• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sonja Roesma

Direktur Utama PT (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia

Pada dasarnya lahir dan berkembangnya asuransi kesehatan di BUMN miliki Departemen Kesehatan adalah dalam mengikuti perkembangan industri kesehatan. Dibentuk sebagai Badan Pe- nyelenggara Dana Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) pada tahun 1968 untuk menangani pengobatan pegawai dan keluar- ganya yang tidak dapat lagi ditanggulangi oleh APBN maka dengan KEPRES ditetapkan bahwa pegawai negeri harus membayar premium sebesar 2% dari gaji pokoknya. Pada tahun 1984 berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ber- Iaku tidak memungkinkan lagi keberadaan "Badan " di luar struktur Departemen maka BPDPK dirubah menjadi suatu Perusahaan Umum di lingkungan Departemen Kesehatan yaitu Perum Husada Bhakti. Di samping itu dengan berubah status menjadi BUMN memudahkan dalam pengolahan dana guna mengembangkan serta meningkatkan pelayanan. Pada tahun 1992 Perum Husada Bhakti berubah menjadi PT (Persero) Asuransi Kesehatan In- donesia.

Dalam masa tersebut fungsi rumah sakit mengalami per- ubahan, yang dulu bersifat sosial dan samaritan yang dikem- bangkan lembaga keagamaan seperti Misi dan Muhammadiah, sekarang telah menjadi lembaga sosioekonomi bahkan menjadi

profit centers.Perkembangan dan peranan rumah sakit semakin pesat terutama di daerah perkotaan. Sumbangannya pada pe- ningkatan dan pemulihan kesehatan tidak dapat dibntah, se- baliknya biaya pelayanannya semakin meningkat dan imper- sonal. Hanya Rumah Sakit Pemerintah sesuai dengan misinya masih menjalankan fungsi sosialnya dengan tarip yang relatif murah.

Makalah ini disajikan pada Kongres Vl PERSI & Hospital Expo, Jakarta, 21 — 25 November 1993.

Setiap tahun sekitar 9% peserta Askes yang mengunjungi Puskesmas dirujuk ke Rumah Sakit, namun biaya pelayanan kesehatan Askes meningkat 17% per tahun. Dalam memudah- kan administrasi dikenal berbagai bentuk pembiayaan seperti

sistim anggaran (budget system), kapitasi dan sistem paket di samping bentuk tradisionalfee for service. Di luar negeri juga telah dikembangkan DRG(Diagnostic Related Group).

Asuransi Kesehatan jika diselenggarakan secara luas dapat menjadi subsistem pembiayaan kesehatan, dan akan mengurangi beban Pemerintah sehingga dapat mengalihkan perhatiannya ke kesehatan masyarakat.

Dalam menangani asuransi kesehatan di Rumah Sakit ditemukan berbagai masalah. PT Askes telah menerapkan prin- sip asuransi kesehatan di Rumah Sakit ditemukan berbagai masalah. PT Askes telah menerapkan prinsip asuransi dan akuntansinya masih menggunakan cash basis, terutama di Rumah Sakit Pemerintah. Masalah prinsip lainnya adalah masalah mutu, antara lain belum tersedia dan belum dilaksanakannya SOP pelayanan kesehatan di sebagian besar rumah sakit, penggunaan obat yang tidak rasional, hari rawat (LOS) yang terpalu panjang, serta adanyamoral hazard. Suatu penelitian di USA mememukan bahwa 30% dari pembiayaan kesehatan ada- lah adalahwaste, duplication, fraud and abuse.

Melalui PERSI PT Askes mengharapkan kerja sama dengan rumah sakit dalam mencapai tujuan akhir bersama yaitu pe- ningkatan kesehatan masyarakat Indonesia dengan peningkatan Etika,QualityAssurance,dan pengendalian bersama, sertaefisien- si dan efektifitas agar tercapai pelayanan kesehatan yang me-

muaskan bagi peserta serta akan memberikan keuntungan ekonomis, baik bagi rumah sakit maupun bagi PT Askes.

PEMBIAYAAN KESEHATAN

Masalah yang dihadapi hampir semua negara di dunia saat ini adalah meningkatnya pembiayaan kesehatan. Ada tiga fakta yang terjadi secara universal yaitu :

• Masyarakat mengetahui bahwa untuk memperoleh kese- hatan ia harus membayar, namun bagi dirinya berlaku prinsip ekonomi : yang bersangkutan ingin membayar serendah mungkin, kalau perlu menggunakan surat miskin tetapi mendapat pela- yanan kesehatan yang optimal. Seandainya ia masuk asuransi kesehatan keinginannya adalah kebebasan berobat ke mana saja dan dibiayai untuk apa saja.

• Pemerintah telah berusaha agar seluruh masyarakat dapat memperoleh pelayanan yang dilakukan dengan memberi akses pada Puskesmas dan Posyandu serta Rumah Sakit yang dapat dibiayai melalui Dana Sehat (tingkat Puskesmas) dan sampai Rumah Sakit tipe A melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat/JPKM (UU No. 23/92). Namun biaya pemeliharaan kesehatan di rumah sakit terus meningkat sehingga tidak ter- jangkau oleh mayoritas penduduk apalagi bagi 15% penduduk

desa tertinggal.

• Baik pemerintah, maupun perusahaan atau keluarga seyogyanya tidak dibebani dengan pembiayaan kesehatan yang tinggi yang terjadi akibat tarif pelayanan spesialistis yang semakin tinggi, serta penggunaan teknologi canggih yang berlebihan. Investasi rumah sakit swasta yang mahal dengan harapan ROI nya kembali secepat mungkin, menyebabkan pasien yang berada di posisi lemah terpaksa membayar berapapun tarif yang dikemukakan.

Merupakan fakta pula bahwa walaupun biaya kesehatan meningkat tidak berarti bahwa kesehatanya meningkat, bahkan diobservasi bahwa tingkat kesehatannya hampir tidak berubah. Menurut Human Development Report 1993 (UNDP) urutan kemajuan negara berkembang, Indonesia tertera sebagai nomor 108 berdasarkan HDI (Human Development Index)yang meli- puti angka harapan hidup, GNP/Income Per Kapita dan aksara orang dewasa.

Negara ASEAN lain lebih baik kedudukannya seperti Philipina no. 92, Thailand no. 74, Malaysia no. 57, Singa- pore no. 43 dan Brunai Darussalam no. 44. Patut dikemu- kakan bahwa negara yang rakyatnya paling baik kesejahtera- annya berdasarkan HDI adalah Jepang no. 1, Canada no. 2, USA no. 6 dan Australia no. 7. Jika diperhatikan maka semua negara tersebut menjalankan asuransi kesehatan sosial, kecuali USA.

Peningkatan kesehatan yang diukur dengan penurunan angka kematian ternyata bukan oleh pengobatan tetapi terutama disebabkan oleh faktor seperti gizi, sanitasi, air bersih dan rumah sehat serta pendidikan. Angka kematian kasar di In- donesia telah menurun dari 18,7 (1971), menjadi 9,1 (1985) dan untuk periode 1985 - 1990 adalah 7,9 dan menurun menjadi 7,5 di periode 1990 - 1995. Angka kematian bayi telah turun dari 142 promil (1971), ke 112 (1980) lalu ke 71 (1985) dan menjadi 65 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1991. Angka harapan

hidup telah meningkat dari 45 tahun untuk laki-laki dan 48 tahun untuk wanita pada tahun 1971 menjadi 62,9 tahun untuk laki-laki dan 66,7 tahun untuk wanita pada tahun 1990.

Di Amerika Serikat angka harapan hidup pada tahun 1950 adalah 68 tahun dan tahun 1990 menjadi 76 tahun (Jelang 79 tahun). Angka kematian bayi tahun 1959 adalah 29,2 menurun pada tahun 1980 yaitu 12,6 dan 9,1 pada tahun 1990.

Pembiayaan kesehatan terus meningkat bukan saja di negara maju tetapi juga di negara sedang berkembang termasuk juga Indonesia. Di Indonesia pembiayaan kesehatan per kapita per tahun adalah Rp. 11.267.92.- pada tahun 1982 menjadi Rp. 24.000 tahun 1990. Biaya kesehatan merupakan 2,5%

GNP. Bila dibandingkan dengan negara lain angka ini lebih rendah. Biaya kesehatan per kapita pada tahun 1990 di Ma- laysia adalah US $ 67.00, Thailand US $ 73.00 di Amerika Serikat angka ini adalah US $ 1,630.00 pada tahun 1980 menjadi US $ 2,566.00 pada tahun 1990. B iaya kesehatan ini merupakan 9,2% GNP tahun 1980 dan 12,2% GNP pada tahun 1990. Pembiayaan kesehatan terus menaik menjadi 14% GNP pada tahun 1992. Biaya kesehatan per kapita per tahun Jepang adalah US $ 515.00 pada tahun 1980 naik menjadi US $ 1,145.00 pada tahun 1990, ini merupakan 6,4% GNP tahun 1980 dan 6,5% GNP pada tahun 1990.

BIAYA PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

Kecenderungan naiknya biaya pelayanan kesehatan dise- babkan berbagai hal, antara lain teknologi canggih di rumah sakit yang berlebihan, perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi (yang sebagian besar dapat dicegah) ke penyakit kardiovaskuler dan penyakit khronis lainnya serta peningkatan kasus-kasus katastrofik, di samping adanya faktor inflasi serta sistem pem-

biayaan pelayanan kesehatan yang kurang mendukung. Pada tahun 1991 pembiayaan kesehatan USA mencapai US $ 752 milyard (kira-kira Rp. 1,5 trilyun). Semua sadar bahwa biaya ini merupakan suatu yang berlebihan tetapi tidak menge- tahui berapa persen yang sia-sia. Kenaikan yang sangat drama- tis terjadi di rumah sakit yaitu rata-rata biaya kamar per hari tahun 1980 adalah US $ 127.00 menjadi US $ 297.00 tahun 1990, rata- rata biaya perawatan per hari adalah US $ 245.00 (1980) menjadi US $ 687.00 (1990) dan rata-rata biaya per kasus adalah US $ 1.851.00 (1980) menjadi US $ 4,947.00 (1990). Biaya rumah sakit merupakan 30,4% dari seluruh biaya pada tahun 1990 yaitu 43,7% dimana dalam kurun waktu '76-90' terjadi peningkatan program managed careyaitu program pemeliharaan kesehatah yang mengkaitkan sistim pembiayaan (prepaid & cost contain- ment)dengan sistim pelayanan (pengendalian mutu).

Tahun 1986 di Indonesia 78% dari total pembiayaan kese- hatan digunakan untuk pengobatan, biaya rumah sakit meru- pakan 60% dari seluruh biaya kesehatan (pemerintah 27%, swasta/masyarakat 37%), pembelian obat-obatan yaitu 30% dari seluruh biaya kesehatan pemerintah 18% dan swastalma- syarakat 40%) di mana kita mengetahui bahwa sebagian besar biaya obat-obatan ini merupakan penggunaan obat di rumah sakit. Dari biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh masyarakat/ swasta 92% adalah untuk pengobatan, sedangkan sektor peme- rintah hanya 45% untuk pengobatan.

9

Dari seluruh pembiayaan pelayanan kesehatan PT ASKES tahun 1992, 45,29% merupakan biaya rumah sakit, obat pela- yanan kesehatan di rumah sakit adalah 29,05%; berarti 84,24% dari anggaran pelayanan kesehatan PT ASKES dipergunakan untuk pelayanan di rumah sakit (pengobatan). PT ASKES me- rupakan suatu perusahaan asuransi kesehatan dengan penggunaan biaya pelayanan sangat tinggi dengan rata-rata biaya pelayanan kesehatanan menyerap 88% dari iuran.

Berdasarkan penelitian Rand Coprporation di California sepertujuh sampai sepertiga dari beberapa jenis operasi sebe- narnya tidak perlu dilakukan. Seperempat (1 juta) bayi dilahirkan dengan caesar yang diragukan keuntungannya baik bagi ibu maupun bagi bayi. Di Amerika dilakukan 600.000 histerektomi per tahun, kemungkinan untuk mengalami operasi ini 6 kali lebih besar dari wanita Norwegia, yang memakan biaya lebih dari US $ 5 milyar. Hal yang sama ditemukan pula untukdiagnostic test. CT Scan telah meningkat dari 300.000 (1980) menjadi 1,5 juta (1991).

Di Indonesia diyakini hal ini terjadi pula, penempatan dan penyebbaran alat canggih telah meningkatkan biaya pelayanan kesehatan secara bermakna. PT ASKES telah meningkatkan pelayanan hemodialisis dari penggunaan 14 fasilitas HD di 4 propinsi tahun 1989 menjadi 23 fasilitas HD di 12 propinsi tahun 1990; hal ini telah meningkatkan kasushaemodialisis dari 8.802 tahun 1989 menjadi 32.826 tahun 1990 dengan biaya Rp. 0,97 milyar tahun 1989 menjadi Rp. 4,25 milyar tahun 1990 dan mencapai biaya Rp. 7,65 milyar tahun 1992.

Penyakit jantung yang telah menjadi penyakit nomer 1, termasuk di Indonesia juga menjadi sasaran operasi terutama

bypass.Di Amerikabypasstelah meningkat 2800% sejak tahun 1970 yang jauh lebih tinggi dari negara lain. PT. ASKES telah membiayai pelayanan jantung dari Rp. 0,31 milyar pada tahun 1988 menjadi Rp. 3,8 milyar pada tahun 1992. Namun Kaiser Permanente, asuransi kesehatan yang menjalankan managed

care (JPKM) mengemukakan bahwa jumlah operasi bypass sedikit, tanpa mengurangi kesehatan pesertanya tetapi lebih menekankan pada kontrol hipertensi, kadar cholesterol darah, dan upaya preventif lainnya.

Sistem pembiayaan rumah sakit yang berlaku umum di Indonesia adalah secara tradisional yaitufee for service.Penga- laman di Amerika menunjukkan bahwa pembiayaan dengan menggunakan sistemfee for service tanpa pengendalian telah mengakibatkan meningkatnya biaya pelayanan kesehatan secara cepat, sehingga pada dekade 70 an dikembangkan sistem pem- biayaan pelayanan kesehatan dengan caraprepaid (capitation &

budgetsystem)disertai pengendalian biaya melaluicost contaim- ment. Di samping itu mutu pelayanan tetap dijaga melalui pro- gramquality assurancedanutilization review.

PT. ASKES sejak tahun 1988 (Perum Husada Bhakti) telah mulai memperkenalkan sistem pembiayaan secara kapitasi untuk pelayanan kesehatan dasar. Untuk pembiayaan pelayanan rumah sakit telah diperkenalkan pembayaran paket per hari rawat, paket pelayanan, dan budget disamping pembiayaan paket per hari rawat, paket pelayanan,danbudgetdi samping pembiayaan se- carafee for service.Sistem pembiayaan ini terus disempurnakan

guna mencapai kemudahan administrasi pembiyaaan pelayanan kesehatan persertanya melalui "Kapitasi Total" pada beberapa daerah. Sejalan dengan perubahan sistem pembiayaan PT. ASKES juga memperkenalkan program pengendalian mutu antara lain dengan menyusun daftar obat (DPHO) yang didasarkan Daftar Obat Esensial Nasional. Pada saat ini sudah pula dikembangkan kerj asama dengan rumah sakit dalam program quality assurance.

Upaya kerjasama ini perlu ditingkatkan untuk menyamakan persepsi dan meningkatkan pelayanan.

Pada saat ini BOR rumah sakit milik Depkes 65,8%, diikuti dengan rumah sakit swasta 55,4%, rumah sakit Pemda 53,0%, Departemen lain 47,7% dan rumah sakit ABRI 42,1%. Melihat potensi yang ada pada PT. ASKES perlu dihitung berapa % penggunaan rumah sakit oleh peserta ASKES dan berapa dana yang diperoleh setiap rumah sakit per bulan dari ASKES. LOS rata-rata untuk RS kelas A yaitu 10 hari, kelas B 7 hari, kelas C dan 5 hari, sedangkan untuk pasien ASKES, LOS tahun 1992 rata-rata untuk RS ABRI 11,3 hari, RS Swasta 7,3 hari dan RS Khusus 22,1 hari. Di Amerika LOS RS umum tahun 1990 rata- rata adalah 6,4 hari, untuk laki-laki diatas 65 tahun rata-rata 8,3 hari dan wanita 8,9 hari. Pada akhir-akhir ini terlihat kenaikan pada pasien rawat jalan dan atauone day care. Penurunan LOS sangat berarti dalam pembiayaan pelayanan kesehatan yang tentunya biaya ini dapat dipergunakan untuk kenaikan tarif per hari dan biaya pelayanan lainnya.

Peningkatan biaya pelayanan rumah sakit dapat pula dise- babkan karena meningkatnya biaya/jasa tenaga profesional, ter- utama dokter spesialis. Dokter dan perusahaan obat sekarang banyak yang memperoleh untung dari profesinya. Pada tahun 1991 incomerata-rata dokter di USA adalah US $ 139,000.00, spesialis memperoleh antara US $ 280,000.000 - 450,000.00 per tahun. Seluruh incomedokter mencapai US $ 74 milyar dalam tahun 1992.

Di Indonesia angka income ini tidak diketahui, walaupun diketahui terdapat perbedaan yang mencolok.

Pada suatu survey yang dilakukan untuk Johnson Founda- tion di USA, responden diminta pendapatannya secara berurutan tentang penyebab utama peningkatan biaya kesehatan. Hasilnya adalah sebagai berikut :

– 67% rakus dan cari untung (greed and profits)

– 64% tuntutan karenamal practice

– 61% sia-sia dan inefisiensi(waste & ineffeciency).

ASURANSI KESEHATAN/JPKM

Saat ini ada 3 undang-undang yang erat kaitannya dengan penyelenggaraan asuransi kesehatan yaitu UU No. 2 Th 1992 tentang Usaha Asuransi, UU No. 3 Th. 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan UU No. 23 Th 1992 tentang Kesehatan yang di dalamnya tercakup pula program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat. Pemerintah telah menerbitkan beberapa PP yang No. 73/92 tentang penyelengga- raan Usaha Asuransi, PP No. 14/93 tentang penyelenggaraan JAMSOSTEK, dan PP No. 69/91 tentang penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan PNS, PP, Veteran dan Perintis Ke- merdekaan serta Perluasan Kepesertaan ASKES. Kita me-

nyadari bahwa semua peraturan perundang-undangan ini dimaksudkan agar perekembangan industri kesehatan termasuk perkembangan asuransi kesehatan tidak salah arah, sehingga tujuan pembangunan, khususnya pembangunan kesehatan dapat tercapai.

Pengaruh globalisasi; perkembangan teknologi kedokteran; peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan akibat perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi, ke penyakit kardiovaskular, penyakit degeneratif dan penyakit khronis lainnya; bertambah- nya kelompok "lansia" (dari 16.000.000 jiwa atau 8,7% pen- duduk pada tahun 1990 menjadi 22.000.000 jiwa atau 10,4% penduduk pada tahun 2000) serta terjadi pergeseran jumlah penduduk di daerah perkotaan dari 30% saat ini menjadi 40% pada akhir Pelita VI. Berkurangnya subsidi pemerintah terhadap pelayanan kesehatan (terutama pengobatan), disamping ter- jadinyaperubahan kulturmasyarakat dariextended familymenjadi

nucleus family, kesemuanya ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap asuransi kesehatan. Sebaliknya hal ini didukung oleh meningkatnya kemampuan masyarakat dalam membiayai pelayanan kesehatan akibat peningkatan in- comeper kapita dari US $ 650.00 saat ini menjadi US $ 1,000.00 pada akhir Pelita VI, serta adanya peraturan perundang-undang- an yang mengharuskan pengusaha memberi bantuan pemelihara- an kesehatan bagi karyawannya.

Cakupan asuransi kesehatan yang diselenggarakan oleh PT ASKES telah berkembang dengan mencakup masyarakat umum, sesuai dengan PP No. 69 tahun 1991. Berbeda dengan program pemeliharaan kesehatan yang selama ini diselenggarakan den- gan kepesertaan bersifat wajib, untuk kelompok ini kepesertaan- nya bersifat sukarela, bagi kelompok ini perhitungan presmi dikaitkan dengan paket pelayanan(benefit package).

PT. ASKES sebagai salah satu BUMN di lingkungan Departe- men Kesehatan mempunyai peserta 4,5 juta, beserta keluar- ganya menjadi 14 juta jiwa. Selama 5 tahun terakhir kenaikan peserta ASKES berkisar antara 5% setiap tahun. Hal ini sejalan dengan kenaikan jumlah pegawai negeri sipil, penerima pensiun ABRI dan Veteran. Adanya rencana pemerintah dalam mem- perketat penerimaan pegawai negeri tidak akan banyak mempen- garuhi peningkatan jumlah peserta ASKES meningat telah dimu- lainya program perluasan kepesertaan ASKES kemasyarakatan umum sejak tahun 1992.

Akhir-akhir ini bisnis asuransi kesehatan tampak meningkat bukan saja yang diselenggarakan oleh BUMN, tetapi juga oleh badan swasta konsekuensinya adalah bahwa kerjasama antara badan penyelenggara asuransi kesehatan dengan pihak penye- lenggara kesehatan (terutama rumah sakit) baik dalam uapaya meningkat mutu pelayanan maupun dalam pengendalian biaya perlu dibina secara baik. Melalui kerja sama ini dapat pula diciptakan standar pelayanan atas dasar standar profesi dan kemudahan-kemudahan prossedur. Untunglah tidak lama lagi akan terbit PP tentang JKPKM, Keppres tentang standar pela- yanan kesehatan bagi peserta ASKES dan SKB, tentang tarip pelayanan kesehatan di rumah sakit yang akan sangat men- dukung operasionalnya. Keberhasilan kerja sama ini akan ber- dampak masyarakat pengguna pelayanan kesehatan lainnya,

yang ada gilirannya akan dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat.

Dengan berkembangnya kepesertaan ASKES diharapkan makin dapat ditingkatkan pemanfaatan aspek kegotong ro- yongan di samping peningkatan efektifitas dan efisiensi. Hal ini tentunya tidak lepas dari peningkatan profesionalisme dan manajemennya.

UPAYA PREVENTIF LEBIH PRODUKT1F

Dalam menjalankan JPKM, Askes berbeda dengan asuransi kesehatan lainnya, juga melakukan kegiatan promotif dan pre- ventif. Bahwa pencegahan itu lebih baik dari pengobatan ter- nyata juga lebih murah.

Upaya untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi biaya sebenarnya sejalan, hal mana telah terbukti dari sejarah ke- dokteran. Pada awalnya peningkatan kesehatan masyarakat yang besar bukanlah hasil dari berbagai operasi atau teknologi baru, melainkan dari perkembangan sosial yang mengakibatkan manusia atau masyarakat mencegah penyakit.

John & Sonja Mc Kinlay (sosiolog) menunjukkan bahwa 90% kemajuan kesehatan masyarakat Amerika terjadi pada per- tengahan abad pertama, di mana penyakit tbc, typhus dan campak telah dapat dikendalikan sebelum obat-obatan dan vaksin ditemukan. Menurut mereka penurunan angka kematian antara tahun 1900 dan 1974 hanya 4% disebabkan oleh upaya ke- dokteran.

Kematian akibat penyakit jantung telah turun secara drama- tis. Hasil studi menunjukkan bahwa hal ini tercapai bukanlah karena pengobatan tetapi lebih banyak karena perubahan dalam gaya hidup. Dokter Lee Goldman seorang kardiolog pada tahun 1988 telah mengadakan penelitian tentang penyebab menurun- nya penyakit jantung, ternyata lebih dari 50% karena tidak merokok dan menurunkan cholesterol, 20% karena obat jantung dan hipertensi, dan 3,5% karena operasi bypass. Khasiat olah raga tidak. dikemukakan, yang jelas adalah upaya termahal mempunyai efek paling kecil.

Pap smearsternyata sangat mengurangi prevalensi kanker uterus (sampai 50%), vaksin hepatitis menghindari seseorang dari Ca hepar dan vaksin-vaksin lainnya seperti untuk campak, diphteri pertusis dan tetanus tentu sangat menguntungkan dalam menekan biaya dan meningkatkan kesehatan. AIDS pun dapat dicegah, sehingga akan sangat menghemat biaya. Pada hakekat- nya hampir 70% penyakit yang diperiksakan pada dokter dapat dicegah.

KESIMPULAN

Telah dibahas beberapa permasalahan pembiayaan kese- hatan umumnya dan khususnya pembiayaan kesehatan di rumah sakit. Berkembangnya industri rumah sakit telah dapat meningkatkan upaya pelayanan kesehatan terutama upaya penyembuhan. Peningkatan pelayanan rumah sakit dengan pen- ingkatan penggunaan alat-alat canggih menyebabakan biaya pelayanan rumah sakit tidak terjangkau oleh sebagain masya- rakat Indonesia apalagi masyarakat di desa tertinggal. Terjadinya beberapa tindakanmalpratice sebenarnya dapat dicegah dengan

menjalankan etik kedokteran secara benar.

Bersamaan dengan itu usaha asuransi telah pula berkem- bang dengan pesat dengan termasuk usaha asuransi kesehatan. Sistem asuransi yang dianggap dapat menghindari peningkatan biaya pelayanan pembiayaan kesehatan secara cepat adalah mengkaitkan sistem pembiayaan kesehatan dengan sistem pela- yanan kesehatan di rumah sakit bila menjalankan program JPKM yaitu pembiayaanprepaiddengan cost containment di- sertai pengendalian mutu melalui upaya quality assurance

dan utilization reviews. Untuk itu diperlukan kerja sama antara penyelenggara asuransi kesehatan/JPKM dengan rumah sakit.

PT. ASKES sebagai salah satu BUMN yang diserahi tugas menyelenggarakan asuransi kesehatan mempunyai misi yang mulai untuk meningkatkan kesehatan pesertanya. PT. ASKES hanya akan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dengan bantuan PERSI. Melalui PERSI akan dapat dibina kerjasama dalam program peningkatan mutu pelayanan(quality assurance

termasuk pelaksanaan etik kedokteran) dan menyempurnakan sistem pembiayaan yang mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit.

KEPUSTAKAAN

1. Departemen Kesehatan. Rancangan 7 Rencana Pembangunan Kesehatan jangka Panjang Tahap II (1994/1995 - 2018/2019), Jakarta, 1992. 2. Departemen Kesehatan. Dukungan Penelitian dalam Pelaksanaan Program

Kesehatan Rujukan dan Rumah Sakit, Repelita VI, Jakarta, 1993. 3. Drape W H. Human Development Report 1993, UNDP, New York: 1993. 4. Gani, A : Pembiayaan Rumah Sakit dan Prospek Perkembangan Asuransi

Kesehatan selama PJPT II, Jakarta, 1993.

5. Hardjoprawiro H. Peta Kesehatan Masyarakat dan Propek PJPT II, Jakarta, 1993.

6. Preston L T. World Development Report, Washington D.C: 1993. 7. PT. ASKES. Laporan Manajemen 1992, Jakarta, 1993.

8. PT. ASKES. Statistik PT Asuransi Kesehatan Indonesia 1987-1992, Jakarta, 1993.

9. U.S. Departement of Health and Human Service : Health United States and Prevention Profile, Maryland: 1992.

10. Wright J W. The Universal Almanc, Kansas City: 1992.