• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Studi Citra Arsitektural

III.2 Analisa Pendekatan Sistem Bangunan Gedung Terminal Penumpang Pelabuhan Laut

III.2.2 Studi Sistem Utilitas Terminal Penumpang Pelabuhan Laut

Sistem Distribusi Air Bersih

Sumber air bersih pada lingkungan terminal penumpang Pelabuhan Tanjung Kendal adalah dari pasokan PDAM dan juga bersumber dari sumur artetis sesuai kondisi eksisting. Sistem pendistribusian air akan menggunakan Down Feed Sistem.

Pada sistem air dai sumber akan di tampung pada ruang ground tank. Ruangground tank adalah ruang penampung air di buat dari beton yag ukuranya di sesuaikan berdasarkan hitungan kebutuhan. Setalah itu air akan di pompa ke tandon atas dengan mesin pompa yang bertenaga besar. sebelum di distribusikan keseluruh bangunan dengan mengandalkan gaya gravitasi.

Gambar III.44 Down Feed System Sumber : doc. Google

Sistem Pencahayaan  Ruang Umum

Ruang umum merupakan ruang yang di gunakan oleh semua pihak baik dari penumpang, pengantar/ penjemput, maupun petugas pelabuhan. Penerangan diruangan ini direncanakan dengan intensitas setara dengan pencahayaan umum untuk interior dengan tingkat minimum sebesar 100-150 lux. Sumber penerangan utama pada siang hari menggunakan cahaya alam, sedangkan pada malam hari menggunakan lampu dengan cahaya putih alami(daylight).40

Berikut perhitungan Kebutuhan lampu pada ruang ruang umum

Luas ruangan = 2157,9m2

Kebutuhan = diambil nilai tengah, maka 125 lux Jenis Lampu yang di rencanakan :

Lampu TL 54 watt/ 4050lumen Rumus : N = E . A / F .llf

N = Jumlah lampu

E = Lux yang di perlukan F = Lumen lampu

= 0.7 Llf= 0.8

N = 125 x 5175,5 / 4050 x 0,7 x 0,8 = 285,2

Jadi, jumlah lampu TL dengan intensitas 54 watt/ 4050 lumen yang di gunakan adalah 285 buah. Maka jumlah watt yang diperlukan pada ruang tersebut adalah 285 x 54 = 15.390 watt

 Ruang Semi Steril

Pada bagian ini terdapat segala aktivitas persiapan keberangkatan penumpang seperti pemeriksaan penumpang, penanganan bagasi, dan lapor kehadiran penumpang. Penerangan menggunakan lampu dengan cahaya putih alami (daylight) dengan intensitas setara

dengan pencahayaan setingkat dengan pencahayaan ruang untuk pekerjaan rutin administrasi sebesar 250 lux. 41

Berikut perhitungan Kebutuhan lampu pada ruang ruang Semi Steril

Luas ruangan = 86269m2 Kebutuhan = 250 lux Jenis Lampu yang di rencanakan :

Lampu Halogen 250 watt/ 18.740 lumen Rumus : N = E . A / F .llf

N = Jumlah lampu

E = Lux yang di perlukan F = Lumen lampu

= 0.7 Llf= 0.8

N = 250 x 862,6 / 18.750 x 0,7 x 0,8 = 20,5

Jadi, jumlah lampu Lampu Downlight 250 watt/ 18.740 lumen yang di gunakan adalah 20 buah. Maka jumlah watt yang diperlukan pada ruang tersebut adalah 20 x 250 = 5000 watt

 Ruang Steril

Ruang steril digunakan penumpang yang akan menaiki kapal, transit, dan yang baru turun dari kapal. Ruang steril biasa di sebut ruang tunggu keberangkatan dan ruang tunggu kedatangan. Penerangan menggunakan kombinasi cahaya alam dan lampu dengan intensitas setara dengan pencahayaan umum untuk interior dengan tingkat minimum sebesar 100-150 lux. Khusus untuk toilet menggunakan tingkat pencahayaan 50-100 lux dan smoking room tingkat pencahayaan 100-150 lux.42

Berikut perhitungan Kebutuhan lampu pada ruang ruang Semi Steril

Luas ruangan = 4313,2 m2

Kebutuhan = diambil nilai tengah, maka 125 lux Jenis Lampu yang di rencanakan :

LampudownlightHalogen 50 watt/ 3750 lumen Rumus : N = E . A / F .llf

N = Jumlah lampu

E = Lux yang di perlukan F = Lumen lampu

= 0.7 Llf= 0.8

N = 125 x 4323,2 / 3750 x 0,7 x 0,8 = 256,7

Jadi, jumlah lampu Lampu downlight Halogen 50 watt/ 3750 lumen yang di gunakan adalah 257 buah. Maka jumlah watt yang diperlukan pada ruang tersebut adalah 257 x 125 = 32125 watt

Sistem Utilitas Supply Udara Bersih

Untuk ruang steril dan semi steril, tata udara di ruang tersebut digunakan sistem pengatur suhu (air conditioner system) dengan suhu udara maksimal 27°C dan kelembaban antara 50-80%. Untuk ruang umum, apabila di ruang umum tersebut dibuat anjungan pengantar/penjemput maka tata udara di ruang umum dirancang menggunakan aliran udara alami yang diatur menggunakan kisi-kisi atau pengaturan panel dinding dengan bukaan yang memadai untuk sirkulasi udara. Untuk ruang umum yang berupa hall tanpa sekat tidak diatur tata udara43. Berikut ni bebrapa jenis ac yang dapat diaplikasikan ke dalam gedung terminal penumpang :

Standing Floor AC

Ac ini merupakan ac portabel yang mudah di pindah-pindah. Pemasanganya pun tidak perlu menggunakan tukang ac. Ac jenis ini cocok di untuk di tambahkan ke

dalam area tunggu penumpang karena mudah dipindah-pindah sesuai kebutuhan

Gambar III.45 Standing Floor AC Sumber : www.lg.com

Ceiling Cassette AC

AC Ceiling Cassetteini di pasang di plafond ruangan. Ac ini di gunakan pada ruang yang luas karena lebih cepat mendinginkan untuk ruang yang luas, ac ini cocok diaplikasikan ke area ruang tunggu kedatangan dan keberangkatan penumpang. Karena letaknya di plafon, maka ac ini akan terlihat menyatu pada ruangan.44

Gambar III.46 Ceiling Cassette AC Sumber : www.daikinindia.com

http://www.hargaac.co.id/jenis-tipe- AC Split

Ac split biasanya di tempatkan untuk ruangan yang tidak terlalu besar. Ac jenis ini nantinya akan di aplikasikan di ruang-ruang pengelola dan ruang yang bersifat privat lainya agar mudah diatur oleh pengguna ruangan. Area pengelola biasanya ac tidak harus beroprasi selama 24 jam.

Gambar III.47 AC Split Sumber : 4bp.com

Manajemen Sampah dan Air Limbah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 18 tahun 2008, yang dimaksud dengan pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Pengelolaan sampah sangat penting dimana bangunan publik pasti akan menghasilkan banyak sampah. Banyaknya

sampah yang menumpuk akan menimbulkan berbagai masalah seperti kesehatan dan bau tak sedap. Pemisahan sampah menjadi kunci utama pengelolaan sampah. Sampah di pisah berdasarkan jenisnya.

Sampah dari tiap-tiap ruang diambil oleh petugas kebersihan. Setelah itu sampah dikumpulkan pada pos 1. setelah sampah terkumpul di pos 1, kemudian sampah di pindah ke pos 2 untuk dilakukan daur ulang sebelum akhirnya diangkut menuju TPA45.

Untuk pengelolaan air limbah, air sebelum di buang akan diolah terlebih dahulu menggunakan pengolahan air terlebuh dahulu melaui sistem STP, dan untuk grey water akan diolah oleh grey water recyler. Sehingga bisa diapakai lagi untuk air penyiram wc, urinoir, dan tanaman.

Skema III.12 Pengolahan Limbah Terminal Penumpang Sumber : Studi Pengelolaan Sampah Bandara Hasanudin

Koridor Penumpang

Jalur koridor merupakan jalur penghubung antara gedung terminal penumpang menuju ke dermaga ataupun sebaliknya. Jalur ini memandu penumpang menuju kapal yang akan dinaiki sesuai boarding pass. Koridor ini di lengkapi dengan penutup atap agar calon penumpang tidak kepanasan dan kehujanan. Untuk siang hari digunakan pencahayaan alami, dan untuk malam hari digunakan penerangan buatan denan kekuatan 100-150 lux46.

Berikut ini persyaratan teknis koridor :

a) Ukuran lebar koridor minumal 75cm, sebaiknya lebih dari 120cm.

b) Dilengkapi pagar pengaman di kedua sisinya c) Ketinggianhandrailminimum 110cm

d) Lantai terbuat dari bahan anti slip

e) Kemiringan koridor maksimum 12%, sebaiknya antara 5-8%

Sistem Pengumuman Publik

Sistem pengumuman pada gedung terminal penumpang harus di rancang dengan baik untuk operasional gedung terminal maupun dalam keadaan gawat darurat. Jumlah alat pengeras suara harus dalam jumlah yang cukup diletkkan di

46SNI, Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelaayanan Kapal Pesiar dan Penumpang, Badan Standar Nasional Indonesia Hlm 21

setiap bagian dari bangunan atau harus sesuai intensitas yang cukup. Sistem pengumuman publik harus bisa di tangkap dengan jelas oleh penumpang di gedung terminal47.

Berikut ini adalah tabel tingkat intensitas suara yang harus dipenuhi :

Tabel III.28 Intensitas Suara Pengumuman Publik di Terminal Penumpang

Sumber : SNI Fasilitas dan peralatan di pelabuhan untuk pelayanan kapal pesiar dan penumpang internasional

Fire Fighting System

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 tentang persyaratan sistem pengamanan kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan dijelaskan bahwa: Pengelolaan sistem pencegahan kebakaran adalah upaya mencegah terjadinya musibah kebakaran atau meluasnya area kebakaran ke ruangan lain, atau upaya pencegahanya meluasnya kebakaran ke gedung atau bangunan lainnya.

47SNI, Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelaayanan Kapal Pesiar dan Penumpang, Badan Standar Nasional Indonesia. Hlm 41

Berikut ini peralatan yang di gunakan untuk upaya pencegahan dan penanganan bahaya kebakaran :

Sprinkler System

Sistem ini menggunakan sistem dengan pipa berisi air bertekanan dengan head sprinkler diujung untuk menyemburkan air. Tekanan air di dalam pipa senantiasa selalu dijaga. Apabila tekanan menurun maka jockey pump akan dengan otomatis menstabilkan tekanan air didalam pipa. Jika tekanan masih terus menurun, maka pompa elektrik akan bekerja menggantikan tugas jockey pump. Jika pompa elektrik kembali gagal menstabilkan tekanan, maka pompa disesl cadangan akan bekerja menstabilkan tekanan air di dalam pipa.48

Sprinkler

Gambar III.48 Sprinkler System Scheme Sumber : www.bromindo.com  Sistem Hydrant dan Hydrant Pilar

https://www.bromindo.com/prinsip-Sistem ini pemipaanya mirip dengan sistem pemipaan yang ada di rumahan. Yang membedakan sistem hydrant dengan sistem pompa air biasa adalah pompa hydrant menggunakan pompa khusus hydrant. Rata-rata pompa hydrant mampu menghasilkan kekuatan antara 9-10 bar keatas49. Prinsip kerja pompa hydrant adalah sebagai berikut :

o Di perlukan tandon atau reservoir tank untuk menyimpan pasokan air yang cukup

o Fire hydrant pump yang meliputi diesel pump, electrical pump, dan jockey pump.

o Air yang berada di reservoir tank di pompa oleh fire hydranr pump selama minimal 30 menit sebelum akhirnya bisa di gunakan oleh pemadam kebakaran. o Air yang telah dipompa dari reservoir tank akan

mengalir ke fire house. Pada fire house dibutuhkan tambahan nozzle untuk memaksimalkan pancaran ke titik api.

 Detektsi Kebakaran

Untuk mendeteksi kebakaran digunakan alat bernama smoke detctor. Smoke detector bekerja jika dipicu oleh adanya asap. Smoke detector di tempatkan

49Bromindo, Sistem Kerja Fire Hydrant, diakses dari https://www.bromindo.com/prinsip-kerja-fire-hydrant/ pada 17 Juli 2018

pada daerah-daerah rawan kebakaran. Prinsip kerja alat ini adalah adanya pantulan cahaya dari lampu LED pada alat terhadap photodiode akibat asap, inilah yang membuat detektor bereaksi50.

Gambar III.49 Smoke Detector Sumber : Bromindo.com

Sistem Kelistrikan

Sumber daya listrik yang di gunakan pada gedung terminal penumpang pelabuhan ini akan mengandalkan suplai dari Perusahaan Listrik Negaara (PLN) dan sistem generator set sebagai cadangan. Tegangan yang di butuhkan oleh gedung terminal pelabuhan adalah tegangan rendah.

Listrik yang di hasilkan oleh PLN adalah listrik tegangan tinggi, maka harus diubah terlebih dahulu menjadi listrik bertegangaan rendah oleh trafo. Setalah diubah menjadi tegangan rendah, listrik akan di didtibusikan ke panel utama dan di teruskan ke sub panel sebelum akhirnya didistribusikan ke panel-panel peralatan.

50Bromindo, Sistem Kerja Fire Hydrant, diakses dari https://www.bromindo.com/prinsip-kerja-fire-hydrant/ pada 17 Juli 2018

Skema III.13 Sistem Kelistrikan Gedung

Sirkulasi Vertikal Ramp

Fungsi ramp adalah selain untuk jalur troli bagasi, juga direncakan untuk memfasilitasi bagi pengguna berkebutuhan khsusus. Kemiringan sudut ramp maksimum adalah 8% atau dengan rasio tidak lebih dari 1:12. untuk lebar minimum ramp adalah 95 cm.

Lift / Elevator

Lift adalah salah satu alat transportasi vertikal untuk mengangkut orang ataupun barang. Lift umum dipasang untuk bangunan bertingkat 3 (tiga) atau lebih. Dalam perencanaan lift akan di gunakan pada area tunggu kedatangan dan area tunggu keberangkatan. Pada perhitungan jumlah penumpang, diproyeksikan gedung terminaal penumpang akan melayani sebanyak 1725 orang perhari. Pengguna lift pada bangunan gedung terminal diasumsikan adalah 3% dari seluruh jumlah penumpang.

Untuk melayani jumlah tersbut, maka di tentukan rumus jumlah lift yang ideal adalah sebaagai berikut :

T = (2h + 4s)(n-1) + s (3m+4) S

(T) jumlah waktu yang diperlukan (h) Jarak antar lantai(m)

(s) kecepatan rata-rata lift(3,5 m/sec) (n) jumlah lantai yang dilayani lift (m) daya angkut lift

T = (2 x 6 + 4 x 3,5)(3-1) + 3,5 (3 x 26 + 4) 3,5

= 339 3,5 = 96,8 detik

Perhitugan Jumlah Lift N = T / WT~

(WT) waktu ideal = 70 detik (N) jumlah lift yang diperlukan N = 96,8 / 70

= 1,38~ 2 lift

Maka, lift yang diperlukan untuk ruang tunggu kedatangan dan ruang tunggu keberangkatan masing-masing 2(buah) lift.

Eskalator adalah tangga otomatis yang digunakan untuk memindahkan barang atau penumpang secara diagonal dari lantai atas ke lantai bawah atau sebaliknya.

Gambar III.50 Tangga Berjalan Sumber : /thangmaydaithiena.com Tangga dan Tangga Darurat

Tangga digunakan oleh penumpang untuk berpindah antara satu lantai ke lantai yang lain secara diagonal. Lebar tangga minimum 60cm, lebih baik diatas 120cm. Tangga juga harus dilegkapi dengan handrail setinggi minimum 70cm. Tinggi tiap anak tangga tidak boleh melebihi 19cm. Sedangkan tangga darurat adalah tangga yang digunakan untuk mengevakuasi atau menyelamaatkan pengunjung dari bahaya. Letak tangga darurat adalah berhubungn dengan bangunan paling luar bangunan agar memberikan akses langsung ke luar bangunan. Ruang tangga darurat hasrus selalu tertutup dan tahan terhadap api minimal selama 2 jam.

III.2.3 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dokumen terkait