembahyang dimulai, namun jumlahnya sangat kecil yaitu antara 60 ribu sampai ratusan ribu rupiah. Selain itu ada persembahan khusus yang

diberikan oleh keluarga Kaharingan langsung kepada pengurus MDAHK Kabupaten Kotawaringin Timur.

Dana yang cukup besar didapatkan oleh pengurus MDAHK dari pemerintah daerah Kabupaten Kotawaringin Timur. Sebelum tahun 2000, setiap tahun pengurus MDAHK mendapat dana Rp2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah), namun pada tahun 2004 mendapatkan bantuan dana Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) untuk bantuan pembangunan Balai Basarah, yang diresmikan pada tahun 2004 dengan menelan dana Rp186.000.000,- (seratus delapan puluh enam juta rupiah). Balai Basarah merupakan salah satu bagian dari rencana pembangunan Kaharingan Centre. Adapun Kaharingan Centre nantinya meliputi:

1. Tempat Ibadah/Balai Basarah 2. Rumah Duka

3. Sekolah Menengah Kejuruan 4. Museum Budaya

5. Tempat pertunjukan seni Budaya 6. Panggung Tiwah Massal

7. Tempat pembudidayaan tanaman-tanaman yang berkaitan dengan ritual keagamaan.

Foto 2.3 Balai Basarah di Kota Sampit

Dari beberapa rencana kegiatan dan sarana yang ada di Kaharingan Centre, baru tempat ibadah (Balai Basarah) dan Sekolah Menengah Kejuruan yang sudah dapat diwujudkan, sedangkan lainnya masih dalam tahap perencanaan. Sekolah Menengah Kejuruan

yang bernama SMK Bakti Mulya Sampit digagas dan dimulai rancangannya sejak tahun 2003 dan baru selesai pada tahun 2007. Sekolah Kejuruan tersebut mengkhususkan diri pada keterampilan teknologi informasi dan komunikasi.

Foto 2.4 SMK Bhakti Mulya Sampit

SMK Bhakti Mulya sebenarnya merupakan SMK umum, dalam arti siapa saja dari kalangan mana saja boleh bersekolah di tempat itu.

Namun dalam kenyataannya, saat ini para murid yang sekolah di tempat itu semuanya berasal dari Etnis Dayak yang beragama

Foto 2. 5 Suasana belajar di SMK Bhakti Mulya

Kaharingan. Para murid tersebut berasal dari berbagai daerah di pedalaman Kabupaten Kotawaringin Timur, sehingga mereka harus tidur di asrama yang terletak di komplek SMK Bhakti Mulya tersebut. SMK Bhakti Mulya dengan: moto cerdas, terampil, kreatif, dan bisa,

ingin mewujudkan moto tersebut dalam diri generasi muda umat Kaharingan.

Dalam dokumen Buku Dan kearifan Dan lokal (Halaman 134-140)