• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Skema 4.1. Struktur Organisasi BRI Syariah Sidoarjo

Account Officer Customer Service Kliring Funding Officer General Affair Penaksir Gadai Teller

Sales Officer Supervisor Pelayanan Supervisor

Administrasi Internal ADP Funding Officer Pimpinan Cabang Pembantu

Sundriest

Quality Assurance

Sumber: Data Intern Perusahaan

4.2.Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Macam-macam Produk Pembiayaan Murabahah Pada BRI Syariah Sidoarjo

Ada beberapa macam jenis pembiayaan murabahah pada Bank BRI Syariah Sidoarjo, yaitu:

1. KKB iB BRIS

Kepemilikan Kendaraan Bermotor (KKB) BRISyariah iB berfungsi sebagai sarana untuk memperoleh pembiayaan mobil baik kondisi baru maupun bekas pakai secara cepat, syarat mudah dan sesuai syariah.

KKB BRISyariah iB merupakan pembiayaan kepemilikan mobil yang diinginkan dengan menentukan sendiri pilihan merek yang nasabah inginkan dan besarnya cicilan disesuaikan dengan pendapatan calon nasabah itu sendiri.

Produk Pembiayaan Kepemilikan Multi Guna (KMG) iB adalah fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) kepada nasabah perorangan untuk kepemilikan barang-barang multi guna selain rumah dan mobil dengan pembayaran secara angsuran/mencicil dalam jangka waktu yang disepakati.

Tujuan dari produk KMG iB adalah :

1. Mengembangkan produk KMG iB dengan resiko yang relatif rendah

2. Memenuhi kebutuhan nasabah untuk konsumtif maupun usaha atas

kepemilikan barang multiguna yang sesuai syariah dengan syarat menjaminkan fixed asset atau gaji nasabah melalui kerjasama dengan institusi tertentu atau melalui surat kuasa pemotongan gaji oleh bendaharawan / pejabat yang berwenang. Adapun jenis barang multiguna yang diperkenankan pada pembiayaan KMG iB adalah untuk membiayai seluruh atau sebagian atas kepemilikan :

Motor baru, baik dari penjual motor individu atau dari dealer/

showroom, baik dealer yang telah bekerjasama dengan BRI maupun

yang tidak ada kerjasama namun memenuhi persyaratan yang ditentukan BRIS.

o Barang elektronik

o Furniture / Keperluan Rumah Tangga

o Bahan baku / Stock barang dagangan

o Barang lainnya yang halal o Peralatan dokter

o Mesin-mesin

o Bahan-bahan bangunan

Barang multiguna melalui take over / Pengalihan Pembiayaah KMG,

terdiri dari :

o Take Over dari Lembaga Keuangan Konvensional

o Take Over dari Lembaga Keuangan Syariah (Bank Syariah,

BPRS).

3. KPR iB BRIS

Kepemilikan Rumah (KPR) BRISyariah iB dengan skim pembiayaan secara jual beli (murabahah) mewujudkan keinginan nasabah memiliki rumah di lokasi yang strategis, proses yang relatif cepat, syarat mudah, margin kompetitif dan sesuai syariah.

Tak hanya memiliki rumah, berbagai keperluanpun dapat dipenuhi dengan KPR BRISyariah iB. Selain itu, fasilitas yang diberikan oleh Bank BRI Syariah Sidoarjo juga untuk pembelian, pembangunan, renovasi

rumah/apartemen/ruko/rukan dengan angsuran tetap sepanjang jangka waktu pembiayaan.

4.2.2. Syarat-syarat Nasabah Pembiayaan Murabahah Pada BRI Syariah Sidoarjo

Untuk dapat menjadi nasabah konsumer Bank BRI Syariah, selain memenuhi kriteria umur minimal 21 tahun dan cakap hukum, wajib dipenuhi syarat umum nasabah berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur di bawah.

Ketentuan

1. Nasabah adalah:

a. Perorangan (WNA1)/WNI) dengan minimal penghasilan tertentu2).

b. Sumber Pembayaran:

1) Penghasilan tetap (fixed income earner).

2) Penghasilan tidak tetap (non-fixed income earner).

Keterangan:

1) Khusus WNA akan diatur tersendiri dalam petunjuk pelaksanaan

2) Minimal penghasilan akan diatur dalam petunjuk pelaksanaan yang akan dikeluarkan oleh Group yang bertanggung jawab terhadap Pengembangan Produk.

2. Pemberian pembiayaan kepada (calon) nasabah WNA, terbatas pada

Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Bermotor. Apabila terdapat perubahan peraturan eksternal atau perubahan strategi usaha, harus didapatkan persetujuan dari Direktur terkait atas permohonan tertulis dari Unit Bisnis melalui Group yang membidangi Risk Management.

3. Profesi/bidang usaha (calon) nasabah, tidak termasuk dalam Watch List atau Daftar Hitam.

4. Calon nasabah bertempat tinggal atau bekerja/berusaha dalam wilayah kerja Unit Bisnis yang memproses pembiayaan. Batas wilayah kerja ditentukan berdasarkan jarak yang ditempuh oleh Unit Bisnis ke tempat tinggal/bekerja/berusaha calon nasabah, dengan maksimum perjalanan kendaraan bermotor 2 (dua) jam atau maksimum 60 (enam puluh) kilometer.

5. Tersedia Aplikasi Permohonan Pembiayaan (APP) dari calon nasabah

yang telah ditandatangani oleh (calon) nasabah.

6. Untuk pembiayaan dengan jaminan rumah, harus telah diyakinkan bahwa jaminan tersebut tidak dalam keadaan disewakan, kecuali telah ada persetujuan tertulis dari Bank atas kondisi sewa menyewa.

7. Nasabah dengan total pembiayaan di atas Rp. 100 juta atau ekuivalen, wajib menyerahkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Ketentuan mengenai penyerahan NPWP berdasarkan Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia (SKDBI) No. 27/121/KEP/DIR dan No. 28/83/KEP/DIR, yaitu:

a. NPWP atas nama calon nasabah.

b. Bila calon nasabah adalah orang pribadi yang tidak mempunyai

penghasilan lain selain penghasilan dari satu pemberi kerja, maka data yang diserahkan adalah:

i. Salinan SPT Tahunan PPh pasal 21 form 1721A1/1721-A2,

atau

ii. Jika masa kerja calon nasabah kurang dari 1 tahun, harus

menyerahkan Surat Pernyataan dari perusahaan bahwa PPh calon nasabah telah dipungut oleh perusahaan, atau salinan SPT Tahunan PPh pasal 21 form 1721-A1/1721-A2 dari perusahaan yang lama/sebelumnya.

c. Bila calon nasabah adalah istri yang tidak mempunyai perjanjian pisah harta, maka NPWP yang diserahkan dapat berupa NPWP atas nama suami.

d. Bila calon nasabah memiliki lebih dari satu sumber pendapatan,

NPWP yang diserahkan adalah salah satu NPWP yang menjadi sumber utama pembayaran kembali pembiayaannya. Pengertian pendapatan

gabungan mengacu pada P3 Konsumer Bab VI butir II.5.2. perihal Pendapatan Gabungan.

e. Bila calon nasabah bekerja di organisasi internasional, maka

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 649/KMK.04/1994 ditegaskan bahwa WNI yang bekerja di organisasi internasional dengan penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak wajib melaporkan penghasilannya dengan mengisi surat pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan, sehingga atas calon nasabah tersebut tetap wajib untuk memenuhi ketentuan penyerahan NPWP.

f. Bila calon nasabah adalah WNA, maka WNA itu tetap wajib untuk

memenuhi ketentuan penyerahan NPWP kecuali bagi WNA yang bekerja di badan perwakilan negara asing (kedutaan besar), perwakilan diplomatik, konsulat, organisasi internasional atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan Menteri Keuangan dan WNA tersebut tidak menerima penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya. Untuk memudahkan pembuktian harus disertai dengan surat pernyataan dari kantor perwakilan negara/organisasi internasional tempat nasabah bekerja.

8. NPWP dapat dibuktikan/diverifikasi dari salinan kartu NPWP atau salinan SPT Tahunan maupun dokumen resmi lainnya, seperti: Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK), Surat dari

Kantor Pajak/tanda terima bahwa NPWP sedang dalam proses pembuatan dan lain-lain.

9. Khusus untuk calon nasabah individu, maka ditentukan sebagai berikut:

a. Usia calon nasabah minimal 21 tahun pada saat pembiayaan diajukan dan maksimum usia pensiun untuk karyawan atau 65 tahun untuk pengusaha/profesional pada saat jatuh tempo pembiayaan. Khusus untuk Pembiayaan Pensiunan, usia maksimum adalah 70 tahun pada saat jatuh tempo pembiayaan dan sepanjang dapat ditutup dengan asuransi jiwa.

b. Calon nasabah yang termasuk kriteria di bawah ini, harus ditutup dengan asuransi jiwa pembiayaan, yaitu:

1) Calon nasabah memiliki profesi/hobi yang beresiko tinggi

2) Pembiayaan KPR

Untuk pembiayaan dengan jaminan dana sendiri (Deposito/Tabungan/Giro) minimal 117%, diperkenankan untuk tidak memenuhi ketentuan angka 4 dan 9 di atas.

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut:

1. PINCAPEM (Pimpinan Cabang Pembantu)

PINCAPEM bertindak sebagai pihak yang memberikan pengesahan atas pembiayaan yang diajukan oleh nasabah.

2. ADP (Administrasi Pembiayaan)

ADP bertindak sebagai pihak yang melakukan pendaftaran pembiayaan nasabah, membuat Offering Letter, akad wakalah dan menyiapkan dokumen-dokumen realisasi pembiayaan.

3. Notaris

Notaris bertindak sebagai pihak yang membacakan akad atau perjanjian pembiayaan sesuai dengan hasil OL (Offering Letter) yang telah dibuat dengan benar oleh ADP.

4. AO (Account Officer)

AO sebagai pihak yang melakukan survey dan memberikan keterangan mengenai penilaian jaminan dan neraca keuangan nasabah. Account

Officer dalam proses pengusulan pemberian fasilitas pembiayaan akan

melakukan proses inisiasi, evaluasi pembiayaan dan mengajukannya kepada Pejabat yang berwenang untuk mendapatkan persetujuan pembiayaan berdasarkan ketentuan pembiayaan yang berlaku.

5. CS (Customer Service)

Customer Service memberikan layanan untuk membuka tabungan kepada

nasabah yang melakukan pembiayaan dan Customer Service akan memasukkannya dalam beberapa kriteria pembiayaan (biaya administrasi, biaya asuransi jiwa, biaya asuransi kebakaran dan biaya notaris).

Nasabah yang akan mengajukan pembiayaan murabahah harus memenuhi persyaratan seperti di bawah ini:

1. Copy KTP, KK dan Surat Nikah.

2. Copy rekening tabungan, rekening koran 3 bulan terakhir.

3. Copy SHM/SHGB yang akan dibeli.

4. Copy SIUP, TDP, dan akta pendirian perusahaan.

5. Copy IMB, PBB, rekening telepon dan listrik.

6. Pas foto suami-istri 4x6 berwarna.

7. Slip gaji dan surat rekomendasi dari perusahaan.

8. Copy SK pegawai tetap dan mutasi.

10.Laporan keuangan terakhir.

11.NPWP (untuk pembiayaan di atas Rp. 100.000.000,00).

Sebelum menyetujui permohonan pembiayaan murabahah yang diajukan oleh calon nasabah, maka ada beberapa prosedur atau tahapan yang harus dilalui sebelum pembiayaan tersebut disetujui oleh pihak bank antara lain:

1. Tahap pengajuan

a. Calon nasabah datang ke bank untuk mengajukan permohonan

pembiayaan murabahah.

b. ADP akan mendaftarkan permohonan pembiayaan tersebut dan calon

nasabah akan diminta untuk mengisi SKPP (Surat Keterangan Permohonan Pembiayaan) yang telah disediakan oleh Customer

Service.

c. Selanjutnya, ADP akan menyampaikan berkas permohonan nasabah

kepada PINCAPEM.

d. PINCAPEM akan mendisposisi berkas permohonan tersebut kepada

Account Officer (AO).

a. Setelah berkas permohonan didisposisi oleh PINCAPEM, maka AO akan melakukan survey untuk menilai kemampuan dan kelayakan calon nasabah dalam pembiayaan. Setelah survey dilakukan, maka selanjutnya ADP akan menyiapkan Informasi Data Debitur (IDI).

b. AO dan ADP kemudian melaporkan hasil calon nasabah ke

PINCAPEM.

c. Jika laporan dari hasil survey pertama ini sudah memenuhi persyaratan, maka PINCAPEM dan AO akan melakukan survey kedua yaitu terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui secara langsung mengenai keadaan usaha dan agunan calon nasabah.

d. Jika dari hasil survey tersebut ternyata diketahui bahwa calon nasabah tidak memenuhi persyaratan, maka permohonan pembiayaan yang dilakukan calon nasabah akan ditolak oleh pihak bank.

3. Survey Kedua

a. AO akan melakukan penilaian terhadap agunan dan neraca keuangan calon nasabah. Hasil penilaian tersebut dituangkan dalam bentuk Memorandum Analisa Pembiayaan (MAP) dan Laporan Keuangan Nasabah (LKN).

b. PINCAPEM mempelajari MAP dan LKN nasabah. Setelah itu

calon nasabah disetujui atau tidak. Jika disetujui, maka tahapan selanjutnya adalah tahap persiapan realisasi.

4. Persiapan Realisasi

Pada tahap ini, proses yang dilakukan adalah:

a. ADP membuat Offering Letter (OL)/surat penawaran dan

memberikannya pada PINCAPEM untuk diperiksa. Jika sudah benar maka ADP akan membuat janji dengan nasabah dan notaris.

b. ADP membuat jadwal realisasi.

c. ADP membuat Instruksi Pencairan Pembiayaan (IPP).

d. ADP menyiapkan dokumen-dokumen untuk realisasi lainnya.

e. ADP membuat akad wakalah.

5. Pembacaan akad

Pada tahap ini, akan dibacakan akad perjanjian murabahah yang harus dihadiri oleh nasabah, PINCAPEM, ADP, AO, dan pihak notaris.

Syarat minimal pencairan harus ada:

1. Cover Note dari notaris yang menunjukkan bahwa sudah terjadi

2. Persetujuan dari notaris.

6. Realisasi/Pencairan

Setelah akad dibacakan dan nasabah menyetujuinya, maka realisasi/pencairan dana pun dapat dilakukan. Pada tahap ini, nasabah menandatangani akad murabahah dan akad wakalah serta membayar semua biaya yang berhubungan dengan pembiayaan murabahah seperti biaya asuransi, biaya administrasi, biaya notaris, dan lain-lain. Kemudian teller akan membukukan pencairan pembiayaan tersebut. Adapun tahap proses penyaluran pembiayaan murabahah secara lebih jelas dapat dilihat pada

Dokumen terkait