BAB V. ANALISIS RANTAI PASOK
5.1. Struktur Rantai Pasokan
a. Anggota Rantai dan Aliran Komoditas
Struktur rantai pasok sawit terdiri atas bebagai faktor . Diawali dengan sumber bahan baku, yaitu tandan buah segar (TBS) dari berbagai sumber, proses pengolahan menjadi minyak kasar (CPO) hingga proses lanjut pengolahan minyak kasar menjadi minyak murni (minyak goreng) dengan standar mutu dan kemanan pangan yang dipersyaratkan. Model rantai pasok sawit dapat dilhat pada Gambar 17.
Aliran komoditas sawit pada model rantai pasok dapat digambarkan dalam beberapa rantai, yaitu :
1) Struktur Rantai Pasok 1
Kebun Inti → Pabrik PKS → Eksportir → Pasar Luar Negeri
Aliran pada rantai ini menggambarkan bahan baku berasal dari kebun inti. Kebun inti PT ASL terdiri atas 9 afdeling, dengan luasan masing-masing afdeling sekitar 800 – 900 ha. Total luasan kebun sawit inti adalah 8.144 ha. Mutu bahan baku yang olah di pabrik pengolah kelapa sawit (PKS) sangat ketat dan menghasilkan produk minyak kasar (Crude palm Oil) dengan kualitas super.
2) Struktur Rantai Pasok 2
Kebun Inti → Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik Rafinary → Pedagang → Pasar Tradisional
Aliran rantai pasok menggambarkan bahan baku yang dipergunakan dari kebun inti kemudian memasuki pabrik pengolahan kelapa sawit untuk menjadi minyak kasar (CPO). Tahapan berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik pengolah CPO (Rafinary) dan menghasilkan minyak goreng yang di jual dengan sistem curah, dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan sepanjang proses produksi hingga pelepasan produk di pasar.
Gambar 16. Stuktur Rantai Pasok Sawit Pasar Tradisonal Pedagang Pemasok ritel/ supermarket Eksportir Ritel / supermarket Pasar luar negeri Kebun Inti Kebun Plasma Kebun Luar Pabrik PKS1 KKPA = Kredit koperasi Primer anggota Bandar Eksportir Pemasok pabrik refinary Pasar luar negeri Pabrik Refinery Pabrik PKS2 Pabrik PKS3
3) Struktur Rantai Pasok 3
Kebun Inti → Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik Rafinary → Pemasok Ritel / Supermarket → Ritel / Supermarket
Aliran rantai pasok tipe 3 memiliki kesamaan dengan rantai pasok tipe 2 untuk seluruh kegiatan di bagian hulu. Setelah menjadi produk minyak goreng sasaran pasar yang dituju adalah pemasok ritel/supermarket untuk selanjutnya dilakukan penjualan secara ritel atau satuan di supermarket.
4) Struktur Rantai Pasok 4
Kebun Inti → Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik Rafinary → Eksportir →Pasar Luar Negeri
Aliran rantai pasok tipe 4 menggambarkan kesamaan dengan tipe 2, yaitu bahan baku yang dipergunakan dari kebun inti kemudian memasuki pabrik pengolahan kelapa sawit untuk menjadi minyak kasar (CPO). Tahapan berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik pengolah CPO (Rafinary) dan menghasilkan minyak goreng yang di jual dengan sistem curah, dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan sepanjang proses produksi hingga pelepasan produk di pelabuhan untuk di ekspor.
5) Struktur Rantai Pasok 5
Kebun Plasma →KKPA→ Pabrik PKS → Eksportir → Pasar Luar Negeri Aliran pada rantai ini menggambarkan bahan baku berasal dari kebun plasma yang disalurkan melalui koperasi-koperasi melalui persyaratan mutu yang ketat untuk bahan baku selanjutnya diolah di pabrik kelapa sawit dan menghasilkan produk minyak kasar (Crude palm Oil) untuk ekspor. Pengadaan bahan baku melalui koperasi, PT ASL membina 8 (delapan) KKPA sebagai koperasi yang memasok buah sawit untuk diolah di pabrik pengolah kelapa sawit. Jumlah buah sawit yang diterima dari KKPA sebesar 30% dari total seluruh buah sawit yang dipergunakan PT ASL.
6) Struktur Rantai Pasok 6
Kebun Plasma →KKPA→ Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik Rafinary → Pedagang → Pasar Tradisional
Aliran pada rantai ini menggambarkan bahan baku berasal dari kebun plasma yang disalurkan melalui koperasi-koperasi, untuk diolah di pabrik kelapa sawit menjadi CPO. Tahapan berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik pengolah CPO (Rafinary) dan menghasilkan minyak goreng yang di jual dengan sistem curah, dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan sepanjang proses produksi hingga pelepasan produk di pasar.
7) Struktur Rantai Pasok 7
Kebun Plasma →KKPA→ Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik Rafinary → Pemasok Ritel / Supermarket → Ritel / Supermarket Aliran rantai pasok memiliki kesamaan dengan tipe 4. Perbedaan terletak pada sumber bahan baku yang dipergunakan berasal dari kebun plasma dan didistribusikan melalui koperasi kemudian memasuki pabrik pengolahan kelapa sawit untuk menjadi minyak kasar (CPO). Tahapan berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik pengolah CPO (Rafinary) dan menghasilkan minyak goreng yang di jual dengan sistem curah, dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan sepanjang proses produksi hingga pelepasan produk kepada pemasok ritel/supermarket untuk dipasarkan secara ritel atau satuan di supermarket.
8) Struktur Rantai Pasok 8
Kebun Plasma →KKPA→ Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik Rafinary → Eksportir →Pasar Luar Negeri
Aliran rantai pasok memiliki kesamaan dengan tipe 7. Bahan baku yang dipergunakan berasal dari kebun plasma dan didistribusikan melalui koperasi kemudian memasuki pabrik pengolahan kelapa sawit untuk menjadi minyak kasar (CPO). Tahapan berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik pengolah CPO (Rafinary) dan menghasilkan minyak goreng yang di jual dengan sistem curah, dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan
sepanjang proses produksi hingga penyimpanan produk di pelabuhan untuk selanjutnya di ekspor sebagai pemenuhan kebutuhan pasar luar negeri.
9) Struktur Rantai Pasok 9
Kebun Luar → Bandar → Pabrik PKS → Eksportir → Pasar Luar Negeri Pada aliran rantai pasok ini menggambarkan bahan baku sawit diperoleh dari kebun luar. Hal ini dilakukan sebagai pemenuhan kapasitas produksi yang berjalan selama 24 jam. Buah yang diperoleh dari luar, dikumpulkan oleh bandar-bandar untuk dilakukan sortasi mutu, sehingga kualitas tandan buah sawit yang dikirim ke pabrik memiliki keseragaman dengan buah yang berasal dari kebun inti dan kebun plasma. Bahan baku selanjutnya diolah di pabrik kelapa sawit dan menghasilkan produk minyak kasar (Crude Palm Oil) untuk ekspor.
10) Struktur Rantai Pasok 10
Kebun Luar → Bandar → Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik Rafinary → Pedagang → Pasar Tradisional
Bahan baku yang diperoleh sama dengan struktur rantai tipe 9. Bahan baku diolah di pabrik kelapa sawit dan menghasilkan produk minyak kasar (Crude palm Oil). Tahapan berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik pengolah CPO (Rafinary) dan menghasilkan minyak goreng yang di jual dengan sistem curah, dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan sepanjang proses produksi hingga pelepasan produk di pasaran.
11) Struktur Rantai Pasok 11
Kebun Luar → Bandar → Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik Rafinary → Pemasok Ritel / Supermarket → Ritel / Supermarket
Struktur rantai menyerupai tipe 10. Bahan baku diolah di pabrik kelapa sawit dan menghasilkan produk minyak kasar (Crude palm Oil). Tahapan berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik pengolah CPO (Rafinary) dan menghasilkan minyak goreng yang di jual dengan kemasan, dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan sepanjang proses produksi
hingga pelepasan produk di pemasok ritel/supermarket untuk dipasarkan secara ritel atau satuan di supermarket.
12) Struktur Rantai Pasok 12
Kebun Luar → Bandar → Pabrik PKS → Pemasok Pabrik Rafinary → Pabrik Rafinary → Eksportir →Pasar Luar Negeri
Bahan baku yang diperoleh sama dengan struktur rantai tipe 9. Bahan baku diolah di pabrik kelapa sawit dan menghasilkan produk minyak kasar (Crude Palm Oil). Tahapan berikutnya CPO diolah lanjut di pabrik pengolah CPO (Rafinary) dan menghasilkan minyak goreng yang di jual dengan sistem curah, dengan tetap memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan sepanjang proses produksi hingga penyimpanan produk di pelabuhan untuk selanjutnya di ekspor sebagai pemenuhan kebutuhan pasar luar negeri.
Anggota rantai pasok yang menjelaskan aliran komoditas mulai dari hulu sampai hilir dijelaskan pada Tabel 13.
Tabel 13. Anggota Rantai Pasok
Tingkatan Anggota Proses Aktivitas
Produsen  Petani kebun inti  Petani plasma  Petani luar  Budidaya  Pembelian  Pengolahan  Distribusi  Penjualan Melakukan pembelian bibit, penanaman, perawatan, pemanenan. Kebun inti melakukan distribusi kelapa sawit, petani plasma menjual kepada koperasi sedangkan petani luar melakukan penjualan ke bandar. Pengolah Hulu  KPPA  Bandar  Eksportir  Pembelian  Sortasi  Pengolahan  Penyimpanan  Penjualan Melakukan pembelian sawit dari koperasi dan bandar, selanjutnya disortasi oleh KPPA dan bandar. Kelapa sawit didistribusikan untuk diproduksi dan menghasilkan CPO. distributor/ritel/eksportir
Tabel 13. Anggota Rantai Pasok (lanjutan)
Tingkatan Anggota Proses Aktivitas
Pengolah Hilir  Pemasok supermarket  Pedagang pasar  Eksportir  Pembelian  Sortasi  Pengolahan  Penyimpanan  Penjualan CPO selanjutnya didistribusikan untuk dipasarkan dan juga didistribusikan sebagai pasokan bahan baku untuk produksi minyak goreng , dan dilakukan penjualan ke Ritel  Supermarket
 Pasar tradisional  PembelianPenyimpanan  Penjualan
Melakukan pembelian dari distributor/eksportir untuk selanjutnya penjualan ke konsumen (end user) Konsumen  Industri
 Masyarakat umum
 Pembelian Melakukan pembelian minyak goreng dari distributor, ritel, supermarket dan eksportir. b. Entitas Rantai Pasokan
1. Produk
Entitas rantai pasokan menggambarkan elemen-elemen di dalam rantai pasokan. Elemen-elemen ditinjau dari produk, pasar, stakeholder rantai pasokan dan situasi persaingan. Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Ketersediaan lahan sawit di Indonesia hamper tersebar di seluruh pulau, seperti Bangka Belitung (107,070 Ha), Bengkulu (180,693 Ha), Irian Jaya Barat (180,171 Ha), Jambi (388,265 Ha), Kalimantan Barat (431,882 Ha), Kalimantan Tengah (840,730 Ha) dan Sulawesi Barat (54,568 Ha). Standar kualitas buah sawit dan Minyak Sawit Kasar yang ditetapkan oleh PT ASL dapat dilihat pada Tabel 14. Standar minyak goreng yang ditetapkan oleh PT PKB dapat dilihat
pada Tabel 15. Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 14. Standar Kualitas Buah Sawit
No PARAMETER STANDAR
HASIL PANEN
1. Kriteria Buah Matang Panen Buah matang yang telah
membrondol secara alamiah, yang ditunjukkan dengan adanya brondolan normal di piringan
2 Panjang gagang ± 1 cm
3 Bentuk potongan gagang Berbentuk cangkem kodok (V)
PENERIMAAN DI PABRIK PENGOLAH KELAPA SAWIT
4 Buah Busuk Maks 5%
5 Buah Mentah Maks 5%
6 Tandan Kosong 0 %
7 Tangkai Panjang Maks 1%
Tabel 15. Standar Kualitas Minyak Sawit Kasar (CPO)
No PARAMETER STANDAR 1. FFA Maks 2,5% 2 Moisture Maks 0,2% 3 Dirt Maks 0,02% 4 DOBI Min 0,2 5 Karoten Min 500 ppm 2. Pasar
Penjualan minyak sawit kasar bersumber dari permintaan pasar luar negeri dan pasar dalam negeri dan mekanisme penjualan melalui tender. Minyak sawit kasar hasil pengolahan PT ASL di simpan di pelabuhan Talang Duku dan Teluk Bayur. Setelah diketahui pemenang dari peserta tender dan jumlah yang akan dijual, minyak sawit kasar selanjutnya didistribusikan. Perusahaan yang menjadi peserta tender minyak sawit kasar dapat dilihat
Tabel 16. Standar Kualitas Minyak Goreng
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Mutu I Mutu II
1. Keadaan
1.1 Bau Normal Normal
1.2 Rasa Normal Normal
1.3 Warna Putih, kuning pucat sampai kuning
2 Kadar air % b/b maks 0,1 maks 0,3
3 Bilangan asam mg KOH/g maks 0,6 maks 2
4 Asam linolenat (C18:3) dalam komposisi asam lemak minyak
% Maks 2 Maks 2
5 Cemaran logam
5.1 Timbal (Pb) mg/kg maks 0,1 maks 0,1
5.2 Timah (Sn) mg/kg maks 40,0/250* maks 40,0/250*
5.3 Raksa (Hg) mg/kg maks 0,05 maks 0,05
5.4 Tembaga (Cu) mg/kg maks 0,1 maks 0,1
6 Cemaran Arsen (As) mg/kg maks 0,1 maks 0,1
7 Minyak Pelikan ** negatif negatif
CATATAN * Dalam kemasan kaleng
CATATAN ** Minyak pelikan adalah minyak mineral dan tidak bisa disabunkan
Sumber : Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng
Tabel 17. Perusahaan Peserta Tender CPO Pengiriman Melalui Pelabuhan Talang Duku dan Teluk Bayur
No Nama perusahaan No Nama perusahaan
1 PT Inti Benua Perkasatama 9 PT Asianagro Agung Jaya
2 SMART Tbk 10 PT Ecogreen Oleochemicals
3 PT Wilmar Nabati Indonesia 11 PT Victorindo Alam Lestari
4 PT Sari Dumai Sejati 12 PT Nagamas Palmoil Lestari
5 PT Bina Karya Prima 13 PT Multimas Nabati Asahan
6 PT Panca Nabati Prakarsa 14 PT Budi Nabati Perkasa
7 PT Pacific Indopalm Industries 15 PT Wira Inno Mas 8 PT Pacific Palmindo Industries
CPO selanjutnya diproses untuk menghasilkan minyak goreng di PT PKB. Bahan baku yang dipergunakan diantaranya berasal dari PT ASL. Persyaratan standar CPO yang ditetapkan untuk diproses telah disepakati pada saat pemberkasan administrasi tender, yaitu berdasarkan kandungan asam lemak bebas (FFA) bernilai maksimal 5%.
Pemasaran minyak goreng dilakukan melalui distributor. Salah satu distributor yang melakukan penjualan minyak goreng PT PKB yaitu PT FP dengan sasaran penjualan pasar-pasar tradisional dan PT FI dengan sasaran penjualan supermarket.
3. Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Banyak pihak yang berperan sebagai pemangku kepentingan dalam anggota rantai pasokan. Pemangku tersebut adalah pemasok bibit, pemasok kelapa sawit, petani, koperasi dan bandar, pengolah, pemasok ritel, pemasok supermarket dan eksportir. Pemasok bibit yang dipergunakan di PT ASL dan petani koperasi berasal dari Kebun Marihat, Socfindo dan Lonsu Medan.
4. Kemitraan
Peningkatan yang terus menerus terhadap CPO, dengan keterbatasan jumlah lahan yang dimiliki PT ASL, kemitraan dengan petani terus ditingkatkan, melalui Koperasi Primer Petani Anggota (KPPA). Saat ini anggota KPPA terdiri atas 8 kelompok tani, dan masing-masing kelompok tani terdiri atas 5-20 petani sawit.
Kemitraan yang dijalin antara PT ASL dengan petani tertuang dalam kontrak, dengan pembahasan sebagai berikut:
1. Lahan yang dipergunakan untuk penanaman kelapa sawit adalah lahan masyarakat
2. Proses penanaman, dimulai dari bibit sampai pohon menghasilkan, dibiayai oleh perusahaan sebagai pinjaman kepada petani. Pengembalian pinjaman dilakukan melalui pemotongan pembayaran hasil penjualan TBS petani yang masuk ke perusahaan.
4. Sistem bagi hasil yaitu 30 % untuk perusahaan dan 70 % untuk petani dikurangi pinjaman petani (alokasi untuk membayar cicilan pinjaman sekitar 10-20%).
Pada pabrik pengolah CPO menjadi minyak goreng di PT PKB, kemitraan terjalin hanya pada bagian pemasaran. Kemitraan yang terjalin dengan pihak distributor atau ritel dan pasar tradisional atau modern diharapkan mampu meningkatkan minyak goreng yang dihasilkan oleh PT PKB, terutama dapat bersaing dari sisi harga tanpa mengurangi aspek mutu minyak goreng.
5.2. Sasaran Rantai