• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

I. Analisis Per subjek

2. Subjek 2

a. Profil Subjek

Subjek kedua dalam penelitian ini adalah seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun dengan inisial GL. GL lahir pada tanggal 13 Februari 1997 ini memiliki tubuh agak gemuk, kulit sawo matang dan berambut ikal panjang. Penampilan GL terlihat kumuh dan kotor. GL adalah anak pertama dari lima bersaudara. GL bekerja di jalanan sudah sekitar tiga tahun. Orangtua GL bekerja sebagai pemulung. GL tinggal bersama orangtuanya, namun terkadang GL memilih tinggal di jalanan ketika merasa lelah. Subjek menghabiskan waktu dengan bekerja di jalanan.

b. Hasil Wawancara

Wawancara pertama dan kedua berlangsung di tempat yang sama. Yaitu di pinggir jalan raya di Yogyakarta. Suasana di sekitar jalan raya memang tidak

kondusif. Namun, subjek dapat menjawab semua pertanyaan yang peneliti ajukan dengan jelas.

Subjek kedua termasuk orang yang kaku. Terlihat dari mimik muka subjek ketika diwawancarai. Namun, subjek cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

Tahap Derita

GL lahir dari keluarga yang bisa dibilang kurang berada dalam ekonomi. Orangtua GL bekerja sebagai pemulung. Untuk makan saja, terkadang GL harus mengalah demi adik-adiknya. GL pernah mencoba untuk bekerja di rumah makan, namun pemilik rumah makan menolaknya hanya karena lantaran penampilan GL yang terlihat kumuh dan kotor.

Aku kan dari keluarga yang bisa dibilang nggak mampu. Mana adekku banyak. Ya akhirnya aku turun ke jalanan buat kerja.

(15-18) Oo gitu mas. Lha bapak sama ibu mas bekerja?

Kerja cuma sebagai pemulung gitu mbak. Makanya ekonomi keluarga kami nggak bisa stabil. Bahkan untuk makan saja masih kesusahan. Kadang kami makan sehari sekali. Kadang aku bapak sama ibu ngalah untuk nggak makan dan mentingin adek-adek aja mbak. Yang terpenting adek-adek mbak.

(29-37)

Terus pernah juga nglamar jadi pelayan, nggak diterima. Malah dipandang rendah sama pemilik rumah makannya.

Dipandang rendah gimana mas?

Ya dibilang, kamu dandanan kucel gini mau kerja di sini? Yang ada pelanggan saya kabur semua gara-gara liat kamu.

(63-70) Tahap Penerimaan Diri

GL sadar karena dirinya terlahir dari keluarga yang kurang berada, sehingga dia memutuskan untuk turun ke jalanan menjadi pengamen. Selain menjadi

pengamen, GL juga bekerja sebagai pengantar koran. Hal itu ia lakukan demi membantu ekonomi keluarganya. GL menyadari bahwa menjadi anak jalanan membuat generasi muda seperti dirinya menjadi malas. Karena sudah tahu cara mendapatkan uang dengan mudah. GL juga menyadari bahwa dirinya memiliki kelemahan dan kelebihan. Namun menurut GL, lebih banyak kelemahan yang dia miliki. Dalam kehidupan sehari-hari, GL lebih sering merasakan kesedihan namun dia tidak ambil pusing memikirkannya. Dia menikmati hidupnya dengan perasaan senang. Lingkungan sekitar GL banyak yang memandang rendah GL, namun GL tidak mempedulikan pandangan mereka. Karena bagi GL, mereka tidak dirugikan oleh pekerjaan GL.

Awalnya ya karena biaya mbak. Aku kan dari keluarga yang bisa dibilang nggak mampu. Mana adekku banyak. Ya akhirnya aku turun ke jalanan buat kerja.

(15-18)

Ini selain ngamen, aku juga nyambi kok mbak. Jadi tukang antar koran. Lumayan lah mbak. Apa yang bisa menghasilkan uang, aku kerjain. Karena disini aku butuh uang untuk bantu kehidupan keluarga mbak.

(77-82)

Pandanganku mbak? Jane yo kerjaan kaya gini bikin kita males untuk berusaha mbak. Lha kita udah dimanjain sama mudahnya cari uang dengan cara seperti ini mbak.

(148-151) Apa ya mbak? Nek kelebihan, mungkin karena aku ganteng po yo mbak? Hahahahahaha... Aku iso nggitar, kencrungan, terus suaraku yo ora elek-elek amat mbak. Terus, opo neh yo mbak?

Welah, malah tanya. Ya mas merasa kelebihan apa aja yang mas punya.

Ketoke uwes ngono wae mbak. Nek kelemahan, akeh tenan mbak. Soalnya orang kaya aku gini kan isinya kelemahan semua.

Terus, yang sering mas rasakan dalam kehidupan sehari-hari tu apa? Sedih atau senang?

Yo akehe ki sedih mbak. Tapi nek dipikir terus marai mumet mbak. Dadi tak gawe seneng wae.

(118-133) Kalo tanggapan tetangga sama teman-teman ya gitu lha mbak. Ada yang mandang rendah, ada yang bersikap biasa aja. Tapi kebanyakan ya mandang rendah mbak. Mungkin dipikir mereka, aku kerja di jalanan jadi anak berandalan kali ya. Soalnya

pandangan mereka itu lho mbak. Kadang mereka juga kaya curiga sama aku. Tapi dah lha nggak tak pikir kok mbak. Terserah mereka mau berpikiran seperti apa sama aku. Aku nggak ngurusin mereka. Toh aku juga nggak minta makan sama mereka kok mbak.

(232-344)

Tahap Penemuan Makna Hidup

Menurut GL, yang paling berharga dalam hidupnya adalah keluarga. Baginya keluarganya adalah alasan untuk GL bekerja. GL menerapkan nilai kreatif terlebih dahulu yaitu dengan kegiatan berkarya dan melaksanakan tugas dan kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung tanggung jawab. Kemudian diikuti dengan penerapan nilai sikap yaitu menerima dengan penuh ketabahan dan kesabaran. Subjek juga menerapkan nilai pengalaman yaitu dengan cara tidak melupakan kewajibannya terhadap Tuhan dengan menjalankan sholat. Walaupun belum bisa menjalankan sepenuhnya, namun GL memiliki kesadaran akan kewajibannya.

Paling bernilai ya keluarga mbak. Tanpa keluarga, aku mesti urip karo sopo mbak? Nek ra ono keluarga, mungkin aku ra bakal kerjo koyo ngene mbak. Malah mung tura turu wae.

(222-226) Paling ya dengan berkarya dan bekerja secara sungguh-sungguh sih mbak. Yang jelas nggak lupa bersyukur sama ALLAH.

(157-160) Ya karena keadaanku ya seperti ini mbak yang mendorong aku untuk dapat memaknai hidup.

(182-184) Ya nek sholat kan wajib mbak. Itu cara kita bersyukur. Tapi nek sholat 5 waktu belum bisa mbak. Paling ya kalo dhuhur, maghrib sama kalo hari jumat itu mbak.

(174-177)

Tahap Realisasi Makna

GL memiliki harapan untuk membahagiakan orangtua dan adik-adiknya. Selain itu, GL juga ingin membuatkan warung kecil untuk usaha ibunya. Hal ini ia lakukan, agar ibu GL bisa bekerja di rumah dan menjaga adik-adiknya yang masih

membutuhkan perhatian. Dalam mewujudkan harapannya, GL bekerja keras. GL mengerjakan apa saja yang di beri orang lain yang menurutnya halal.

Mmmm harapanku si bisa bahagiain bapak ibu sama adek-adek mbak. Terus bisa bikinin ibu usaha di rumah. Biar ibu bisa njaga adek-adek di rumah mbak.

(193-196)

Ya berusaha dengan bekerja keras mbak. Makanya kerjaan yang dikasih orang dan yang penting halal, aku lakuin mbak. Nggak ketang aku kadang nggak pulang ke rumah karena kerja. Yang penting aku bisa ngumpulin uang untuk bukain usaha buat ibu mbak.

(203-209)

c. Kesimpulan

GL lahir di keluarga yang bisa dibilang memiliki ekonomi yang kurang baik. Untuk makan saja GL dan keluarganya merasa kekurangan. Terkadang GL dan orangtuanya mengalah untuk adik-adiknya. Akhirnya GL memutuskan untuk menjadi anak jalanan. Menurutnya, pekerjaan apa lagi yang bisa ia lakukan selain di jalanan. Karena GL merasa tidak memiliki kemampuan. GL juga menyadari bahwa menjadi anak jalanan hanya membuat generasi muda sepertinya menjadi malas. Karena anak jalanan bisa mendapat uang tanpa harus bekerja keras. Dalam kehidupan sehari-hari, GL sering merasa sedih. Namun, hal itu tidak dia ambil pusing. GL menikmati kehidupan yang dia jalani saat ini. Banyak orang yang memandang rendah pekerjaan GL, namun GL tidak mempedulikannya. Karena menurut GL, pekerjaannya tidak merugikan mereka. Dalam menemukan makna hidup, GL menerapkan nilai kreatif terlebih dahulu yang kemudian disusul nilai bersikap dan nilai penghayatan. GL memiliki harapan untuk membahagiakan orangtua dan adik-adiknya. Untuk mewujudkan harapan tersebut, GL bekerja keras. Terkadang GL juga menerima pekerjaan yang diberikan oleh tetangganya.

Dokumen terkait