• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A Isu Strategis Pengembangan Persampahan

SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN

C. Permasalahan dan Tantangan

8.4.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Pengelolaan persampahan di Kota Palopo dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan Kota Palopo seperti pada beberapa kota lainnya. Umumnya Dinas

VIII - 43

Kebersihan selain berfungsi sebagai pengelola persampahan kota, juga berfungsi sebagai pengatur, pengawas dan Pembina pengelola persampahan.

Sebagai pengatur, Dinas Kebersihan bertugas membuat peraturan- peraturan yang harus dilaksanakan oleh operator pengelola persampahan. Sebagai pengawas langsung, fungsi Dinas Kebersihan Kota Palopo adalah mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan yang telah dibuat dan memberikan sanksi kepada operator bila dalam pelaksanaan tugasnya tidak mencapai kinerja yang telah ditetapkan. Sedangkan fungsi Dinas Kebersihan sebagai pembina pengelola persampahan adalah untuk melaksanakan peningkatan kemampuan dari operator. Pembinaan tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan maupun menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat unuk mendapatkan umpan balik atas pelayanan pengelolaan persampahan.

Penanganan persampahan oleh Dinas Kebersihan Kota Palopo dilakukan secara terpadu dan bersama dengan partisipasi masyarakat, mulai dari pembuangan ke wadah bak sampah di rumah warga, proses pengangkutan ke TPS dan TPA hingga proses pengolahan samaph di TPA. Dengan sistem penanganan seperti tersebut, dapat memperlihatkan kemampuan dan kinerja organisasi kelembagaan pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota Palopo.

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan pada hakekatnya bertujuan untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi hasil produksi sampah dari sumbernya dan melakukan kegiatan pemilahan sampah antara yang organi dan anorganik sebelum sampai ke tempat pewadahan baik itu TPS maupun sebelum ke TPA, sehingga dapat lebih menumbuhkan bentuk kepedulian dari masyarakat akan kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa penanganan sampah di Kota Palopo dilakukan oleh masyarakat dengan menggunakan pola pengumpulan sampah yang antara lain meliputi pola pemgumpulan sampah secara individual langsung dan individual tak langsung, serta pola pengumpulan yang dilakukan secara komunal langsung dan pola komunal tak langsung. Pola- pola pengumpulan sampah seperti itu intinya adalah bagaimana bentuk

VIII - 44

keterlibatan langsung masyarakat dalam penanganan persampahan yang dihasilkan oleh rumah tangga dan jenis kegiatan masyarakat lainnya.

Kegiatan sosialisasi pada masyarakat tentang kebersihan lingkungan perkotaan, khususnya Perda tentang kebersihan akan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam ikut berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan. Selain itu, dapat juga dengan memaksimalkan upaya menarik swasta dalam komponen kegiatan pengelolaan, termasuk memberi insentif kepada masyarakat yang ikut berperan dalam proses pengolahan sampah.

Kondisi sistem prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di Kota Palopo, jika ditinjau dari aspek teknis untuk mendukung pengelolaan persampahan kawasan perkotaan saat ini masih memerlukan optimalisasi bagi perbaikan pembanguann lokasi TPA yang telah ada di Kelurahan Mancani, selain itu, juga diperluka peningkatan kualitas layanan bagi sarana angkutan persampahan dan pembangunan baru TPS serta penambahan dan pembangunan baru bak/tong sampah di tiap unit rumah penduduk khususnya di kawasan permukiman yang memiliki kepadatan cukup tinggi, untuk mengantisipasi volume sampah yang kemungkinan tidak dapat ditanggulangi.

B. Kondisi Eksisting

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebersihan Kota Palopo, untuk produksi sampah yang dihasilkan oleh Kota Palopo pada Tahun 2014 sendiri yang terdata adalah 252.200 m3/hari. Proses penanganannya sudah mulai dilakukan secara terpadu, akan tetapi masih sangat belum optimal.

Sarana pengumpulan sampah yang dimiliki bertujuan guna menangani sampah kota, antara lain berupa bak/tong sampah yang ada di masing-masing unit rumah penduduk, sarana Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang tersebar di semua wilayah kecamatan dan beberapa unit container dalam wilayah perkotaan. Untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang tersedia hanya 1 unit berada di Kelurahan Mancani. Sedangkan untuk alat pengangkutan sampah yang dimiliki oleh instansi terkait di Kota Palopo antara lain meliputi kijang pick up sebanyak 4 unit, dump truck sebanyak 8 unit, arm roll sebanyak 4 unit dan rakit

VIII - 45

sampah sebanyak 4 unit. Adapun alat berat yang dimiliki berupa backhoe loader, dozer dan excavator masing-masing berjumlah 2 unit.

C. Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan dalam penanganan masalah persampahan sangat terkiat erat dengan pertambahan jumlah penduduk, yang berdampak pada meningkatnya jumlah produksi sampah dan potensi dampak pada pencemaran lingkungan. Kondisi itu makin diperburuk oleh pengelolaan sampah di masing-masing daerah yang masih kurang efektif, efisien, dan berwawasan lingkungan serta tidak terkoordinasi dengan baik.

Masalah sampah sebenarnya tidak selalu terkait dengan TPA, seperti yang terjadi selama ini, karena sistem manajemen persampahan merupakan sistem yang terkait dengan dengan banyak pihak, mulai dari penghasil sampah (seperti rumah tangga, pasar, institusi, dan lain-lain), pengelola, pembuat peraturan, sektor informal, maupun masyarakat yang terkena dampak pengelolaan sampah tersebut sehingga penyelesaiannya pun membutuhkan keterlibatan semua pihak terkait dan beragam pendekatan.

Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah. Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Kota Palopo khususnya merupakan sampah basah, yaitu mencapai kurang lebih 70% dari total volume sampah. Oleh karena itu pengelolaan sampah yang terdesentralisisasi sangat membantu dalam meminimasi sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir. Pada prinsipnya pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya. Selama ini pengelolaan persampahan, terutama di perkotaan, tidak berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sampah bersifat terpusat. Misalnya saja, seluruh sampah dari Kota Palopo dan sekitrnya harus dibuag di Tempat Pembuangan Akhir di Kelurahan Mancani. Dapat dibayangkan berapa ongkos yang harus dikeluarkan untuk ini. Belum lagi, sampah yang dibuang masih tercampur antara sampah basah dan sampah kering. Padahal, dengan mengelola sampah besar di tingkat lingkungan terkecil, seperti RT atau RW, dengan membuatnya menjadi kompos maka paling tidak volume sampah dapat diturunkan/dikurangi.

VIII - 46 8.4.2.3. Analisis Kebutuhan Persampahan

Untuk menangani kebutuhan pengembangan masalah sampah di Kota Palopo, maka secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Pada dasarnya landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill sifatnya tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur ulang semua limbah yang dibuang kembali.

Alternatif pengelolaan sampah juga dapat dilakukan dengan meminimalisasi produksi sampah. Jika sampah akan dibuang, maka sebelumnya harus dipilah agar dapat dilakukan daur ulang secara optimal. Selain itu, industri-industri yang menghasilkan sampah harus dapat mendesain ulang bentuk produknya menjadi bahan yang mudah diproses setelah tidak terpakai, untuk memudahkan proses daur ulang produk tersebut.

Sedangkan untuk efektifitas penanganan masalah sampah, maka kebutuhan pengelolaan dimasa yang akan datang perlu untuk dilakukan peningkatan pelayanan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang memiliki kriteria antara lain harus jauh dari kawasan permukiman dan aktivitas perkotaan serta sumber mata air sebagai sumber air baku. Selain itu juga harus dilengkapi dengan dengan sistem filtrasi dan jalur hijau sebagai penyanggah bagi keberadaan lokasi pembuangan sampah tersebut.

Kebutuhan pengembangan sistem pengelolaan sampah yang diusulkan didasarkan pada pertimbangan kebutuhan tingkat pelayanan, skala jangkauan pelayanan, kemampuan penyediaan prasarana dan sarana persampahan, potensi dari peluang investasi dan pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan, konsep penerapan pengelolaan yang didukung oleh berbagai perangkat peraturan, pengembangan sistem kelembagaan dan SDM serta bentuk dukungan dari masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan di Kota Palopo.

VIII - 47

Tabel 8.6.

Proyeksi Timbulan Sampah dan Kebutuhan Sarana Persampahan Kota Palopo Tahun 2015

No Tahun Jumlah Penduduk

Produksi sampah (Liter/hari)

Penyediaan Sarana Persampahan (Unit)

Container Gerobak Truck

1 2013 154.280 385.701 129 514 129

2 2014 158.462 396.156 132 528 132

3 2015 162.645 406.612 136 542 136

Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2015

Aspek pendanaan yang terkiat dalam pengelolaan dana operasional kebersihan/persampahan masih memerlukan dukungan pembiayaan dari berbagai pihak baik yang bersumber dari APBN, APBD Provinsi maupun dukungan pembiayaan APBD Kota Palopo. Khusus untuk retribusi pengangkutan persampahan di Kota Palopo masih belum dilakukan secara optimal.

Dokumen terkait