• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.4 Studi Banding

2.4.1 Pedestrian di beberapa kota tua di Eropa

Kota Marienplatz, Muenchen, Jerman. Tidak jauh dari Hauptbahnhof, stasiun

kota. Suasana Marienplatz bisa dilihat pada gambar 2.8. Jika cuaca bagus, dipastikan

kawasan ini dipenuhi pejalan kaki. Di satu sudut bisa dijumpai anak-anak muda

bermain band, unplugged. Di sudut lain, kadang dijumpai pengamen-pengamen

dengan biola dan bas betot melantunkan Blue Danube, komposisi klasik Johan

Strauss. Mereka dikerubungi penonton, tapi juga sering bermain sendirian.

Gambar 2.8 Marienplatz

Ada sesuatu yang unik di sini. Menjelang jam 11 siang, pengunjung di Plaza ini

pasti berkerumun menantikan jarum jam tepat ke angka 11. Itulah saat glockenspiel

yang termasyhur berbunyi, dengan boneka-boneka kecil menari berkeliling. (Jakarta

punya kopinya di Plaza Senayan). Bentuk glockenspiel bisa dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Glockenspiel

Sumbe

Banyak kota tua Eropa yang dijadikan kawasan pedestrian, yang makin lama

semakin terkenal. Keindahan bangunan masa lalu bisa dinikmati sambil

berjalan-jalan tanpa khawatir tersambar sepeda motor atau dijambret.

Gambar 2.10 Grotte Markt

Di Brussel, Belgia, sasaran pertama para wisatawan adalah Grotte Markt,

pedestrian di kawasan kota berusia seribu tahun. Berjalan mengagumi berbagai

bangunan gothic di sini terasa cepat lapar seperti terlihat pada gambar 2.10.

Pasalnya di setiap sudut dan trotoar digelar kafe dengan aroma menggoda. Belum

lagi berbagai bentuk kreasi coklat Belgia yang dikenal lezatnya dipajang di etalase.

Dari studi banding diatas dapat dijadikan masukan bahwa:

a. Jalur pejalan kaki di beberapa kota tua di Eropa diatas diapit oleh

bangunan-bangunan tua sehingga ketika orang berjalan di sisi jalan orang

bisa menikmati keindahan bangunan tua tersebut.

b. Di setiap sudut trotoar banyak digelar cafe-cafe ataupun pemusik-pemusik

jalanan yang beraksi sehingga para pejalan kaki bisa beristirahatan sambil

menikmati permainan musik.

2.4.2 Koeln, kota pejalan kaki

Kota Koeln atau Cologne di Jerman Utara merupakan Ibu kota negara bagian

North-Rhein Westphalia atau Nordhein Westfallen. Kota itu dikenal karena

katedralnya dengan menara kembar kehitam-hitaman setinggi 157 meter. Selain

terkenal sebagai kota gereja dan museum, Koeln merupakan surga bagi pejalan kaki.

Pusat keramaian kota dan objek wisata Koeln, sebagian besar terletak di lingkaran

daerah katedral yang populer disebut Dome of Cologne. Semua bisa dijangkau

Kota yang dilewati Sungai Rhine ini termasuk kota tua di Jerman. Kota ini

mempunyai bangunan-bangunan gereja, baik yang terletak di tengah maupun di sudut

kota. Gereja tertua adalah Dome seperti terlihat pada gambar 2.11, dibangun tahun

1248. Pembangunannya baru selesai seperti bentuknya sekarang ini di tahun 1880.

Jadi, selama 632 tahun ada pembangunan terus-menerus.

Gambar 2.11 Gereja Dome

Sumbe

Kota ini juga dijuluki kota karnaval. Karnaval diadakan hampir setiap bulan

setiap tahun di Plaza Dom, yang memang luas. Semua pengunjung biasa bersuka ria,

baik pelaku karnaval maupun penonton. Bayangkan ramainya manusia di sekitar

Dom jika karnaval berlangsung. Sehari-hari saja pengunjung Dom sekitar 40.000

orang. Bus besar menampung turis dari seluruh penjuru Eropa tak kunjung putus

berdatangan keluar masuk di sekitar Dome. Bosan menikmati karnaval, kita langsung

berjalan menuju Hohe Strasse, yang dijuluki Queen Of The Streets sejak 1970.

Sepanjang jalan dipenuhi toko, baik untuk window shopping atau shopping.

Kota ini tak pernah sepi. Sepanjang tahun, selain dipenuhi karnaval, juga

alat-alat foto dari pabrikan di seluruh dunia setiap tahun digelar di sini, di Koeln Messe.

Tempat pameran ini bisa dijangkau dari Dome, dengan melewati kanal atau

terowongan yang berada di bawah Sungai Rhine. Kalau melihat perluasan kota Koeln

ini, pembangunannya sudah dirancang secara cermat. Semua bisa dijangkau dengan

mudah, dan yang paling penting, semua jalan di Koeln dilengkapi pedestrian, alur

pejalan kaki yang aman dan bebas hambatan. Kalau Anda menyenangi olahraga jalan

kaki, Koeln salah satu surganya. Bisa berkeringat, bisa menikmati pemandangan pula.

Dari studi banding diatas dapat dijadikan masukan bahwa:

a. Pusat-pusat keramaian kota dan objek wisata bisa dijangkau dengan berjalan

kaki sehingga banyak wisatawan yang lebih memilih berjalan kaki.

b. Dipinggir-pinggir jalur pejalan kaki dipenuhi toko-toko sehingga pejalan

kaki bisa berbelanja atau sekedar menikmati melihat-lihat.

c. Semua jalur pejalan kaki di kota Koeln aman dan bebas hambatan sehingga

nyaman untuk digunakan.

2.4.3 Pedestrian di kota Roma dan Amsterdam

Kota Roma, salah satu kota tertua di dunia (versi Varro, Roma ditemukan 21

April 753 sebelum Masehi), dikenal dengan bangunan berabad-abadnya, dikepung

oleh jalan-jalan yang sempit. Akan tetapi, meski sempit, jalan-jalan di Roma sangat

bersih. Tidak ada sampah yang berserakan kendati Roma penuh dengan kios bagi

para turis dan kafe-kafe open air. Hal yang mencengangkan, dengan jalan yang amat

membangun infrastruktur bagi para pejalan kaki. Trotoar di Roma sebagian hanya

terdiri atas satu dan satu setengah meter. Tentulah cukup sempit untuk lalu lalang

warga kota dunia tersebut. Dengan bentuknya yang mini, trotoar tersebut malah

mempunyai daya tarik sendiri, ibarat "sejengkal" dari dinding rumah warga, kantor,

atau restoran. Tidak ada protes dari warga kepada penguasa kota atas sempitnya

trotoar tersebut. Warga juga maklum bahwa amat sulit melebarkan jalan di kota itu

sebab Roma dikitari bangunan-bangunan bersejarah berusia ratusan bahkan ribuan

tahun. Melebarkan jalan sama dengan meruntuhkan sejarah.

Ada dua hal menarik jika menyusuri trotoar di Kota Roma. Pertama, karena

trotoar itu berfungsi sebagai rantai sehingga hampir seluruh penjuru kota itu

tersambung trotoar tersebut. Kedua, berjalan di trotoar Roma, terutama bagi

pendatang, sama dengan menatap sepuas-puasnya bangunan-bangunan tua Roma dari

jarak amat dekat. Gaya arsitektur yang berkembang di Roma meski telah berusia

ribuan tahun tetap saja valid sampai hari ini. Menatap bangunan itu sama dengan

mengantar penatapnya ke masa silam. Lihat saja Colosseum (72-80 AD), Basilica St

Petrus (dibangun abad 15), The Capitole Hill juga dibangun abad 15, Monumen

Victor Emmanuel, Trajan Markets, dan sebagainya. Pejalan kaki pun dapat

menikmati suasana tepian jalan yang pikuk. Atau di tepian toko dan kafe-kafe di

Roma yang sungguh memesona.

Kota tua lain yang mempunyai tradisi trotoar yang kuat, di antaranya adalah

Amsterdam. Kota yang didirikan 27 Oktober 1275 ini mempunyai tempat bagi

muncul di Amsterdam berbeda dengan view di Roma. Para pejalan kaki di kota ini

masih dapat menikmati bangunan-bangunan lama, misalnya bekas kantor VOC,

rumah para pujangga, dan pelukis besar. Kanal-kanal berusia ratusan tahun juga

menarik diamati. Trotoar di Amsterdam enak disusuri karena sebagian besar dalam

wujud rindang. Pengelola Amsterdam menanam cukup banyak pohon yang

berlapis-lapis sehingga memberi keteduhan bagi para pejalan kaki. Burung-burung, dalam

banyak jenis, yang terbang bebas di sekitar trotoar, suka bercengkerama dengan para

pejalan kaki.

Dari studi banding diatas dapat diambil masukan bahwa:

a. Jalur pejalan kaki di kota Roma bersih tidak ada sampah yang berserakan.

b. Trotoar di kota Roma berfungsi sebagai rantai sehingga hampir seluruh kota

tersambung pada trotoar tersebut.

c. Dengan berjalan kaki di trotoar tersebut, pejalan kaki bisa menatap

keindahan bangunan-bangunan tua Roma dari jarak dekat dan menikmati

suasana tepian jalan yang kecil atau tepian toko-toko ataupun café yang

mempesona.

d. Trotoar di Amsterdam nyaman disusuri karena sebagian besar dinaungi oleh

pohon-pohon besar yang rindang sehingga memberi keteduhan bagi para

pejalan kaki.

e. Pejalan kaki juga dapat menikmati bangunan-bangunan lama dan

f. Jalur pejalan kaki di Amsterdam memiliki ukuran yang lebih besar daripada

jalur pejalan kaki di Roma sehingga cenderung lebih manusiawi.

2.4.4 Lingkungan walkable di Kopenhagen

Untuk menciptakan lingkungan yang walkable, Kopenhagen meluncurkan

sepuluh langkah-langkah untuk mencapainya yaitu:

a. Mengkonversi jalan ke jalan utama pejalan kaki. Kota berbalik jalan

tradisional utama, Stroget, ke jalan pejalan kaki pada tahun 1962. Dalam

dekade mereka berhasil secara bertahap menambahkan pejalan kaki hanya

jalan-jalan lebih, menghubungkan mereka dengan prioritas jalur pejalan

kaki, di mana berjalan kaki dan bersepeda memiliki hak melintas selain

mobil yang diizinkan pada kecepatan rendah.

b. Mengurangi lalu lintas dan parkir secara bertahap. Untuk menjaga volume

lalu lintas stabil, kota mengurangi jumlah mobil di pusat kota dengan

menghilangkan tempat parkir pada tingkat 2-3 persen per tahun. Antara 1986

dan 1996 kota dieliminasi sekitar 600 spasi.

c. Belok ke areal parkir umum yang luas. Tindakan menciptakan jalan-jalan

pejalan kaki, membebaskan tempat parkir, memungkinkan kota untuk

mengubah mereka ke dalam kotak publik.

d. Jauhkan skala padat dan rendah. Rendah tersampir, bangunan berjarak padat

memungkinkan angin berhembus, membuat pusat kota berangin lebih ringan

e. Hormati skala manusia. Sederhana skala kota dan jaringan jalan membuat

berjalan merupakan pengalaman yang menyenangkan; bangunan bersejarah,

dengan membungkuk mereka, tirai, dan pintu-pintu, menyediakan

orang-orang dengan tempat mendadak berdiri dan duduk.

f. Mengisi inti. Mereka telah mengurangi ketergantungan pada mobil, dan

pada malam hari jendela-jendela terbuka sehingga pejalan kaki memiliki

perasaan aman.

g. Dorong hidup mahasiswa. Siswa yang pulang-pergi ke sekolah

menggunakan sepeda tidak menambah kemacetan lalu lintas sebaliknya,

kehadiran aktif mereka, siang dan malam, menjiwai kota.

h. Cityscape beradaptasi untuk perubahan musim. Outdoor kafe, ruang publik

dan menarik ribuan artis jalanan di musim panas, rinks skating, bangku

penghangat dan pemanas gas pada sudut-sudut jalan membuat musim dingin

di pusat kota menyenangkan

i. Promosikan bersepeda sebagai moda utama transportasi. Mereka

menempatkan penyeberangan sepeda menggunakan ruangnya dibebaskan

oleh parkir di dekat persimpangan. Saat ini 34 persen dari penduduk

Kopenhagen yang bekerja di kota bersepeda ke tempat mereka bekerja.

j. Membuat sepeda tersedia. Orang bisa meminjam sepeda kota untuk sekitar

$2,50; ketika selesai, mereka hanya meninggalkannya di salah satu dari 110

sepeda berdiri terletak di sekitar pusat kota dan uang mereka akan

Dari studi banding diatas dapat diambil masukan bahwa:

a. Mengkonversi jalan-jalan utama menjadi jalur pejalan kaki bisa dijadikan

salah satu alternative untuk menambah jalur pejalan kaki.

b. Membuat jalur-jalur pejalan kaki dalam skala manusia sehingga menjadi

lebih manusiawi.

c. Menciptakan fasilitas-fasilitas yang dapat dinikmati oleh pejalan kaki seperti

outdoor cafe, rinks skating, bangku penghangat dan pemanas gas pada sudut-sudut jalan sehingga pada saat musim dingin berjalan kaki di pusat

kota tetap menyenangkan.

d. Menciptakan suasana aman sehingga masyarakat dapat aman berjalan pagi,

BAB III

Dokumen terkait