• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sub-Sistem Teknis-Teknologis

BAB IV ANALISIS KONDISI SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

4.1. Permasalahan yang Dihadapi

4.1.5. Sub-Sistem Teknis-Teknologis

Dalam aspek teknis teknologi air limbah domestik Kabupaten Sukoharjo terbagi menjadi dua yaitu Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SAPD-T) dan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat (SAPD-S), penjelasan terkait permasalah yang ada adalah sebagai berikut:

4.1.5.1. Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik - Terpusat

Sistem pengolahan air limbah domestik terpusat di Kabupaten Sukoharjo masih kecil yaitu sekitar 1% dengan memiliki 29 unit IPAL Permukiman. Permasalahan yang ada dalam sistem pengolahan air limbah domestik terpusat sub sistem teknis adalah sebagai berikut:

a. Belum ada data perbandingan antara SR rencana atau kapasitas dengan SR tersambungkan, untuk mengetahui penambahan atau perkembangan yang ada. b. Pembangunan IPAL Permukiman belum merata di wilayah Kabupaten Sukoharjo.

Seperti di Kecamatan Polokarto, Kecamatan Nguter, Kecamatan Weru, Kecamatan Tawangsari dan Kecamatan Bulu belum terdapat IPAL.

c. Pembangunan IPAL Permukiman belum disertai dengan monitoring dan evaluasi terkait kinerja KSM pengelola, dan juga efisiensi pengolahan IPAL Permukiman terbangun. Diperlukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan kontinyu untuk mengetahui kondisi eksisting terkini.

d. Belum ada pengujian effluent yang dihasilkan oleh IPAL Permukiman yang telah terbangun.

Jumlah IPAL Permukiman di Kabupaten Sukoharjo adalah 29 unit, sebagian besar masih memiliki kondisi fisik bangunan yang baik dan jaringan perpipaan dari rumah ke IPAL yang baik juga. Dari pengamatan lapangan keseluruhan atau 100% memiliki kondisi fisik bangunan yang baik. Berikut merupakan hasil evaluasi dari 29 unit IPAL Permukiman yang ada.

TABEL IV. 3

EVALUASI KONDISI IPAL SKALA PERMUKIMAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

No Kecamatan Desa Dibangun Tahun Pengguna Jumlah

(KK) Kondisi Eksisting

LAPORAN AKHIR MASTERPLAN SISTEM AIR LIMBAH SKALA KAWASAN DI KABUPATEN SUKOHARJO No Kecamatan Desa Dibangun Tahun Pengguna Jumlah

(KK)

Kondisi Eksisting

2 Grogol Manang 2017 133 Berfungsi dengan baik dan melayani 133 KK 3 Grogol Cemani 2013 35 Berfungsi dengan baik dan melayani 35 KK 4 Grogol Cemani 2014 65 Berfungsi dengan baik dan melayani 65 KK 5 Mojolaban Gadingan 2013 85 Berfungsi dengan baik dan melayani 85 KK 6 Mojolaban Palur 2014 67 Berfungsi dengan baik dan melayani 67 KK 7 Sukoharjo Sukoharjo 2015 60 Berfungsi dengan baik dan melayani 60 KK 8 Sukoharjo Begajah 2016 51 Berfungsi dengan baik dan melayani 51 KK 9 Kartasura Pucangan 2012 50 Berfungsi dengan baik dan melayani 50 KK 10 Kartasura Pucangan 2014 65 Berfungsi dengan baik dan melayani 65 KK 11 Kartasura Wirogunan 2014 145 Berfungsi dengan baik dan melayani 145 KK 12 Kartasura Pabelan 2014 71 Berfungsi dengan baik dan melayani 71 KK 13 Kartasura Makamhaji 2014 86 Berfungsi dengan baik dan melayani 86 KK 14 Kartasura Makamhaji 2015 60 Berfungsi dengan baik dan melayani 60 KK 15 Kartasura Makamhaji 2016 65 Berfungsi dengan baik dan melayani 65 KK 16 Kartasura Kertonatan 2016 60 Berfungsi dengan baik dan melayani 60 KK 17 Kartasura Kertonatan 2015 75 Berfungsi dengan baik dan melayani 75 KK 18 Kartasura Kertonatan 2016 65 Berfungsi dengan baik dan melayani 65 KK 19 Kartasura Gumpang 2014 150 Berfungsi dengan baik dan melayani 150 KK 20 Kartasura Kartasura 2016 50 Berfungsi dengan baik dan melayani 50 KK 21 Baki Mancasan 2012 35 Berfungsi dengan baik dan melayani 35 KK 22 Baki Ngrombo 2013 65 Berfungsi dengan baik dan melayani 65 KK 23 Baki Waru 2012 65 Berfungsi dengan baik dan melayani 65 KK 24 Baki Bentakan 2012, 2017 44 Berfungsi dengan baik dan melayani 44 KK 25 Gatak Wironanggan 2015 57 Berfungsi dengan baik dan melayani 57 KK 26 Gatak Blimbing 2016 55 Berfungsi dengan baik dan melayani 55 KK 27 Bendosari Sidorejo 2016 80 Berfungsi dengan baik dan melayani 80 KK 28 Bendosari Gentan 2016 65 Berfungsi dengan baik dan melayani 65 KK 29 Bendosari Jombor 2014 40 Berfungsi dengan baik dan melayani 40 KK Sumber: Analisa Tim Penyusun, 2017

Pada Kecamatan Grogol terdapat 4 unit IPAL Permukiman dengan tingkat pelayanan sebesar 1,1% dari seluruh penduduk Kecamatan Grogol dengan melayai 295 KK. Kecamatan Mojolaban terbangun 2 unit IPAL Permukiman yang dibangun pada tahun 2013 dan 2014 dengan tingkat pelayanan sebesar 0,82% dengan melayani 152 KK. Pada Kecamatan Sukoharjo juga terdapat 2 unit IPAL Permukiman yang melayani 111 KK dengan tingkat pelayanan sebesar 0,58%. Kecamatan Kartasura adalah kecamatan yang memiliki IPAL Permukiman terbanyak yaitu sejumlah 12 unit dengan melayani 942 KK dengan tingkat pelayanan 3,80%. Kecamatan Baki memiliki 4 unit IPAL Permukiman yang dibangun pada tahun 2015 dan 2016, melayani 209 KK dengan tingkat pelayanan 1,35%. Pada Kecamatan Gatak juga terdapat 2 unit IPAL Permukiman yang melayani 107 KK dengan tingkat pelayanan sebesar 1,07%. Pada Kecamatan Bendosari juga terdapat 3 unit IPAL Permukiman yang melayani 185 KK dengan tingkat pelayanan sebesar 1,21%.

LAPORAN AKHIR MASTERPLAN SISTEM AIR LIMBAH SKALA KAWASAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

4.1.5.2. Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik - Setempat

Sistem pengolahan air limbah domestik setempat dalam kapasitasnya terbagi menjadi sub sistem pengolahan setempat, sub sistem pengangkutan dan sub sistem pengolahan lumpur tinja. Dalam setiap sub sistem terdapat permasalahan masing-masing.

a. Sub sistem pengolahan setempat

sub sistem pengolahan setempat dibagi menjadi 2 yaitu, pengolahan skala individu dan pengolahan skala komunal.

1. Skala Individu

Permasalahan yang terdapat dalam sub sistem pengolahan setempat skala individu adalah

a) Sebagian masyarakat masih melakukan BABs yaitu sebesar 1,54%

b) Sebesar 2,8% responden menyalurkan limbah blackwater langsung ke saluran hujan ataui drainase dan kanal atau sungai. Sebagian masyarakat masih menyalurkan limbah domestiknya ke saluran terdekat, bahkan langsung di kebun, kolam, sungai, sawah/ladang.

c) Sebesar 8,3% lokasi tangki septik beresebelahan (kurang dari 10 m) dari sumber air.

d) Belum adanya pendataan terkait tangki septik yang memenuhi standart dan dilengkapi dengan peresapan.

GAMBAR 4. 6

PERILAKU BABS DI DESA NGABEYAN KECAMATAN KARTASURA Sumber: Data Primer, 2017

LAPORAN AKHIR MASTERPLAN SISTEM AIR LIMBAH SKALA KAWASAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

2. Skala Komunal

Sistem pengolahan air limbah domestik setempat skala komunal yanga da di Kabupaten Sukoharjo yaitu MCK ++ dan MCK Umum. MCK ++ terdiri dari bangunan atas, bangunan bawah dan penunjangnya. Bangunan atas yaitu bangunan ruang untuk mandi terdiri dari bangunan tembok, ventilasi dan atap dilakukan dengan mengacu pada standar pembangunan dalam SNI. Bangunan atas terdiri dari tempat mandi, cuci dan kakus serta ruang untuk mencuci. Bangunan bawah MCK berupa tangki septik sesuai dengan SNI termasuk bidang resapan atau sumur resapan. Fasilitas pendukung terdiri dari sumur jika belum dilengkapi dengan PDAM, saluran drainase dan penampungan air. Selaian itu juga terdapat fasilitas MCK yang biasanya terdiri oleh 2 kamar mandi dan WC yang dilengkapi dengan sumur dangkal. Saran ini biasanya dibangun pada daerah padat dan kumuh. Permasalahan yang terdapat dalam sistem pengolahan air limbah domestik setempat skala komunal adalah sebagai berikut:

a) Sebagian masyarakat mulai berkurang untuk penggunaan MCK ++ dan MCK Umum.

b) Terdapat satu MCK ++ yang digunakan sebagai rumah oleh warga yaitu Desa Palur Kecamatan Mojolaban.

c) Banyak fasilitas MCK Umum yang terbengkalai atau tidak terawat karena tidak ada pengelola.

TABEL IV. 4

EVALUASI KONDISI MCK ++ DI KABUPATEN SUKOHARJO

No Kecamatan Desa Dibangun Tahun

Jumlah Pengguna (KK) Jenis Bangunan 1 Grogol Kwarasan 2010 150 MCK ++ 2 Grogol Grogol 2012 185 MCK ++ 3 Mojolaban Palur 2011 74 MCK ++ 4 Mojolaban Tegalmade 2011 115 MCK ++ 5 Mojolaban Laban 2012 32 MCK ++ 6 Sukoharjo Dukuh 2011 20 MCK ++ 7 Sukoharjo Sukoharjo 2011 110 MCK ++ 8 Kartasura Singopuran 2011 1 MCK ++

LAPORAN AKHIR MASTERPLAN SISTEM AIR LIMBAH SKALA KAWASAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

TABEL IV. 5

EVALUASI KONDISI MCK DI KABUPATEN SUKOHARJO

No Kecamatan Kelurahan Desa/ Jenis Sarana Kondisi Pengguna Jumalh (KK)

Tahun Pembangunan

10 Baki Bakipandeyan MCK-U tspt 15 -

11 Baki Bakipandeyan MCK-U tspt 10 2008

12 Baki Bakipandeyan MCK-U tspt 10 2008

13 Baki Gentan MCK-U tspt 20 2012

14 Baki Kadilangu MCK-U tspt 20 2009

15 Baki Kadilangu MCK-U tspt 30 -

16 Baki Purbayan MCK-U tspt 25 2010

17 Baki Siwal MCK-U tspt 25 2012

18 Baki Siwal MCK-U tspt 30 2012

19 Baki Waru MCK-U tspt 25 2012

20 Bulu Gentan MCK-U Baik 20 2014

21 Bulu Gentan MCK-U Baik 20 2014

22 Bulu Kedungsono MCK-U Baik 50 -

23 Gatak Geneng MCK-U tspt 10 2010

24 Gatak Jati MCK-U tspt 15 2016

25 Gatak Jati MCK-U tspt 10 2013

26 Gatak Krajan MCK-U tspt 28 2006

27 Gatak Krajan MCK-U tspt 12 2009

28 Gatak Krajan MCK-U tspt 10 2006

29 Gatak Trosemi MCK-U Baik 15 2011

30 Grogol Banaran MCK-U Baik 70 -

31 Grogol Banaran MCK-U tspt 70 -

32 Grogol Banaran MCK-U tspt 70 -

33 Grogol Banaran MCK-U Baik 70 -

34 Grogol Banaran MCK-U Baik 70 -

35 Grogol Banaran MCK-U Baik 70 -

36 Grogol Gedangan MCK-U Baik - 2012

37 Grogol Gedangan MCK-U tspt - 2010

38 Grogol Gedangan MCK-U tspt - 2010

39 Grogol Kadokan MCK-U tspt 50 1990

40 Grogol Kadokan MCK-U tspt 50 1990

41 Grogol Kadokan MCK-U tspt - 1990

42 Grogol Kadokan MCK-U tspt - 2000

43 Grogol Kadokan MCK-U tspt - 2000

44 Grogol Kadokan MCK-U tspt - 2000

45 Grogol Kwarasan MCK-U tspt 20 2003

46 Grogol Kwarasan MCK-U Baik 40 2010

47 Grogol Langenharjo MCK-U tspt 25 2012

48 Grogol Langenharjo MCK-U tspt 20 2012

49 Grogol Langenharjo MCK-U tspt 25 2012

50 Grogol Langenharjo MCK-U tspt 20 2012

51 Grogol Langenharjo MCK-U tspt 10 2012

52 Grogol Langenharjo MCK-U tspt 40 2003

53 Kartasura Ngabeyan MCK-U Baik 60 2010

54 Kartasura Ngabeyan MCK-U tspt 20 -

55 Kartasura Singopuran MCK-U Baik 30 2012

LAPORAN AKHIR MASTERPLAN SISTEM AIR LIMBAH SKALA KAWASAN DI KABUPATEN SUKOHARJO No Kecamatan Kelurahan Desa/ Jenis Sarana Kondisi Pengguna Jumalh

(KK)

Tahun Pembangunan

57 Kartasura Wirogunan MCK-U tspt 30 -

58 Mojolaban Dukuh MCK-U tspt 105 2013

59 Mojolaban Sapen MCK-U tspt 20 -

60 Mojolaban Sapen MCK-U tspt 20 -

61 Polokarto Tepisari MCK-U tspt 10 -

62 Sukoharjo Dukuh MCK-U Baik 30 2013

63 Tawangsari Pundungrejo MCK-U tspt 110 -

64 Weru Jatingarang MCK-U tspt 90 1976

65 Weru Jatingarang MCK-U tspt 80 1976

66 Weru Jatingarang MCK-U Baik 40 2017

67 Weru Karangmojo MCK-U tspt 10 -

68 Weru Tawang MCK-U Baik 10 2010

Keterangan: *tspt = tidak sesuai persyaratan teknis Permen PUPR No. 04/Prt/M/2017 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik

Sumber: Analisa Tim Penyusun, 2017

GAMBAR 4. 7

KONDISI MCK UMUM YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT TEKNIS DI DESA LANGENHARJO DAN DESA GATAK

LAPORAN AKHIR MASTERPLAN SISTEM AIR LIMBAH SKALA KAWASAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

GAMBAR 4. 8

KONDISI MCK ++ DI KECAMATAN MOJOLABAN DESA PALUR Sumber: Data Primer, 2017

GAMBAR 4. 9

KONDISI MCK KOMBINASI DI DESA BENTAKAN KECAMATAN BENDOSARI Sumber: Data Primer, 2017

b. Sub Sistem Pengangkutan

Kabupaten Sukoharjo memiliki fasilitas pengangkutan lumpur tinja berupa truk. Truk tinja berjumlah 2 unit dan dikelola oleh dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Sukoharjo. 1 unit truk tinja dioperasikan oleh 8 orang, 2 orang sebagai sopir dan 6 orang sebagai helper. Untuk 1 kali penyedotan dibutuhkan waktu 2-3 jam bergantung pada kedalaman cairan septik tank yang dikuras. Masalah yang paling

LAPORAN AKHIR MASTERPLAN SISTEM AIR LIMBAH SKALA KAWASAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

sering muncul pada truk tinja pada bagian pompa vacuum dimana pompa tersebut seringkali tersendat saat melakukan penyedotan lumpur tinja.

GAMBAR 4. 10

KONDISI TRUK TINJA KABUPATEN SUKOHARJO Sumber: Data Primer, 2017

c. Sub sistem pengolahan lumpur tinja

IPLT Mojorejo yang berlokasi di dalam TPA berada di Kecamatan Bendosari saat ini baru melayani berdasarkan penggilan atau on call dari masyarakat yang membutuhkan. Namun karena terkendala belum adanya Peraturan Daerah terkait besaran biayan retribusi penyedotan IPLT maka belum dapat melayani dengan lebih baik. Saat ini rata-rata penggilan penyedotan lumpur tinja hanya 1 kali dalam sebulan. Jika dilakukan analisa jarak pelayanan dengan radius 15 km maka beberapa desa yang dapat dilayani adalah:

1. Kecamatan Polokarto meliputi Desa Godog Mranggen, Polokarto, Rejosari, Tepisari, Kemasan dan Bulu, Kenorejo

LAPORAN AKHIR MASTERPLAN SISTEM AIR LIMBAH SKALA KAWASAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

2. Kecamatan Bendosari meliputi Desa Mojorejo, Sugihan, Toriyo, Bendosari, Mertan, Mulur Jagan, Manisharjo, Cabean dan Paluhombo

3. Kecamatan Nguter, Desa Kepuh, Kedungwinong, Daleman, Baran, Nguter, Gupit, Plesan, Celep,Pengkol, Serut, Juron dan Janglengan.

4. Kecamatan Sukoharjo Kelurahan Begajah dan Kelurahan Gayam

IPLT Mojorejo menggunakan sistem SSC untuk teknologi pemisahan cairan dan padatan, selanjutnya untuk pengolahan cairan yang telah terpisah menggunakan sistem kolam stabilisasi yang terdiri dari kolam anaerobik, kolam fakultatif, dan maturasi. Berikut meruapakn evaluasi terhadap bangunan fisik IPLT.

1. Bak Penerima

IPLT Mojorejo dirancang untuk memiliki kapasitasa 16 m3/hari dengan ukuran bak penerima pada setiap SSC adalah 1 m3 yang dilengkapi dengan bar screen. Dimensi bar screen 50 cm x 30 cm dengan pemasangan tegak 90º sedangkan untuk kriteria desain bar screen adalah dipasang miring dengan kemiringan 60º -70º.

Permasalahan yang terdapat di bak penerima:

a) Dimensi bak yang berukuran 1m3 dianggap tidak dapat menampung kapasitas perencanaan yaitu 16m3/hari.

b) Lumpur tinja berpotensi meluap saat loading dari truk tinja karena ukuran bar screen hanya berukuran 50 cm x 30 cm.

c) Akan menimbulkan bau apabila terdapat sisa cairan/padatan pada bak penerima. d) Bak penerima seharusnya memiliki fungsi sebagai grease trap yaitu menyisihkan FOG dan grit/stone, namun pada realisasinya FOG dan grit/stone belum dapat terpisahkan.

GAMBAR 4. 11

KONDISI BAK PENGUMPUL IPLT MOJOREJO Sumber: Data Primer, 2017

Outlet bak penerima dimensi 50 cm x 30 cm Bar Screen di pasang tegak 90º

LAPORAN AKHIR MASTERPLAN SISTEM AIR LIMBAH SKALA KAWASAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

2. SCC atau solid separation chamber

Ukuran dari SSC adalah 3,72 m x 18,6 m dengan ketinggian 1,7 m, dengan jumlah 4 buah. Terdapat pula tangga dengan kemiringan 45o yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Namun saat ini SSC tidak beroperasi dengan baik karena tidak ada input lumpur tinja yang sesuai dengan desain yaitu 16 m3 /hari. Selain itu pada dasar bak SSC terdapat lumpur yang telah mengering, tetapi belum dilakukan pengupasan cake yang seharusnya dilakukan setiap 2 minggu sekali.

Susunan bak SSC yang sesuai dengan Permen PU No. 04 Tahun 2017 adalah pasir setebal 30 cm, gravel setebal 30 cm, lapisan cake, dan supernatant setebal 50 cm. Pada IPLT Mojorejo dilakukan penggantian penggunaan pasir dengan plat fiber pemisah, hal tersebut bertujuan mengurangi biaya yang akan dikeluarkan untuk penambahan pasir setiap dilakukan pengupasan cake. Namun, penggantian tersebut akan mengurangi porositas pada bak, sehingga bak SSC lebih berpotensi mengalami penyumbatan.

Tangga bak SSC yang dibangun memiliki kemiringan yang curam sekitar 45º berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Tangga bak SSC seharusnya memiliki kemiringan 10% agar memiliki kemiringan yang landai dan dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja.

GAMBAR 4. 12

KONDISI SOLID SEPARATION CHAMBER (SSC) IPLT MOJOREJO Sumber: Data Primer, 2017

Pengunaan Plat Fiber sebagai pengganti pasir

LAPORAN AKHIR MASTERPLAN SISTEM AIR LIMBAH SKALA KAWASAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

3. Bak Anaerobik I dan II

Ukuran dari Bak Anaerobik I dan II adalah lebar atas 3,7 m lebar bawah 2,5 m dan panjang atas 6,9 m dan panjang bawah 5,7 m dengan ketinggian 2,5 m, dengan jumlah 2 buah. Namun saat ini Anaerobik I dan II ini tidak berfungsi karena tidak ada input lumpur tinja yang sesuai dengan desain yaitu 16 m3 /hari. Dikarenakan tidak adanya input lumpur tinja, saat ini bak anaerobik I dan II terisi oleh air hujan.

Air yang terdapat dalam bak anaerobik I dan II berwarna kehijauan karena tumbuhnya alga di permukaan bak anaerobik, dimana pertumbuhan alga seharusnya tidak dapat terjadi dalam bak anaerobik karena tidak adanya oksigen. Sehingga perlu dilakukan peninjauan ulang mengenai efektivitas dan tata cara pengoperasian bak anaerobik di IPLT Mojorejo.

Pipa penyaluran dari bak anaerobik I ke bak anaerobik II serta pipa menuju bak fakultatif tertanam di bawah permukaan tanah sehingga penyaluran air tidak dapat dipantau dengan baik, hal tersebut akan menyebabkan kesulitan dalam maintenance. Pipa inlet yang didesain untuk bak anaerobic tidak tercelup, hal ini dapat menyebabkan terjadinya percikan air sehingga oksigen berpotensi masuk ke dalam air di bak anaerobik. Tidak adanya input lumpur tinja yang sesuai dengan kapasitas desain IPLT mengakibatkan air yang terdapat dalam bak anaerobik cenderung sedikit sehingga pipa outlet yang dipasang di bak anaerobic tidak berfungsi dengan maksimal.

Selain permasalahan tersebut, pada bak anaerobic I dan II terdapat tangga dari beton yang dapat mengurangi volume desain bak anaerobik. Bahan penyusun tangga yang berasal dari beton juga berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja jika terdapat lumut yang tumbuh di permukaannya. Lebih baik jika tangga beton digantikan dengan tangga yang terbuat dari besi sehingga mengurangi resiko kecelakaan kerja.

GAMBAR 4. 13

KONDISI BAK ANAEROBIK IPLT MOJOREJO Sumber: Data Primer, 2017

Pipa Inlet tidak tercelup

LAPORAN AKHIR MASTERPLAN SISTEM AIR LIMBAH SKALA KAWASAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

4. Bak Fakultatif

Bak Fakultatif IPLT Mojorejo memiliki ukuran 10,39 m x 20,26 m dengan ketinggian 2,5 m, dengan jumlah 1 buah. Namun saat ini Bak Fakultatif ini tidak berfungsi karena tidak ada input lumpur tinja yang sesuai dengan desain yaitu 16 m3 /hari. Dikarenakan tidak adanya input air limbah sesuai dengan desain yaitu 16 m3/ hari maka pipa inlet dan outlet bak fakultatif tidak tercelup, dimana seharusnya pada bak fakultatif pipa inlet dan outlet seharusnya tercelup agar mengurangi difusi oksigen yang masuk ke dalam bak. Saat ini Bak Fakultatif terisi oleh air hujan dan airnya berwarna kehijauan.

Pipa penyaluran dari bak fakultatif ke bak maturasi tertanam sehingga pipa tidak dapat dipantu dengan baik dan akan mempersulit maintenance. Bahan penyusun tangga yang berasal dari beton berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja jika terdapat lumut yang tumbuh di permukaan tangga beton. Lebih baik jika tangga beton digantikan dengan tangga yang terbuat dari besi sehingga mengurangi resiko kecelakaan kerja.

GAMBAR 4. 14

KONDISI BAK FAKULTATIF IPLT MOJOREJO Sumber: Data Primer, 2017

5. Bak Maturasi

Bak Maturasi IPLT Mojorejo memiliki lebar atas 8 m dan lebar bawah 7,6 m dan panjang 10 m dengan ketinggian 1,7 m dengan jumlah 2 buah. Setiap bak maturasi memiliki bak pelimpah dengan dimensi bak dengan lebar 3,36 m dan panjang 2,6 m. Namun saat ini maturasi ini tidak berfungsi dengan baik karena tidak ada input lumpur tinja yang sesuai dengan desain yaitu 16 m3 /hari dan air pada bak maturasi belum melimpah ke dalam bak pelimpah sehingga tidak terdapat air yang dilepas ke badan penerima air (sungai).

LAPORAN AKHIR MASTERPLAN SISTEM AIR LIMBAH SKALA KAWASAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

Pipa penyaluran dari bak Maturasi menuju ke bak outlet tertanam sehingga pipa tidak dapat dipantu dengan baik dan akan mempersulit maintenance. Selain itu, bahan penyusun tangga yang berasal dari beton berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja apabila terdapat lumut yang tumbuh di permukaan tangga beton. Lebih baik jika tangga beton digantikan dengan tangga yang terbuat dari besi sehingga mengurangi resiko kecelakaan kerja.

GAMBAR 4. 15

KONDISI BAK MATURASI IPLT MOJOREJO Sumber: Data Primer, 2017

Permasalahan yang terdapat dalam penyedotan lumpur tinja, yaitu:

a) Moda operasional penyedotan lumpur tinja hanya terdapat dua buah dan perlu penambahan jumlah truk tinja untuk meningkatkan pelayanan penyedotan lumpur tinja

b) Belum adanya perda mengenai retribusi pelayanan lumpur tinja.

c) Masyarakat belum mengetahui layanan penyedotan Lumpur Tinja oleh Pemerintah Daerah.

d) Belum adanya kerjasama antara Pemerintah daerah dengan pihak swasta. e) Daerah pelayanan truk tinja belum terpetakan.

f) Tidak mempunyai target penyedotan lumpur tinja.

g) Jarak terjauh Pelayanan Lumpur Tinja yaitu Kutoharjo memiliki waktu tempuh berkisar 45-60 menit hingga mencapai ke IPLT, jarak tersebut dirasa kurang efektif menimbang efisiensi waktu dan tenaga.

LAPORAN AKHIR MASTERPLAN SISTEM AIR LIMBAH SKALA KAWASAN DI KABUPATEN SUKOHARJO

GAMBAR 4. 16

KONDISI SUNGAI TERDEKAT PEMBUANGAN EFFLUENT TPA DAN IPLT MOJOREJO

Sumber: Data Primer, 2017

GAMBAR 4. 17

LAYOUT IPLT MOJOREJO KABUPATEN SUKOHARJO Sumber: Google Earth, 2017

4.2. Penelaahan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah