• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

2. Fokus penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana implementasi pendidikan karakter berbasis masyarakat di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman.

3. Penelitian ini membahas mengenai bentuk Implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat sudah diimplementasikan di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman?

2. Bagaimana pengimplementasian program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat di Sekolah Dasar Negeri se-Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui sejauh mana implementasi program penguatan pendidikan karakter berbasis masyarakat di satuan pendidikan sekolah dasar se-Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman.

2. Mendeskripsikan implementasi program penguatan pendidikan karakter berbasis masyarakat di satuan pendidikan sekolah dasar Se-Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman.

E. Manfaat Penelitian

Melihat tujuan di atas, diharapkan dalam penelitian ini mendapat manfaat baik dari segi teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan sumbangan pengetahuan dan pemahaman mengenai pengimplementasian program penguatan pendidikan karakter di Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat praktis sebagai berikut.

a. Bagi Guru

Penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan mengenai implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman.

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat menjadi informasi sejauh mana implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dari pemerintah dan menjadi bahan kajian untuk SD se-Kecamatan Seyegan untuk dapat meningkatkan implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini menjadi sarana untuk menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti yang telah berproses dalam penelitian. Penelitian ini juga untuk mengetahui sejauh mana dan bentuk

implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat di sekolah dasar se-Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman.

F. Definisi Oprasional

1. Karakter adalah watak, sifat, akhlak, ataupun kepribadian yang membedakan seorang individu dengan individu lainnya.

2. Pendidikan karakter adalah suatu usaha untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter.

3. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. 4. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat adalah

suatu peran lingkungan masyarakat sebagai salah satu di antara pusat pendidikan karakter.

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini mengandung kajian pustaka penelitian, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis. Kajian pustaka membahas tentang teori-teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian, kemudian hasil penelitian sebelumnya yang berisi pengalaman saat melakukan penelitian yang pernah dilakukan, dan dirumuskan dalam kerangka berpikir, serta hipotesis yang berisi dugaan sementara mengenai rumusan masalah penelitian.

A. Kajian Pustaka

1. Pendidikan Karakter a. Pendidikan

Pendidikan secara umum mempunyai definisi yang luas, yang mencakup semua perbuatan atau semua usaha dari generasi tua untuk mengalihkan nilai-nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta keterampilan kepada generasi selanjutnya sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidup mereka, baik jasmani begitu pula rohani (Kurniawan, 2013: 26). Dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah suatau wadah yang mampu mengendalikan nilai-nilai kehidupan, dimana pendidikan diselengarakan untuk mengondisikan generasi agar mengikuti koridor positif dalam berkehidupan bermasyarakat.

Pendidikan adalah suatu proses enkultrasi, yang berfungsi mewariskan nilai-nilai dan prestasi masa lalu ke generasi mendatang. Nilai-nilai dan prestasi itu merupakan kebanggaan bangsa dan

menjadikan bangsa tersebut dikenal oleh bangsa-bangsa lain. Selain mewariskan, pendidikan juga memiliki fungsi untuk mengembangkan nilai-nilai budaya dan prestasi masa lalu menjadi nilai-nilai bangsa yang sesuai dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, serta mengembangkan prestasi baru yang menjadi karakter bangsa (Ilahi, 2014:81). Contoh Pendidikan budaya dan karakter bangsa antara lain: 1. Mengembangkan potensi, kalbu, dan nurani peserta didiksebagai

manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

2. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didikyang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didiksebagai generasi penerus bangsa;

4. Mengembangkan kemampuan peserta didikmenjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan;

5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi.

Ahmad (dalam Kurniawan, 2013: 26) merumuskan pendidikan sebagai bimbingan atau didikan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun ruhani, menuju terbentuknya kepribadaian yang utama. Sedangkan

menurut Budiyanto (dalam Kurniawan, 2013:27) berpendapat bahwa pendidikan adalah mempersiapkan dan menumbuhkan peserta didikatau individu manusia yang prosesnya berlangsung secara terus-menerus sejak ia lahir sampai ia meninggal dunia. Aspek yang dipersiapkan dan ditumbuhkan itu meliputi aspek badannya, akalnya, dan rohani sebagai suatu kesatuan tanpa mengesampingkan salah satu aspek dan melebihi aspek yang lain. Persiapan dan pertumbuhan itu diarahkan agar ia menjadi manusia yang berdaya guna lagi bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat serta dapat memperoleh suatu kehidupan yang sempurna.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses mempersiapkan dan menumbuhkan individu secara terus-menerus dari lahir hingga dewasa dan meninggal dunia. Melalui pendidikan manusia dapat memperoleh, memberikan, serta saling berbagi ilmu, kepercayaan, nilai, norma yang berlaku dalam masyarakat. Ilmu, nilai, dan norma yang terkandung dalam pendidikan akan menjadi petunjuk atau arahan bagi manusia dalam bertindak serta berperilaku di lingkungan sekitarnya.

b. Karakter

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat sebuah kondisi dinamis struktur antropologis individu, yang tidak mau sekedar berhenti atas maksud dan tujuan

pribadi, melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin intregal mengatasi determinasi alam dalam dirinya demi proses penyempurnaan dirinya terus-menerus. (Koesoema, 2007: 104).

Menurut Maxwell pengertian karakter sebenarnya jauh lebih baik dibandingkan dengan sekedar perkataan. Lebih dari hal tersebut, karakter merupakan pilihan yang dapat menentukan sebuah tingkat kesuksesan dari seseorang. Kamisa pengertian karakter merupakan sifat kejiwaan, akhlak serta budi pekerti yang dimiliki seseorang yang membuatnya berbeda dibandingkan dengan orang lainnya. Berkarakter juga dapat diartikan sebagai memiliki sebuah watak serta kepribadian. Koesuma pengertian karakter adalah sebuah gaya, sifat, ciri, maupun karakteristik yang dimiliki seseorang yang berasal dari pembentukan atupun tempaan yang didapatkannya melalui lingkungan yang ada di sekitar.

Winnie (dalam Barnawi, 2016 : 21) memahami bahwa karakter memiliki dua pengertian. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut menafsirkan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, dan suka menolong tentulah orang tersebut menafsirkan karakter mulia.

Dari pengertian-pengertian karakter di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

perkataan, dan perbuatan. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang melakukan hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya sendiri, sesama manusia, lingkungan, bangsa dan negara dengan mengoptimalkan potensi dirinya di sertai dengan kesadaran, emosi, dan perasaannya.

Kajian penelitian ini dilakukan di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman yang mempunyai luas wilayah 2.662,99 Ha dengan menggunakan penelitian survei. Tujuan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah ada atau tidaknya dan implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter (PKK) berbasis masyarakat.

c. Pendidikan karakter

Pendidikan karakter merupakan penanaman dan pengembangan nilai-nilai karakter yang baik berdasarkan kebajikan-kebajikan individu maupun masyarakat. Nilai kebajikan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat pada umumnya sudah disepakati baik secara tertulis maupun tidak tertulis (Saptono, 2011: 23). Pendidikan karakter merupakan upaya mendidik peserta didik agar memiliki pemahaman yang baik sehingga mampu berkelakuan baik sesuai dengan norma yang berlaku. Pendidikan karakter menghasilkan individu yang dapat membuat keputusan dan mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang diambil (Azzet, 2011: 15).

Menurut Rahardjo (dalam Kurniawan, 2013:30) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan yang

holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan pemikiran beberapa ahli di atas mengenai definisi pendidikan karakter, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah usaha untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter. Agar pendidikan karakter yaitu supaya peserta didik memiliki tingkah laku yang sesuai dengan norma sehingga peserta didik dapat diterima dalam lingkungan masyarakat. Pendidikan karakter memberikan penguatan dan pengembangan mental agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi serta mempertanggung jawabkan masalah tersebut.

2. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) a. Penguatan Pendidikan Karakter

Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan pendidikan Formal Pasal 1 ayat (1) dan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan

masyarakat sebagai bagaian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang telah diamanatkan dalam Nawacita. Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan.

Pengembangan nilai-nilai karakter meliputi olah hati (etik) berkaitan dengan individu yang memiliki kerohanian mendalam, olah rasa (estetis) berkaitan dengan individu yang memiliki integritas moral dan memiliki rasa kesenian, olah pikir (literasi) berkaitan dengan individu yang memiliki keunggulan akademis sebagai hasil pembelajaran, dan olah raga (kinestetik) berkaitan dengan individu yang sehat dan mampu berpartisipasi dengan individu yang sehatdan mampu berpartisipasi sebagai warga negara. Nilai-nilai PPK tersebut berpedoman pada filosofi menurut Ki Hajar Dewantara, berikut ini merupakan gambar filosofi pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara.

Gambar 2.1 Filosofi Pendidikan Karakter Menurut Ki Hajar Dewantara (sumber: https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?page_id=132)

Gambar 2.1 merupakan penjabaran mengenai keterpaduan nilai- nilai karakter yang terkandung dalam empat prinsip olah yaitu olah pikir,

Olah karsa Olah pikir Olah raga Olah hati

olah raga, olah hati, dan olah rasa, sehingga dalam implementasi kegiatan yang memuat karakter menimbang empat prinsip olah tersebut.

Menurut Perpres Nomor 87 tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter menyatakan bahwa adanya harmonisasi dari olah hati (etik), olah rasa (estetika), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestika) dapat memunculkan 18 nilai yang menjadi pedoman PPK, 18 nilai tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat, kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, dan bertanggungjawab. 18 nilai tersebut kemudian dikristalisasi menjadi 5 (lima) nilai-nilai utama PPK yang disesuaikan dengan Permen Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2017 Tentang Pedoman Umum Gerakan Nasional Revolusi Mental, kearifan lokal dan kreativitas sekolah. Kelima nilai utama sebagai prioritas gerakan PPK yaitu religius, nasionalis, integritas, gotong royong, dan mandiri. Mengacu pada permendikbud No. 20 tahun 2018, ada perubahan istilah untuk religius berubah menjadi religiositas, nasionalis berubah menjadi nasionalisme, dan mandiri berubah menjadi kemandirian. Berikut ini merupakan gambar kristalisasi nilai karakter.

Religiositas Nilai utama Gotong Kemandirian Nasionalisme Integritas

Gambar 2.2 berisi mengenai kristalisasi nilai-nilai PPK.

(sumber: https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?page_id=132) Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai

berikut. 1) Religiositas

Nilai karakter religiositas mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.

Nilai karakter religiositas ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dengan perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.

Sub nilai religiositas antara lain adalah cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, anti perundungan dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.

2) Nasionalisme

Nilai karakter nasionalisme merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan

yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

Sub nilai nasionalisme antara lain mengapresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

3) Kemandirian

Nilai karakter kemandirian merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.

Sub nilai kemandirian antara lain adalah etos kerja (kerja keras), tangguh, tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, berani, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

4) Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu dalam menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan atau pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.

Sub nilai gotong royong antara lain adalah menghargai, kerja sama, inklusif, berkomitmen atas keputusan bersama, bermusyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

5) Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).

b. Tujuan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sesuai dengan Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah sebagai berikut.

1. Membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; 2. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan

pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui jalur formal, non formal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia;

3. Merevitalisasi, memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Tujuan lain Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter bangsa ke peserta didiksecara masif dan efektif melalui lembaga pendidikan dengan

prioritas prinsip-prinsip khusus yang akan menjadi fokus pembelajaran, pemahaman, pengertian, dan praktik, sehingga pendidikan karakter sungguh dapat mengubah perilaku, cara berpikir, dan cara bertindak seluruh bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan berintegritas. Menurut Michael W. Galbraith, pendidikan berbasis masyarakat memiliki beberapa prinsip, diantaranya adalah.

1. Self determination (menentukan sendiri). Setiap anggota masyarakat memiliki hak dan tanggung jawab untuk terlibat dalam menentukan kebutuhan masyarakat.

2. Self help (menolong sendiri). Masyarakat didorong untuk menolong diri mereka sendiri, mereka menjadi bagian dari solusi dan membangun kemandirian.

3. Leadership development (pengembangan kepemimpinan). Pemimpin lokal memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan memandirikan kelompok untuk mengembangkan masyarakat secara berkesinambungan.

4. Localization (lokalitas). Partisipasi masyarakat akan berjalan secara maksimal apabila masyarakat mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam program-program yang ada dilingkungan tempat tinggalnya.

5. Integred delivery of service (keterpaduan pemberian layanan). Setiap organisasi yang ada dalam masyarakat secara bersama-sama melayani masyarakat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

6. Reduce duplication of service (mengurangi duplikasi jasa). Masyarakat perlu mengkoordinasikan segala bentuk pelayanan, keuangan dan sumber daya manusia untuk menghindari duplikasi. 7. Accept diversity (menerima keaekaragaman). Pendidikan berbasis

masyarakat hendaknya menghindari adanya pemisahan orang-orang disebabkan oleh perbedaan usia, kelas sosial, jenis kelamin, ras, etnik, agama, yang menyebabkan terhalangnya pengembangan masyarakat secara optimal.

8. Institusional responsive (tanggung jawab kelembagaan). Lembaga pendidikan harus memiliki kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat yang selalu berubah.

9. Life long learning (pembelajaran seumur hidup). Peluang untuk belajar secara formal harus tersedia untuk semua anggota masyarakat dengan beragam latar belakang.

Penguatan prinsip-prinsip pendidikan karakter dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dilanjutkan dengan prioritas pada jenjang pendidikan dasar, yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Gerakan PPK pada usia dini dan jenjang pendidikan dasar ini akan diintegrasikan dengan prioritas nilai dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) sehingga terjadi perubahan yang masif dan serentak di seluruh Indonesia.

c. Tiga Basis Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Program Penguatan Pendidikan Karakter merupakan program yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2017

dengan lima (5) kristalisasi nilai karakter. Program ini telah didukung oleh pemerintah daerah dan lembaga swadaya masyarakat. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) ingin memperkuat Pembentukan Karakter siswa yang selama ini sudah dilakukan di berbagai sekolah. Program penguatan pendidikan karakter terdiri dari 3 basis yaitu sebagai berikut.

1) Penguatan Pendidikan Karakter berbasis Kelas

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis kelas merupakan pengintegrasian karakter dalam proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, memperkuat manajemen kelas dan mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan sekolah.

2) Penguatan Pendidikan Karakter berbasis budaya sekolah

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah merupakan sebuah kegiatan untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung praksis PPK mengatasi ruang-ruang kelas dan melibatkan seluruh sistem, struktur, dan pelaku pendidikan di sekolah.

3) Penguatan Pendidikan Karakter berbasis masyarakat

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat merupakan kerjasama yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan komunitas orang tua peserta didik, komunitas pengelola pusat kesenian dan kebudayaan, lembaga-lembaga pemerintahan, lembaga atau komunitas yang menyediakan sumber-sumber pembelajaran,

komunitas sipil pegiat pendidikan, komunitas keagamaan, komunitas seniman dan budaya lokal, lembaga bisnis dan perusahaan yang memiliki relevansi dan komitmen dengan dunia pendidikan, dan lembaga penyiaran media (Hendarman, dkk, 2017: 6 & 35-42). 3. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Berbasis Masyarakat

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis masyarakat merupakan kerjasama yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan komunitas orang tua peserta didik, komunitas pengelola pusat kesenian dan kebudayaan, lembaga-lembaga pemerintahan, lembaga atau komunitas yang menyediakan sumber-sumber pembelajaran, komunitas sipil pegiat pendidikan, komunitas keagamaan, komunitas seniman dan budaya lokal, lembaga bisnis dan perusahaan yang memiliki relevansi dan komitmen dengan dunia pendidikan, dan lembaga penyiaran media untuk mencapai 5 kristalisasi nilai karakter (Hendarman, dkk, 2017: 42).

Pendidikan berbasis masyarakat merupakan pendidikan yang dirancang oleh masyarakat untuk membelajarkan masyarakat sehingga mereka berdaya, dalam arti memiliki kekuatan untuk membangun dirinya sendiri yang sudah barang tentu melalui interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian konsep pendidikan berbasis masyarakat mencakup: dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat (Sihombing, 2001:186).

Seperti yang disampaikan juga oleh Koesoema (2018: 18), pendekatan berbasis masyarakat adalah pelibatan publik, baik kelompok komunitas maupun kelembagaan, baik pemerintahan maupun non pemerintahan. Dengan bersinergi dan kolaborasinya antara komunitas dengan lembaga

pendidikan dalam kegiatan yang membantu mengembangkan peserta didik yang dalam hal ini adalah sekolah dasar, pendidikan karakter kepada setiap masing-masing individu peserta didik akan terjadi di dalam dunia pendidikan.

Berdasarkan konsep di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan karakter berbasis masyarakat adalah pengembangan karakter peserta didikoleh pihak sekolah yang bekerjasama dengan orang tua, melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber belajar seperti keberadaan dan dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, alumni, dunia usaha, dan dunia industri, dan sinergi PPK dengan berbagai program yang ada dalam lingkup akademisi, pegiat pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga informasi.

Aktivitas Program Pendidikan Karakter (PPK) yang dikenal dengan 3 (tiga) basis utama yaitu kelas, budaya sekolah, dan partisipasi masyarakat sangat memperhatikan kearifan budaya lokal bangsa Indonesia secara kontekstual, serta dengan tetap memperhatikan keberagaman wilayah masing-masing, sehingga diera-globalisasi ini, berbagai kebudayaan lokal harus mampu membangun, mewarnai dan memperkuat identitas dan karakter bangsa anak-anak kita di sekolah, keluarga dan masyarakat, serta mampu tumbuh dan berkembang menjadi pemain utama di kancah global dan memiliki keunggulan bersaing untuk tampil dalam masyarakat internasional.

Orang tua memiliki andil yang sangat besar dalam perkembangan kemampuan anak dalam lingkup pendidikan karakter. Keterlibatan orang tua

dalam proses pendidikan karakter dapat meningkatkan pencapaian prestasi belajar peserta didik, baik dalam kemampuan moral maupun intelektual. Yang paling mendasar dalam keterlibatan ini adalah saling memberikan

Dokumen terkait