• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subsektor Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Higinie dan Sanitasi (Prohisan) Berdasarkan hasil anaisis SWOT pada sub sektor PHBSmenunjukkan bahwa pengelolaan PHBS dan

Prohisan di Kabupaten Sambas terdapat beberapa kelemahan, namun disisi lain terdapat peluang yang cukup signifikan untuk di capai dengan merubah beberapa strategi yang ada saat ini. Posisi pengelolan sanitasi sub sektor PHBS dan Prohisan di Kabupaten Sambas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.9Analisa SWOT Sub Sektor PHBS dan Prohisan Di Kabupaten Sambas

No Faktor Internal Skor Angka

1,00 2,00 3,00 4,00 KEKUATAN (STRENGHTS)

1 Adanya komitmen Pemerintah dalam penegelolaan keiatan

2 Tersedianya dana yang bersumber dari APBD untuk kegiatan

Prohisan - - - V 4

3 Adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mengelola kegiatan

PHBS dan Promosi Kesehatan - v - - 2

4

Tersedianya media komunikasi eletronik maupun cetak yang dimiliki pemerintah dan swasta dalam mengkampanyekan PHBS

- - - - 2

5 Adanya sarana dan prasarana pengelolaan drainase - v - - 2

JUMLAH NILAI KEKUATAN 13

KELEMAHAN (WEAKNESS)

1 Belum adanya peraturan yang dibuat regulasi terkait dengan

pengelolaan PHB dan promosi kesehatan - v - - 2 2 Pendanaan untuk kegiatan Prohisan belum memadai - - v - 3 3 Sumberdaya aparatur dalam pengelolaan kegiatan PHBS dan

promosi kesehatan belum memadai (kuantitas mauun kualitas) - v - - 2 4 Belum mengoptimalkan kampanye pengelolaan kegiatan PHBS

dan promosi kesehatan melalui media masa v - - - 1 5 Sinergisitas pengelolaan Prohisan lintas sektoral belum optima; - v - - 2

JUMLAH NILAI KELEMAHAN 10

SELISIH ANTARA KEKUATAN DAN KELEMAHAN 3

No Faktor External Skor Angka

1,00 2,00 3,00 4,00 PELUANG (OPPORTUNITES)

1 Adanya regulasi terkait pengelolaan prohisan - v - - 2 2 Peluang pendanaan dari Pemerintah dan donatur lainnya besar - - - v 4 3 Adanya partisipasi masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan

Prohisan - - v - 3

4 Peran serta media massa masyarakat yang terlibat dalam

pengelolaan Prohisan - v - - 2

JUMLAH NILAI PELUANG 11

ANCAMAN (THREATS)

1 Kurangnya sosialisasi dalam promosi PHBS - - v - 3

2 Kurangnya kesadaran tentang PHBS - - - v 4

3 Rendahnya kebiasaan masyarakat tentanng cuci tangan pakai

sabun (CTPS) - v - - 2

4 Kurang dipahaminya kesehatan sebagai investasi jangka

panjang - - v - 3

JUMLAH NILAI ANCAMAN 12

Berdasarkan penilaian analisis SWOT menunjukkan hasil sebagai berikut :

1. Analisis nilai pada kondisi internal organisasi menunjukkan bahwa nilai kekuatan adalah 13 dan nilai kelemahan adalah 11. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kekuatan internal organisasi lebih besar 2 point dibandingkan dengan kelemahannya.

2. Analisis nilai pada kondisi ekternal organisasi menunjukkan bahwa nilai peluang adalah 11 dan nilai ancaman adalah 12. Dengan demikian dapat disimpulkan bawah ancaman lebih besar 1 point dibandingkan dengan peluang yang ada.

Beberapa isu strategis terkait dengan pengelolaan PHBS Dan Promosi Higiene berdasarkan analisa SWOT antara lain :

1. Penyusunan Peraturan daerah (Perda) di daerah untuk pengelolaan PHBS dan Promosi kesehatan 2. Penambahan anggaran biaya yang bersumber dari APBD dalam pengelolaan kegiatan PHBS dan

Promosi kesehatan.

3. Peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha (swasta) untuk terlibat aktif dalam pengelolaan kegiatan PHBS dan promosi kesehatan.

4. Penyebarluasan informasi terkait Prilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui media komunikasi

Sedangkan permasalahan yang ada dalam pengelolaan PHBS dan Promosi kesehatan di Kabupaten Sambas meliputi beberapa aspek, antara lain :

1) Aspek Kelembagaan;

• Belum ada perangkat peraturan daerah (Perda), terkait dengan pengelolaan PHBS dan Promosi kesehatan.

• Belum optimalnya fungsi kelembagaan dan keterbatasan SDM yang ada di daerah terkait dengan pengelolaan PHBS dan promosi kesehatan.

• Belum ada perencanaan pelaksanaan pembangunan, pengembangan dan pengelolaan PHBS dan promosi kesehatan secara terpadu

2) Aspek Pendanaan / pembiayaan :

• Sumber pendanaan dalam pengelolaan drainase masih tergantung pada pemerintah daerah, sedangkan sektor dunia usaha (swasta) dan peran serta masyarakat belum dilibatkan.

3) Aspek Teknis (operasional);

• Jumlah prasarana dan sarana sanitasi masih terbatas belum mengakses seluruh masyarakat. 4) Aspek Sosial ;

• Masih banyaknya masyarkaat yang BABs

• Masih banyaknya masyarakat yang tidak perduli terhadap kebersihan lingkungan khususnya genangan air di lingkungan sekitar.

5) Aspek Komunikasi;

• Masih rendahnya kegiatan Promosi terhadap prilaku Hidup Bersih dan Sehatmelalui media komunikasi baik elektronik maupun cetak.

Berbagai upaya tindak lanjut yang dapat dilakukan dengan memperkecil kelemahan/kendala untuk mengatasi tantangan/ancaman dalam pembangunan sub sektor PHBS dan Promosi hygiene di Kabupaten Sambas, antara lain :

1. Membangun kesadaran seluruh pemangku kepentingan (Stakeholder) terhadap pentingnya peningkatan pengelolaan kegiatan PHBS dan Promosi kesehatan.

2. Pembuatan peraturan daerah (Perda) tentang pengelolaan PHBS dan promosi kesehatan drainase, 3. Peningkatan peranserta seluruh stakeholder di daerah (pemerintah, masyarakat dan dunia

usaha/swasta) dalam upaya mencapai sasaran pembangunan, pengelolaan kegiatan PHBS dan promosi kesehatan.

4. Peningkatan partisipasi media untuk kampanye edukasi dan advokasi sanitasi terkait dengan pengelolaan PHBS dan promosi kesehatan.

5. Penambahan anggaran dari pemerintah daerah dan mendorong berbagai alternative sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan pengelolaan PHBS dan promosi kesehatan.

3.2. 4 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) 3.2.4. 1 Rencana Umum

Blok-blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya, yaitu pembagian suatu kawasan perencanaan menjadi blok-blok pengembangannya dapat lebih terarah dan rinci. Yang dimaksud dengan blok peruntukan adalah sub-sub bagian dalam suatu kawasan yang dikelompokkan berdasarkan kesamaan atau keterkaitan fungsi. Penetapan blok peruntukan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran ukuran, fungsi, dan karakteristik kegiatan masyarakat setempat.

Penetapan atau pembagian blok pengembangan dapat didasarkan pada: 1. Secara fungsional:

• Kesamaan fungsi, karakter eksisting atau pun karakter yang ingin diciptakan; • Kesamaan dan potensi pengembangan;

• Kebutuhan pemilahan dan organisasi pekerjaan serta strategi pengembangannya. 2. Secara fisik:

• Morfologi blok; • Pola/pattern blok;

• Kemudahan implementasi dan prioritas strategi.

3. Dari sisi lingkungan (daya dukung dan kelestarian ekologi lingkungan):

• Keseimbangan dengan daya dukung lingkungan & perwujudan sistem ekologis yang berkelanjutan;

• Peningkatan kualitas kehidupan ruang publik melalui penyediaan lingkungan yang aman, nyaman, sehat dan menarik serta berwawasan ekologis.

4. Dari sisi pemangku kepentingan:

• Tercapainya keseimbangan berbagai kepentingan yang ada antar para pelaku. A. Rencana Struktur Peruntukan Lahan

Didalam RTRW Kabupaten Sambas 2009-2028, arahan pengembangan kawasan ini sebagai pusat perkantoran kabupaten. Kawasan ini merupakan bagian dari Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Sambas yang melayani seluruh wilayah di Kabupaten Sambas. Aturan peruntukan lahan ini bertujuan untuk mengatur/meletakkan fungsi-fungsi aktivitas yang ada di kawasan secara proporsional dengan pertimbangan potensi, karakter dan daya dukung lahan secara keseluruhan. Aturan ini juga bertujuan untuk mencegah perluasan/perkembangan fungsi-fungsi yang dapat mengganggu terwujudnya penataan kawasan. Fungsi yang akan direncanakan merupakan fungsi yang dapat mendukung peran kawasan sebagai Pusat Kegiatan Lokal. Adapun fungsi-fungsi yang dapat mendukung yaitu:

1. Kantor Pemerintahan:

Kantor-kantor instansi lingkup Kabupaten Sambas 2. Sarana Umum

Sarana rekreasi dan olahraga, sarana sosial budaya dan sarana umum kota 3. Ruang Terbuka

Ruang Terbuka non hijau dan ruang terbuka hijau

Untuk rencana struktur peruntukan lahan RTBL. Kawasan Pemerintahan Kabupaten Sambas dikelompokkan menjadi blok-blok guna untuk mempermudah pengendalian perencanaan dan pembangunan di masa yang akan datang. Rencana struktur peruntukan lahan terdiri dari beberapa blok, seperti ruang terbuka hijau (RTH), pemerintahan, permukiman, pendidikan serta perdagangan dan jasa.

Pada RTBL Kawasan Pemerintahan Kabupaten Sambas dikelompokkan menjadi blok-blok guna untuk mempermudah pengendalian perencanaan dan pembangunan di masa yang akan datang. Rencana intensitas lahan di bagi menjadi 3 (tiga), yaitu:

1. Blok 1

Blok 1 terdiri dari beberapa fungsi, seperti fungsi RTH, fungsi pendidikan, fungsi permukiman, fungsi perdagangan dan jasa.

• Fungsi RTH o Tinggi Bangunan : 1 o KDB : 10% o KLB : 1 • Fungsi Perumahan o Tinggi Bangunan : 2 o KDB : 60% o KLB : 1,2 • Fungsi Pendidikan o Tinggi Bangunan : 2

o KDB : 60%

o KLB : 1,2

• Fungsi Perdagangan dan Jasa

o Tinggi Bangunan : 3

o KDB : 60%

o KLB : 1,8

2. Blok 2

Blok 2 terdiri dari beberapa fungsi, seperti fungsi RTH, fungsi perumahan, fungsi pemerintahan. • Fungsi RTH o Tinggi Bangunan : 1 o KDB : 10% o KLB : 1 • Fungsi Perumahan o Tinggi Bangunan : 2 o KDB : 60% o KLB : 1,2 • Fungsi Pemerintahan o Tinggi Bangunan : 2 o KDB : 60% o KLB : 1,2 3. Blok 3

Blok 3 terdiri dari beberapa fungsi, seperti fungsi RTH, fungsi perumahan, fungsi pemerintahan. • Fungsi RTH o Tinggi Bangunan : 1 o KDB : 10% o KLB : 1 • Fungsi Perumahan o Tinggi Bangunan : 2 o KDB : 60% o KLB : 1,2 • Fungsi Pemerintahan o Tinggi Bangunan : 2 o KDB : 60% o KLB : 1,2

Untuk membentukstreet picturekawasan yang baik, maka setelah ketinggian bangunan, yang tidak kalah pentingnya untuk diarahkan adalahfasadebangunan. Untuk membentuk karakter kawasan yang kuat maka dibentuk dengan:

1. Keseragaman lebar dan tinggi bangunan

Di dalam keseragaman lebar dan tinggi bangunan, didalamnya perlu dibentuk juga keseragaman irama dan proporsi elemen-elemenfasadeseperti bentuk, ukuran dan letak jendela, pintu dan atap. 2. Variasi bentuk bangunan dan detail tetapi skalanya seragam

Karakter yang kuat juga dapat dibentuk oleh variasi bentuk bangunan dan detail fasade bangunannya, tetapi skala (ukuran besar/kecilnya) elemen nya harus seragam.

Dari dua hal tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk membentuk karakter kawasan yang kuat, minimal harus ada satu elemen yang seragam, yaitu lebar dan tinggi bangunan ataupun skala elemen fasadenya.Sedangkan yang perlu dihindari adalah variasi skala, bentuk dan detail bangunan karena mempunyai kecenderungan untuk membentuk karakter campuran, sehingga melemahkan karakter kawasan.