• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu strategis menjadi dasar dalam menentukan kondisi yang harus diselesaikan dimasa yang akan datang. Isu strategis diartikan sebagai suatu kondisi/kejadian penting/keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya akan menghilangkan peluang apabila tidak dimanfaatkan.

Karakteristik suatu isu strategis adalah kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat kelembagaan/keorganisasian dan menentukan tujuan di masa yang akan datang, oleh karena itu, untuk memperoleh rumusan isu-isu strategis diperlukan analisis terhadap berbagai fakta dan informasi kunci yang telah diidentifikasi untuk dipilih menjadi isu strategis.

Isu strategis pembangunan di Kota Salatiga berdasarkan hasil analisis pada berbagai permasalahan pembangunan dirumuskan sebagai berikut.

1. Masih tingginya angka pengangguran dan banyaknya penduduk miskin.

Pengangguran terbuka meliputi penduduk yang sedang mencari pekerjaan, penduduk yang sedang mempersiapkan suatu usaha, penduduk yang merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, penduduk yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Pengangguran menjadi permasalahan strategis dalam pembangunan daerah karena berkaitan dengan tingkat pendapatan penduduk dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Tingkat pengangguran terbuka Kota Salatiga pada tahun 2019 mencapai sebesar 4,43%.

Sementara itu penduduk miskin di Kota Salatiga termasuk rendah, pada tahun 2019 tercatat sebesar 4,76%. Penanganan kemiskinan sangat kompleks karena tidak hanya berkaitan dengan pendapatan tetapi berhubungan juga dengan lainnya seperti pendidikan, kesehatan, pangan dan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana dasar. Kemiskinan masih menjadi permasalahan disetiap daerah dalam pembangunan. Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang bersifat multi sektoral sehingga penanganannya memerlukan integrasi dari seluruh pemangku kepentingan di Kota Salatiga.

2. Masih belum optimalnya pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan.

Pembangunan Pendidikan di Kota Salatiga menunjukkan kondisi yang sangat baik, hal tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata lama sekolah. Rata-rata lama sekolah di Kota salatiga pada tahun 2019 mencapai 10,4 tahun dan Harapan Lama Sekolah tahun 2019 mencapai 15 tahun. Permasalahan yang masih menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Salatiga di bidang pendidikan adalah masih rendahnya Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD dan masih terdapat Angka putus sekolah pada layanan pendidikan dasar.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kota Salatiga Tahun 2020

14

Pada tahun 2019 APK PAUD Kota Salatiga baru mencapai 48,36%, sedangkan dan Angka Putus Sekolah tingkat SD/MI sebesar 0,009%.

Pembangunan pada urusan kesehatan dapat dilihat dari kondisi pencapaian indikator derajat kesehatan masyarakat dilihat secara makro, yaitu meningkatnya usia harapan hidup, menurunnya kematian ibu, kematian bayi, balita dan gizi buruk. Di Kota Salatiga, Angka Usia Harapan pada tahun 2019 mencapai 77,11 tahun.

Permasalahan yang masih menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Salatiga di bidang kesehatan berkaitan dengan angka kesakitan dan angka kematian. Pada angka kematian tahun 2019 menunjukkan kondisi angka kematian bayi sebesar 10,62 per 1000 KH dan angka kematian ibu melahirkan sebesar 78,68 per 100.000 KH. Selain itu masih terdapat balita dengan kondisi gizi buruk, tercatat pada tahun 2019 balita gizi buruk mencapai 0,02%

3. Masih belum optimalnya pembinaan dan pengembangan ekonomi berbasis kerakyatan serta masih tingginya angka kesenjangan pendapatan penduduk.

Pembinaan dan pengembangan ekonomi berbasis kerakyatan masih menjadi isu strategis dalam pembangunan ke depan di Kota Salatiga.

Perkembangan UMKM di Kota Salatiga tidak banyak berkembang, hal ini dapat dilihat dari kondisi capaian setiap tahunnya yang relatif stagnan. Sementara itu UMKM yang mendapatkan pembinaan pada tahun 2019 relatif kecil baru sebesar 48,88%. Dibidang perkoperasian saat ini status koperasi dalam kondisi sehat hanya mencapai sebesar 7,80%. Hal ini ditengarai salah satunya adalah banyak koperasi yang kondisinya belum terpantau secara lebih mendalam dan belum adanya piranti hukum untuk menyeleksi pendirian koperasi di Kota Salatiga.

Sementara itu dilihat dari pengembangan industri juga belum optimal. Kendala yang dihadapi saat ini antara lain masih kurangnya sarana dan prasarana IKM dalam menunjang produksi. Tingkat prosentase pertumbuhan IKM hanya mencapai 0,1% pada tahun 2019. Klaster industri yang sudah ditetapkan juga masih belum berkembang.

Dibidang perijinan, dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Berusaha yang terintegrasi secara online maka Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) tidak digunakan lagi.

Sementara itu pelayanan perizinan dengan sistem aplikasi belum optimal dan tingkat kepuasan masyarakat pada bidang perizinan baru tercapai 84,33%.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kota Salatiga Tahun 2020

15

4. Belum optimalnya upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat dan belum optimalnya penanganan terhadap penyandang permasalahan kesejahteraan sosial.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih menjadi kendala di Kota Salatiga. Peran masyarakat dari waktu ke waktu menunjukkan penurunan. Masyarakat lebih mengandalkan peran besar pemerintah dalam pembangunan di wilayahnya. Untuk meningkatkan peran masyarakat juga masih relatif rendah.

Pembinaan terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan dirasa masih belum optimal.

Tantangan dalam penanganan PMKS di Kota Salatiga antara lain karena besarnya jenis PMKS yaitu mencapai 26 karakteristik PMKS.

Jenis PMKS paling tinggi di Kota Salatiga adalah kelompok fakir miskin. Penanganan PMKS bergantung pada ketersediaan data mengenai PMKS itu sendiri. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah ketersediaan data mengenai jumlah dan karakteristik PMKS yang ada di Kota Salatiga. Validitas data PMKS masih belum memenuhi harapan dilihat dari kondisinya sehingga dalam penanganannya menjadi tidak optimal. Cakupan penanganan PMKS tahun 2019 sebesar 87%. Penanganan PMKS tidak hanya bergantung pada pemerintah saja, namun perlu ada keterlibatan dari masyarakat sehingga mampu memperluas sasaran peningkatan kualitas hidup PMKS. Peran masyarakat terutama pemberdayaan lembaga swasta dalam penanganan PMKS masih termasuk kurang. Dilihat dari sarana prasarana, dilihat dari kondisi yang ada saat ini masih belum memadai terutama dalam penyediaan rumah singgah dan pengelolaan panti. Selain itu, dalam penanganan PMKS di Kota Salatiga masih terbatas pada bantuan, untuk kegiatan selanjutnya yang bersifat pengembangan masih relatif minim.

5. Belum optimalnya penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik dan implementasi penguatan sistem inovasi daerah.

Penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik menjadi tantangan bagi Pemerintah Kota Salatiga. Masih terdapatnya perangkat daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat belum mendasarkan pada standar operasional prosedur yang sudah ditetapkan. Ketersediaan data dan informasi pembangunan belum sepenuhnya dapat dipubilkasikan dan dapat diakses oleh masyarakat. Penilaian terhadap akuntasibiltas kinerja pemerintahan tahun 2019 sebesar 64,15 atau setara dengan nilai B.

Di era pengetahuan dewasa ini, peningkatan daya saing dan kohesi sosial merupakan tumpuan bagi pewujudan kesejahteraan rakyat (kemakmuran) yang semakin tinggi dan semakin adil. Kecenderungan perkembangan juga meningkatkan pemahaman bahwa daya saing tak sekedar dipengaruhi oleh sumber daya alam setempat, melainkan faktor -faktor “upaya/buatan” (fikir dan ikhtiar), terutama pengetahuan yang dikembangkan, dimanfaatkan dan disebarluaskan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kota Salatiga Tahun 2020

16

yang mendorong berkembangnya inovasi dan difusinya secara terus-menerus. Karena itu, daya saing semakin ditentukan oleh sistem inovasi dalam upaya mengembangkan potensi spesifiknya.

Sistem inovasi daerah/SID (regional innovation system/RIS) merupakan salah satu di antara agenda penting dari berbagai negara dewasa ini. Karena hal ini sangat erat kaitannya dengan terjadinya pembaharuan atau kecenderungan pergeseran pandangan yang kuat dalam sistem inovasi belakangan. Tekanan yang kuat terjadi pada dimensi yang sebenarnya saling terkait, yaitu interaksi antaraktor (lembaga), proses pembelajaran, dan dimensi spasial-lokasional (daerah). Sebagai suatu bentuk cara pandang/pendekatan sistem tentang inovasi, sistem inovasi daerah yang dimaksud disini pada dasarnya adalah suatu kesatuan dari sehimpunan aktor, kelembagaan, hubungan interaksi dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi dan difusinya termasuk teknologi dan praktek baik/terbaik serta proses pembelajarannya di daerah.

6. Belum optimalnya pemenuhan pelayanan infrastruktur.

Isu strategis dibidang infrastruktur wilayah dilihat dari penyediaan sarana dan prasarana umum dan pelayanan dasar bagi masyarakat.

Dibidang sarana dan prasaran umum, permasalahan yang dihadapi yaitu masih terdapatnya saluran drainase yang tidak berfungsi dengan baik. Persentase Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat pada tahun 2019 mencapai 99,02% dari total panjang drainase sebesar 381.719.593 meter. Saluran drainase dibeberapa tempat tersumbat oleh sampah karena masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah. Dibeberapa tempat, penggunaan ruang milik jalan (Rumija) belum berdasarkan fungsinya, ada yang digunakan untuk berjualan termasuk pemasangan reklame. Dibidang pertanian, saluran irigasi banyak mengalami kerusakan dan masih ada masyarakat yang membuat bangunan di atas lahan irigasi. Saat ini persentase jaringan irigasi dalam kondisi baik sebesar 87,88% dari panjang irigasi dalam 24.818 meter Panjang jalan yang menjadi kewenangan pemerintah Kota salatiga saat ini dalam kondisi baik mencapai 99,42% dari panjang jalan Kota Salatiga sepanjang 337.471 km.

7. Belum optimalnya pengelolaan lingkungan hidup dan ketersediaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan serta belum optimalnya penegakan hukum pelanggaran tata ruang.

Isu strategis pengendalian pencemaran lingkungan dapat dilihat dari kondisi saat ini menunjukkan terjadinya alih fungsi lahan terutama dibidang pertanian. Potensi pencemaran lingkungan juga masih menjadi kendala, hal ini dikarenakan masih belum optimalnya tingkat kepatuhan perusahaan terhadap pengendalian pencemaran dan masih kurangnya pengawasan terhadap perusahaan wajib

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kota Salatiga Tahun 2020

17

AMDAL/UKL-UPL. Pengelolaan sampah dinilai berhasil. Dilihat dari persentase penanganan sampah tahun 2019 mencapai 97,92%.

Sementara itu ketersediaan RTH masih rendah yang baru tersedia sebesar 27,68%

Pesatnya pertumbuhan penduduk dan perluasan permukiman serta lokasi berusaha menyebabkan banyak lahan di Kota Salatiga yang berubah peruntukannya. Permasalahan yang terjadi adalah beberapa pihak ada kecenderungan melakukan pelanggaran terhadap peraturan daerah tentang tata ruang. Terjadinya pelanggaran tata ruang di Kota Salatiga lebih disebabkan oleh beberapa persoalan antara lain pertama adalah penggunan lahan, sudah bukan rahasia lagi bahwa pada sektor penggunaan lahan adalah sektor pelanggaran yang paling banyak terjadi di Indonesia, kedua kualitas ruang karena ekslusivitas permukiman dan ketiga kesenjangan pembangunan antar wilayah.

8. Belum optimalnya pengelolaan, pelestarian cagar budaya dan kesenian daerah.

Belum optimalnya pengelolaan pelestarian cagar budaya dan kesenian daerah di Kota Salatiga ditunjukkan dengan masih rendahnya ketersediaan sarana dan prasarana kebudayaan (gedung kesenian). Dari sisi sumberdaya manusia, jumlah dan kualitas SDM pengelola kebudayaan masih terbatas. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan budaya lokal masih rendah.

Persentase kelompok seni dan komunitas budaya yang dibina pada tahun 2019 tercatat sebesar 93,28%. Dari sisi pengelolaan dan pelestarian cagar budaya di Kota Salatiga masih belum banyak perhatian. Banyak cagar budaya yang belum dikelola dengan baik.

selain itu, sumberdaya manusia yang memiliki keahlian dalam pengelolaan dan pelestarian cagar budaya juga masih rendah.

Persentase cagar budaya yang dilestarikan pada tahun 2019 baru tercapai 14,18%.

F. SISTEMATIKA

Sistematika penulisan dokumen LkjIP Kota Salatiga mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dengan rincian sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN

Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued)yang sedang dihadapi organisasi.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kota Salatiga Tahun 2020

18