• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori

2. Struktur Kepemilikan Perusahaan

Struktur kepemilikan merupakan persentase saham yang dimiliki oleh insider shareholder dan persentase saham yang dimiliki oleh outside

shareholder. Menurut Jansen dan Meckling dalam Tendi Haruman (2008 :

6), istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-variabel yang penting dalam struktur modal perusahaan tidak hanya ditentukan oleh jumlah hutang dan ekuitas perusahaan. Tetapi juga oleh persentase kepemilikan oleh manager dan institutional.

Managerial ownership dan institutional investor dapat

mempengaruhi pencarian dana apakah melaui hutang atau right issue. Jika pendanaan diperoleh dari hutang, berarti rasio hutang terhadap equity akan meningkat. Sehingga akhirnya akan meningkatkan resiko (Tendi Haruman, 2008 : 8).

Hubungan antara struktur kepemilikan dan kinerja perusahaan menunjukkan bahwa struktur kepemilikan yang menyebar mengakibatkan pemantauan yang lemah atas tindakan dan keputusan yang dibuat manajer, sehingga sulit bagi para pemegang saham untuk secara efektif mengkoordinasikan tindakannya. Sedangkan struktur kepemilikan yang lebih terkonsentrasi akan meminimalkan masalah keagenan karena adanya jalinan lebih kuat antara kepentingan para pemegang saham dan para manajer.

Menurut Bhatala et, al, semakin terkonsentrasi kepemilikan, pemegang saham semakin intensif untuk memonitor manajer, agar mereka bertindak selaras dengan kepentingan pemegang saham. Namun konsentrasi kepemilikan juga berpotensi menimbulkan kerugian. Menurut Slamet Haryono (2005 : 68), pemegang saham yang terkonsentrasi, akan lebih mementingkan pemenuhan kesejahteraan lainnya. Seringkali hak-hak minoritas terabaikan karena pemegang saham minoritas akan selali kalah dalam pengambilan keputusan strategis meskipun keputusan tersebut terkadang lebih tepat. Kerugian lainnya adalah pemegang saham akan menanggung resiko bisnis dan biaya pengawasan sendiri.

Struktur kepemilikan saham dalam perusahaan meliputi :

a. Struktur Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen (direktur dan komisaris) yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan. Menurut Jensen dan Meckling kepemilikan manajerial dapat mengatasi keagenan dan dapat mengurangi biaya keagenan. Dengan adanya kepemilikan saham oleh manajer, maka manajer akan merasakan langsung akibat dari keputusan yang diambil sehingga tidak mungkin manajer bertindak oportunistik lagi. Semakin tinggi tingkat kepemilikan manajerial, maka kepentingan pemegang saham dan manajer semakin sejajar. Secara matematis nilai kepemilikan manajerial diperoleh dari persentase kepemilikan saham oleh direksi dan komisaris.

Chen dan Steiner dalam Tendi Haruman (2008 : 9), menyatakan bahwa kepemilikan manajerial menyebabkan penurunan hutang karena adanya subtitusi monitoring. Sehingga kepemilikan manajerial bisa menggantikan peranan hutang dalam mengurangi biaya keagenan. Friend dan Lang, menunjukkan bahwa debt ratio mempunyai hubungan negatif dengan manajerial ownership. Ini menunjukkan bahwa penggunaan hutang akan semakin berkurang seiring dengan meningkatnya kepemilikan manajerial di dalam perusahaan.

Selanjutnya Moh’d, et. al dalam Sukmaja (2009 : 21), mengadakan studi mengenai dampak struktur kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikanmanajerial memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap rasio hutang. Artinya, dengan meningkatnya kepemilikan manajerial di dalam perusahaan, maka perusahaan akan dapat mengurangi tingkat penggunaan hutang.

Dalam kaitannya dengan kebijakan hutang, kepemilikan manajerial mempunyai kepentingan lebih besar dalam menjamin kelangsungan hidup perusahaan karena resiko hutang non-difersifiable manajemen lebih besar dari investor publik. Dengan kata lain, apabila perusahaan tidak mampu melunasi hutang, maka dapat mengancam likuiditas perusahaan dan posisi manajemen. Manajer yang memiliki kepemilikan saham yang lebih besar dalam perusahaan akan memiliki

keinginan yang lebih besar dalam meminimalkan resiko struktur modal.

Jika struktur kepemilkan saham manajerial tinggi, maka manajer akan manjadi risk averse. Maksudnya, dengan meningkatnya kepemilikan manajerial, akan menyebabkan manajer semakin berhati-hati dalam menggunakan hutang dan menghindari perilaku yang oportunistik karena mereka ikut menanggung resikonya. Sehingga hal ini dapat mengontrol masalah keagenan.

b. Struktur Kepemilikan Institusional

Struktur kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, perseroan terbatas, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain). Kepemilikan institusional merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen.

Menurut Tendi Haruman (2008: 7), kepemilikan institusional mempunyai arti penting dalam memonitor manajemen dalam memgelola perusahaan. Investor subtitusional dapat disubtutusikan

untuk melaksanakan peranan mendisiplinkan penggunaan debt

(hutang) dalam struktur modal.

Konflik yang terjadi akibat pemisahan kepemilikan dapat berdampak pada pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan pemilik perusahaan. Agency cost dapat diminimalisir dengan beberapa alternatif, salah satunya dengan adanya kepemilikan investor institusional yang dapat berfungsi sebagai agen monitor. Moh’d, et. al menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu investor institusional akan mengurangi biaya agensi. Keberadaan pemegang saham institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

Meningkatnya kepemilikan saham oleh institutional investor juga dapat mengimbangi kebutuhan terhadap hutang. Dengan demikian, kehadiran institutional investor di dalam perusahaan akan berhubungan negatif dengan rasio hutang perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham yang dimiliki oleh institutional investor, akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik oleh para manajer dan memaksa para manajer untuk mengurangi tingkat hutang secara optimal, sehingga dapat mengurangi agency cost (Shleifer dan Vishny dalam Faisal, 2003: 16).

c. Struktur Kepemilikan Publik

Struktur kepemilikan publik menggambarkan kepemilikan saham oleh masyarakat, di mana besarnya masing-masing saham yang dimiliki kurang dari 5% dari total saham yang beredar. Menurut Moh’d, et. al, bentuk distribusi saham antara pemegang saham dari luar (outside shareholder) yaitu kepemilikan institusional dan kepemilikan publik dapat mengurangi agency cost karena mempunyai hubungan negaif dan signifikan terhadap debt ratio, artinya jika kepemilikan publik memiliki kepemilikan saham yang tinggi dalam perusahaan, maka mereka akan membantu kepemilikan institusional untuk mengawasi kinerja manajer dalam penggunaan hutang dan aktifitas operasional perusahaan dengan begitu manajer dapat menggunakan hutang seoptimal mungkin sehingga dapat mengurangi biaya keagenan.

Dokumen terkait