• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR CERITA RAKYAT SRI PUTIH CERMIN

Analisis struktur yang dilakukan terhadap cerita rakyat Sri Putih Cermin ini merupakan langkah awal untuk memahami unsur-unsur ekstrinsik, khususnya nilai psikologi dari hikayat tersebut.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Teeuw (1989) bahwa kajian struktural dimaksudkan untuk membongkar, mengkaji, dan menganalisis unsur pembentuk dalam instrinsik dari sebuah karya sastra, yang berguna untuk pengkajian selanjutnya dari karya sastra tersebut.

Sebelum penulis mulai menganalisis struktur cerita rakyat Sri Putih Cermin, ada baiknya penulis menyajikan ringkasan cerita Sri Putih Cermin guna mempermudah pembaca sekalian untuk memahami analisis yang penulis lakukan nantinya.

3.1. Ringkasan Cerita

Alkisah adalah seorang raja di daerah serdang bernama Tuanku Indra Bestari. Raja itu mempunyai seorang putri bernama Sri Putih Cermin. Kekasih

sang putri itu bernama Marajaya, pemuda yang tampan dan gagah perkasa, putra seorang panglima kerajaan.

Suatu ketika Marajaya pergi dari kerajaan itu karena kawan-kawannya sengaja menyesatkan pemuda yang menjadi saingannya. Sang putri sangat sedih memikirkan kepergian Marajaya, dan suatu malam ia bermimpi buruk tentang kekasihnya itu. Gadis itu memutuskan untuk pergi mencari kekasihnya dengan membawa tombak Serampang Sakti milik kerajaan. Setelah mengetahui hal ini, raja sangat sedih dan gusar. Raja tidak mengumumkan berita kepergian putrinya itu karena merupakan aib bagi keluarga.

Keadaan itu dimanfaatkan oleh Raja Indra Bongsu, adik Raja Indra Bestari untuk merebut kerajaan. Serangan pertama gagal karena Marajaya tiba-tiba datang menyelamatkan Raja Indra Bestari. Indra Bongsu bersama si Lidah Tanah mengancam akan menyerang kembali. Marajaya terpaksa pergi mencari putri Cermin karena hanya tombak Serampang Sakti yang dapat menaklukan si Lidah Tanah.

Di perjalanan Marajaya bertemu dengan seorang putri jelmaan raja kahyangan bernama Merak Kayangan. Wanita itu disangka kekasihnya kemala putri atau Sri Putih Cermin. Mereka menikah dan Marajaya segera pulang ke kahyangan setelah menyadari bahwa wanita itu ternyata bukan kekasihnya.

Sri Putih Cermin kembali ke kerajaan dan berhasil menumpas si Lidah Tanah dengan Sri Putih Cermin. Akhirnya, Marajaya melangsungkan pernikahannya dengan Sri Putri Cermin. Peristiwa ini rupanya menjadikan Merak Kahyangan gusar. Ia segera menciptakan angin topan dan banjir di kerajaan itu. Marajaya yang belum lama dinobatkan menjadi raja telah hilang, dan istrinya bersedih menantikan kehadiran suaminya. Kerajaan tenggelam dan setiap malam purnama di pantai itu terdengar ratap tangis seorang wanita sehingga pantai itu diberi nama Pantai Cermin.

3.2 Alur

Pada awal cerita penulis memperkenalkan tokohnya, kemudian mengisahkan kepergian Marajaya dan menghilangnya Sri Putih Cermin. Konflik mulai tercipta setelah kehilangan tombak Serampang Sakti. Kerajaan nyaris diserang oleh pemberontak yang bernama Indra Bongsu, adik kandung Raja Indra Bestari. Untunglah Sri Putih Cermin segera pulang dan dengan tombaknya ia berhasil mengalahkan musuhnya, Si Lidah Tanah. Tetapi, sayang pada alur selanjutnya, Marajaya yang sedang mencari kekasihnya itu mengikat janji dengan

putri kayangan dengan mengawininya. Tindakan itulah yang menyebabkan Kerajaan Indra Bestari hancur. Pada akhir cerita, kerajaan hancur membawa air hujan dan guntur yang mengamuk.berdasarkan cerita di atas dapat dilihat bahwa secara garis besar; perkenalan Sri Putih Cermin, persoalan diatasi dengan kembalinya Sri Putih Cermin membawa tombak Serampang Sakti, dan akhirnya berhasil. Dengan kata lain, tahapnya ialah tahap perkenalan, tahap pertikaian, dan tahap akhir. ”Alur cerita ini termasuk alur maju yang peristiwanya disusun secara kronologis karena urutan peristiwa menurut waktu yang berkembang maju”.

3.3Penokohan

Tokoh utama dalam cerita Sri Putih Cermin ialah Sri Putih Cermin. Watak buruknya: ”pergi dari kerajaan dengan membawa tombak Serampang Sakti milik kerajaan hanya untuk mencari seorang pria, kekasihnya, yang pergi tidak tentu tujuan”. Watak baiknya: ”mau memaafkan orang yang bersalah kepadanya”.

Hal ini dapat kita baca pada buku Sri Puith Cermin terdapat di halaman 35. Sebaiknya Kemala Puteri tampil ketengah ruangan, Menyembahlah

dayang-dayang itu serentak menyusun tangan: ”Ampunilah kami wahai Tuanku Putri nan sakti. Mulai hari ini kami akui tuanku Putri sebagai Dewi Sri Putih nan sakti. Dewi pembebas kami dari kekejaman raja jin.

”Watak tokoh ini dilukiskan secara dramatik (pengungkapan ucapan)”. Tokoh berikutnya yang ikut berperan dalam cerita Sri Putih Cermin adalah Marajaya. Watak buruknya: ”tidak tepat janji”.

Cerita ini dapat kita baca pada halaman 77 dengan judul buku Sri Putih Cermin. ”Wahai adinda Ratu Kayangan, perkenankanlah kanda sejenak kembali ke kampung halaman. Dan kanda berjanji akan segera kembali...”. Dengan rasa berat sekali Ratu Merak Kayangan berperi: ”Baiklah oh Arjuna Dewa Asmara Murni. Biarlah adinda perkenankan kanda pergi, tetapi kanda harus teguh berjanji. Selama kanda berada di atas bumi, kanda tak boleh kawin atau beristri. Dan harus segera kembali!”

Marajaya mengangguk mengiyakan janji, kemudian katanya : ”bagaimanakah caranya kanda turun kebumi !”

”itu tak usah kanda susahkan,” sahut Merak Kayangan lalu tegak mengangkat tangan seraya berseru : ”oh Dewa-Dewi di Indra Suci ! Datangkanlah semberani kepada kami, untuk diutus keatas bumi!”

Watak baik Marajaya yaitu: ”mengasihi sesama manusia, penolong”. Dengan langkah enggan dibawanya Marajaya ke ruangan bawah menara itu. Tiba-tiba Marajaya terkejut melihat satu baris mayat manusia terjepit diantara dua batang kayu yang menjadi satu.

”HAI Balagala !” bentak Marajaya marah ”Aku peringatkan, mulai hari ini jangan menganiaya manusia lagi ! Ayo kebumikan mereka itu baik-baik sekarang juga !”

”Ampun tuan hamba”, mohon Balagala sambil mengangkat sepitan panggang manusia-manusia itu. ”Sementara belum ada perbekalan lain, perkenankanlah hamba menyantap mereka yang sudah terlanjur hamba panggang”.

”TIDAK BISA !” hardik Marajaya semakin marah,” atau aku terpaksa menohokan tombak berbisa ini ke daging betismu itu !”

Dan tokoh berikutnya yang juga berperan dalam cerita Sri Putih Cermin ini adalah Ratu Merak Kayangan. Watak buruknya: ”pemarah, dengan segera ia menciptakan angin topan dan banjir di kerajaan itu”.

Watak baiknya: ”mempersilakan dan memberi kepercayaan kepada Marajaya untuk kembali sejenak ke kampung halamannya”.

Ketiga tokoh di atas tersebut berwatak bulat, artinya kedua perwatakan, baik dan buruk terdapat pada ketiga tokoh itu.

Adapun tokoh-tokoh yang lain seperti: Balagala, Jin Jembalang, Tuanku Indra Bongsu, Datuk Sitawar. Berwatak negatif, yaitu mempunyai sifat serakah dan membunuh manusia. Berbeda dengan Tuanku Indra Bestari yang mempunyai sikap bijaksana dan penyayang.

3.4Latar

Latar cerita terdapat di dalam istana Kerajaan Kota Pari, hutan belantara, dan kayangan. Tokoh utama Sri Putri Cermin berada di dalam istana dan di hutan belantara ketika mencari kekasihnya. Selain itu, tokoh Marajaya berada di istana, hutan belantara dan di kayangan ketika menikah dengan Merak Kayangan. Dalam akhir cerita latar pantai ditemukan pula, yakni ketika Sri Putih Cermin selalu menanti kedatangan Marajaya di malam bulan purnama sehingga pantai itu disebut pantai putri.

Tema cerita ini adalah kisah percintaan seorang putri raja yang membawa malapetaka. Kisah terjadinya Pantai Putri itu semula diawali oleh kepergian seorang pemuda bernama Marajaya. Kekasihnya, Sri Putih Cermin, anak seorang raja di kota pari, bersedih mengenang kepergian Marajaya. Suatu malam Sri Putih Cermin bermimpi kekasihnya berada dalam bahaya. Diam-diam ia pergi dari istana dengan membawa tombak Serampang Sakti milik kerajaan. Berawal dari kepergian gadis itulah, kerajaan menjadi tenggelam dan menjelma menjadi Pantai Putri.

Amanat yang disampaikan dalam cerita ini adalah:

1) seorang gadis hendaknya patuh kepada orang tua dan jangan melanggar larangan yang telah ditetapkan secara adat;

2) seorang pemuda hendaknya waspada dalam memilih jodoh, jangan menikah di sembarang tempat yang belum diketahui persis orang tuanya agar tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya sendiri.

BAB IV

NILAI-NILAI PSIKOLOGI CERITA RAKYAT

Dokumen terkait