• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Studi Keterkaitan Tingkat Kebisingan dengan Penurunan

Analisis keterkaitan antara tingkat kebisingan tempat kerja dan penurunan tingkat pendengaran menggunakan korelasi. Tingkat kebisingan yang dianalisi terbagi menjadi tiga kelompok yaitu kebisingan maksimun, minimum, dan rata- rata untuk masinh-masing industri terpilih. Nilai R pada hasil analisis menunjukkan keeratan hubungan antara tingkat kebisingan tempat kerja dan penurunan tingkat pendengaran karyawan. Kisaran nilai R adalah antara 0 sampai dengan 1, dengan ketentuan nilai hubungan tingkat kebisingan tempat kerja dan penurunan tingkat pendengaran semakin besar apabila nilai R mendekati 1, dan semakin lemah apabila nilai R mendekati 0.

Penurunan tingkat pendengaran karyawan untuk keperluan analisis regresi diperoleh dari pengurangan antara kisaran tingkat pendengaran normal dengan tingkat pendengaran karyawan pada saat dilaksanakannya penelitian ini. Asumsi yang digunakan adalah bahwa secara keseluruhan, karyawan atau responden dinyatakan memiliki nilai tingkat pendengaran normal sebelum bekerja pada masing-masing industri terpilih. Dasar pertimbangan menggunakan asumsi tersebut adalah masing-masing industri terpilih tidak melakukan

52

pengukuran tingkat pendengaran pada masa rekrutmen karyawan, dan diperkuat dengan kenyataan bahwa 95% responden menyatakan belum pernah kerja di tempat bising sebelum berkerja pada masing-masing industri terpilih.

Hasil analisis regeresi untuk mengetahui keterkaitan tingkat kebisingan tempat kerja dengan penurunan tingkat pendengaran karyawan pada industri terpilih dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Industri pangan. Mengacu pada Lampiran 18, diperoleh hasil bahwa keterkaitan tingkat kebisingan maksimum tempat kerja (R=0,028) dengan penurunan tingkat pendengaran karyawan lebih besar dibandingkan dengan kebisingan minimum (R=0,06) dan kebisingan rata-rata (R=0,00013). Berdasarkan nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa kebisingan maskimum pada industri pangan berpeluang besar memicu penurunan tingkat pendengaran. Namun demikian, apabila dilihat dari nilai R (kebisingan maksimum, minimum, dan rata-rata), keterkaitan kebisingan tempat kerja dengan penurunan tingkat kerja sangat kecil, sehingga dapat dinyatakan bahwa penurunan tingkat pendengaran karyawan dipengaruhi oleh variabel ekternal yang juga berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran. 2) Industri baja. Mengacu pada Lampiran 19, diperoleh hasil bahwa keterkaitan

tingkat kebisingan rata-rata ( R=0,041) dan kebisingan masksimum tempat kerja (R=0,043) dengan penurunan tingkat pendengaran karyawan lebih besar jika dibandingkan dengan kebisingan minimum (R=0,0047). Berdasarkan nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa kebisingan rata-rata dan kebisingan maskimum pada industri baja berpeluang besar memicu penurunan tingkat pendengaran. Nilai R yang relatif sama antara hasil analisis regresi pada tingkat kebisingan rata-rata dan kebisingan maksimum pada industri baja sebagai akibat bahwa kebisingan di industri baja relatif tinggi. Namun demikian, apabila dilihat dari nilai R (kebisingan rata-rata, maksimum, dan minimum), keterkaitan kebisingan tempat kerja dengan penurunan tingkat kerja sangat kecil, sehingga dapat dinyatakan bahwa penurunan tingkat pendengaran karyawan dipengaruhi oleh variabel ekternal yang juga berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran.

3) Industri kayu/furniture. Mengacu pada Lampiran 20, diperoleh hasil bahwa keterkaitan tingkat kebisingan rata-rata tempat kerja (R=0,026) terhadap penurunan tingkat pendengaran karyawan relatif lebih besar dibandingkan dengan kebisingan maksimum (R=0,00085) dan kebisingan rata-rata

(R=0,00058) pada pengaruh yang sama. Berdasarkan nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa kebisingan rata-rata pada industri kayu/furniture berpeluang besar memicu penurunan tingkat pendengaran. Namun demikian, apabila dilihat dari nilai R (kebisingan rata-rata, maksimum, dan minimum), keterkaitan kebisingan tempat kerja dengan penurunan tingkat kerja sangat kecil, sehingga dapat dinyatakan bahwa penurunan tingkat pendengaran karyawan dipengaruhi oleh variabel ekternal yang juga berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran.

4) Industri kulit/sepatu. Mengacu pada Lampiran 21, diperoleh hasil bahwa keterkaitan tingkat kebisingan rata-rata tempat kerja (R=0,022) dan kebisingan minimum tempat kerja (R=0,026) dengan penurunan tingkat pendengaran karyawan lebih besar dibandingkan dengan kebisingan maksimum (R=0,00085). Berdasarkan nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa kebisingan rata-rata dan tingkat kebisingan minimum pada industri kulit/sepatu berpeluang besar memicu penurunan tingkat pendengaran karyawan. Namun demikian, apabila dilihat dari nilai R (kebisingan rata-rata, minum, maksimum), keterkaitan kebisingan tempat kerja dengan penurunan tingkat kerja sangat kecil, sehingga dapat dinyatakan bahwa penurunan tingkat pendengaran karyawan dipengaruhi oleh variabel ekternal yang juga berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran.

5) Industri tekstil. Mengacu pada Lampiran 22, diperoleh hasil bahwa keterkaitan tingkat kebisingan maksimum tempat kerja (R=0,0038) dan kebisingan minimum tempat kerja (R=0,0032) dengan penurunan tingkat pendengaran karyawan lebih besar dibandingkan dengan kebisingan rata- rata (R=0,0017). Berdasarkan nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa kebisingan maksimum dan tingkat kebisingan minimum pada industri tekstil berpeluang besar memicu penurunan tingkat pendengaran karyawan. Namun demikian, apabila dilihat dari nilai R (tingkat kebisingan maksimum, minimum, rata-rata), keterkaitan kebisingan tempat kerja dengan penurunan tingkat kerja sangat kecil, sehingga dapat dinyatakan bahwa penurunan tingkat pendengaran karyawan dipengaruhi oleh variabel ekternal yang juga berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran.

6) Industri plastik. Mengacu pada Lampiran 23, diperoleh hasil bahwa keterkaitan tingkat kebisingan rata-rata tempat kerja (R=0,027) dengan penurunan tingkat pendengaran karyawan lebih besar dibandingkan dengan

54

tingkat kebisingan rata-rata (R=0,018) dan tingkat kebisingan minimum (.R=0,018). Berdasarkan nilai tersebut dapat dinyatakan bahwa kebisingan rata-rata pada industri plastik berpeluang besar memicu penurunan tingkat pendengaran karyawan. Namun demikian, apabila dilihat dari nilai R (tingkat kebisingan rata-rata, maksimum, minimum), keterkaitan kebisingan tempat kerja dengan penurunan tingkat kerja sangat kecil, sehingga dapat dinyatakan bahwa penurunan tingkat pendengaran karyawan dipengaruhi oleh variabel ekternal yang juga berpengaruh pada penurunan tingkat pendengaran.

Hasil analisis data hubungan antara variabel eksternal disajikan pada Tabel 5. Nilai spearman correlation menunjukkan nilai korelasi antar dua variabel. Tujuan dari analisis ini adalah untuk melihat hubungan variabel eksternal dengan penurunan tingkat pendengaran karyawan. Selain itu juga melihat apakah antar variabel eksternal terdapat hubungan yang bermakna sehingga menjelaskan terjadinya penurunan tingkat pendengaran karyawan. Oleh karena itu hubungan antar variabel eksternal yang tidak bermakna secara logika tidak dapat dijelaskan. Nilai peluang (p-value) menjelaskan validitas dari data yang dianalisis. P value ≤ 0.05 (beda nyata) berarti sebagian besar data yang dianalisis menjelaskan nilai korelasi yang ada.

Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa penurunan tingkat pendengaran karyawan berkorelasi positif nyata dengan umur, masa kerja, dan penggunaan alat pelindung telinga. Semakin tinggi usia (semakin tua) semakin besar penurunan pendengaran dengan korelasi 55.7%. Demikian juga dengan masa kerja, bahwa semakin lama masa kerja semakin besar penurunan pendengaran dengan korelasi 56.2%. Sedangkan korelasi antara penurunan tingkat pendengaran dengan penggunaan alat pelindung telinga adalah 50.5%, artinya semakin jarang menggunakan alat pelindung telinga (skor 3) akan semakin besar penurunan tingkat pendengaran.

Pada penelitian ini juga terdeteksi bahwa korelasi antara penurunan tingkat pendengaran dengan penyakit cukup besar yaitu sebesar 48,5% (p = 0.00). Sehingga dari sini dapat juga disimpulkan bahwa semakin banyak penyakit yang diderita karyawan akan semakin besar resiko penurunan tingkat pendengaran karyawan. Penurunan tingkat pendengaran karyawan tidak berkorelasi (kurang dari 50%) dengan, kebisingan tempat tinggal, sifat kebisingan di dalam pabrik dan kebisingan di dalam pabrik.

Tabel 5. Hasil analisis spearman correlation hubungan antara variabel eksternal dan tingkat pendengaran karyawan

Variabel Umur Masa Kerja Kebisi- ngan Tempat Tinggal Riwayat Penyakit Penggu- naan Pelindung Telinga Penurunan Pende- ngaran Sifat Kebisi- ngan Masa Kerja 0.496 0.000 Kebisi- ngan Tempat Tinggal 0.185 0.001 0.140 0.015 Riwayat Penyakit 0.332 0.000 0.236 0.000 0.279 0.000 Penggu- naan Pelindung Telinga 0.439 0.000 0.428 0.000 0.116 0.045 0.229 0.000 Penurun- an Pendenga ran 0.557 0.000 0.562 0.000 0.201 0.000 0.485 0.000 0.505 0.000 Sifat Kebisinga n 0.041 0.475 0.124 0.032 0.025 0.663 0.010 0.868 -0.032 0.582 0.288 0.000 Kebisinga n -0.018 0.760 0.113 0.051 -0.005 0.925 0.119 0.039 -0.049 0.401 0.216 0.000 0.477 0.000

Keterangan: atas = nilai spearman correlations bawah = P-Value (nyata jika ≤ 0.05)

Pada penelitian ini juga dilakukan uji regresi berganda untuk melihat faktor-faktor eksternal yang paling menentukan penurunan tingkat pendengaran karyawan. Variabel penduga yang menentukan penurunan tingkat pendengaran adalah umur (X1), masa kerja (X2), kebisingan tempat tinggal (X3), riwayat

penyakit (X4), penggunaan alat pelindung telinga (X5), sifat bising (X6) dan

kebisingan di dalam pabrik (X7). Analisis varian (anova) regresi berganda

titampilkan pada Tabel 6. Nilai probability (P) = 0.000 menunjukkan bahwa persamaan regresi berganda adalah nyata dan dapat dijelaskan dari data yang ada.

56

Tabel 6. Analisis varian regresi hubungan antara penurunan tingkat pendengaran dengan variabel penentu

Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Nilai F Probabili ty Regresi 7 91.711 13.102 63.67 0.000 Galat 292 60.085 0.206 Total 299 151.797

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa penurunan tingkat pendengaran karyawan (Y) mengikuti pola persamaan sebagai berikut:

Y = - 0.936 + 0.322 X1 + 0.346 X2 + 0.0243 X3 + 0.516 X4 + 0.277 X5 + 0.192 X6 + 0.0769 X7 Dari hubungan diatas, maka pada kondisi seteris paribus, penurunan tingkat pendengaran karyawan akan meningkat dengan semakin banyaknya riwayat penyakit yang pernah diderita karyawan (X4). Beberapa penyakit

dilaporkan secara tidak langsung berhubungan langsung dengan pendengaran seseorang, salah satunya diakibatkan oleh konsumsi beberapa jenis obat pada rentang waktu yang relatif lama, sebagai contoh penderita TBC paru yang diharuskan mengkonsumsi obat dalam jangka waktu 6 bulan. Lamanya mengkonsumsi obat tersebut berpengaruh pada saraf pendengaran seseorang (Supardi 2002). Penyakit lainnya yang berpengaruh dengan pendengaran seseorang adalah otitis media sebagaimana dilaporkan oleh (Miyakita dan Ueda 1997). Otitis media adalah suatu penyakit yang berhubungan langsung dengan kerusakan pada beberapa bagian telinga sebagai akibat dari peradangan pada bagian dalam telinga.

Mengacu pada hasil penelitian dan pola sebaran riwayat penyakit pada masing-masing industri sebagaimana disajikan pada Gambar 12, 84.33% responden tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan pendengaran. Namun walaupun hanya 15.77% responden yang mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan pendengaran tetap berkorelasi positif nyata dalam menurunkan kesehatan pendengaran. Menurut Supardi (2002), akumulasi beberapa penyakit, dalam hal ini penyakit yang berhubungan dengan pedengaran, yang pernah diderita seseorang, berpengaruh secara simultan terhadap gangguan pendengaran seseorang.

Dari persamaan regresi berganda, variabel penduga yang berperan dalam menurunkan tingkat pendengaran karyawan setelah riwayat kesehatan penyakit adalah masa kerja. Hal ini berarti semakin lama karyawan bekerja dan terekspose oleh kebisingan akan semakin besar tingkat penurunan pendengaran. Selanjutnya diikuti oleh variabel penduga umur karyawan yang menunjukkan bahwa semakin tinggi usia akan semakin besar penurunan pendengaran.

Dokumen terkait