• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Hasil Penelitian

1. Keabsahan Pendirian Perseroan Terabatas (PT) Oleh Suami Ister

1.1 Subjek Hukum Sebagai Pendiri Perseroan Terbatas (PT)

Melihat dari pengaturan terhadap pendirian Perseroan Terbatas (PT) yang diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), dapat dilihat mengenai syarat-syarat pendiriannya yang diatur di dalam Bab II bagian kesatu Pasal 7 hingga Pasal 14 mengenai Pendirian. Terkait dengan pendirian pada tahap pra inkorporasi harus memenuhi unsur-unsur dasar pada Pasal 7 yang berbunyi:

1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta

notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

2) Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat

Perseroan didirikan.

3) Ketentuan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku

dalam rangka Peleburan.

4) Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal

diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.

5) Setelah Perseroan memperoleh status badan hukum dan pemegang

saham menjadi nkurang dari 2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain.

6) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

telah dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan tersebut.

7) Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan oleh 2 (dua)

orang atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ketentuan pada ayat(5), serta ayat (6) tidak berlaku bagi:

39

9) Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan

penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pasar Modal.

Dari Pasal-pasal tersebut maka secara kaidah hukum untuk mendirikan sebuah Perseroan Terbatas (PT) minimal oleh dua orang. Proposisi yang kemudian dikembangkan untuk menjadi statmen adalah diharuskannya mendirikan Perseroan Terbatas (PT) dengan minimal dua orang. Dua orang ini kemudian merupakan subjek hukum yang nantinya akan membuat perjanjian diantara mereka sebagai syarat mengajukan akta pendirian Perseroan Terbatas (PT). Kemudian jelas bahwa subjek hukum disini cakap melakukan perbuatan hukum sehingga dari masing- masing pihak memiliki kehendak secara sadar. Berdirinya sebuah Perseroan Terbatas (PT) tetap bermula dari sebuah perjanjian, dengan demikian ketentuan mengenai syarat sahnya sebuah perjanjian menjadi rujukan di sini.

Isi dari Pasal 7 tersebut berkaitan dengan ketentuan awal dalam mendirikan sebuah Perseroan Terbatas (PT). Jelas terlihat dalam pengaturan tersebut mengatur mengenai Pendirian Perseroan Terbatas (PT) minimal oleh dua orang. Ketentuan mengenai dua orang tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut di dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT). Di dalam penjelasan Undang- Undang No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) Pasal 7 ayat (1)

dijelaskan bahwa “yang dimaksud dengan “orang” adalah orang perseorangan, baik

warga negara Indonesia maupun asing atau badan hukum Indonesia atau asing. Ketentuan dalam ayat ini menegaskan prinsip yang berlaku berdasarkan Undang- Undang ini bahwa pada dasarnya sebagai badan hukum, Perseroan didirikan berdasarkan perjanjian, karena itu mempunyai lebih dari 1 (satu) orang pemegang

40

saham”. Bunyi dari penjelasan terhadap Pasal 7 ayat (1) menekankan bahwa pada

dasarnya pendirian sebuah Perseroan Terbatas (PT) minimal oleh dua orang. Ketentuan mengenai siapa dua orang tersebut, dalam penjelasannya tidak begitu dipermasalahkan. Sehingga ketentuan dua orang tersebut lebih tepatnya adalah dua subjek hukum yang memiliki kepentingan untuk berbisnis dengan mendirikan sebuah Perseroan Terbatas (PT). Di dalam bunyi Pasal sudah jelas bahwa subjek

hukum disini ialah natuurlijk persoon ( manusia). Dengan syarat minimal dua orang

tersebut kemudian terlihat bahwa asas konsensualisme di dalam perjanjian, juga diadopsi di dalam mendirikan Perseroan Terbatas (PT). Sebagai langkah awal mendirikan Perseroan Terbatas (PT) tentulah perlunya dilakukan sebuah perjanjian, dengan syarat dua orang tersebut kemudian terlihat bahwa adanya konsensus atau kesepakatan dalam mendirikan Perseroan Terbatas (PT) satu sama lain. Hal ini sebagai lahirnya sebuah perjanjian mendirikan Perseroan Terbatas (PT) yang pihak- pihaknya akan mengikatkan dirinya dan memunculkan suatu hak dan kewajiban. Dengan terpenuhinya asas konsesualisme maka teori-teori yang ada di dalam asas tersebut juga akan terpenuhi seperti teori kehendak, teori penerimaan, teori pengetahuan, dan teori kepercayaan. Dari penjelasan beberapa ayat di dalam Pasal

7 Undang – Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) diatas

terdapat sebuah peringatan bahwa apabila dalam mendirikan sebuah Perseroan Terbatas (PT) menjadikannya pendiri kurang dari dua orang maka akan dikategorikan sebagai pemegang saham tunggal sehingga diberikannya waktu dengan jangka 6 bulan sejak keadaan itu untuk mengalihkan saham tersebut ke orang lain sehingga menjadikannya dua orang. Apabila dalam hal tersebut tetap tidak menemukan pihak kedua atau selebihnya, terdapat sebuah sanksi dimana

41

diatur dalam Pasal selanjutnya bahwa pertanggungjawaban menjadi pribadi dan bagi yang berkepentingan dapat dimohonkan pengadilan untuk dibubarkan.

Penjelasan mengenai subjek hukum di dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) tersebut, oleh penulis kembali melihat ke dalam naskah akademik yang selanjutnya disebut (NA) sebagai permulaan pembentukan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) yang akan masuk kedalam RUU ( Rancangan Undang-Undang). Di dalam NA RUU Perseroan Terbatas (PT) tersebut menjelaskan bahwa Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) tidak mengatur secara tegas terkait permasalahan pendirian Perseroan Terbatas (PT) oleh suami isteri. Hal tersebut terlihat dalam NA RUU Perseroan Terbatas (PT) yang dimasukan ke dalam

beberapa masalah sebagai berikut :49

Permasalahan lain yang muncul terkait dengan Pasal 7 UUPT adalah mengenai kepemilikan saham pendiri atau pemegang saham PT merupakan kepemilikan harta pribadi dalam perkawinan yang terjadi dengan pencampuran harta menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Undang-Undang Perkawinan). Hal ini menjadi persoalan klasik yang diperdebatkan oleh para praktisi hukum, akademisi, dan notaris terhadap kemungkinan dilakukannya pendirian PT oleh suami isteri yang menikah dalam percampuran harta (gono-gini). Apakah ketentuan ini merupakan ketentuan yang hanya terkait dengan subjek hukum dalam pendirian PT dan kepemilikan saham, ataukah ada keterkaitan dengan perkawinan dan harta perkawinan? Undang-Undang Perseroan Terbatas tidak secara tegas mengatur atau menjawab hal ini. Sementara Mahkamah Konstitusi telah menyatakan bahwa ketentuan Pasal 29 ayat (1), ayat(3) dan (ayat4) Undang-Undang Perkawinan yang mengatur tentang perjanjian perkawinan dan harta perkawinan yang dilakukan pada waktu atau sebelum perkawinan, bertentangan dengan UUD NRI 1945.

49 Naskah Akademik, Rancangan Undang-Undang Perseroan Terbatas, Kementrian

42

Proposisi yang kemudian diambil penulis atas penjelasan di dalam Undang- Undang No 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) adalah bahwa Undang- Undang tersebut tidak membatasi siapa saja yang dapat mendirikan Perseroan Terbatas (PT). Hal tersebut juga tertuang di dalam NA RUU Perseroan Terbatas (PT) yang dimana tidak melihat kekhususan mengenai subjek hukum dalam mendirikan Perseroan Terbatas (PT). Namun dalam hal ini penulis memperhatikan bahwa hal yang tidak membatasi atau tidak mengkhususkan siapa subjek hukum yang disebut di dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) tersebut harus memliki beberapa unsur yang harus terpenuhi dilihat dari tatanan teori serta asas hukum.

Dokumen terkait