• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM PRAJA MANGKUNEGARAN

B. Kondisi Geografis Praja Mangkunegaran

2. Struktur Penduduk di Praja Mangkunegaran Pada Masa

Raffles dalam pemerintahannya (1811-1816), memperhitungkan bahwa penduduk pulau Jawa sebanyak 4,5 juta jiwa. Menurut sensus penduduk sekitar tahun 1930 pertambahan penduduk pulau Jawa telah berjumlah 40 juta jiwa.30 Pertumbuhan penduduk tidak semata-mata tergantung pada masalah ekologis dan

29

Sutrisno Adiwardoyo, op.cit. halaman 31.

30

Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka. halaman 97.

alamiah serta perkembangan teknologi saja, terlibat pula faktor-faktor sosial-ekonomi lainnya seperti kesehatan, keamanan, dan sebagainya. Semua ini tentunya terpusat pada masalah perbandingan antara kematian dan kelahiran.

Tabel III. Sensus penduduk wilayah Mangkunegaran (Kota Mangkunegaran, Wonogiri, Ngawen) tahun 1930

No. Golongan / Etnik (laki-laki dan perempuan)

Jumlah Penduduk

1. 2. 3.

Golongan Bumi Putera Golongan Eropa Golongan Asia 902.780 jiwa 1.270 jiwa 4.268 jiwa Jumlah 908.318 jiwa

Sumber: T.H. M. Metz, 1939. “Mangkoe-nagaran: Analyse van een Javaanasch Vorstendom”. Terjemahan: R. Tg. Muhammad Husodo Pringgokusumo, 1987. Mangkunegaran: Reksa Pustaka,

halaman 15.

Pertumbuhan penduduk juga terjadi di daerah Mangkunegaran salah satu daerah Swapraja yang wilayahnya tergolong cukup luas diantara daerah Swapraja lainnya. Berdasarkan sensus tahun 1930 (tabel III), menjelaskan jumlah penduduk Mangkunegaran secara keseluruhan adalah 908.318 jiwa.31 Jumlah penduduk tersebut tersebar di seluruh wilayah Praja Mangkunegaran. Awal abad XX, tercatat Praja Mangkunegaran mempunyai wilayah dari arah utara ke selatan. Bagian tengah merupakan kota lama yang didiami oleh beberapa etnik yang tinggal di wilayah tersebut antara lain etnik Jawa, Arab, Cina, dan Eropa yang semuanya menempati daerah secara terpisah.32

31

Wasino.1996. op.cit. halaman 31.

32

35

Perkampungan orang-orang Eropa yang meliputi rumah Residen, kantor-kantor, gereja, gedung pertunjukan, gedung-gedung sekolah, toko-toko dan benteng Vastenburg berkedudukan sebagai pusatnya. Perkampungan orang Eropa atau Belanda di sekitar benteng terletak di daerah Loji Wetan, dengan ditandai bangunan yang berbentuk Loji dan menggunakan batu bata. Istana Mangkunegara terletak di sebelah selatan Kali Pepe. Perkampungan orang-orang Eropa atau Belanda di kota Mangkunegaran didaerah sebelah utara Pamedan dinamakan

Villapark. Villapark merupakan kampung Belanda yang didalamnya memiliki perencanaan infrastruktur yang baik, sehingga kampung tersebut mempunyai sarana dan prasarana yang memadai bagi penduduknya.

Perkampungan antar etnik lain dipisahkan berdasarkan diskriminasi ras. Namun pada perkembangan berikutnya kota tidak lagi membagi berdasarkan ras (etnis). Dengan adanya pembangunan perumahan, perbaikan ekonomi, mobilitas sosial masyarakat pribumi, telah menjurus pada pemisahan pemukiman berdasarkan kelas sosial. Daerah etnik diurus oleh orang yang di ambil dari ras yang sama. Penunjukan kampung Pecinan untuk orang-orang Cina yang terletak di sekitar Pasar Gedhe. Demikian pula halnya dengan orang-orang Arab, mereka diberi wilayah di sekitar Pasar Kliwon dengan pengurus seorang Arab dengan pangkat Kapten. Perkampungan untuk penduduk pribumi berpencar diseluruh kota. Selama pemerintahan Kolonial Belanda struktur sosial dari orang-orang Eropa (terutama orang Belanda) merupakan status teratas dalam masyarakat. Orang-orang Indo dan Timur Asing menduduki status menengah, dan orang-orang Pribumi (bangsawan maupun rakyat kebanyakan) merupakan kelas terbawah.

Stuktur sosial ini juga berlaku di seluruh daerah kekuasaan Kolonial Belanda, termasuk daerah Praja Mangkunegaran.

Penduduk Praja Mangkunegaran seperti halnya dengan penduduk Jawa Tengah dan sebagian besar Jawa Timur mayoritas berasal dari suku Jawa, dan beragama Islam hal ini sesuai dengan corak kerajaan yang ada di Jawa yaitu kerajaan Islam. Stratifikasi sosial masyarakat Surakarta secara hierarki terbagi dalam tiga kelompok sosial yaitu:

1. Sentana Dalem, meliputi raja dan keluarga raja. 2. Abdi Dalem, meliputi pegawai dan pejabat kerajaan. 3. Kawula Dalem, meliputi rakyat biasa.33

Untuk menentukan posisi seseorang berada dalam kelompok sosial tertentu diperlukan dua kriteria. Pertama, prinsip kebangsawanan yang ditentukan oleh hubungan darah seorang dengan penguasa. Kedua, posisi seseorang dalam hirarki birokrasi. Seseorang yang mempunyai kriteria-kriteria tersebut dianggap termasuk golongan elit. Mereka yang diluar golongan itu dianggap sebagai rakyat kebanyakan.34 Struktur penduduk di wilayah kota Mangkunegaran di bagi menjadi empat golongan dan memiliki peranan masing-masing, yakni: (1) Golongan Bangsawan (Kasatriyan) terdiri dari Adipati Mangkunegoro, putera, menantu, dan ipar Mangkunegoro, serta Sentana Dalem, (2) Golongan Pegawai Sipil (Narapraja) terdiri dari Patih, para wedana dari berbagai departeman, para mantri

dari berbagai kemantren, dan para pegawai rendahan atau priyayi rendahan, (3) Golongan Militer (Wirapraja) berdasarkan atas tingkat kepangkatan seseorang

33

Dwi Ratna Nurhajarini, dkk. Op.Cit. halaman 28.

34

37

yaitu opsir dan bawahan. Opsir terdiri dari seseorang yang berpangkat mayor sampai kolonel, dan letnan sampai kapten. Bawahan meliputi sersan sampai ajudan opsir bawah, dan fusiler sampai dengan kopral atau anak buah, dan (4) Rakyat (Kawula) terdiri dari tukang-tukang, buruh industri perkebunan, tukang cukur, pedagang, dan sebagian besar adalah petani .35 Struktur penduduk itu juga terdapat di daerah-daerah lain di Praja Mangkunegaran.

C. Lingkungan Fisik Istana Mangkunegaran

Praja Mangkunegaran dibangun pada masa Mangkunegara I, sebagai wujud hasil perjuangannya melawan pemerintah Kompeni Belanda. Pendirian keraton Mangkunegaran merupakan konsep mengenai pusat kekuatan kosmis yang dikelilingi oleh kekuatan makhluk hidup dan unsur alam semesta. Keraton didirikan berdasarkan “pangolahing budi”, yaitu pakarti lahiriyah dan pakarti batiniyah. Pakarti lahiriyah mengandung tuntunan bahwa manusia hidup dalam tingkah laku serta ucapan yang tidak menyimpang dari budi luhur. Pakarti batiniyah yakni dengan cara semedi, meditasi, atau bertapa untuk mendekatkan diri dengan Tuhan. Hasil dari pangolahing budi disebut dengan budaya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa budaya keraton merupakan tuntunan hidup berdasarkan pangolahing budi.36 Filsafat politik Jawa menjelaskan bahwa negara paling padat di pusat ibukota dan kekuatan raja memancar sampai ke desa-desa. Kekuatan itu ada karena seluruh kekuatan menjaga keraton dan kekuatan memberikan perlindungan serta memberi keselamatan pada para penghuninya.

35

Th. M. Metz, op.cit. halaman 17.

36

Daryadi, Op.Cit. halaman 65, lihat juga, Yosodipuro, 1994. Keraton Surakarta Hadiningrat. Surakarta: Makradata. halaman 2.

Pura Mangkunegaran memiliki dua bangunan, yaitu bangunan utama berupa joglo atau limasan dan bangunan disekelilingnya didirikan berdasarkan arsitektur Belanda. Bangunan kedua digunakan sebagai asrama tentara kavaleri. Bangunan yang ada di Pura Mangkunegaran, antara lain:

1. Pamedan yaitu halaman luas yang berfungsi sebagi tempat latihan militer legiun Mangkunegaran.

2. Reksa Wahana yaitu sebagai tempat menyimpan kereta-kereta dan memelihara kuda, terletak di sebelah kanan pamedan.

3. Pendopo Ageng yang terletak di tengah-tengah bangunan utama dan merupakan tempat pertunjukan kesenian, menyimpan gamelan, dan terutama sebagai tempat jamuan dan upacara-upacara resmi.

4. Pringgitan yang disebut juga sebagai beranda dalem, yang letaknya lebih tinggi dari pendopo. Pringgitan ini berbentuk kutuk ngambang dan sering dipakai untuk pertunjukan wayang, tetapi fungsi utamanya sebagai tempat menerima tamu.

5. Panetan merupakan jalan bagi kereta tamu dan terletak diantara pendopo dengan pringgitan.

6. Dalem Ageng yaitu bangunan yang terletak di sebelah dalam pringgitan, merupakan tempat diadakannya upacara-upacara resmi.

7. Dimpil merupakan tempat pemujaan nenek moyang dan menyimpan pusaka.

8. Bale Warni merupakan tempat tinggal permaisuri dan putri-putrinya. 9. Pracimasana merupakan tempat untuk menerima tamu sehari-hari dan

39

10.Bale Peni merupakan tempat tinggal Mangkunegoro dan menerima tamu laki-laki.

11.Purwosana yang terletak diseputar bale warni dan bale peni merupakan tempat tinggal para wanita yang mempunyai hubungan keluarga dengan Mangkunegoro yang sudah memerintah.

12.Panti Putra yaitu tempat tinggal putra-putra yang masih ada hubungan keluarga dengan Mangkunegoro.

13.Prangwedanan merupakan tempat tinggal putra mahkota calon pengganti Mangkunegoro yang sedang memerintah. Letaknya diantara perkantoran mandrapura dan panti putra.

14.Mandrapura merupakan perkantoran dimana semua pekerjaan yang berhubungan dengan penataan dan pengaturan administrasi. Letaknya diantara timur dan barat pendopo.

KABUPATEN KARTI PRAJA MASA MANGKUNEGARAVII

Dokumen terkait