• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1478843233Bab 8 ASPEK TEKNIS SEKTOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1478843233Bab 8 ASPEK TEKNIS SEKTOR"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

VIII - 1

Bab VIII

Aspek Teknis

Per Sektor

8.1. Pengembangan Permukiman

8.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Kondisi kawasan permukiman dan perumahan di Kota Palopo secara garis besar terkonsentrasi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan rendah, sedang hingga tinggi. Kawasan permukiman tersebut dilengkapi oleh prasarana dan sarana dasar penunjang yang kebutuhannya akan disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan lingkungan setempat berdasarkan proyeksi kebutuhan fasilitas pendukung tersebut.

(2)

VIII - 2 8.1.1.1. Arah Kebijakan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada peraturan perundangan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumahsusun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

(3)

VIII - 3

Pengembangan Permukiman di Kota Palopo dilaksanakan dengan upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh, perkotaan, dan Wilayah Pesisir. Peningkatan pembangunan prasarana dan sarana ( infrasruktur ) Permukiman di kawasan Terpilih Pusat Pengembangan perkotaan melalui program pemberdayaan masyarakat. Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1 Tahun 2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut:

A. Tugas

1. Pemerintah Pusat

a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba.

c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan e) kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan

hunian dan kawasan permukiman.

f) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.

2. Pemerintah Provinsi

a) Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi dibidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional.

b) Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota.

c) Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

(4)

VIII - 4

kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

f) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahandan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

g) Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR.

h) Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi. b) Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan

dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c) Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

d) Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e) Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota. f) Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta

kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g) Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman. h) Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

i) Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

(5)

VIII - 5 kabupaten/kota.

k) Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

B. Wewenang

1. Pemerintah Pusat

a) Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.

b) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman.

c) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

e) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

f) Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional.

g) Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

h) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

i) Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

j) Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

2. Pemerintah Provinsi

a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

(6)

VIII - 6

bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi. c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

d) Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi. e) Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan

strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

f) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

g) Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.

h) Menetapkan Kebijakan dan Strategi daerah dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a) Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

b) Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang - undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c) Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d) Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undanganserta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e) Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.

(7)

VIII - 7

g) Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

h) Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i) Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

8.1.1.2. Lingkup Kegiatan

Pengembangan kawasan permukiman di daerah perkotaan selama ini diarahkan pada upaya perbaikan kualitas lingkungan permukiman khususnya yang berada di kawasan pesisir pantai yang secara umum merupakan kawasan permukiman kumuh. Program perbaikan lingkungan permukiman tersebut juga dibarengi dengan peningkatan kuantitas dan kualitas dari pelayanan infrastruktur perkotaan, untuk menciptakan lingkungan hunian yang sehat dan layak huni.

Sedangkan untuk pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman di daerah kelurahan akan lebih difokuskan pada program pembangunan, perbaikan dan peningkatan prasarana jaringan jalan untuk memperlancar aksesibilitas dan mobilitas masyarakat.

8.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

8.1.2.1. Isu Strategis

(8)

VIII - 8

daerah pinggiran kota yang masih bersifat kedesaan, pola perkembangan kawasan permukiman umumnya berbentuk berkelompok dan kurang terpola, kurang tertata dan kurang terencana dengan baik.

Perkembangan kawasan permukiman dapat ditandai dengan bertambahnya jumlah unit rumah dan atau meningkatnya luas lahan permukiman. Pesatnya pertumbuhan perumahan dan permukiman secara individu maupun perumahan yang terencana dan berskala besar, dapat mengakibatkan berubahnya fungsi lahan secara mendasar. Penyediaan perumahan secara terencana biasanya dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan serta memiliki estetika lingkungan yang lebih tertata. Akan tetapi pada kawasan permukiman yang tumbuh secara individu (alamiah) menempati lahan secara tidak teratur dan tidak dilengkapi dengan penyediaan sarana dan prasarana lingkungan.

Proses pertumbuhan permukiman tersebut merupakan bagian yang sulit untuk dihindari, demikian halnya perkembangan perumahan dan permukiman Kota Palopo mengalami permasalahan dalam hal upaya penataan maupun penyediaan lahan dan sarana pendukungnya. Sejauh ini intensitas perkembangan kawasan permukiman di Kota Palopo terus mengalami peningkatan sejalan dengan pertambahan jumlah penduduknya, hal tersebut dapat ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah rumah dan lahan peruntukan permukiman, serta tumbuh dan berkembangnya kawasan perumahan oleh pengembang.

(9)

VIII - 9

berdasarkan kondisi fisik lahan, karakteristik sosial masyarakat dan orientasi kegiatan perekonomian masyarakat.

8.1.2.2. Kondisi Eksisting

Pada awalnya Kota Palopo terbentuk pola permukiman yang linier yaitu mengikuti pola jalan utama yang ada. Pola linier terbentuk dengan pertimbangan aksesibiltas dan kemudahan pelayanan fasilitas, pola ini terbentuk pada jalur-jalur utama dan jalan yang menghubungkan ke daerah hinterland. Kemudian pada pusat kota mengalami perkembangan yang cukup pesat dan membentuk kelompok permukiman skala besar (urban). Dengan pertimbangan nilai ekonomis lahan dan pemanfaatan lahan yang seefisien mungkin, sehingga terbentuk pola grid atau penyebaran bangunan yang hampir merata pada seluruh bagian pusat kota, pola ini terdapat pada pusat aktivitas kota (kawasan perdagangan).

Sedangkan pada daerah pinggiran kota (phery-phery) memiliki kecenderungan pembentukan pola permukiman yang menyebar dan membentuk kelompok-kelompok permukiman kecil. Hal ini terbentuk dengan pertimbangan nilai ekonomis lahan dan kecenderungan masyarakat untuk tinggal dekat dengan lingkungan kerja (sektor pertanian). Perkembangan pola permukiman pada daerah pinggiran relatif rendah hal ini dipengaruhi oleh produktivitas dan orientasi mata pencaharian masyarakat tertumpuh pada lahan pertanian, sehingga kecenderungan masyarakat untuk bertempat tinggal pada kelompok permukiman yang ada, atau dengan kata lain proporsi pertambahan jumlah rumah tidak seimbang dengan perkembangan lahan permukiman.

Kawasan permukiman di Kota Palopo memiliki ciri dan karakterisitik tertentu pada masing - masing bagian wilayah kota. Kondisi dan karakteristik lingkungan permukiman di Kota Palopo diuraikan berdasarkan karakteristik pada masing-masing kawasan yang terbagi atas permukiman pada kawasan pusat kota, permukiman pada kawasan transisi dan kawasan permukiman pada kawasan phery-phery (pinggiran).

(10)

VIII - 10

optimalisasi dalam menjalankan fungsinya, sedangkan secara kuantitas masih memerlukan peningkatan dan penyediaan yang lebih layak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap prasarana dan sarana dasar permukiman.

Berdasarkan pengamatan terhadap penyebaran permukiman dan kecenderungan perkembangan perumahan di Kota Palopo yang menyebar terutama pada kawasan pusat kota, dengan kecenderungan perkembangan ke arah semi pinggiran kota, hal ini disebabkan oleh keterbatasan dan nilai harga lahan pada kawasan pusat kota cederung mengalami peningkatan, sehingga pengembangan perumahan dan permukiman mulai menyebar ke kawasan semi pinggiran kota. Perkiraan kebutuhan jumlah rumah di Kota Palopo hingga tahun 2015, diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 8.1.

Proyeksi Kebutuhan Sarana Permukiman Kota Palopo Tahun 2015

No Type Rumah Kebutuhan

Sumber : Hasil Analisis Tahun 2015

Tabel tersebut di atas menunjukkan kebutuhan sarana permukiman di Kota Palopo hingga tahun 2015, mencapai kurang lebih 32.529 unit, dengan kebutuhan lahan sekitar 780,69 Ha, hal ini menunjukkan selisih kebutuhan rumah sekitar 6.967 unit.

(11)

VIII - 11

satu daya tarik dan motivasi bagi masyarakat dalam penyediaan sarana permukiman.

Kebutuhan yang cukup mendesak adalah penyediaan infrastruktur seperti penyediaan air bersih, pembangunan jaringan drainase perkotaan, peningkatan kualitas jalan, pembangunan tempat pengolahan limbah dan sanitasi lingkungan, peningkatan penanganan persampahan perkotaan serta penanganan terhadap fasilitas penunjang perkotaan lainnya.

8.1.2.3. Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan permukiman kota adalah tingginya tuntutan terhadap kebutuhan lahan, sehingga terjadi perubahan pemanfaatan lahan, dimana umumnya perubahan yang terjadi tersebut umumnya kebutuhan perumahan dan permukiman beserta prasarana dan sarana dasar penunjangnya. Sementara disisi lain, tuntutan kebutuhan tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas dan perbaikan manajemen dari aspek kelembagaan dan pendanaan/pembiayaan dalam mendukung pengembangan kawasan permukiman. Sehingga tercipta kondisi yang kurang optimal dalam sistem penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman.

8.1.2.4. Tantangan

Secara umum yang menjadi tantangan pembangunan dan pengembangan permukiman di Kota Palopo dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kelembagaan daerah yang menangani bidang kecipta-karyaan masih

lemah dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan permukiman.

2. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

3. Pelaksanaan pembangunan bidang perumahan/ permukiman belum

(12)

VIII - 12

4. Aspek pembiayaan pembangunan perumahan dan permukiman, dalam

hal ini mengintensifkan pembiayaan melalui sumber-sumber pembiayaan dari pihak swasta dan swadaya masyarakat, tentunya didukung oleh APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN.

5. Perhatian Pemerintah Daerah terhadap pembangunan bidang Cipta

Karya yang masih rendah

6. Aspek peran serta masyarakat, lemahnya kesadaran masyarakat tentang

pentingnya partisipasi sebagai pendampingan dalam pengembangan permukiman baik secara individual maupun organisasi masyarakat yang ada.

7. Penguatan Sinergi SPPIP/RPKPP dalam penyusunan RPI2JM Kota

Palopo.

8.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan permukiman kota adalah tingginya tuntutan terhadap kebutuhan lahan, sehingga terjadi perubahan pemanfaatan lahan, dimana umumnya perubahan yang terjadi tersebut umumnya kebutuhan perumahan dan permukiman beserta prasarana dan sarana dasar penunjangnya. Sementara disisi lain, tuntutan kebutuhan tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas dan perbaikan manajemen dari aspek kelembagaan dan pendanaan/pembiayaan dalam mendukung pengembangan kawasan permukiman. Sehingga tercipta kondisi yang kurang optimal dalam sistem penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman.

Sehingga langkah yang diambil dalam pemecahan permasalahan dalam pengembangan permukiman di Kota Palopo, yang terkait dengan aspek kelembagaan, aspek pendanaan dan aspek peran serta masyarakat, antara lain sebagai berikut :

(13)

VIII - 13

penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang dimiliki.

 Memperkuat sistem manajemen dalam pendanaan dari berbagai sumber (APBD Kabupaten, APBD Provinsi, APBN dan Swadaya) dalam pembiayaan pengembangan permukiman.

 Peningkatan peran serta masyarakat dalam menangani program/kegiatan pengembangan permukiman baik individu maupun Organisasi Masyarakat.

 Usaha optimalisasi terkait peningkatan peran serta swasta dalam penyelenggaraan dan pembangunan sektor perumahan dan permukiman.

8.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

Sistem infrastruktur kawasan permukiman yang diusulkan adalah prasarana dan sarana dasar permukiman dalam mendukung proses perbaikan dan pengembangan kawasan permukiman. Usulan itu antara lain seperti pengadaan sistem perpipaan air minum, pembangunan daluran drainase, pembangunan sistem buangan air limbah, pengadaan dan pengelolaan sistem timbulan persampahan, serta perbaikan dan peningkatan kualitas jalan lingkungan permukiman.

8.1.4.1. Program Kerja

(14)

VIII - 14

Penataan dan pengembangan perumahan dan permukiman di Kota Palopo diharapkan dapat tertata sesuai dengan fungsi-fungsi kawasan yang telah ditetapkan. Usulan prioritas yang dapat dilaksanakan antara lain :

 Penyusunan studi KASIBA/LISIBA guna penyiapan lahan pengembangan perumahan dan permukiman

 Penataan dan penyediaan infrastruktur permukiman kumuh

 Pembukaan akses jalan utama pada kawasan-kawasan rencana pembangunan perumahan dan permukiman

 Pembangunan rumah susun sewa (Rusunawa) yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

8.1.5 Usulan Program dan Kegiatan

Beberapa bentuk usulan dan prioritas untuk pelaksanaan proyek pembangunan infrastruktur pada kawasan permukiman antara lain sebagai berikut  Program peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh, yang

didalamnya telah dipersiapkan program pembangunan infrastruktur dasar seperti pembangunan jalan lingkungan dan jalan setapak kawasan permukiman, perbaikan dan pembangunan saluran drainase dan gorong-gorong sebagai satu kesatuan sistem pembuangan air kotor masyarakat, peningkatan pengelolaan sistem pembuangan persamapahan dan peningkatan pengelolaan pembuangan air limbah.

 Program peningkatan lingkungan permukiman penduduk perkotaan, peningkatan kualitas jaringan jalan seperti pengaspalan jalan yang mendesak.

(15)

VIII - 15

Tabel 8.2.

Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Kawasan Permukiman Kota Palopo Tahun 2016-2020

3 LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN

PERMUKIMAN

3a Draft NSPK Daerah Bidang Permukiman

3b Laporan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemerintah

Daerah dalam Bidang Permukiman

3c Strategi Pembangunan Permukiman dan

Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)

3d Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan dan

Perdesaan (RPKPP)

4 LAPORAN PENGAWASAN PENGEMBANGAN

PERMUKIMAN

4a Laporan Pengawasan Pengembangan Permukiman

5 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN

PERKOTAAN

5a Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh

1 Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kumuh Kota Palopo, Kec. Wara, Kws. Dangerakko (14,2153 Ha)

Kec. Wara, Kws. Dangerakko

2016

2 Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kumuh Kota Palopo, Kec. Wara Timur, Kws. Panggoli (5,4308 Ha)

Kec. Wara Timur, Kws.

Panggoli

2016

3 Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kumuh Kota Palopo, Kec. Wara, Kws. Ponjalae (11,91 Ha)

Kec. Wara,

Kws. Ponjalae 2016

4 Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kumuh Kota Palopo, Kec. Mungkajang (4,08 Ha)

Kec.

(16)

VIII - 16 5 Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kumuh Kota Palopo, Kec. Wara Timur, Kws. Pontap (27,46 Ha)

Kec. Wara Timur, Kws.

Pontap

2017

6 Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kumuh Kota Palopo, Kec. Wara Timur, Kws. Salotellue (4,51 Ha)

Kec. Wara Timur, Kws.

Salotellue

2017

7 Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kumuh Kota Palopo, Kec. Wara Timur, Kws. Surutangga (4,14 Ha)

Kec. Wara Timur, Kws. Surutangga

2017

8 Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kumuh Kota Palopo, Kec. Wara Utara, Kws. Batupasi (3,80 Ha)

Kec. Wara Utara, Kws.

Batupasi

2018

9 Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kumuh Kota Palopo, Kec. Wara Utara, Kws. Sabamparu (15,20 Ha)

Kec. Wara Utara, Kws. Sabamparu

2018

5b Infrastruktur Permukiman RSH yang Meningkat

Kualitasnya

6 RUSUNAWA BESERTA INFRASTRUKTUR

PENDUKUNGNYA

6a Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya

7 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN

PERDESAAN

7a Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan

Potensial yang Meningkat Kualitasnya

1 Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perdesaan Potensial Kec.Mungkajang Mungkajang Kec. 2018

2 Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perdesaan Potensial Kec. Mungkajang Mungkajang Kec. 2019

3 Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perdesaan Potensial Kec Bara Kec Bara 2019

4 Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perdesaan Potensial Kec.Mungkajang Mungkajang Kec. 2020

5 Pembangunan dan Pengembangan Kws Permukiman Perdesaan Potensial Kec.Wara Selatan Kec Wara Selatan 2020

7b Infrastruktur Kawasan Permukiman Rawan Bencana

7c Infrastruktur Kawasan Permukiman di Perbatasan

dan Pulau Kecil Terluar

8 INFRASTRUKTUR PENDUKUNG KEGIATAN

EKONOMI DAN SOSIAL (RISE)

8a Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi Dan

Sosial (RISE)

(17)

VIII - 17

9a PPIP

9b RIS-PNPM

10 NUSSP

10a NUSSP

1 NUSSP di Penggoli, Pontap, Pnjalae Samping SMA 4 Kec Wara Timur Wara Timur 2016

2 NUSSP di Penggoli, Pontap, Pnjalae Samping SMA 4 Kec Wara Timur Wara Timur 2017

3 NUSSP di Penggoli, Pontap, Pnjalae Samping SMA 4 Kec Wara Timur Wara Timur 2018

4 NUSSP di Penggoli, Pontap, Pnjalae Samping SMA 4 Kec Wara Timur Wara Timur 2019

Sumber: Matriks RPI2JM 2016-2020

8.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

8.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Konsep penataan bangunan dan lingkungan di Kota Palopo lebih diarahkan pada penataan kawasan pusat perkantoran, jasa dan perdagangan, kawasan permukiman padat di pusat kota, kawasan permukiman kumuh, kawasan terminal, kawasan bersejarah dan pariwisata, serta kawasan industri. Sehingga rencana untuk penataan bangunan dan lingkungan (PBL) pada kawasan tersebut dilaksanakan agar dapat meningkatkan fungsi pelayanan dan mendorong peningkatan jasa di sektor perdagangan, transportasi dan pariwisata, serta peningkatan kualitas lingkungan kawasan permukiman.

8.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

8.2.2.1. Isu Strategis

(18)

VIII - 18

Aturan yang masih banyak dilanggar adalah mengenai garis sempadan bangunan yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, kondisi lingkungan sekitar kawasan perdagangan, terminal dan pelabuhan yang masih belum tertata dengan baik, juga ikut mengganggu estetika lingkungan.

8.2.2.2. Kondisi Eksisting

Kondisi bangunan dan lingkungan yang ada di wilayah Kota Palopo khususnya bangunan rumah penduduk di kawasan permukiman nelayan Kelurahan Pontap dan sekitarnya, daerah pesisir dan daerah bantaran sungai umumnya tidak memenuhi kriteria teknis suatu bangunan dari hal jarak antara rumah, penataan dan elevasi, dimana terlihat antar bangunan tersebut memiliki kerapatan dan tingkat kepadatan yang cukup tinggi, dan umumnya belum memenuhi kesesuaian dan standar penyelenggaraan dari penataan bangunan dan lingkungan, sehingga menimbulkan kesan lingkungan yang kumuh karena tidak teratur.

8.2.2.3. Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan dalam penataan bangunan di Kota Palopo secara umum masih terkendala dalam hal penerapan aturan bangunan terkait dengan faktor, keamanan dan tingkat keselamatan dari penyelenggaraan bangunan tersebut. Aturan dan syarat secara teknis dari penataan bangunan lingkungan masih kurang mendapat perhatian. Kondisi tersebut dapat dijumpai di kawasan permukiman perkotaan, kawasan jasa dan perdagangan di pusat kota dan lainnya. Aturan yang menjadi permasalahan yang umum terjadi adalah menyangkut aturan garis sempadan jalan dan bangunan.

(19)

VIII - 19

Kondisi bangunan khususnya bangunan rumah penduduk di koridor jalan utama dalam wilayah Kota Palopo, serta kawasan pesisir dan pelabuhan yang umumnya dihuni oleh kaum nelayan yang termasuk kelompok berpenghasilan rendah umumnya tidak memenuhi kriteria teknis suatu bangunan dalam hal jarak antara rumah, penataan dan elevasi, sehingga menimbulkan lingkungan yang terkesan kumuh dan kurang memenuhi kriteria dan persyaratan suatu lingkungan permukiman yang sehat, produktif dan layak huni. Kondisi tersebut semakin diperparah oleh kurangnya prasarana dan sarana dasar yang mendukung kawasan permukiman sehingga kondisi lingkungan permukiman menjadi semakin kumuh.

Sedangkan terkait dengan penataan bangunan-bangunan negara dan kawasan bersejarah di Kota Palopo, permasalahan yang dihadapi, antara lain :

 Belum teridentifikasinya secara keseluruhan bangunan negara dan failitas publik, serta bangunan dan kawasan-kawasan berejarah

 Belum teredianya regulasi yang mengatur tentang konsep penataan bangunan-bangunan dan kawasan bersejarah di Kota Palopo.

8.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

(20)

VIII - 20 8.2.4. Program Yang Diusulkan

 Melakukan penataan bangunan agar dapat memberi nilai tambah secara fisik, ekonomi dan sosial.

 Penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal.

 Pengembangan permukiman masyarakat agar produktif dan berjati diri.  Melakukan pendataan bangunan-bangunan negara dan

kawasan-kawasan bersejarah

 Penataan dan revitaslisasi kawasan bersejarah.

8.2.5. Usulan Program dan Kegiatan

Usulan dan Prioritas dalam Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan yang menjadi program dan untuk dilaksanakan antara lain adalah :

 Rehabilitasi terhadap beberapa bangunan gedung perkantoran di pusat Kota Palopo dan rehabilitasi terhadap bangunan pasar.

 Penataan lingkungan kumuh di beberapa kelurahan di dalam wilayah Kota Palopo.

 Dukungan terhadap Prasarana dan Sarana Dasar (PSD) lingkungan terhadap kawasan permukiman kumuh.

 Pembangunan infrastruktur dalam wilayah Kota Palopo.

 Penataan bangunan dan lingkungan pada kawasan koridor jalan, kawasan permukiman, kawasan pusat pemerintahan dan pada kawasan bersejarah dan pariwisata.

 Identifikasi dan Inventarisasi kawasan bersejarah  Penataan dan revitaslisasi kawasan bersejarah

(21)

VIII - 21

Tabel 8.3.

Usulan Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Palopo Tahun 2016-2020

Draft NSPK Pusat Bidang Penataan Bangunan

dan Lingkungan

2b

Draft NSPK Daerah Bidang Penataan Bangunan

dan Lingkungan

Pendampingan Penyusunan RTBL Kws Pusat Niaga Palopo, Pontap Kec Wara Timur

Pontap Kec Wara Bangunan Dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung

Dan Rumah Negara

5 BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA

5a Aksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan

(22)

VIII - 22 6a

Sarana dan prasarana Penanggulangan Bahaya

Kebakaran

6b Sarana dan prasarana Revitalisasi Kawasan

1 Penataan dan Revitalisasi Kawasan Wara Kec Wara 2017

2 Penataan dan Revitalisasi Kawasan Wara Utara Kec Wara Utara 2018

3 Penataan dan Revitalisasi Kawasan Wara Selatan Kec Wara Selatan 2019

4 Penataan dan Revitalisasi Kawasan Bara Kec Bara 2020

6c

Sarana dan prasarana Penataan Ruang Terbuka

Hijau (RTH)

1

Pengelolaan Penataan Kota Hijau Sampoddo Kec Wara

Selatan Kec Wara Selatan 2016

2 Penatan Taman Kehati Palanglambe Kec Wara Barat Kec Wara Selatan 2016

6d

Sarana dan prasarana Penataan Lingkungan

Permukiman Tradisional/Bersejarah

7 KESWADAYAAN MASYARAKAT

7a Keswadayaan Masyarakat

Sumber: Matriks RPI2JM 2016-2020

8.3. Sistem Penyediaan Air Minum

8.3.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

8.3.1.1. Arahan Kebijakan

Pelaksanaan pembangunan saat ini diorientasikan pada bentuk kegiatan yang menyentuh langsung ke masyarakat. Untuk itu Pemerintah Kota Palopo mempunyai rencana untuk pengembangan dan peningkatan pelayanan air bersih sebagai kerangka dasar dalam pembangunan yang bersifat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara komprenhensif dan terpadu. Sehingga kedepan diharapkan Kota Palopo mampu memberikan pelayanan sistem air bersih kepada masyarakat terutama dalam menyiapkan sistem pelayanan air bersih yang merupakan salah satu prasarana dasar yang diprioritaskan saat ini.

(23)

VIII - 23

salah satu komponem dasar. Atas dasar tersebut, maka Departemen Pekerjaan Umum melalui Pemerintah Kota Palopo, khususnya PU/Cipta Karya, merencanakan program dan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan air minum di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air.

Tingkat pelayanan Air Minum di Kota Palopo hingga saat ini belum mampu melayani jumlah penduduk secara keseluruhan, yang terjangkau hanya sebagian penduduk. Sehingga untuk dapat melayani masyarakat secara keseluruhan maka Pemerintah Kota Palopo melalui kerjasama dengan PDAM Kota Palopo perlu meningkatkan sistem pelayanan yang digunakan, dan juga dengan penambahan dan peningkatan sarana dan prasarana pendukung untuk kebutuhan pengembangan prasarana air minum. Selain itu, juga diperlukan penanganan dan pengawasan yang optimal untuk dapat mencegah tingkat kehilangan air terutama kebocoran pipa dan pencurian air yang tidak melalui meteran, khususnya di daerah perkotaan yang telah terlayani dalam penyediaan air minum melalui PDAM.

8.3.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan

8.3.2.1. Isu Strategis

Cakupan pelayanan air minum dengan perpipaan maupun non perpipaan rendah, sehingga diperlukan pembangunan jaringan sistem air minum baru dalam rangka menambah jumlah masyarakat yang mendapat pelayan air minum dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, diantaranya :

1. Pembangunan jaringan sistem Penyediaan Air Minum di Ibukota Kecamatan (IKK)

2. Pembangunan jaringan sistem Penyediaan Air Minum di Kawasan MBR 3. Pembangunan jaringan sistem Penyediaan Air Minum Perdesaan

8.3.2.2. Kondisi Eksisting

(24)

VIII - 24

air baku PDAM, prasarana dan sarana pendukung produksi air minum dari PDAM serta distribusi air yang telah terolah.

Sistem transmisi air baku yang digunakan oleh PDAM Kota Palopo untuk melayani pelanggan yang terdaftar adalah :

 Sistem transmisi secara grafitasi dari sumber air dengan menggunakan pipa jenis ACP Ø 350 mm dengan panjang 2.850 meter.

 Sistem transmisi secara grafitasi dari sumber air dengan menggunakan pipa jenis PVC dan STEEL Ø 300 mm dengan panjang keseluruhan 3.672 meter.

 Sistem transmisi secara grafitasi dari sumber air dengan menggunakan pipa jenis pipa jenis GIP Ø 250 mm dengan panjang 3.248 meter.

 Sistem transmisi secara grafitasi dari sumber air dengan menggunakan pipa jenis pipa jenis DCIP Ø 200 mm dengan panjang 3.000 meter.

Sedangkan prasarana dan sarana penyediaan dan pengelolaan air minum, yaitu untuk Instalasi Pengolahan Air (IPA), berdasarkan data yang diperoleh bahwa hingga saat ini PDAM Kota Palopo menggunakan sistem perpompaan dari Pompa Intake yang selanjutnya akan didistribusi ke masing-masing pelanggan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8.4. Komponen Prasarana dan Sarana pendukung Unit Produksi PDAM di Kota Palopo Tahun 2012

(25)

VIII - 25

16. Centrifugal Pump. I 1 10 liter/detik Baik

17. Centrifugal Pump. I 1 7 liter/detik Baik

Sumber : PDAM Kota Palopo Tahun 2012

Sistem non perpipaan di wilayah Kota Palopo yang dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat berupa sumur, baik sumur gali maupun sumur bor, dimana untuk sumur bor masih sangat terbatas penggunaannya akibat biaya yang cukup besar dan bisa memicu terjadinya intrusi air laut masuk ke sumber air penduduk. Sementara untuk sumur gali yang dimanfaatkan mempunyai permasalahan pada kwalitas air yang dihasilkan pada umumnya masih ada yang memiliki rasa asin, disamping itu juga cenderung terjadi pencemaran, karena banyak yang masih belum disekat antara sumber pemasukan air dengan lokasi septik tank warga sehingga cenderung terkontimanisasi dengan sumur yang bisa menimbulkan kesehatan bagi masyarakat pengguna sumur.

8.3.2.3. Permasalahan

Perkembangan pembangunan yang cukup pesat yang terjadi di Kota Palopo pada dasarnya juga mempengaruhi tingginya tingkat kebutuhan masyarakat akan air minum melalui sistem distribusi perpipaan dari PDAM. Kurangnya manajemen koordinasi antar kelembagaan semakin mempersulit sistem distribusi air minum yang layak ke masyarakat pelanggan, sehingga dengan perkembangan tersebut, menuntut pula berkembanganya sistem aktifitas lainnya yang juga tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air minum yang memadai, sehingga menyebabkan pelayanan yang kurang optimal kepada masyarakat akan kebutuhan air minum.

Disisi lain, pemanfaatan sumber air baku yang ada dan terus meningkat menyebabkan terjadinya pengurangan debit air pada saat musim kemarau, sementara usaha dalam memperbaharui atau mencari sumber air baku lainnya masih kurang optimal dilakukan.

(26)

VIII - 26

pemadam kebakaran, berkurangnya kemampuan accessories pipa dalam mempertahankan kinerjanya, sambungan yang desainnya tidak tepat, pelayanan air yang tanpa meter air dan lain sebagainya.

8.3.2.4. Tantangan

Tantangan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Palopo dalam penanganan masalah penyediaan dan pelayanan air minum secara umum masih menyangkut pada tingkat pelayanan yang diberikan oleh PDAM yang dirasa belum optimal. Tantangan tersebut antara lain meliputi :

 Masih terbatasnya prasarana dan sarana pengolahan air minum PDAM Kota Palopo dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

 Masih terbatasnya jaringan pipa transmisi dan distribusi yang dapat menjangkau seluruh daerah pelayanan.

 Kurangnya pendanaan dalam penambahan prasarana dan sarana untuk penambahan jaringan – jaringan baru dan mengelola sumber – sumber air baku yang ada.

8.3.3. Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

8.3.3.1. Analisis Kondisi Pelayanan

Kondisi pelayanan jaringan air minum di lingkup wilayah Kota Palopo secara umum belum mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan akan air minum yang sehat dan bersih serta layak untuk langsung dikonsumsi.

Berdasarkan data dari PDAM Kota Palopo bahwa jumlah pelanggan PDAM pada Tahun 2012 sebanyak 12.945 sambungan yang terdiri dari rumah tangga, fasilitas sosial, industri dan perdagangan, sehingga masih terdapat sekitar 11.901 kepala keluarga yang belum terlayani dari 24.887 kepala keluarga atau baru terlayani sekitar 59,80 %.

(27)

VIII - 27

masyarakat di Kota Palopo. Selain itu, kualitas produksi air juga masih perlu untuk lebih ditingkatkan.

8.3.3.2. Analisis Sistem Prasarana dan Sarana Air Minum

Prasarana dan sarana air minum di Kota Palopo secara kualitas belum mampu melayani masyarakat secara baik karena kondisi dan kapasitasnya yang masih terbatas, sehingga PDAM Kota Palopo perlu lebih meningkatkan dan menambah sistem prasarana dan sarana air minum untuk dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya mengenai jaringan perpipaan dan penambahan instalasi baru.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa, PDAM Kota Palopo masih memerlukan instalasi pengelolaan air seperti dengan menggunakan sistem perpompaan air dari intake yang kemudian akan didistribusikan kepelanggan secara grafitasi mulai dari bangunan air sampai kepada pipa-pipa distribusi pelanggan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung. Juga kebutuhan terhadap reservoir air guna lebih meningkatkan kapasitas produksi air yang akan disalurkan ke pelanggan.

8.3.3.3. Analisis Kebutuhan Program

Program yang menjadi kebutuhan dalam pengembangan prasarana air minum terkait dengan tingkat kebutuhan pengembangan sistem penyediaan pelayanan air minum, yang antara lain meliputi :

 Program pengembangan terhadap sumber penyediaan air baku untuk pengolahan penyediaan air minum.

 Program pengembangan terhadap daerah pelayanan yang meliputi daerah pelayanan berdasarkan peningkatan kapasitas produksi dan penambahan jaringan perpipaan, yang diusahakan meliputi seluruh wilayah perkotaan di wilayah Kota Palopo.

(28)

VIII - 28

 Program pengembangan untuk meningkatkan kapasitas jaringan terpasang, jumlah produksi dan tingkat distribusi air untuk kebutuhan pelanggan air minum.

 Progam pengembangan terhadap cakupan pelayanan, menyangkut layanan pelanggan di daerah perkotaan dan sekitarnya.

 Program pengembangan prasarana dan sarana sistem air minum bagi penduduk pelanggan.

Berdasarkan uraian program pengembangan tersebut diatas, menunjukkan bahwa alternatif program yang bisa dilakukan dan efisien dari segi operasional adalah dengan meanambah jaringan perpipaan dengan mencari sumber air baku yang baru yang memungkinkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di perkotaan maupun di perdesaan. Hal yang paling memungkinkan adalah pengaliran melalui sistem gravitasi karena daerah pelayanan pada umunya letaknya lebih rendah dari sumber air baku yang ada.

8.3.3.4. Rekomendasi

Rekomendasi dalam penanganan pengembangan sistem jaringan air minum dilakukan dengan mengkaji alternatif penyelesaian untuk memecahkan masalah terkait dengan program pengembangan dan pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat yang menjadi prioritas. Rekomendasi yang diusulkan terebut secara garis besar terdiri dari :

Aspek Teknis

Secara teknis kajian program dan implementasi untuk rekomendasi antara lain sebagai berikut :

 Perbaikan dan peningkatan saluran air baku  Perbaikan kebocoran pipa

 Pemasangan pipa transmisi dan pipa distribusi

 Penggantian water meter pelanggan yang tidak berfungsi

(29)

VIII - 29  Aspek Manajemen

 Peningkatan kinerja pegawai dan peraturan perusahaan.  Peningkatan sistem operasional dan pemeliharaan air minum.  Peningkatan pelayanan air minum

 Peningkatan penanganan terhadap tingkat kebocoran.

8.3.4. Program dan Kriteria Kesiapan, serta Skema kebijakan Pendanaan

Pengembangan SPAM

8.3.4.1. Program Prioritas Sektor Air Minum

Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat dan diharapkan adanya sharing kegiatan dari Pemerintah Daerah untuk menunjang kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Program SPAM IKK

a) Kriteria Program SPAM IKK adalah:

 Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM b) Kegiatan:

 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)

 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR)total

c) Indikator:

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM 2. Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

a) Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah:

 Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK

b) Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% dari target total SR untuk MBR

c) Indikator:

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

(30)

VIII - 30 3. Program Perdesaan Pola Pamsimas

a) Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah:

 Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM b) Kegiatan:

 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama)

 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR) total

c) Indikator:

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM 4. Program Desa Rawan Air/Terpencil

a) Kriteria Program SPAM IKK adalah:

 Sasaran: Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil (sumber air baku relatif sulit)

b) Kegiatan: Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama

c) Indikator: Penambahan jumlah desa yang terlayani SPAM.

8.3.4.2. Kelengkapan Readiness Criteria

Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan SPAM pemerintah kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16 /2005

Pasal 26 ayat 1 s.d 8 dan Pasal 27 tentang Rencana Induk Pengembangan SPAM.

2. Tersedia dokumen RPI2JM

3. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya :

a) Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik atau

diameterpipa JDU terbesar ≥ 250 mm

(31)

VIII - 31

c) Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/det ik atau

diameter pipa JDU terbesar ≤ 150 mm;

4. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007 pasal 21)

5. Ada indikator kinerja untuk monitoring

a) Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik

b) Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun yang sama

6. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan

7. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai kebutuhan

8. fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan dibangun

9. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB, UPTD atau

BLUD)

10. Dinyatakan dalam surat pernyataan Kepala Daerah tentang kesanggupan/

11. kesiapan menyediakan syarat-syarat di atas.

8.3.5. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM

8.3.5.1. Sistem Prasarana Yang Diusulkan

Usulan dan prioritas untuk proyek penyediaan pengelolaan air minum di Kota Palopo, maka rencana penanganan dan pengembangan yang akan dilaksanakan antara lain adalah :

 Pembangunan sarana instalasi pengolahan air minum untuk kebutuhan distribusi air minum ke masyarakat.

 Pembangunan dan pengembangan sistem air minum, baik untuk sumber pengolahan air baku hingga ke pipa distribusi ke pelanggan.

 Penambahan dan pembuatan bak air tambahan dan pembangunan rumah intake di beberapa lokasi sumber air baku untuk menambah kapasitas penampungan air yang akan disalurkan kerumah-rumah penduduk dan pelanggan lainnya.

(32)

VIII - 32

 Relokasi pipa-pipa distribusi air minum untuk perbaikan dan peningkatan pelayanan air minum ke masyarakat pelanggan.

 Pembangunan dan pengadaan pipa distribusi baru bagi masyarakat yang belum terjangkau oleh pelayanan air minum.

 Pemasangan dan pembangunan baru jaringan pipa air minum di beberapa lokasi dalam wilayah Kota Palopo.

 Pengadaan dan pemasangan hidran umum di beberapa lokasi dalam kawasan perkotaan, terutama di kawasan permukiman penduduk dan fasilitas sosial ekonomi.

8.3.5.2. Pembiayaan Penyedian Pengelolaan

Proyek penyediaan pengelolaan prasarana air minum untuk aspek pembiayaannya tergantung pada kebutuhan dan tingkat penanganan penyediaan air minum tersebut. Untuk prasarana pengembangan sumber air baku, fasilitas pompa pengolah air dan jaringan air minum dengan sistem perpipaan primer dapat dilakukan dengan bantuan pembiayaan pusat, sedangkan untuk sistem jaringan prasarana pipa air minum sekunder dan tersier dapat ditangani langsung oleh pemerintah kabupaten dan bantuan pemerintah provinsi.

(33)

VIII - 33

Tabel 8.5. Usulan Program dan Kegiatan Air Minum Kota Palopo Tahun 2016-2020

2 PERATURAN PENGEMBANGAN SISTEM

PENYEDIAAN AIR MINUM

2a Peraturan Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum

3 LAPORAN PEMBINAAN PELAKSANAAN

PENGEMBANGAN SPAM

3a Draft NSPK Daerah Bidang Air Minum

3b Rekomendasi Sumber Pembiayaan & Pola Investasi

Bidang Air Minum

3c Laporan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Kelembagaan

dan SDM Bidang Air Minum

1 Pemasangan Pipa Distribusi Kota Palopo 2016

2 Pengadaan Pipa Distribusi Kota Palopo 2016

3 Pembangunan dan Pengembangan Sistem Air Minum Kota Palopo 2016

4 Pembangunan Kap. 50 L/dtk Kota Palopo 2016

5 Pemasangan Sambungan Rumah Kota Palopo 2016

6 Pemasangan Pipa Air Baku Gip Ø 400 mm Kota Palopo 2016

7 Pemasangan Pipa PVC Ø 500 mm Kota Palopo 2016

8 Pemasangan Pipa Distribusi Kota Palopo 2017

9 Pengadaan Pipa Distribusi Kota Palopo 2017

10 Pembangunan dan Pengembangan Sistem Air Minum Kota Palopo 2017

11 Pemasangan Pipa Distribusi Kota Palopo 2018

(34)

VIII - 34

13 Pembangunan dan Pengembangan Sistem Air Minum Kota Palopo 2018

4b PDAM yang Mendapatkan Pinjaman Bank

5 LAPORAN PENGAWASAN PELAKSANAAN

PENGEMBANGAN SPAM

5a LAPORAN PENGAWASAN PELAKSANAAN

PENGEMBANGAN SPAM 3 Pemb. SPAM di Kawasan Pontap IKK Wara Timur Kws. Pontap Wara

Timur 2016

4 Optimalisasi SPAM IKK Mongkajang Kws. Mangkojang 2017 5 Pemb. SPAM di Kawasan IKK Wara Barat Kws Wara Barat 2018

6 Pemb. SPAM di Kawasan IKK Wara Selatan Kws Wara Selatan 2018

7 Optimalisasi SPAM di Kawasan IKK Bara Kws Bara 2018

8 Optimalisasi SPAM di Kawasan IKK Wara Barat Kws Wara Barat 2019

9 Optimalisasi SPAM di Kawasan IKK Wara Selatan Kws Wara Selatan 2019

11 Pembangunan SPAM IKK di Kawasan IKK Wara Utara Kws Wara Utara 2019

12 Optimalisasi SPAM di Kawasan IKK Wara Utara Kws Wara Utara 2020

(35)

VIII - 35

9c SPAM di Kawasan Perbatasan

9d SPAM di Kawasan Pelabuhan Perikanan

10 SPAM REGIONAL

10a SPAM Regional

Sumber: Matriks RPI2JM 2016-2020

8.4. Penyehatan Lingkungan Permukiman

Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah,

drainase dan persampahan;

2. pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air

limbah, drainase dan persampahan termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

3. pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan;

4. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan

kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan

5. pelaksanaan tata usaha direktorat.

8.4.1. Air Limbah

(36)

VIII - 36

lingkungan yang bebas dari pencemaran air limbah di lingkungan permukiman, termauk limbah domestik yang dihasilkan oleh kelompok rumah tangga, yang berasal air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia.

8.4.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

A. Arahan Kebijakan

Kebijakan terhadap program dan kegiatan pengelolaan air limbah di Kota Palopo penekanannya dilakukan untuk menangani sumber air limbah domestik yang berasal dari rumah tangga. Bentuk kebijakan dan program tersebut tertuang dalam rencana pengelolaan sistem air limbah yang menyangkut faktor pembiayaannya, penerapan teknologi yang baik dan tepat, kerjasama dan keterlibatan swasta dan masyarakat untuk ikut terlibat bersama pemerintah dalam penanganan masalah pengelolaan air limbah, yang operasi dan pemeliharaannya dapat dilakukan secara bersama. Sehingga dengan aturan dan kebijakan seperti itu, diharapkan akan dapat diperoleh manfaat terhadap kondisi sistem pembuangan limbah yang menjadi bersih, salurannya sudah dapat terpisah dengan saluran air hujan, terhindar dari bau yang busuk serta menciptakan estetika lingkungan yang asri.

B. Lingkup Kegiatan

Pengelolaan sistem pembuangan air limbah di wilayah Kota Palopo secara umum masih terfokus pada penanganan limbah yang dilakukan dengan sistem pembuangan setempat. Sebab sistem pembuangan setempat mengutungkan bagi penggunaan pribadi karena dapat terjaga kebersihannya dan lebih aman. Selain itu, pemeliharaannya menjadi tanggung jawab masing-masing, dimana lokasi air limbah itu berada.

(37)

VIII - 37

Tingkat kesehatan masyarakat dalam penanganan sistem air limbah diperlukan guna mencegah timbulnya gangguan kesehatan bagi masyarakat akibat pencemaran yang terjadi. Oleh karena untuk mengantisipasi akibat yang ditimbulkan seiring dengan semakin meningkatnya usaha kegiatan sosial ekonomi masyarakat, maka diperlukan dukungan mengenai peraturan penanganannya agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari termasuk untuk penanganan limbah hasil buangan rumah tangga, khususnya pada kawasan permukiman kumuh yang masih mengandalkan saluran drainase sebagai saluran pembuangan.

Berdasarkan dampak yang ditimbulkan oleh air limbah, menunjukkan zat-zat yang terdapat dalam buangan air buangan diantaranya adalah unsur-unsur organik tersuspensi maupun yang terlarut dan juga ada unsur-unsur anorganik serta mikroorganisme. Unsur-unsur tersebut akan memberikan corak kualitas air buangan dalam sifat fisik kimiawi maupun biologi yang pada dasarnya sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat jika terjadi pencemaran.

8.4.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan Air

Limbah Permukiman

A. Isu Strategis

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sistem air limbah oleh Pemerintah Kota Palopo adalah pada pelaksanaan teknis operasional, seperti pada keterbatasan prasarana dan sarana pengolahan hasil buangan air limbah. Untuk penanganan sistem air limbah setempat, permasalahan yang dihadapi adalah pada sulitnya mengontrol operasional dari kinerja pengolahan sistem pembuangan air limbah yang dilakukan, juga pada bentuk pemeliharaan sarana air limbah yang digunakan. Sehingga bentuk pengendalian dari pelaksanaan kontrol operasional dan pemeliharaan perlu lebih ditingkatkan agar tidak terjadi pencampuran air limbah dengan buangan air hujan di saluran drainase.

(38)

VIII - 38

serta Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) untuk proses pengumpulan dan pengeringan lumpur tinja.

B. Kondisi Eksisting

Sistem pengolahan air limbah di Kota Palopo dilakukan dengan menggunakan sistem on site (penanganan setempat) dimana sistem sanitasi pembuangan berada dalam satu lingkungan persil yang sama dengan persil tempat tingan atau tempat berkatifitas. Sistem penanganannya dilakukan dengan membuat jamban keluarga dan septick tank sendiri terhadap air limbah hasil buangan rumah tangga dan dari kotoran manusia, sedangkan pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah terbatas pada prasarana untuk tempat umum dengan membuat MCK umum dan septick tank komunal.

C. Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sistem air limbah oleh Pemerintah Kota Palopo adalah pada pelaksanaan teknis operasional, seperti pada keterbatasan prasarana dan sarana pengolahan hasil buangan air limbah. Untuk penanganan sistem air limbah setempat, permasalahan yang dihadapi adalah pada sulitnya mengontrol operasional dari kinerja pengolahan sistem pembuangan air limbah yang dilakukan, juga pada bentuk pemeliharaan sarana air limbah yang digunakan. Sehingga bentuk pengendalian dari pelaksanaan kontrol operasional dan pemeliharaan perlu lebih ditingkatkan agar tidak terjadi pencampuran air limbah dengan buangan air hujan di saluran drainase.

(39)

VIII - 39

8.4.1.3. Analisis Kebutuhan Pengelolaan Air Limbah

Alternatif terhadap pemecahan masalah air limbah di Kota Palopo,

dilakukan dengan penguatan manajemen dan koordinasi kelembagaan yang menangani sektor air limbah di Kota Palopo berdasarkan kewenangannya. Sedangkan yang terkait dengan sistem operasionalnya adalah dengan memaksimalkan prasarana dan sarana air limbah yang ada untuk pengolahan, dan pengadaan serta pembangunan baru terhadap prasarana dan sarana air limbah yang belum ada, walaupun disatu sisi aspek pembiayaan terhadap pengadaan dan pembangunan baru tersebut masih menjadi kendala. Untuk itu keterlibatan partisipasi dari masyarakat dan swasta untuk ikut berperan dalam pengelolaan sektor air limbah di Kota Palopo perlu ditingkatkan.

Untuk sistem kinerja pengelolaan dilakukan dengan cara pemisahan antara saluran untuk air limbah buangan rumah tangga, pasar, rumah sakit, industri dan sebagainya, dengan sistem saluran untuk pembuangan air hujan.

Penanganan sistem pengolahan air limbah di Kota Palopo saat ini belum sepenuhnya tertangani secara optimal. Penanganan pembuangan air limbah secara umum sebagian besar masih dilakukan secara individual oleh masyarakat dengan membuat jamban keluarga dan septic tank. Sedangkan sarana pendukung yang ada hanya berupa truk tinja yang pelayanannya juga masih kurang optimal, dan terasa belum menjangkau seluruh wilayah pelayanan masyarakat Kota Palopo yang membutuhkan.

Penanganan sistem pengolahan air limbah di Kota Palopo saat ini belum sepenuhnya tertangani secara optimal. Penanganan pembuangan air limbah secara umum sebagian besar masih dilakukan secara individual oleh masyarakat dengan membuat jamban keluarga dan septic tank. Sedangkan sarana pendukung yang ada hanya berupa truk tinja yang pelayanannya juga masih kurang optimal, dan terasa belum menjangkau seluruh wilayah pelayanan masyarakat Kota Palopo yang membutuhkan.

(40)

VIII - 40

jamban-jamban umum dan pribadi di masing-masing rumah tangga, untuk menghindari penurunan kualitas lingkungannya.

Sedangkan untuk penanganan terhadap pembuangan limbah domestik dilakukan dengan sistem pembuangan setempat dengan model penampungan air limbah dometik dalam cubluk atau tangki septik. Untuk sistem pembuangan terpusat dapat dilakukan dengan membuat sistem saluran air limbah yang kemudian dibuang kesuatu tempat pembuangan yang aman dan sehat, dengan atau tanpa pengolahan, sesuai dengan kriteria baku mutu dan besarnya limpahan air limbah yang dihasilkan.

Sumber pembiayaan yang diharapkan dari pengelolaan sumber buangan air limbah tersebut selain dari APBD Kota Palopo adalah pendampingan dana dari APBD Provinsi dan bantuan dana dari APBN. Selain itu, dalam pembiayaannya diperlukan sosialisasi dan pemahaman yang diberikan kepada masyarakat baik sebagai individu, lembaga swasta, kelompok industri dan seluruh pihak terkait agar penanganan pengolahan air limbah dapat dilakukan secara partisipatif antara pemerintah, masyarakat dan swasta, sehingga beban pemerintah untuk investasi pembangunan prasarana dan sarana air limbah yang dibutuhkan oleh masyarakat dapat diminimalkan.

8.4.2. Persampahan

Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2 (dua) yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dan lain sebagainya. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami.

(41)

VIII - 41

sarananya bertujuan untuk mendukung pembangunan sosial, ekonomi, politik dan budaya serta pengendalian ekosistem.

Sistem penanganan dan pengelolaan persampahan dapat dilakukan dengan dua cara meliputi sistem penanganan setempat dan sistem penanganan terpusat. Sistem penanganan setempat penyelenggaraannya dapat dilakukan oleh individu dan kelompok, sedangkan sistem penanganan terpusat dilakukan oleh pemerintah atau swasta.

8.4.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

A. Arahan Kebijakan

Kebijakan pengelolaan sektor persampahan di Kota Palopo, akan dilaksanakan dalam rangka mengantisipasi bertambahnya volume timbulan sampah, sehingga selayaknya dapat dilakukan program pembinaan dari sistem pengelolaan persampahan, untuk dapat meningkatkan aturan, standar, pedoman dan manual dalam bidang pengelolaan persampahan. Program penanganan dan pengelolaan dilakukan bertujuan untuk dapat membawa masyarakat yang hidup sehat dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih dari sampah dan memiliki nilai estetika yang indah. Penyiapan program pengelolaan persampahan dilaksanakan untuk bisa mengisi tingkat kesenjangan yang terjadi dari kondisi saat ini dengan kondisi yang diharapkan.

(42)

VIII - 42

Sehingga untuk mendukung program pemerintah Kota Palopo sebagai kota yang bersih dan manusiawi, maka tugas pokok Dinas Kebersihan adalah untuk bagaimana menciptakan lingkungan perkotaan yang bersih dan indah, khususnya dalam penanganan sektor persampahan.

B. Lingkup Kegiatan

Sistem pengelolaan persampahan di Kota Palopo secara umum dilakukan dengan mengumpulkan sampah hasil buangan masyarakat dan jenis kegiatan lain pada satu wadah seperti tong/bak sampah di masing-masing unit rumah dan TPS yang tersedia, kemudian diangkut oleh kendaraan angkutan persampahan dari Dinas Kebersihan ke Tempt Pembuangan Akhir (TPA) Mancani dengan sistem pengelolaan sampah yang dilakukan adalah dengan sistem Control Land Fill.

Penanganan yang dilakukan terhadap produksi sampah hasil aktifitas masyarakat di Kota Palopo tentunya akan didukung oleh prasarana dan sarana pengangkutan sampah yang tersedia. Adapun sarana pengangkutan tersebut antara lain berupa armada mobil angkutan sampah sebanyak 14 unit yang bertugas untuk mengumpul, mengangkut dari TPS lalu membawa ke tempat pembuangan akhir untuk dibuang dan diolah.

Secara umum Sistem pengelolaan persampahan di Kota Palopo dikenal dengan 2 (dua) cara antara lain; cara konvensional/tradisional dan cara terpadu. Cara pertama yakni sistem konvensional relatif banyak dilakukan oleh masyarakat utamanya yang jauh dari pusat kota dengan sistem pembakaran dan penimbunan, sedangkan sistem terpadu yang pengelolaannya ditangani oleh Instansi Dinas Kebersihan Kota Palopo. Cara kedua ini dilakukan dengan siklus pengelolaan dari tempat produksi sampah ke TPS.

8.4.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan

(43)

VIII - 43

Kebersihan selain berfungsi sebagai pengelola persampahan kota, juga berfungsi sebagai pengatur, pengawas dan Pembina pengelola persampahan.

Sebagai pengatur, Dinas Kebersihan bertugas membuat peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan oleh operator pengelola persampahan. Sebagai pengawas langsung, fungsi Dinas Kebersihan Kota Palopo adalah mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan yang telah dibuat dan memberikan sanksi kepada operator bila dalam pelaksanaan tugasnya tidak mencapai kinerja yang telah ditetapkan. Sedangkan fungsi Dinas Kebersihan sebagai pembina pengelola persampahan adalah untuk melaksanakan peningkatan kemampuan dari operator. Pembinaan tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan maupun menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat unuk mendapatkan umpan balik atas pelayanan pengelolaan persampahan.

Penanganan persampahan oleh Dinas Kebersihan Kota Palopo dilakukan secara terpadu dan bersama dengan partisipasi masyarakat, mulai dari pembuangan ke wadah bak sampah di rumah warga, proses pengangkutan ke TPS dan TPA hingga proses pengolahan samaph di TPA. Dengan sistem penanganan seperti tersebut, dapat memperlihatkan kemampuan dan kinerja organisasi kelembagaan pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota Palopo.

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan pada hakekatnya bertujuan untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi hasil produksi sampah dari sumbernya dan melakukan kegiatan pemilahan sampah antara yang organi dan anorganik sebelum sampai ke tempat pewadahan baik itu TPS maupun sebelum ke TPA, sehingga dapat lebih menumbuhkan bentuk kepedulian dari masyarakat akan kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitarnya.

(44)

VIII - 44

keterlibatan langsung masyarakat dalam penanganan persampahan yang dihasilkan oleh rumah tangga dan jenis kegiatan masyarakat lainnya.

Kegiatan sosialisasi pada masyarakat tentang kebersihan lingkungan perkotaan, khususnya Perda tentang kebersihan akan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam ikut berpartisipasi dalam pengelolaan persampahan. Selain itu, dapat juga dengan memaksimalkan upaya menarik swasta dalam komponen kegiatan pengelolaan, termasuk memberi insentif kepada masyarakat yang ikut berperan dalam proses pengolahan sampah.

Kondisi sistem prasarana dan sarana pengelolaan persampahan di Kota Palopo, jika ditinjau dari aspek teknis untuk mendukung pengelolaan persampahan kawasan perkotaan saat ini masih memerlukan optimalisasi bagi perbaikan pembanguann lokasi TPA yang telah ada di Kelurahan Mancani, selain itu, juga diperluka peningkatan kualitas layanan bagi sarana angkutan persampahan dan pembangunan baru TPS serta penambahan dan pembangunan baru bak/tong sampah di tiap unit rumah penduduk khususnya di kawasan permukiman yang memiliki kepadatan cukup tinggi, untuk mengantisipasi volume sampah yang kemungkinan tidak dapat ditanggulangi.

B. Kondisi Eksisting

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebersihan Kota Palopo, untuk produksi sampah yang dihasilkan oleh Kota Palopo pada Tahun 2014 sendiri yang terdata adalah 252.200 m3/hari. Proses penanganannya sudah mulai dilakukan secara terpadu, akan tetapi masih sangat belum optimal.

(45)

VIII - 45

sampah sebanyak 4 unit. Adapun alat berat yang dimiliki berupa backhoe loader, dozer dan excavator masing-masing berjumlah 2 unit.

C. Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan dalam penanganan masalah persampahan sangat terkiat erat dengan pertambahan jumlah penduduk, yang berdampak pada meningkatnya jumlah produksi sampah dan potensi dampak pada pencemaran lingkungan. Kondisi itu makin diperburuk oleh pengelolaan sampah di masing-masing daerah yang masih kurang efektif, efisien, dan berwawasan lingkungan serta tidak terkoordinasi dengan baik.

Masalah sampah sebenarnya tidak selalu terkait dengan TPA, seperti yang terjadi selama ini, karena sistem manajemen persampahan merupakan sistem yang terkait dengan dengan banyak pihak, mulai dari penghasil sampah (seperti rumah tangga, pasar, institusi, dan lain-lain), pengelola, pembuat peraturan, sektor informal, maupun masyarakat yang terkena dampak pengelolaan sampah tersebut sehingga penyelesaiannya pun membutuhkan keterlibatan semua pihak terkait dan beragam pendekatan.

Gambar

Tabel 8.1.
Tabel 8.2.
Tabel 8.3.
Tabel 8.4. Komponen Prasarana dan Sarana pendukung Unit Produksi PDAM di Kota Palopo Tahun 2012
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tulislah sebuah pidato yang berisi paling sedikit lima macam nasehat yang akan dapat membantu para siswa untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di Indonesia.. OR

Menurut PP No 28 Thn 2004, bupati/walikota, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Cianjur, berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan dengan mengacu pada

Imam Ghozali menyatakan ada sepuluh adab yang harus diperhatikan ketika seseorang berdoa kepada Allah yaitu: (1) Memilih waktu yang tepat untuk mengajukan doa

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa basil skripsi saya yang berjudul: PROSES PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT "UPA YA DALAM MEMPERTAHANKAN KUALITAS PELAYANAN

Dengan mengacu pada kebutuhan nurturance khususnya menyayangi anak-anak, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi para pengasuh mengenai pengaruh

Motor bakar adalah salah satu pesawat kalor yang mengubah energi panas hasil pembakaran bahan bakar dalam selinder menjadi energi mekanik yang keluar pada poros

Tim Pusat Layanan Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala atas segala perhatian, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis selama penggarapan

Setiap disiplin ilmu mencoba masuk dalam dimensi tertentu dari hidup manusia, dari landasan pola berpikir tersebut, maka sikap merasa cukup dengan satu bidang ilmu saja