• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM PARENTING DALAM BIDANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM PARENTING DALAM BIDANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM PARENTING

DALAM BIDANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

RONI FATAKHUL ALIM

NIM. 111-13-017

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)

IMPLEMENTASI PROGRAM PARENTING

DALAM BIDANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN 2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

RONI FATAKHUL ALIM

NIM. 111-13-017

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

“TIDAK ADA ORANG TUA YANG SEMPURNA SEHINGGA JADILAH SALAH

SATU ORANG TUA YANG PUNYA KEKURANGAN DAN JUGA KELEBIHAN”

“ANAK TERLAHIR KE DUNIA DENGAN KEBUTUHAN UNTUK DISAYANGI

TANPA KEKERASAN, BAWAAN HIDUP INI JANGAN SEKALIPUN

DIDUSTAKAN”

“KEMULIAAN ITU KARENA ADAB KESOPANAN BUKAN KARENA

(8)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayah dan Ibuku tercinta, Bp. Achmad Zaidun dan Ibu Siti Muslikhah serta kakakku Mbak Kholifatus Asfiyah dan Mas Andi yang selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku dan kepada Bunda Farida Hariani yang telah mensupport dan selalu mendoakan keberhasilanku dalam melangkah untuk menuju kesuksesan di dunia dan di akhirat.

2. Dosen Pembimbing Skripsiku, Bp. Dr. Fatchurrohman, M. Pd., yang selalu memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama proses skripsi ini.

3. Keluarga Besar Musola Miftachul Jannah yang telah memberikan dukungannya, ijinnya, motivasi, doa dan segala bantuannya baik material maupun non material sehingga proses skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar untuk penempuhan gelar sarjana ini.

4. Keluarga besar SMP Negeri 7 Salatiga Yang telah memberikan dukungannya, motivasi dan doannya sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.

5. Keluarga besar PAI A IAIN Salatiga, JQH Al- Furqan IAIN SAlatiga, Ar-Roudloh Salatiga, Ma’had Al-Jami’ah IAIN Salatiga yang selalu menghibur dan memberikan doa serta motivasinya dalam menempuh gelar sarjana ini.

6. Sahabat-sahabatku, Mas Ibrahim, Mas Zuhri, Mas Adam, Mas Rohman, Mas Hartono, Mas Rizal, Mas Amin, Mas Anwar, Mas Sabar, Dek Novia, Mas Yatno dan temanku seperjuangan yang selalu memberikan dukungan, semangat, motivasi, dan doanya dalam penempuhan gelar sarjana ini.

(9)

dukungan, semangat, motivasi, dan doanya dalam penempuhan gelar sarjana ini.

(10)

KATA PENGANTAR

ُهُتاَك َرَب َو ِالله ُةَمْحَر َو ْمُكْيَلَع ُمَلاَّسلا

Alhamdulillahirobbil‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan kekuatan, petunjuk, dan perlindungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “IMPLEMENTASI PROGRAM PARENTING DALAM BIDANG PAI DI

SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN 2017”. Shalawat serta salam tak lupa penulis

haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangandan jauh dari kesempurnaan di dalamnya. Selain itu, penulisjuga banyak memperoleh bantuan, bimbingan, pengarahan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga.

4. Bapak Dr. Fatchurrohman, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag, selaku Dosen Pembimbing Akademik. 6. Kedua orang tuaku, kakak-kakakku, dan adik-adikku yang telah memberikan

doa, motivasi, serta dukungan moril dan materil kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membuka cakrawala keilmuan di bidang pendidikan kepada penulis.

8. Staf Perpustakaan IAIN Salatigamemberikan ruang ilmu akademik sebagai sumber pengetahuan penulis.

(11)

10. Keluarga besar SMP Negeri 7 Salatiga yang telah memberikan dukungan dan doanya demi kelancaran terselesaikannya skripsi ini.

11. Keluarga Besar PAI A IAIN Salatiga, JQH Al-Furqan IAIN Salatiga, Ar-Roudloh Salatiga, Musola Miftachul Jannah yang telah melukis begitu banyak kenangan kepada penulis.

12. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2013 IAIN Salatiga yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

13. Semua pihak yang terlibat dan dengan ikhlas memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan diridhoi oleh Allah SWT dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca. Dengan keterbatasan dan kemampuan, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 08 Agustus 2017 Penulis

(12)

ABSTRAK

Alim, Roni Fatakhul. 2017. Implementasi Program Parenting dalam Bidang PAI

di SMP Negeri 7 Salatiga Tahun 2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Fatchurrohman, S. Ag, M. Pd.

Kata kunci: Implementasi Program Parenting, Pendidikan Agama Islam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pelaksanaan program parenting

dalam bidang PAI di SMPN 7 Salatiga, problematika pelaksanaan program

parenting dalam bidang PAI di SMPN 7 Salatiga, dan dampak pelaksanaan

program parenting dalam bidang PAI di SMPN 7 Salatiga.

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, pelaksanaan program

parenting dalam bidang PAI di SMPN 7 Salatiga adalah pelaksanaan program

parenting dalam aspek ubudiyah dan pendidikan karakter, yaitu melalui penerapan

pola asuh yang efektif, bimbingan, arahan, menjalin komunikasi yang baik, memberikan reward dan punishment, serta menjadi teladan yang baik bagi anak (siswa). Kedua, problematika pelaksanaan program parenting dalam bidang PAI di SMPN 7 Salatiga adalah adanya problem yang muncul dari guru, orang tua, dan anak, yaitu berupa kurangnya kepedulian orang tua, terbatasnya waktu yang dimiliki oleh guru, dan anak merasa jenuh serta pengaruh negatif di era digital.

Ketiga, dampak pelaksanaan program parenting dalam bidang PAI di SMPN 7

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING. ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi A. Program Parenting ... 18

1. Pengertian Program Parenting ... 18

2. Langkah kerja program kemitraan ... 21

3. Style of Parenting (Gaya Pengasuhan) ... 24

4. Metode-metode dalam Parenting ... 29

B. Pendidikan Agama Islam (PAI)... 40

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 40

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 42

(14)

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 7 Salatiga ... 48

1. Tinjauan Geografis ... 48

2. Identitas Sekolah ... 48

B. Temuan Penelitian ... 62

1. Pelaksanaan program parenting dalam bidang PAI di SMPN 7 Salatiga 62 2. Problematika Pelaksanaan Program Parenting dalam Bidang PAI di SMPN 7 Salatiga ... 79

3. Dampak Pelaksanaan Program Parenting dalam Bidang PAI di SMPN 7 Salatiga ... 83

BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Program Parenting dalam Bidang PAI di SMPN 7 Salatiga ... 88

B. Problematika Pelaksanaan Program Parenting dalam Bidang PAI di SMPN 7 Salatiga ... 111

1. Terbatasnya waktu pelaksanaan program parenting di sekolah ... 111

2. Latar belakang sosial orang tua yang berbeda-beda ... 112

3. Kurangnya kepedulian dari orang tua ... 114

4. Kurangnya keterbukaan dari orang tua terhadap permasalahan anak ... 115

5. Anak merasa jenuh dan adanya pengaruh negatif dari perkembangan di era digital ... 116

6. Kurangnya dukungan dari guru dan sarana-prasarana pembelajaran PAI di sekolah yang belum memadai. ... 118

C. Dampak Pelaksanaan Program Parenting dalam Bidang PAI di SMPN 7 Salatiga. ... 120

1. Terjalinnya hubungan yang harmonis antara guru, orang tua dan anak . 120 2. Anak lebih bisa bersikap baik dan berakhlakul karimah ... 122

3. Anak lebih antusias dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan di sekolah 123 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 127

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Transliterasi arab-Latin 2. Daftar Nilai SKK 3. Riwayat Hidup Penulis 4. Nota Pembimbing Skripsi

5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 6. Lembar Konsultasi

7. Catatan Observasi 8. Pedoman Wawancara 9. Verbatim Wawancara 10.Foto-Foto

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat, tetapi prakteknya komponen pendidikan yang bekerja penuh hanyalah sekolah dan pemerintah yang menaunginya. Sebagai mana menurut Ki Hadjar Dewantara (1997) yang dikutip oleh Suyanto (2005: 56) mengatakan bahwa “pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga,

sekolah, pemerintah, dan masyarakat.” Peran keluarga dan masyarakat hanya

memiliki presentase yang sedikit dalam keberhasilan pendidikan. Ibarat orang jika salah satu anggota tubuhnya mengalami masalah maka apa yang dilakukannya tidak akan maksimal. Begitu juga pendidikan, membutuhkan berbagai peran dalam pelaksanaannya. Sekolah tidak bisa sepenuhnya bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan. Begitu juga pemerintah, mereka hanya bertanggung jawab dalam perencanaan dan pengawas kependidikan. Oleh sebab itu, peran keluarga dalam pelaksaan kependidikan sangatlah dibutuhkan.

“Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama dalam

setiap aspek kehidupan” (Ilahi. 2013: 82). Banyak waktu yang dihabiskan

(17)

keluarga adalah fase awal dalam membentuk generasi berkualitas, mandiri, tangguh, potensial, dan bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa (Ilahi, 2013: 82) Maka dari itu, keluarga terutama orang tua adalah penanggung jawab utama dalam proses pendidikan anak. Dan menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan anak dalam mencapai pendidikan yang hakiki. Sebagaimana dalam hadist Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Muslim RA, sebagai berikut:

(18)

'Sebagaimana hewan ternak melahirkan anaknya. -tanpa menyebutkan cacat.”

(HR. Muslim No. 4803).

Orang tua bertugas dalam mengasuh anak, dengan pola asuh yang baik dan benar. Pengasuhan orang tua berfungsi untuk memberikan kelekatan dan ikatan emosional, atau kasih sayang antara orang tua dan anaknya, juga adanya penerimaan dan tuntunan dari orang tua dan melihat bagaimana orang tua menerapkan disiplin (Muallifah, 2009: 44). Jadi, orang tua sebagai parental

control, yakni bagaimana orang tua mengontrol, membimbing, dan

mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya menuju pada proses pendewasaan (Muallifah, 2009: 42).

(19)

Keluarga dan sekolah sama-sama memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Dan seharusnya ketika orang tua menyekolahkan anaknya bukan berarti tanggung jawab diberikan sepenuhnya kepada sekolah, akan tetapi orang tua memiliki tanggung jawab yang sama terhadap pendidikan anak. Dengan kesetaraan dalam hal tanggung jawab, maka haruslah terjalin hubungan yang harmonis antara keluarga dan sekolah. Tujuan dan visi yang sama untuk mendidik anak menjadi manusia yang berilmu dan bermartabat.

Pentingnya hubungan antara keluarga dan sekolah, maka pemerintah yang diwakili oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan membentuk program kemitraan yang dinamakan dengan Tri Sentra Pendidikan yaitu kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah dan keluarga merupakan dua komponen yang berperan aktif dalam pelaksanaan pendidikan. Maka dari itu, peneliti menamakan program tersebut dengan nama program

parenting, yaitu program pengasuhan orang tua.

Program parenting merupakan program baru yang dibentuk oleh pemerintah, terutama dalam ranah pendidikan sekolah menengah pertama (SMP). Setelah dirasa cukup memberi dampak yang baik dalam pendidikan taman kanak-kanak dan sekolah dasar, mulai diberlakukannya program

parenting di SMP. SMP Negeri 7 Salatiga merupakan salah satu sekolah yang

sudah melaksanakan program parenting, kebetulan sekolah tersebut ditunjuk oleh pemerintah sebagai sekolah percontohan dalam pelaksanaan program

(20)

oleh pihak sekolah, orangtua, dan masayarakat mengacu pada aspek-aspek pendidikan berupa aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Peserta didik di arahkan kepada bagaimana meningkatkan prestasi belajar, sikap yang baik, dan keterampilan sesuai potensi yang dimiliki setiap individu, dibantu oleh guru, orang tua dan masyarakat. Hubungan ketiga komponen tersebut memiliki tujuan dan visi misi yang sama dalam pendidikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa program parenting merupakan program keterbukaan dalam proses pendidikan di lingkungan sekolah, di lingkungan keluarga dan di lingkungan masyarakat.

(21)

lain sebagainya. Disamping mengajarkan tentang hal-hal akhirat, pendidikan agama Islam membimbing dan mengajarkan bagaimana berhubungan dengan manusia, berhubungan dengan makhluk, dan berhubungan dengan Allah tentunya. Jadi, pendidikan agama Islam memberikan banyak kontribusi terhadap pendidikan dalam pencapaian aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Pemerintah mulai memberikan perhatian lebih kepada pendidikan agama Islam yaitu dengan dibentuknya kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 pendidikan agama Islam memberikan sumbangsih terhadap pembentukan karakter peserta didik dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku. Selain itu, kompetensi inti yang harus dicapai oleh peserta didik adalah sikap religius dan sikap sosial. Begitu juga dengan tingkat kelulusan peserta didik yang tidak hanya ditentukan dengan nilai akademik saja, melainkan ditambah dengan nilai sikap dan perilaku peserta didik selama di sekolah.

Pentingnya pendidikan agama Islam, begitu juga dengan pelaksanaan program parenting yang sudah berjalan dua tahun ini di SMP Negeri 7 Salatiga. Sehingga peneliti tertarik dan ingin segera melakukan penelitian dalam hal

“Implementasi Program Parenting dalam Bidang Pendidikan Agama

(22)

parenting dan peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang dipaparkan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pelaksanaan program parenting dalam bidang PAI di SMP Negeri 7 Salatiga ?

2. Apa problematika yang dihadapi dalam pelaksanaan program parenting

pada bidang PAI di SMP Negeri 7 Salatiga?

3. Bagaimana dampak pelaksanaan program parenting dalam bidang PAI di SMP Negeri 7 Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui Pelaksanaan program parenting dalam bidang PAI di SMP Negeri 7 Salatiga

2. Mengetahui problematika yang dihadapi dalam pelaksanaan program parenting dalam bidang PAIdi SMP Negeri 7 Salatiga

(23)

D. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat diadakannya penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil pengamatan langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selain studi di perguruan tinggi.

b. Sebagai sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan, khususnya dalam bidang PAI melalui program parenting.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pimpinan dalam pelaksanaan program parenting dalam bidang PAI.

b. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam bidang PAI melalui program parenting.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul penelitian sebagai berikut:

1. Parenting

Parenting adalah individu atau orang yang bertanggung jawab

(24)

child’s growth, who nourishes, protects, guides new life thought the

course of development” (Brooks, 2003: 4). Jadi, program parenting

dapat diartikan sebagai bentuk pengasuhan orang tua/ wali terhadap pendidikan anak.

2. Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pendidikan agama Islam merupakan usaha berupa bimbingan kepada peserta didik dengan berlandaskan kaidah-kaidah agama Islam yang terdapat dalam al-qur’an dan hadist. Sedangkan menurut Sahilun A. Nasir

yang dikutip oleh Muslih dkk (2008: 15) mengatakan sebagai berikut. Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Yakni, ajaran itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran, dan sikap mental. Jadi, pendidikan agama Islam adalah usaha dalam kegiatan membimbing dan mengarahkan anak didik kepada pengetahuan agama Islam untuk diaplikasikan terhadap perbuatan yang berlandaskan Al-Qur’an dan hadist. F. Kajian Pustaka yang Relevan

(25)

1. Pola Asuh Orang Tua Pengrajin Bambu dalam Mendidik Anak di Dusun Ngablak Pulutan Sidorejo Salatiga. Penelitian dilakukan oleh Imania Najmuna mahasiswi jurusan PAI, fakultas FTIK di IAIN Salatiga tahun 2016. Hasilnya adalah pola asuh orang tua pengrajin bambu di dusun Ngablak dalam mendidik anak yaitu dengan pola asuh yang demokratis. Orang tua memberikan bimbingan yang tegas terhadap pendidikan anak agar anak tetap belajar dan berkembang dalam pendidikannya. Dan faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua pengrajin bambu di dusun Ngablak dalam mendidik anak dipengaruhi oleh karakter struktur keluarga, profesi orang tua, kompetensi orang tua, karakteristik struktur anak dan interaksi orang tua anak.

(26)

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Adapun jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa, pada suatu konteks alamiah dan memanfaatkan metode alamiah (Moleong, 2008: 6). Sehingga peneliti secara langsung mengamati fenomena yang diamati, kemudian mendeskripsikan data yang diperoleh dengan bentuk naratif deskriptif.

2. Kehadiran Peneliti

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti hadir dalam proses penelitian serta bertindak langsung sebagai instrument dan sebagai pengumpulan data hasil observasi dan wawancara yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Jl. Setiaki 15 Salatiga. 4. Sumber Data

(27)

a. Data Primer

Data berupa hasil wawancara dari Guru PAI, wali kelas, guru BK, Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Salatiga, Penanggung jawab dan pelaksana Program baik dari pihak sekolah maupun dari pihak orang tua.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh peneliti berupa dokumen-dokumen tambahan yang relevan dengan obyek yang diteliti. Seperti, Laporan hasil pelaksanaan program parenting, daftar hadir peserta program, dan lain sebagainya. 5. Prosedur Pengumpulan Data

Ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan tujuan untuk menggali informasi dari narasumber yang diharapkan. Pernyataan tersebut selaras dengan ungkapan dari Kahn & Cannel yang dikutip oleh Sarosa (2012: 45) “wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu”.

(28)

penelitian tentang implementasi program parenting dalam bidang PAI di SMP Negeri 7 Salatiga.

b. Observasi

Penelitian ini menggunakan observasi terbuka. Menurut Sukardi (2005) yang dikutip oleh Maslikhah (2013: 322) mengatakan bahwa Observasi terbuka kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi hubungan atau interaksi secara wajar. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan program parenting dalam bidang PAI.

c. Dokumentasi

“Dokumen adalah segala catatan baik berbentuk catatan dalam

kertas (hardcopy) maupun elektronik (softcopy)” (Sarosa. 2012: 65).

Misalnya, berupa buku, artikel media massa, catatan harian, halaman web, foto, blog, dan lain sebagainya.

Penggunaan sumber data ini untuk memperoleh dokumen dan kebijakan yang berkaitan dengan program parenting, Pendidikan agama Islam, dan profil SMP Negeri 7 Salatiga.

6. Analisis Data

(29)

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dana pa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data berlangsung secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data dengan alur tahapan sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data yaitu memilih data mana yang menjadi obyek formil dari teori yang digunakan untuk membedah fenomena dengan cara menyederhanakan data, memastikan bahwa data yang diperoleh adalah termasuk cakupan penelitian. Reduksi data dapat dilakukan dengan menyusun ringkasan, membuang data yang tidak diperlukan, memberi kode pada bagian yang penting, dan lain sebagainya.

b. Penyajian Data

Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberi kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam bentuk matriks untuk memudahkan peneliti dalam melihat pola-pola hubungan antara satu data dengan data lainnya.

c. Penyimpulan Data dan Verivikasi

(30)

verivikasi merupakan tinjauan kembali terhadap catatan-catatan di lapangan serta tukar pikiran selama dalam penulisan. Sehingga kesimpulan yang pada mulanya mengambang atau kabur menjadi relevan.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi adalah penggunaan dua atau lebih metode pengumpulan data dalam suatu penelitian (Kasmiran, 2010: 294). Teknik keabsahan data yang dipilih oleh peneliti yaitu mencakup dua jenis teknik trianggulasi dengan sumber dan trianggulasi dengan metode. Kedua hal tersebut dapat dijelaskan, sebagai berikut:

a. Trianggulasi sumber data

Trianggulasi sumber berarti, mencari sumber-sumber lain disamping sumber yang telah kita dapatkan (Putra dan Lisnawati: 2013: 34). Trianggualsi sumber memiliki prinsip bahwa lebih banyak sumber, lebih baik.

b. Trianggulasi metode

(31)

Teknik ini dilakukan dengan menggali data yang sama tetapi dengan metode yang berbeda.

8. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ada beberapa tahap yang perlu dilakukan, yaitu: a. Tahap pra Lapangan (menyusun rencana penelitian dan memilih lapangan, mengurus perizinan, menjejaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, menyiapkan kelengkapan penelitian, memperhatikan etika penelitian).

b. Tahap Pekerjaan Lapangan (memahami latar penelitian dan persiapan diri, berperan aktif dalam pengumpulan data).

c. Tahap Analisis Data (menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari interview, catatan lapangan dan bahan-bahan yang lain sehingga mudah dipahami dan temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain. Tahap ini dilakukan peneliti sesuai dengan cara yang telah ditentukan). d. Tahap Pelaporan Data (merupakan tugas akhir dari rangkaian proses penelitian. Pada tahap ini peneliti menyusun laporan hasil penelitian dengan format tulisan dan Bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca. H. Sistematika Penulisan

(32)

BAB I: Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II: Kajian Pustaka

Pada bab ini akan diuraikan berbagai teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi: pengertian program parenting, langkah kerja Program kemitraan, bentuk-bentuk parenting, metode-metode dalam

parenting, pengertian pendidikan agama Islam, tujuan dan fungsi pendidikan

agama Islam, dan ruang lingkup pendidikan agama Islam. BAB III: Paparan Data dan Penemuan Penelitian

Berisi tentang gambaran lokasi penelitian SMP Negeri 7 Salatiga yang mencakup profil sekolah, organisasi sekolah, sarana prasarana, dan pelaksanaan program parenting dalam bidang PAI.

BAB IV: Pembahasan

Bab ini berisi tentang analisis data sebagai jawaban atas masalah sebagai berikut: Pelaksanaan program parenting dalam bidang PAI, Problematika pelaksanaan program parenting dalam bidang PAI, dan dampak pelaksanaan program parenting dalam bidang PAI.

BAB V: Penutup

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Program Parenting

1. Pengertian Program Parenting

Parenting berasal dari Bahasa inggris yang berarti pengasuhan.

Menurut istilah parenting merupakan pola asuh orang tua terhadap anaknya sejak bayi hingga menuju kedewasaan. Pernyataan ini selaras dengan yang diungkapkan oleh Brooks (2011: 11), menyatakan bahwa. Pengasuhan adalah sebuah proses tindakan dan interaksi antara orang tua dan anak. Ini adalah proses dimana kedua pihak saling mengubah satu sama lain saat anak tumbuh menjadi sosok dewasa. Masyarakat adalah kekuatan dinamis ketiga di dalam proses tersebut. Masyarakat memeberikan dukungan dan tekanan bagi orang tua dan anak serta dapat berubah dalam merespon kebutuhan dan tindakan yang dilakukan orang tua dan anak.

Parenting merupakan kegiatan yang memberikan efek

(34)

Parenting is a complex task that requires sensitivity and a willingness to look at what we are doing to our children and to

change if necessary.

Adapun parenting mengacu pada proses interkasi jangka panjang yang relatif antara orang dewasa dan anak yang mempengaruhi perilakunya di masa depan. Perilaku parenting adalah perilaku yang dapat dilakukan secara sengaja dan tidak sengaja baik secara langsung maupun tidak langsung dapat besifat positif dan negatif yang mempengaruhi perilaku anak. Hal ini sebanding dengan, “Parenting

refers to relatively long-term interactions between an adult and child

that influence the child’s future behavior. Parenting behavior can be

intentional or unintentional; it can be positive or negative, and it can

be behavior that directly or indirectly influences a child’s behavior”

(Norton, 1997: 191).

Jadi, parenting adalah proses interaksi antara orang tua dengan anak dalam jangka waktu yang relatif lama baik secara langsung atau tidak langsung dapat bersifat positif dan negatif yang mempengaruhi perilaku anak.

Parenting memiliki tiga komponen penentu, yaitu orang tua,

(35)

a. Peran anak, yaitu anak memiliki peran penting dalam pengasuhan. Anak mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pengasuh (orang tua) berupa kebutuhan fisik, psikologis dan sosial. Kebutuhan fisik, misalnya kebutuhan terhadap tempat tinggal, makanan, pakaian, dan kehangatan. Sedangkan kebutuhan psikologis dan sosial berupa hubungan interaksi yang baik secara berkelanjutan dalam lingkungan sosial yang diberikan oleh pengasuh dengan oran-orang dewasa disekitarnya. Berkaitan dengan hal tersebut, Urie Bronfrenbenner dan Pamela Morris yang dikutip oleh Brooks (2011: 11-12) menyatakan sebagai berikut.

Anak memiliki kebutuhan psikologis dasar untuk: Pertama, sebuah hubungan berkelanjutan dengan paling sedikit satu orang dewasa yang amat sangat mencintainya dan berkomitmen seumur hidup untuk memberikan perhatian.

Kedua, satu orang dewasa sekunder yang ikut terikat secara

emosional dan memberikan perhatian serta dukungan emosional dan dorongan bagi orang dewasa (pengasuh) lainnya. Ketiga, interaksi yang stabil dan konsisten dengan pengasuh dan objek-objek di lingkungan yang membuat anak dapat mengembangkan perilaku yang lebih kompleks dan mendapatkan pengetahuan yang lebih besar tentang dunia.

(36)

dibutuhkan oleh orang tua dan masyarakat untuk menjaga keberlangsungan hidup yang harmonis dan sejahtera.

b. Peran orang tua adalah orang tua bertanggung jawab atas pemeliharaan anak yang memiliki kemampuan dan kebutuhan dalam proses pengasuhan.

c. Peran masyarakat adalah masyarakat memberikan nilai dan acuan bertindak bagi tiga mitra pengasuhan, yaitu orang tua, anak dan masyarakat. Menurut Brooks (2011: 14-15) menyatakan bahwa, masyarakat merupakan suatu bentuk dorongan yang dinamis yang berubah sebagai respons atas perubahan ekonomi dan sosial sehingga mempengaruhi kehidupan orang tua dan anak.

Jadi, program parenting merupakan kegiatan secara terorganisir yang bertolak pada pola pengasuhan yang mencakup komponen berupa siswa, orang tua dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan pendidikan secara terstruktur yang dilaksanakan di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.

2. Langkah kerja program kemitraan

Program kemitraan merupakan bentuk kerja sama antara sekolah, orang tua dan masyarakat menurut Epstein (2009: 14) dapat diwujudkan dalam enam bentuk, yaitu “...pengasuhan, komunikasi, pembelajaran

(37)

advokasi, dan kolaborasi dengan masyarakat...” keenam bentuk program kemitraan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Pengasuhan (parenting)

Parenting adalah pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya dalam meningkatkan tumbuh kembang anak, dalam memnuhi kebutuhan baik secara fisik dan psikhis anak, membentuk hubungan emosional dan membimbing anak dalam menghadapi kehidupan di dunia.

b. Komunikasi (communicating)

Komunikasi merupakan hal yang dilakukan oleh sekolah dengan orangtua untuk menjalin hubungan yang harmonis melalui interaksi baik secara langsung maupun dengan melalui media, dilakukan secara teratur, terarah, dan penuh makna, bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang muncul dan para peserta didik dapat mencapai kemajuan yang lebih baik.

(38)

dengan pembelajaran di sekolah; (3) mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan sekolah; (4) memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan ide dan aktivitas yang menunjang belajar; (5) menciptakan suasana demokratis di rumah; (6) memahami program kegiatan di sekolah; (7) menyediakan sarana belajar yang memadai sesuai dengan kemampuan orang tua dan kebutuhan sekolah.

d. Sukarelawan (volunteering)

Menurut Epstein (2009: 58) aktivitas sekarelawan di sekolah adalah “mobilize parents and others who can share their time and talents

to support the school, teachers, and student activities at the school

or in other locations”. Hal ini dimaksudkan untuk memobilisasi

orang tua dan sumber daya lain yang dapat meluangkan waktu dan kemampuannya untuk mensupport sekolah, guru, pelajar dan berbagai kegiatan di sekolah atau di tempat lain. Misalnya, program sukarelawan untuk kelas dan sekolah guna membantu para guru, pegawai, pelajar dan orang tua.

e. Pengambilan keputusan (decision making)

(39)

keputusan kaitannya dengan pelaksanaan program-progam di sekolah.

f. Kolaborasi dengan masyarakat (collaborating with the community) Kolaborasi dengan masyarakat dilakukan untuk menjalin hubungan kerja sama dengan tokoh masyarakat maupun lingkungan sosial sekitar yang mendukung kagiatan pendidikan di sekolah dan sebagai tempat aplikasi pembelajaran anak di kehidupan nyata.

3. Style of Parenting (Gaya Pengasuhan)

Orang tua merupakan pelaku utama dalam pola pengasuhan

(parenting). Pola pengasuhan masing-masing orang tua berbeda. Orang

tua pada umumnya memiliki pola atau bentuk pengasuhan yang dapat diklasifikasikan ke dalam tiga macam bentuk, yaitu pengasuhan berwenang (authoritative), pengasuhan otoriter (authoritarian), dan pengasuhan permisif (permissive).

Menurut Beumrind, yang dikutip oleh Jane Brooks (2011: 112) mengungkapkan bahwa.

Dia mengklasifikasikan tiga pola perilaku pengasuhan terkait dengan beragam tingkatan dalam kompetensi anak: berwenang

(40)

Adapun bentuk-bentuk pola asuh orang tua dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengasuhan berwenang (authoritative) merupakan pola asuh orang tua dengan menerapkan kontrol tegas atas perilaku anak, tetapi juga menekankan kemandirian dan individualitas anak. Orang tua memiliki standar yang jelas pada saat ini dan di masa depan atas perilaku anak, mereka bersifat rasional, fleksibel, dan memperhatikan kebutuhan serta kesukaan anak. Hal tersebut memberikan dampak kepada anak berupa kemandirian, rasa percaya diri, dan mengeksplorasi dunia mereka dengan senang dan puas.

Menurut Norton (1977: 3), pengasuhan berwenang adalah di jelaskan sebagai berikut.

The authoritative parent attempt to direct the child’s activities

but in a rational, issue-oriented manner. She encourages verbal give and take, and shares with the child the reasoning behind her policy. She values both expressive and instrumental attributes, both autonomous self- will and disciplined

conformity.

Sedangkan menurut Kaufmann (2000) yang dikutip oleh Grant and Ray (2010: 77), menjelaskan bahwa.

Authoritative families have a firm discipline style combined with high levels of warmth and nurturing behaviors. Authoritative families set rules and limits but have an open communication style. The adults are willing to listen to their children and adjust

their parenting demands based on their children’s views and

(41)

behind the rules as opposed to enforcing strict adherence to the rules.

Jadi, pengasuhan berwenang (authoritative) adalah pola asuh yang memberikan dorongan pada anak untuk mandiri dan tetap menerapkan batasan yang akan mengontrol mereka. Pola pengasuhan authoritativ lebih dominan menerapkan pola pendidikan daripada hukuman. Hubungan antara orang tua dan anak saling terbuka, adanya saling memberi dan saling menerima, mendengarkan dan didengarka. Sehingga pola pengasuhan seperti ini bebas dan terbuka tetapi masih dalam batasan yang wajar.

b. Pengasuhan otoriter (authoritarian) merupakan pola asuh orang tua yang menerapkan kontrol yang tegas, tetapi secara berwenang-wenang, berkuasa penuh tanpa memperhatikan individualitas anak. Mereka menekankan kontrol tanpa pengasuhan atau dukungan untuk mencapainya. Hal ini mengakibatkan anak menjadi tidak bahagia, menarik diri, malu-malu, dan tidak bisa dipercaya.

Menurut Gonzalez and Mena (2006), yang dikutip oleh Grant and Ray (2010: 77), menjelaskan bahwa:

Authoritarian families also have firm control on children’s

(42)

Sedangkan menurut Norton (1977: 3), pola pengasuhan authoritarian adalah pola pengasuhan yang memiliki ciri-ciri bahwa orang tua mencoba untuk membentuk, mengendalikan, dan menilai perilaku dan sikap anak sesuai dengan standar perilaku yang sudah ditetapkan, sudah termotivasi secara teologis dan dirumuskan oleh otoritas yang lebih tinggi.

Jadi dari peryataan diatas dapat disimpulkan bahwa, pola pengasuhan authoritarian merupakan pola asuh yang penuh pembatasan dan hukuman dalam bentuk kekerasan dengan cara orang tua memaksakan kehendaknya, sehingga orang tua memegang kendali penuh dalam mengontrol anak dan orang tua selalu menuntut anak tanpa memberi kesempatan anak untuk mengungkapkan pendapatnya.

(43)

Menurut Baumrind (1971) yang dikutip oleh Norton (1977: 3-4), mengungkapkan bahwa:

Permissive parents attempt to behave in a nonpunitive,

acceptant, and affirmative manner toward the child’s impulses,

desires, and actions. She consults with him about policy decisions and gives explanations for family rules. She makes few demands for household responsibility and orderly behavior. She presents herself to the child as a resource for him to use as he wishes, not as an active agent responsible for shaping or altering his ongoing or future behavior. She allows the child to regulate his own abilities as much as possible, avoid the exercise of control, and does not encourage him to obey externally-defined standards. She attempts to use reason, but not overpower to accomplish her ends.

Adapun menurut Couchenour and Chrisman (2000), pengasuhan permisif adalah pola asuh yang memiliki ciri-ciri umum, yaitu hangat dan penuh kasih sayang tanpa adanya harapan dan menerima. Selain itu, pola asuh permisif menghindari pengendalian pada anak-anak dan menempatkan sedikit batasan pada mereka. Sehingga, pola asuh seperti ini orangtua bukan menjadi penguasa tetapi menjadi teman bagi anak-anaknya dan lebih sabar dalam pengasuhan (Grant and Ray, 2010: 77).

(44)

dan individualitas anak. Sedangkan, pengasuhan permisif memberikan sedikit batasan pada anak dalam berperilaku. Anak cenderung diberi kebebasan, tetapi masih dalam kontrol keamanan orang tua. Ketiga pola tersebut memberikan dampak yang berbeda-beda pada anak setelah orang tua menerapkan pola tersebut. Misalnya anak dari orang tua permisif cenderung tidak mandiri disebabkan oleh adanya ruang yang bebas dengan sedikit kontrol yang tegas dari orang tua.

4. Metode-metode dalam Parenting

Parenting merupakan proses pengasuhan berupa interaksi antara orang

dewasa dengan anak. Orang dewasa adalah penanggung jawab secara penuh dalam proses pengasuhan. Hal ini berkaitan dengan metode-metode yang harus diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak. Adapun metode-metode yang dilakukan dalam proses parenting untuk membantu perkembangan anak, sebagai berikut:

a. Improving communication

(45)

Prinsip dalam komunikasi adalah bukan seberapa lama orang tua bersama anak-anak di rumah, melainkan seberapa jauh intensitas tersebut. Selain itu, komunikasi orang tua harus dibangun atas dasar kasih sayang yang dapat diaplikasikan setiap saat dalam situasi dan kondisi yang efektif.

Menurut Steinberg (2005: 243), komunikasi yang dilakukan orang tua dan anak dilakukan dengan adanya komunikasi dua arah, yaitu komunikasi timbal balik antara orang tua dan anak berupa pemahaman dan keterbukaan antara kedua belah pihak dalam sebuah perbincangan.

Perbincangan yang dilakukan memberikan manfaat pada orang tua untuk mengetahui apa yang dilakukan anak baik di rumah maupun di luar rumah. Sehingga, orang tua lebih memahami perilaku anak. Selaras dengan pernyataan diatas, Norton (1977: 15), menjelaskan bahwa:

There are other advantages to knowing what our children do away from home. Sometimes the thing they do and say at home carry over from their life away from home. Knowing the things that happen away from home

can help us understand more completely our child’s

behavior at home.

(46)

terjalin hubungan kebersamaan dan keakraban antara orang tua dan anak. kedua, saat berlibur bersama merupakan hal yang sangat penting untuk menghilangkan kejenuhan rutinitas kerja dan pekerjaan rumah serta menyuburkan keakraban semua anggota keluarga. Ketiga, saat berkumpul di rumah merupakan kondisi dimana orangtua dan anak bisa berbagi cerita tentang banyak hal yang dialami sehari-hari.

Sedangkan cara berkomunikasi yang efektif dalam proses parenting

adalah mengetahui cara berbicara yang baik terhadap anak, memberikan komentar yang positif terhadap anak, mengevaluasi perilaku anak, dan mengetahui waktu yang tepat berbicara kepada anak (Norton, 1977: 15-26).

Jadi, meningkatkan komunikasi yang baik terhadap anak merupakan tugas orang tua untuk memahami lebih dalam perilaku anak. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memberikan komentar yang positif terhadap anak.

b. Helping to solve problems

(47)

menjadi empat yaitu: “Child abuse and neglect fall into specific

categories with different symptoms and different etiologies. The four

categories most often used are physical abuse, and emotional or

psychological abuse”. Sedangkan menurut Dubois & Krogsrud

(2005), kesewenang-wenangan terhadap anak merupakan salah satu pemicu munculnya permasalahan anak. Hal ini dapat dikategorikan dalam empat jenis, yaitu perilaku salah secara fisik, perilaku salah secara emosional, penelantaran anak, dan perilaku salah secara seksual.

(48)

sesuai dengan kebutuhan anak dan berbicara kepada anak tentang permasalahan yang dihadapi dengan memperhatikan beberapa hal yang dapat meningkatkan kejujuran anak dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan orang tua. Sehingga orang tua akan lebih memahami dan tepat dalam memberikan solusi atas permasalahan tersebut.

c. Making punishment effective

Punishment adalah melakukan sesuatu kepada anak yang mengikuti

tingkah lakunya untuk mengurangi kemungkinan perilaku itu akan terulang. Hal ini bisa memberikan efek pada anak di masa depan. Akan tetapi jika anak dengan mudah mengulangi perilakunya meskipun kita memukulnya terakhir kali, pukulan itu tidak sesuai dengan pengertian hukuman yang sebenarnya (Norton, 2010: 46). Adapun jenis hukuman ada 3 macam, yaitu Hukuman fisik (physical

punishment), menghapus hak istimewa (removing privileges), dan

hukuman verbal (verbal punishment).

(49)

Menghapus hak istimewa (remove privileges) merupakan bentuk hukuman dengan menghapus hak istimewa anak saat mereka berperilaku tidak tepat atau melanggar aturan.

Sedangkan, hukuman verbal (verbal punishment) merupakan bentuk hukuman berupa tindakan secara lisan yang membawa efek kekerasan, baik secara tersirat maupun tersurat, dan bisa berakibat buruk pada anak secara fisik dan mental.

(50)

Menurut Cruig yang dikutip oleh Sahlan (2002: 94-95), menjelaskan bahwa. Cara-cara menghukum anak yang efektif, sebagaimana petunjuk berikut:

1) Hindarilah pemakaian teguran, omelan, ancaman, dan hukuman bila secara naluri hal itu dapat dihindari.

2) Apabila sungguh-sungguh perlu menghukum, buatlah hukuman seringan mungkin. Gunakanlah hukuman pertama-tama karena nilai sebaliknya dan bukan karena nilai terapinya yang diduga terkandung di dalamnya.

3) Perhitungkan kemungkinan masa depan dari hubungan dan interaksi orang tua dengan anak kalau hukuman dijatuhkan. Usahakanlah tidak terjebak pada solusi situasi konflik pribadi yang yang abadi yang akan menuntut penerapan hukuman yang lebih keras.

4) Perlembutlah hukuman dengan belas kasihan dan sadarlah bahwa semuanya itu butuh proses, begitu juga dengan proses pendidikan dan pengajaran anak.

d. Using rewards

Rewards dapat di artikan sebagai imbalan atau penghargaan, yaitu

(51)

Imbalan ditentukan dalam hal bagaimana hal itu mempengaruhi perilaku anak, bukan tentang sesuatu yang anak sukai. Ada beberapa poin tentang pengertian reward, antara lain: (1) imbalan adalah hal-hal yang meningkatkan terjadinya suatu perilaku di masa depan, (2) penghargaan datang setelah perilaku itu terjadi atau sudah dilakukan, dan (3) pengahargaan yang diinginkan antara satu orang dan orang lainnya berbeda.

Adapun jenis-jenis reward, Norton membaginya ke-dalam 5 jenis

reawards, sebagai berikut: Pertama,Object rewards adalah hal-hal

yang orang tua berikan kepada anak bahwa ia dapat menyentuh, memanipulasi, makan, memeluk, dan sebagainya. Hal ini merupakan hal-hal fisik yang bisa dimainkan, dimakan, atau dibuang. Misalnya orang tua memberikan hadiah berupa permen jika anaknya mampu untuk membereskan tempat tidurnya sebelum ia pergi ke sekolah. Setelah reward tersebut diaplikasikan memberikan manfaat berupa sesuatu yang membuat perasaan anak menjadi lebih baik dalam jangka waktu tertentu setelah hadiah tersebut diberikan. Sedangkan kerugian yang paling berpengaruh adalah biaya yang mahal. Kedua, imbalan aktivitas (activity

rewards) adalah imbalan atau hadiah dimana seorang anak

(52)

menonton acara televisi khusus. Hal ini memberikan manfaat berupa, hal tersebut membuat anak merasa senang untuk melakukannya dan biaya yang murah. Ketiga, imbalan sosial (social

rewards) adalah imbalan berupa pujian, senyuman, dan tepukan di

punggung yang diberikan oleh orang tua untuk anaknya atas apa yang sudah dilakukan. Hal ini memberikan manfaat berupa cara tersebut dapat digunakan kapan saja tanpa adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua. Keempat penghargaan secara pribadi

(personal rewards) adalah penghargaan yang diberikan bukan dari

orang tua tetapi dari diri mereka sendiri. Misalnya, anak akan memuji dirinya sendiri ketika ia mampu melakukan sesuatu, yaitu dengan senyuaman, atau tepuk tangan. Kelima, token rewards

adalah imbalan berupa hal yang dapat ditukar dengan sesuatu yang lain. Misalnya, jika anak dapat melakukan sesuatu yang diinginkan orang tuanya, anak itu akan mendapatkan bintang dan bintang tersebut dapat ditukarkan dengan sesuatu yang lain yang membuat anak tersebut merasa senang.

Selaras dengan pernyataan diatas, Orang tua memberikan rewards

(53)

e. Children learn by observing others

Anak belajar menggunakan berbagai cara, salah satunya dengan mengamati dan menirukan perilaku orang lain terutama perilaku orang tuanya. Hal ini menjadi salah satu cara dalam mengasuh anak yang baik dengan memahami bahwa anak belajar dengan cara mengamati dan menirukan (children learn by observing other). Teori ini disebut juga dengan Teori imitasi, yaitu perilaku terbentuk melalui proses imitasi, mengamati peilaku orang lain termasuk mengamati terhadap efek dari perilaku orang lain. Selain itu, teori ini disebut juga dengan teori model, yaitu pembentukan perilaku yang memerlukan model yang dicontoh atau diikuti (Sriyanti, 2013: 73).

Adapun faktor yang mempengaruhi pembelajaran observasi

(observation learning), sebagai berikut:

Observation learning dipengaruhi oleh dua faktor yaitu model

characteristics dan observer characteristics (Norton, 1977: 132).

Karakteristik model merupakan bentuk karakteristik seorang model yang dapat ditirukan oleh anak. model menjadi penentu baik atau tidaknya perilaku tersebut ditirukan oleh anak, sehingga anak membutuhkan model yang baik.

(54)

hadir dalam kehidupan nyata. Model tersebut berupa: (1) Model hidup, seperti perilaku orang-orang dalam keluarga. (2) Model simbolik, seperti model yang ditiru dari film atau semisalnya. (3) Instruksi verbal berupa instruksi bukan berupa tingkah laku.

(55)

Jadi, Model characteristics dan observer characteristics merupakan hal yang dapat mempengaruhi anak dalam menirukan sesuatu, yaitu dilihat dari karakter yang dimiliki oleh objek (model) dan subjek (anak) dalam pembelajaran observasi (observation learning). Adapun hal-hal yang dapat ditirukan oleh anak, yaitu performance

of actions, learning attitude, dan learning emotional behavior. Anak

menirukan bagaiaman berperilaku, belajar bersikap yang baik, dan belajar perilaku yang bersifat emosional.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran observasi (observation

learning) adalah anak belajar dengan menirukan (imitasi) model

baik di dalam kehidupan anak maupun di luar itu dengan hal-hal yang dapat dilakukan berupa berperilaku, belajar bersikap yang baik, dan belajar berperilaku yang bersifat emosional.

B. Pendidikan Agama Islam (PAI)

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam merupakan upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life

(56)

dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari (Muhaimin, 2007: 8).

Pandangan bahwa agama sebagai pegangan hidup yang meyakini Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa. Sebagaimana dijelaskan pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 Ayat (1) menyatakan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.

(57)

Menurut Zakiyah Darajat (1987: 87) yang dikutip oleh Majid (2012: 12) mengungkapkan bahwa.

Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa, pendidikan agama Islam adalah upaya secara sadar yang dilakukan oleh orang dewasa dalam mengembangkan potensi atau fitrah yang dimiliki peserta didik melalui ajaran Islam dengan dasar keimanan dan ketakwaan sebagai pandangan hidup dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat. 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan Islam adalah sesuatu perubahan yang diharapkan untuk membina insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt, membina serta memelihara alam semesta sesuai syari’ah dan

memanfaatkannya sesuai akidah dan akhlak Islam. Pernyataan ini sesuai dalam konferensi Pendidikan Islam pertama di Mekkah (1977) para ahli telah sepakat bahwa, tujuan pendidikan Islam adalah untuk membina insan yang beriman dan bertakwa yang mengabdikan dirinya kepada Allah Swt, membina serta memlihara alam semesta sesuai dengan syari’ah dan memanfaatkannya dengan akidah dan akhlak Islam (Daud

(58)

Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada: (1) Tujuan pendidikan jasmani, yaitu pendidikan mempunyai arah tujuan kepada keterampilan-keterampilan fisik yang diperlukan anak didik berupa tubuh yang perkasa dan sehat. (2) Tujuan pendidikan rohani, yaitu pendidikan bertujuan untuk menjaga hubungan ruhaniyah dengan Allah SWT. (3) Tujuan pendidikan akal, yaitu pendidikan bertujuan kepada perkembangan intelegensi yang mengarahkan setiap manusia sebagai individu untuk menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya. (4) Tujuan sosial, yaitu pendidikan bertujuan kepada perkembangan karakter manusia yang unik, agar manusia mampu beradaptasi dengan standar-standar masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang ada padanya.

Sedangkan menurut Imam al-Ghazali yang dikutip oleh fatiyah Hasan Sulaiman menjelaskan bahwa tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan kepada: membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt dan membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat (Arief, 2002: 22).

(59)

pengatahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Majid, 2012: 16).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan, tujuan pendidikan agama Islam adalah upaya perubahan yang diharapkan setelah peserta didik memperoleh proses pendidikan untuk menjadi manusia yang sempurna (insan kamil) yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt dan menemukan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sedangkan menurut Majid (2012: 15-16) fungsi pendidikan agama Islam untuk sekolah/madarasah sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b. Penanaman nilai, yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

(60)

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia seutuhnya.

f. Pengajaran, yaitu tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya.

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. 3. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam

(61)

dalam makna Dinul Islam, yaitu Islam sebagai agama yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dengan masyarakat dan alam lingkungan hidupnya (Daud Ali, 2008: 77).

Sedangkan rung lingkup pendidikan agama Islam secara khusus dapat diklasifikasikan kepada: Islam mencakup dalam beberapa ruang lingkup yang meliputi aspek Akidah, Syari’ah dan Akhlak. Ketiga aspek

tersebut merupakan aspek utama yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan agama Islam.

Akidah secara etimologi, adalah ikatan, sangkutan. Sedangkan pengertian secara teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Secara isltilah akidah adalah meyakini zat mutlak yang Maha Esa yang disebut Allah yang Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan dan wujudnya disebut juga dengan tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman dan prima causa

seleuruh keyakinan Islam (Daud Ali, 2008: 199-200).

Sedangkan syari’ah merupakan jalan hidup (the way of life)

yang memiliki makna asal jalan ke sumber mata air. Menurut Mohammad Idris as Syafi’I dalam kitab ar Risalah, Syari’at adalah

peraturan-peraturan lahir dan kesimpulan-kesimpulan yang bersumber dari wahyu itu mengenai tingkah laku manusia (Daud Ali, 2008: 235). Sedangkan dilihat dari segi ilmu hukum, syari’at adalah norma hukum

(62)

berhubungan dengan Allah maupun berhubungan dengan sesama manusia dan benda dalam masyarakat. Pernyataan ini biasa dikenal dengan sebutan hablum minallah, hablum minannas dan hablum minalmakhluk.

Adapun akhlak merupakan salah satu komponen utama agama Islam, yaitu iman, Islam, dan ihsan. Sedangkan akhlak termasuk kedalam arti ihsan. Arti ihsan berasal dari kata ahsana-yuhsinu-ihsanun

yang berarti berbuat kebaikan. Akhlak secara etimologi berasal dari Bahasa arab akhlaq, bentuk jamaknya khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at (Daud Ali, 2008: 346). Akhlak dalam

pelaksanaan memiliki sifat yang positif (baik) dan negatif (buruk). Yang termasuk ke dalam pengertian baik adalah segala tingkah laku, tabi’at, watak dan perangai yang sifatnya benar, amanah, sabar, pemaaf, pemurah, rendah hati dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk ke dalam pengertian akhlak yang buruk adalah semua tingkah laku, tabi’at,

watak, perangai sombong, dendam, dengki, khianat dan lain sebagainya.

(63)

BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 7 Salatiga

1. Tinjauan Geografis

SMP Negeri 7 Salatiga yang berlokasi di Dusun Warak Desa Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Sekolah ini berdiri diatas tanah seluas 12. 780

m

2 yang di dirikan pada tanggal 7 Juli 1987.

Sekolah ini berstatus hak milik pemerintah Kota Salatiga yang beroperasi pada tahun 1987.

2. Identitas Sekolah

a. Profil SMPN 7 Salatiga

Nama Sekolah: SMP Negeri 7 Salatiga

Nama Kepala Sekolah: Dra. ANNA MARIA A, M.Pd Alamat Sekolah:

Jalan: Setiaki No. 15 Salatiga Kecamatan: Sidomukti Kota: Salatiga

No. Telepon: (0298)322272 1) NSS: 201036203007

(64)

3) Jenjang akreditasi: A 4) Tahun didirikan: 1987 5) Tahun Beroperasi: 1987

6) Kepemilikan tanah: Pemkot Kota Salatiga Status tanah: SHM

Luas tanah: 12.780 m2

7) Status bangunan: Milik Pemerintah Kota Salatiga 8) Luas seluruh bangunan: 3.039 m2

9) Nomor rekening sekolah: 0081-01-009019-05-5 atas nama SMP Negeri 7 Salatiga

b. Visi dan Misi SMPN 7 Salatiga

SMP Negeri 7 Salatiga merupakan sekolah yang berkualitas dengan memiliki visi dan misi yang luhur, yaitu:

1) Visi SMPN 7 Salatiga

Visi SMPN 7 Salatiga adalah Terwujudnya insan yang ‘SIAP berprestasi’ (Santun berperilaku, Iman dalam beragama,

menjaga Asri lingkungannya, dan Percaya diri untuk meraih prestasi).

2) Misi SMPN 7 Salatiga

(65)

kompetensi peserta didik, pendidik dan tenaga pendidikan yang didukung sarana prasarana pembelajaran, lingkungan yang asri, dan pelayanan prima.

c. Struktur Organisasi SMP Negeri 7 Salatiga

Pendidikan yang efektif dan kondusif dalam pelaksanaannya tidaklah terlepas dari adanya organisasi struktural untuk mencapai tujuan dalam proses pendidikan. Adapun struktur organisasi SMP Negeri 7 Salatiga sebagai berikut:

Tabel. 3.1 Struktur organisasi SMPN 7 Salatiga

NO NAMA JABATAN

(66)

11. E. Pujono, S. Pd. LAB IPA

12. Nur Kholis, S. Pd. LAB Matematika 13. Sunarmi, S. Pd. LAB IPS

14. Heru Setyo W. S. Pd. LAB Olahraga 15. Slamet Mulyono LAB Mulok

Sumber: Dokumen sekolah SMPN 7 Salatiga, 17 Mei 2017

d. Keadaan Guru SMPN 7 Salatiga

SMP Negeri 7 Salatiga merupakan sekolah yang memiliki guru tetap dan guru tidak tetap. Adapun jumlah guru yang dimiliki dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 2 Keadaan Guru SMPN 7 Salatiga

No Guru / Staf

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-Laki

Perempuan

1. Guru Tetap 22 20 42 orang

2. Guru Tidak Tetap 3 3 6 orang Sumber: Dokumen Sekolah SMPN 7 Salatiga, 17 Mei 2017

e. Keadaan Siswa SMP Negeri 7 Salatiga

(67)

Tabel 3. 3 Keadaan Siswa SMPN 7 Salatiga

No Kelas

Jumlah Siswa Agama Jumlah

Seluruh

(68)

f. Program parenting di SMP Negeri 7 Salatiga

Program parenting merupakan program keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak baik di rumah maupun di sekolah. Orang tua dilibatkan secara langsung dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk penguatan hubungan antara orang tua, anak, sekolah, dan masyarakat. SMPN 7 Salatiga merupakan satu-satunya sekolah tingkat pertama di kota Salatiga yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai sekolah percontohan untuk melaksanakan program parenting atau program kemitraan. Program parenting dilaksanakan sejak tahun 2015 di SMPN 7 Salatiga, terhitung sudah dua tahun program ini berjalan sampai sekarang.

Adapun mekanisme pelaksanaan program parenting secara umum, yaitu meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, supervisi dan evaluasi. Mekanisme pelaksanaan program parenting dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Perencanaan program pelibatan orang tua

(69)

pendidikan keluarga ditinjau dari peserta didik, orang tua/wali, masyarakat, dan satuan pendidikan.

Selanjutnya, mengidntifikasi pelibatan orangtua yang pernah dilakukan sebelumnya antara satuan pendidikan dan orang tua/wali, masyarakat, sehingga dapat menjadi acuan pada kegiatan selanjutnya. Selain itu, mengidentifikasi potensi orang tua/wali, dan masyarakat sebagai mitra satuan pendidikan. Potensi yang dimaksud bisa dari berbagai sudut pandang, misalnya ekonomi, pekerjaan, keahlian dan pengalaman, kepentingan, minat, kegemaran, dan lain sebagainya.

(70)

disepakati dalam bentuk buku saku dan semua pihak harus memiliki.

2) Pengorganisasian program pelibatan orang tua

Pengorganisasian program pelibatan orang tua adalah proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan program pelibatan orang tua, menempatkan orang-orang pada setiap kegiatan, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.

(71)

pendidikan dengan orang tua/wali, dan hubungan melalui media sosial, misalnya facebook, pesan singkat (SMS), Whatsapp, Twitter dan lain sebagainya.

3) Pelaksanaan program pelibatan orang tua

Pelaksanaan program pelibatan orangtua merupakan proses menjalankan kegiatan yang telah diprogramkan dan diorganisasikan. Adapun pelaksanaan program pelibatan orang tua adalah pertama, pengambangan kapasitas komponen pembelajaran yaitu pemahaman semua komponen pembelajaran program tentang hakikat pelibatan orang tua yang meliputi sesuai visi, misi, dan tujuannya, program/ kegiatan dan dampak yang diharapkan sebagai muara akhir pelibatan orang tua tersebut. Sedangkan, pengembangan kapasitas komponen pembelajaran, misalnya sosialisasi tentang pelibatan orang tua di lingkungan satuan pendidikan.

Kedua, pertemuan pendidik dengan orang tua/ wali. Pertemuan

pendidik dengan orang tua/ wali dilaksanakan minimal 3 kali dalam setiap kesetaraan program dilaksanakan, yakni: pada hari pertama pembelajaran di bulan juli; pertengahan program di bulan desember; dan pengambilan hasil ujian.

Ketiga, adanya kelas orang tua/ wali yang bertujuan sebagai wadah

(72)

mendidik anak. Pelaksanaannya minimal dilakukan 2 kali dalam satu tahun dengan tema yang membahas tentang pengasuhan positif dan pengasuhan di era digital dan dapat dilanjutkan dengan tema-tema sesuai kesepakatan orang tua/ wali dengan pihak satuan pendidikan dan pertemuan tersebut diharapkan dapat dihadiri oleh seluruh orang tua/ wali.

Keempat, pelibatan orang tua sebagai motivator/ inspirator bagi

peserta didik. Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong orang tua/ wali yang terpilih untuk hadir memberikan motivasi/ inspirasi kepada peserta didik. Kegiatan ini dijadwalkan pada waktu yang strategis, seperti pada waktu upacara bendera atau pada waktu yang telah disepakati bersama.

Kelima, pentas kelas akhir tahun merupakan ajang untuk kreativitas

siswa yang dilaksanakan di akhir tahun ajaran satuan pendidikan. Kegiatan ini dilaksanakan dan dirancang oleh paguyuban orang tua/ wali. Tujuan diadakannya pentas kelas akhir tahun salah satunya adalah untuk memberikan penghargaan atas kiat hebat orang tua/ wali dalam mendukung kemajuan belajar anaknya di rumah.

Keenam, kegiatan pelibatan orang tua/ wali untuk mengamati

(73)

4) Supervisi dan evaluasi program pelibatan orang tua

Supervisi program pelibatan orang tua satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan efektivitas pelaksanaan program pendidikan keluarga di satuan pendidikan. Sedangkan evaluasi program pelibatan orang tua dilakukan untuk mengetahui efektivitas implementasi program dan pelibatan orang tua terhadap pencapaian tujuan, baik di tingkat keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat. Evaluasi yang dilakukan mencakup evaluasi diri keluarga dan evaluasi diri satuan pendidikan.

Selaras dengan adanya mekanisme pelaksanaan program parenting,

maka pelaksanaan program parenting di SMP Negeri 7 Salatiga tahun 2015/2016 adalah sebagai berikut.

Berdasarkan laporan akhir pelaksanaan bantuan penguatan ekosistem pendidikan dan penguatan pendidikan keluarga tahun 2015/2016, berikut data hasil pelaksanaan program parenting pada tahun 2015/2016 di SMP Negeri 7 Salatiga:

(74)

diselenggarakan oleh organisasi pengelola program parenting. Adapun susunan organisasinya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 4 Susunan Organisasi Pengelola Program Parenting

SUSUNAN ORGANISASI PENGELOLA PROGRAM

PARENTING DI SMP NEGERI 7 SALATIGA TAHUN 2015/2016

NO NAMA JABATAN

1. Dra. Anna Maria Andharini, M.Pd Ketua

2. Jaka Mahargono Sekretaris

3. Gisti Waliyatun Bendahara

4. Drs. Supantiyono Anggota

Sumber: Dokumen Laporan Akhir Pelaksanaan Program Parenting Tahun 2015 Kegiatan ini berupa workshop penguatan ekosistem pendidikan dan penguatan pendidikan keluarga dengan jumlah peserta yang hadir sebagai berikut:

1. Jumlah peserta tahun 2015 adalah 72 Orang tua/ wali siswa dan 60 Bpk/ibu Guru serta karyawan SMPN 7 Salatiga.

2. Jumlah peserta tahun 2016 adalah:

Gambar

Tabel. 3.1 Struktur organisasi SMPN 7 Salatiga
Tabel 3. 2 Keadaan Guru SMPN 7 Salatiga
Tabel 3. 3 Keadaan Siswa SMPN 7 Salatiga
Tabel 3. 4 Susunan Organisasi Pengelola Program Parenting
+3

Referensi

Dokumen terkait

Apabila teman-teman bertanya kepada saya : “Mengapa kita harus berbakti kepada orang tua ?”.. Kata pak ustadz, kita harus berbakti kepada orang tua karena Allah

[r]

mengungkapkan / operasi pasar yang dilakukan disesuaikan dengan hari pasaran / sehingga masyarakat dapat langsung membeli beras dari bulog tersebut // Dari data bulog menurut Murino

Kisi-kisi penelitian yang dilihat dari aspek ini adalah sejauhmana kondisi penurunan kunjungan wisatawan ke Tana Toraja berdasarkan persepsi pelaku wisata di Tana Toraja

Sesuai dengan amanat Rapat Komite Konsultatif pada pertengahan tahun 2015 dan High Level Meeting pada bulan April 2016, pada tahun 2016 ini KSAP memfokuskan penyusunan

Pada hari ini, Senin tanggal Delapan Belas bulan Juni tahun Dua Ribu Dua Belas, sesuai dengan jadwal yang termuat pada website http://lpse.kemendag.go.id, Pokja

Kegiatan Praktek Lapangan Konseling Pendidikan Luar Sekolah (PLKP-LS) yang dilaksanakan di Pengadilan Agama Koto Baru Solok adalah observasi layanan mediasi dan

The tendency of big cities in South East Asia, who experienced population growth so fast, make the citizen mobility increases, and if the public transportation