• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

I. Analisis Per subjek

3. Subjek 3

a. Profil Subjek

Subjek ketiga dalam penelitian ini berinisial HR. HR adalah seorang remaja laki-laki yang berusia 17 tahun memiliki perawakan yang tinggi, kurus, dengan kulit sawo matang dan potongan rambutnya cepak. HR lahir di Sleman pada tanggal 20 Desember 1997. HR adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Kakak pertama HR saat ini bekerja di Kalimantan. Menurut HR, kakaknya sudah lama tidak memberi kabar. Sedangkan kakak kedua HR, sudah meninggal saat bayi. HR saat ini tinggal seorang diri. Kedua orangtua HR sudah meninggal. Di Jogja, HR tidak memiliki saudara lain. Karena kedua orangtua HR bukan orang asli Jogja.

b. Hasil Wawancara

Pada awal wawancara, subjek menyambut peneliti dengan ramah dan sedikit canda. Sesi wawancara ini, dilaksanakan di pinggir jalan raya di Yogyakarta. Sama seperti pada saat wawancara subjek pertama dan subjek ketiga. Suasana sekitar siang itu cukup ramai. Menurut peneliti, suasana tersebut kurang kondusif. Tapi, subjek ingin wawancara dilakukan di tempat tersebut. Nyatanya, subjek mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan peneliti dengan baik.

Tahap Derita

HR adalah seorang anak yatim piatu. Dia menjadi anak jalanan karena faktor ekonomi. Saat ini, dia tinggal seorang diri. Kakak pertamanya, merantau di

Kalimantan sedangkan kakaknya yang kedua, meninggal saat bayi. HR tidak memiliki saudara di Jogja, karena orangtua HR asli Sumatra.

Karena faktor ekonomi mbak

(26-27) Iya mbak. Aku ki anak yatim piatu. Nggak punya orangtua.

Lha orangtuanya mas kemana?

Udah nggak ada mbak. Dah lama kok.

(31-34) Tinggal sendiri mbak. Lha kakakku yang laki-laki merantau di Kalimantan. Dah lama nggak ada kabar. Yang perempuan, udah meninggal. Waktu bayi le meninggal mbak.

(39-42) Nggak ada mbak. Soalnya bapak sama ibu juga bukan orang asli jogja. Bapak sama ibu asli sumatra mbak.

(76-78)

Tahap Penerimaan Diri

Walau tinggal seorang diri, HR terlihat tegar. HR menikmati pekerjaannya menjadi anak jalanan. Karena di jalan, HR memiliki banyak teman yang dia anggap sebagai saudaranya. HR menyadari menjadi anak jalanan lebih banyak duka ketimbang suka. Selain itu, subjek sadar bahwa menjadi anak jalanan hanya akan membuat generasi muda menjadi malas. Dalam kehidupan sehari-harinya, HR merasa sedih karena tinggal seorang diri dan harus menjadi anak jalanan. Namun HR merasa nyaman menjadi anak jalanan ketimbang harus bekerja di toko. HR menyadari kelemahan dan kelebihan yang dia miliki. Lingkungan sekitar memandang rendah HR. Menurut HR, dirinya tidak pantas untuk diajak ngobrol. Namun HR tidak mempedulikan pandangan orang lain terhadap dirinya.

Bukan itu maksudnya mbak. Aku ki dah kebal kalo masalah-masalah sedih.

Iya mbak nyaman di jalanan kie. Karna aku nggak ada keluarga mbak, terus di jalanan ini aku ketemu banyak teman jadi aku anggep kaya saudara sendiri mbak. Itu kan ada ibu-ibu juga tho mbak?(sambil menunjuk ke arah seorang ibu yang sedang berjualan di pinggir jalan) Nah itu udah aku anggep kaya ibu aku sendiri mbak. Orangnya baik mbak. Baik sama aku, sama temen-temen yang lain juga. Kadang, kita sering dikasih makan mbak. Ya pokoknya baik lha mbak. Soalnya ibuke ki juga nggak punya anak.

(53-63) Apa ya mbak? Emmmm.... Nek sukanya ya tadi yang aku bilang mbak. Karena banyak temen yang udah dianggep kaya saudara sendiri. Terus nemuin sosok pengganti ibu mbak. Nek dukanya ya kadang kepanasan, kehujanan, terus kadang di cemooh ma orang lain. Dikejar satpol PP. Kalo lagi istirahat di depan toko gitu, kadang diusir mbak.

(109-116) Ya sedih mbak. Mana ada sih orang yang seneng kalo tinggal sendiri sebatang kara. Dah gitu nyari uangnya cuma di jalan lagi.

(127-129) Enggak mbak. Udah betah. Soalnya bebas, ramai, nggak ada yang ngomel-ngomel, terus banyak saudara.

(139-141) Hehehe.. Ya sebenarnya nggak baik juga sih mbak jadi pengamen gini. Karna bisa membuat anak muda seperti aku ini males. Yah contohnya aku ini.

(182-185) orangnya gampang akrab sama orang lain terus aku ganteng mbak. Terus aku ki yo lumayan pinter lho mbak. Wong waktu lulus SMP tu aku masuk peringkat 5 besar mbak. Berarti kan aku nggak bodo-bodo amat tho mbak. Terus aku juga bisa main gitar mbak. Nek kelemahane ki yo banyak mbak. Aku anak yatim piatu. Nggak punya keluarga lagi. Terus nggak ada kasih sayang yang aku dapet. Terus aku juga jarang sholat. Ya masih banyak lha mbak nek kelemahan ki. Soale ya orang kaya aku kan emang banyak kelemahannya.

(145-156)

Pandangan mereka ya gitu lha mbak. Kayaknya mereka tu orang paling baik, paling kaya aja. Terus bisa ngliat kita yang kerja di jalanan ni sebagai makhluk yang menjijikan. Yang emang nggak pantes buat diajak ngomong lha disapa aja kayaknya nggak pantes.

Itu lingkungan sekitar rumah mas yang bersikap seperti itu?

Ya nggak cuma tetanggaku aja mbak. Orang-orang yang aku temui di jalanan juga bersikap kaya gitu. Tapi aku sih cuek aja. Yang penting aku nggak niat ganggu mereka kok. Aku di jalanan kan juga buat cari nafkah untuk diriku sendiri. Untuk kebutuhanku.

(242-255) Tahap Penemuan Makna

Bagi HR, saat ini yang paling berharga adalah kehidupannya sendiri. HR menerapkan nilai bersikap untuk menemukan makna hidupnya dengan menerima penuh ketabahan dan kesabaran.

Apa ya mbak? Mmmm... Biar lebih bermakna ya mbak? Ya dinikmati aja mbak. Alias bersyukur aja, karena masih memiliki kehidupan ini. Selain itu sabar mbak dalam menghadapi kehidupan yang keras ini.

(193-197) Karena keadaan mbak. Keadaanku kaya gini. Kalo aku nggak sabar, nggak bersyukur, yang ada aku malah gila sendiri mbak.

(200-202)

Tahap Realisasi Makna

HR memiliki harapan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Untuk mewujudkannya, HR berdoa, berusaha dan bekerja keras.

Harapanku mbak? Mmm saat ini harapanku cuma pingin nerusin sekolah mbak. Pingin sekolah sampe lulus SMA aja. Yah nggak usah di SMA, SMK juga ngga papa sih mbak.

(212-215) Mmmm yaitu mbak dengan berdoa sama berusaha. Sama yang kaya mbak bilang barusan. Yang jelas sekarang ni aku lagi rajin-rajinnya kerja mbak. Biar bisa wujudin harapanku itu.

(222-225)

c. Kesimpulan

HR adalah seorang anak yatim piatu. Saat ini HR tinggal seorang diri. HR memiliki seorang kakak laki-laki. Namun, kakak HR pergi merantau ke Kalimantan dan tidak ada kabar hingga saat ini. HR merasa nyaman ketika harus bekerja di jalanan. Menurut HR, dia menemukan banyak saudara dan menemukan sosok pengganti ibu. Walau lingkungan sekitar memandangnya rendah, HR tidak mempedulikannya. HR memiliki harapan untuk meneruskan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Untuk mewujudkannya, HR berusaha untuk bekerja keras.

Dokumen terkait