BAB II KAJIAN PUSTAKA
3. Style of Parenting (Gaya Pengasuhan)
Orang tua merupakan pelaku utama dalam pola pengasuhan
(parenting). Pola pengasuhan masing-masing orang tua berbeda. Orang
tua pada umumnya memiliki pola atau bentuk pengasuhan yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga macam bentuk, yaitu pengasuhan berwenang (authoritative), pengasuhan otoriter (authoritarian), dan pengasuhan permisif (permissive).
Menurut Beumrind, yang dikutip oleh Jane Brooks (2011: 112) mengungkapkan bahwa.
Dia mengklasifikasikan tiga pola perilaku pengasuhan terkait dengan beragam tingkatan dalam kompetensi anak: berwenang
Adapun bentuk-bentuk pola asuh orang tua dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengasuhan berwenang (authoritative) merupakan pola asuh orang tua dengan menerapkan kontrol tegas atas perilaku anak, tetapi juga menekankan kemandirian dan individualitas anak. Orang tua memiliki standar yang jelas pada saat ini dan di masa depan atas perilaku anak, mereka bersifat rasional, fleksibel, dan memperhatikan kebutuhan serta kesukaan anak. Hal tersebut memberikan dampak kepada anak berupa kemandirian, rasa percaya diri, dan mengeksplorasi dunia mereka dengan senang dan puas.
Menurut Norton (1977: 3), pengasuhan berwenang adalah di jelaskan sebagai berikut.
The authoritative parent attempt to direct the child’s activities
but in a rational, issue-oriented manner. She encourages verbal give and take, and shares with the child the reasoning behind her policy. She values both expressive and instrumental attributes, both autonomous self- will and disciplined
conformity.
Sedangkan menurut Kaufmann (2000) yang dikutip oleh Grant and Ray (2010: 77), menjelaskan bahwa.
Authoritative families have a firm discipline style combined with high levels of warmth and nurturing behaviors. Authoritative families set rules and limits but have an open communication style. The adults are willing to listen to their children and adjust
their parenting demands based on their children’s views and
opinions. In families with authoritative parenting styles, adults are concerned with helping children understand the reasons
behind the rules as opposed to enforcing strict adherence to the rules.
Jadi, pengasuhan berwenang (authoritative) adalah pola asuh yang memberikan dorongan pada anak untuk mandiri dan tetap menerapkan batasan yang akan mengontrol mereka. Pola pengasuhan authoritativ lebih dominan menerapkan pola pendidikan daripada hukuman. Hubungan antara orang tua dan anak saling terbuka, adanya saling memberi dan saling menerima, mendengarkan dan didengarka. Sehingga pola pengasuhan seperti ini bebas dan terbuka tetapi masih dalam batasan yang wajar.
b. Pengasuhan otoriter (authoritarian) merupakan pola asuh orang tua yang menerapkan kontrol yang tegas, tetapi secara berwenang-wenang, berkuasa penuh tanpa memperhatikan individualitas anak. Mereka menekankan kontrol tanpa pengasuhan atau dukungan untuk mencapainya. Hal ini mengakibatkan anak menjadi tidak bahagia, menarik diri, malu-malu, dan tidak bisa dipercaya.
Menurut Gonzalez and Mena (2006), yang dikutip oleh Grant and Ray (2010: 77), menjelaskan bahwa:
Authoritarian families also have firm control on children’s
behavior but may lack the warmth or negotiation style of the authoritative family. There is little communication about the reason for rules or limits. This parenting style may appear to be punitive, with its focus on obedience to the family demands, as opposed to understanding the reasons behind the demands.
Sedangkan menurut Norton (1977: 3), pola pengasuhan authoritarian adalah pola pengasuhan yang memiliki ciri-ciri bahwa orang tua mencoba untuk membentuk, mengendalikan, dan menilai perilaku dan sikap anak sesuai dengan standar perilaku yang sudah ditetapkan, sudah termotivasi secara teologis dan dirumuskan oleh otoritas yang lebih tinggi.
Jadi dari peryataan diatas dapat disimpulkan bahwa, pola pengasuhan authoritarian merupakan pola asuh yang penuh pembatasan dan hukuman dalam bentuk kekerasan dengan cara orang tua memaksakan kehendaknya, sehingga orang tua memegang kendali penuh dalam mengontrol anak dan orang tua selalu menuntut anak tanpa memberi kesempatan anak untuk mengungkapkan pendapatnya.
c. Pengasuhan permisif (permissive) merupakan pola asuh orang tua yang menerapkan sedikit batasan bagi anak. Mereka menerima implusif anak, memberikan kebebasan sebesar-besarnya meski masih menjaga keamanan. Mereka terlihat dingin dan tidak terlibat. Pengasuhan permisif memberikan dampak, yaitu anak cenderung tidak mandiri, tidak memiliki kontrol diri dan digolongkan sebagai sosok yang tidak dewasa.
Menurut Baumrind (1971) yang dikutip oleh Norton (1977: 3-4), mengungkapkan bahwa:
Permissive parents attempt to behave in a nonpunitive,
acceptant, and affirmative manner toward the child’s impulses,
desires, and actions. She consults with him about policy decisions and gives explanations for family rules. She makes few demands for household responsibility and orderly behavior. She presents herself to the child as a resource for him to use as he wishes, not as an active agent responsible for shaping or altering his ongoing or future behavior. She allows the child to regulate his own abilities as much as possible, avoid the exercise of control, and does not encourage him to obey externally-defined standards. She attempts to use reason, but not overpower to accomplish her ends.
Adapun menurut Couchenour and Chrisman (2000), pengasuhan permisif adalah pola asuh yang memiliki ciri-ciri umum, yaitu hangat dan penuh kasih sayang tanpa adanya harapan dan menerima. Selain itu, pola asuh permisif menghindari pengendalian pada anak-anak dan menempatkan sedikit batasan pada mereka. Sehingga, pola asuh seperti ini orangtua bukan menjadi penguasa tetapi menjadi teman bagi anak-anaknya dan lebih sabar dalam pengasuhan (Grant and Ray, 2010: 77).
Jadi, pola asuh orang tua secara umum dikategorikan ke dalam tiga bentuk pengasuhan. Ketiga pola tersebut memiliki ciri khas, yaitu pengasuhan berwenang menerapkan kontrol tegas, tetapi juga menekankan kemandirian dan individualitas anak. Hal ini yang berbeda dalam pengasuhan otoriter yang hanya menerapkan kontrol tegas, berwenang-wenang, berkuasa secara penuh tanpa adanya kemandirian
dan individualitas anak. Sedangkan, pengasuhan permisif memberikan sedikit batasan pada anak dalam berperilaku. Anak cenderung diberi kebebasan, tetapi masih dalam kontrol keamanan orang tua. Ketiga pola tersebut memberikan dampak yang berbeda-beda pada anak setelah orang tua menerapkan pola tersebut. Misalnya anak dari orang tua permisif cenderung tidak mandiri disebabkan oleh adanya ruang yang bebas dengan sedikit kontrol yang tegas dari orang tua.