• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sasaran strategis menyusun landasan hukum dan peraturan dengan indikator tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang

PETA STRATEGI DJPU TAHUN 2009

Untuk menghindari terjadinya crowding out effect di pasar keuangan domestik,

E. Pengukuran Sasaran

9. Sasaran strategis menyusun landasan hukum dan peraturan dengan indikator tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang

Tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang bertujuan untuk memberikan landasan dan kepastian hukum dalam pelaksanaan pengelolaan utang. Indikator ini diukur berdasarkan tersusunnya rancangan Peraturan dan Keputusan yang disampaikan kepada Menteri Keuangan atau yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal dalam rangka mendukung pengelolaan utang.

Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang diharapkan.

a. Pada tahun 2009 indikator tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang ditargetkan sebesar 16 set dengan realisasi sebesar 22 set. Terdiri 1 Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP), 7 Peraturan Menteri Keuangan (PMK), 6 Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK), 5 Keputusan Menteri Keuangan (KMK), 2 Keputusan Direktur Jenderal (Kepdirjen), dan 1 Rancangan Kepdirjen .

Selain itu, pada tahun 2009 juga dilaksanakan penyusunan:

1) Draft Rancangan Undang-Undang Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN).

Penyusunan RUU PHLN pada awal tahun 2009 direncanakan dihentikan, dengan pertimbangan bahwa pengaturan pinjaman luar negeri sudah cukup melalui PP No. 2 Tahun 2006. Tetapi, dalam perkembangan selanjutnya ternyata ada tuntutan dari legislatif agar Pemerintah menyusun draft RUU mengenai pinjaman luar negeri. Untuk menindaklanjuti tuntutan tersebut, maka penyusunan draft RUU dilanjutkan kembali dengan melaksanakan serangkaian kegiatan untuk mendapatkan masukan atau pandangan stakeholders terutama dari kalangan akademisi mengenai perlunya pengaturan pinjaman luar negeri dalam suatu undang-undang.

2) Draft PMK tentang Seleksi Calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri. Draft tersebut telah disampaikan kepada Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan pada bulan Desember 2009.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 69 b. Perkembangan indikator tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung

pengelolaan utang dalam periode 2007-2008 adalah sebagai berikut:

1) Pada tahun 2008, realisasi tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang sebanyak 13 buah. Terdiri 1 UU, 1 RUU, 4 PP, 1 RPP, 7 PMK, 14 KMK, 2 Perdirjen, dan 1 Kepdirjen. Selain itu, pada tahun 2008 juga telah dilakukan kajian terhadap 3 RPP dan 3 RPMK.

2) Pada tahun 2007, realisasi tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang sebanyak 13 buah. Terdiri 2 RUU, 3 RPP, 5 PMK, 2 RPMK, dan 1 Perdirjen. Selain itu, pada tahun 2007 juga telah dilakukan kajian terhadap peraturan pemerintah nomor 2 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah Serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.

c. Tantangan yang dihadapi dalam rangka pencapaian target indikator tersedianya peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang antara lain:

1) Belum optimalnya penyediaan peraturan dan keputusan dalam rangka koordinasi antara Kementerian Keuangan, Bappenas dan Kementerian/Lembaga pelaksana proyek yang dibiayai pinjaman dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam proses pengadaan dan pelaksanaan proyek yang dibiayai pinjaman, sehingga mempengaruhi kinerja pengelolaan pinjaman;

2) Belum optimalnya penyediaan peraturan dan keputusan dalam rangka efisiensi dan efektivitas pemanfaatan pinjaman luar negeri yang berdampak pada meningkatnya beban commitment fee karena keterlambatan pemenuhan persyaratan pencairan pinjaman oleh pelaksana pinjaman (executing agency) dan keterlambatan dalam implementasi proyek. Rendahnya penyerapan dana pinjaman tersebut akan berpotensi menambah biaya utang secara keseluruhan.

3) Belum optimalnya penyediaan peraturan dan keputusan dalam rangka pengelolaan hibah.

4) Belum adanya kerangka hukum dan administrasi untuk melakukan hedging dalam pengelolaan risiko portofolio utang;

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 70 5) Masih perlu dilakukannya perumusan peraturan dan kebijakan pengelolaan

SUN agar tercipta tingkat pengelolaan yang lebih berkualitas;

6) Lambatnya proses penyusunan desain instrumen dan landasan hukum termasuk fatwa dan rancangan peraturan pemerintah dalam rangka penerbitan SBSN untuk membiayai proyek APBN;

d. Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah:

1) Dalam rangka mendukung pelaksanaan pengelolaan pinjaman perlu disiapkan peraturan-peraturan pelaksanaan sebagai turunan dari Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 atau peraturan penggantinya dan peraturan lain yang masih memerlukan rincian sebagai panduan dan acuan pelaksanaan.

2) Melakukan sosialisasi Peraturan Menteri Keuangan 40/PMK.05/2009 tentang SIKUBAH;

3) Melakukan harmonisasi peraturan mengenai penggunaan dokumen sumber pencatatan hibah.

4) Menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan untuk transaksi hedging dalam rangka memastikan biaya utang dan pengelolaan risiko portofolio utang.

5) Melakukan kegiatan penyediaan peraturan dan kebijakan pengelolaan SUN yang berkualitas dan dapat menjamin kepastian hukum dalam pelaksanaan transaksi SUN. Untuk mengukur keberhasilan perumusan Peraturan dan kebijakan pengelolaan SUN yang berkualitas, adalah dengan menghitung jumlah peraturan dan keputusan yang disusun dalam rangka mendukung pengelolaan SUN.

6) Melakukan kegiatan yang diperlukan dalam rangka menyediakan landasan hukum penerbitan SBSN serta pemberian kepastian hukum bagi investor dan masyarakat terkait instrumen SBSN. Dengan penjelasan, penerbitan SBSN memiliki karakteristik khusus yang memerlukan adanya underlying asset pada setiap transaksi serta struktur akad yang harus sesuai dengan prinsip syariah, sehingga diperlukan adanya penyusunan dokumen hukum yang memadai dan optimal. Kegiatan tersebut antara lain menyusun peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan SBSN, menyusun fatwa dan opini syariah

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2009

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Halaman 71 SBSN, menyusun dokumen hukum dalam rangka penerbitan SBSN sesuai kebutuhan dan rencana.

e. Pencapaian sasaran strategis menyusun landasan hukum dan peraturan, dengan indikator penyediaan peraturan dan keputusan yang mendukung pengelolaan utang, selama periode 2007-2009, dapat tercapai dengan baik. Namun demikian, masih terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan di tahun berikutnya. Terutama, dalam hal penyusunan draft RUU mengenai pinjaman luar negeri yang masih memerlukan serangkaian kegiatan untuk mendapatkan masukan atau pandangan stakeholders mengenai perlunya pengaturan pinjaman luar negeri dalam suatu undang-undang, pengaturan pengelolaan hibah, dan percepatan proses penyusunan desain instrumen dan landasan hukum termasuk fatwa dan rancangan peraturan pemerintah dalam rangka penerbitan SBSN untuk membiayai proyek APBN.

10. Sasaran strategis melakukan monitoring dan evaluasi dengan indikator %