• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Sistem Agribisnis Belimbing Dewa

6.1.1. Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi

Berdasarkan hasil penelitian, status kepemilikan lahan tanaman belimbing sebagian besar pemilik dan penggarap (60 persen), penggarap (30 persen) dan kontrak atau sewa (10 persen). Biaya kontrak atau sewa lahan berkisar antara Rp 4.000.000,00 sampai Rp 10.000.000,00 per tahun tergantung umur pohon, semakin tua umur pohon maka biaya kontra/sewa semakin mahal. Sedangkan luas lahan yang dimiliki petani sebagian besar kurang dari 0,5 hektar (80 persen), 0,6 – 1 hektar (16,67 persen) dan lebih besar dari 1,1 hektar (8,33 persen). Keberadaan lahan untuk tanaman belimbing biasanya tidak jauh dari pemukiman penduduk ataupun terdapat pula di pekarangan rumah.

Pola tanam belimbing yang dilakukan petani di tempat penelitian yaitu monokultur (hanya menanam belimbing saja) sebanyak 63,33 persen dan menanam belimbing dan jambu biji sebanyak 31,67 persen. Apabila umur tanaman belimbing kurang dari 2 tahun akan lebih baik dilakukan tumpang sari dengan polong-polongan untuk menyuburkan tanam. Tumpang sari cukup baik dilakukan di lahan tanaman belimbing karena akan dapat memperbaiki sanitasi dan menambah penghasilan petani.

Penyediaan bibit belimbing oleh petani dilakukan secara swadaya, bibit di beli sendiri dengan harga Rp 5.000,00 – Rp 10.000,00 per bibit dengan ketinggian 0,5 – 1 meter, ketinggian ini sudah memenuhi SOP yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota

Depok. Bantuan bibit dari pemerintah jumlahnya tidak mencukupi dengan kebutuhan petani. Berdasarkan SOP, pemilihan bibit harus memenuhi kriteria :

1. Bibit berumur enam bulan atau lebih. 2. Tinggi bibit 60 – 100 cm.

3. Tinggi mata tempel 10 – 20 cm di atas leher akar. 4. Diameter batang 1 – 1,5 cm.

5. Bentuk batang tegak bercabang tiga.

Varietas belimbing yang ditanam oleh petani beragam, tetapi sebagian besar petani menanam varietas Dewa (71,7 persen), varietas Dewi (16,67 persen) dan varietas lain (Philipina, Sembiring, Semarang) sebanyak 11,67 persen. Alasan petani lebih banyak menanam varietas Dewa karena seratnya yang halus, penampilannya lebih menarik, buah besar dan beratnya dapat mencapai 250 gram per buah.

Rata-rata umur pohon belimbing yang terdapat di lokasi penelitian berumur 5 – 10 tahun (55 persen), 1 – 5 tahun (23,33 persen), 11 – 15 tahun (15 persen), dan 16 – 20 tahun (6,67 persen). Tanaman belimbing mulai dapat menghasilkan buah pada umur 2 tahun, tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak berkisar 15 kg (75 – 100 buah per pohon). Semakin tua umur tanaman, maka semakin banyak jumlah buah yang dihasilkan perpohonnya. Umur produktif tanaman belimbing yaitu pada 5 – 25 tahun. Tanaman belimbing yang berumur 5 tahun dapat menghasilkan 50 kg belimbing (250 buah per pohon), sedangkan tanaman belimbing di atas 7 tahun dapat mencapai 120 kg belimbing (500 – 600 buah per pohon).

Sebagian besar penyediaan pupuk, obat-obatan, mesin dan alat pertanian merupakan swadaya petani sendiri. Penggunaan input usahatani untuk 50 pohon (umur 5 – 10 tahun) per 0,5 hektar dalam satu kali musim panen dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Penggunaan Input Usahatani (1 x musim panen per 0,5 hektar)

No. Uraian Satuan Jumlah Fisik Harga per Satuan (Rp.) Kebutuhan/1x musim panen a. Pupuk kandang Kg 20 5.000 20 kg b. Pupuk NPK Kg 50 100.000 25 kg Obat-obatan • Curacron Ml 500 97.000 1000 ml • Decis Ml 500 87.000 1000 ml • Gandasil A Kg 0,5 25.000 1 kg • Gandasil B Kg 0,5 25.000 1 kg c. • Dusban Ml 500 36.000 1000 ml d.

Pembungkus Buah Buah 150 12.500 buah

Penggunaan input usahatani yang paling memberatkan petani adalah obat-obatan. Curacron untuk ukuran 500 mililiter dengan harga Rp 97.000,00, Decis ukuran 500 mililiter dengan harga Rp 87.000,00, Gandasil B dan A ukuran 0,5 kilogram dengan harga Rp 25.000,00. Petani memperoleh obat-obatan dengan membeli sendiri ke toko pertanian. Sedangkan dalam pengadaan pupuk terdapat pula petani yang memperoleh pupuk dari Gapoktan yang menjual pupuk bersubsidi, beberapa petani tidak menggunakan pupuk bersubsidi karena jarak lahan dan Gapoktan tersebut sangat jauh dan harga yang ditawarkan hampir sama.

Penggunaan input tenaga kerja yang sangat memberatkan petani yaitu pada saat kegiatan pembungkusan, tenaga kerja yang digunakan pada saat pembungkusan sebagian besar adalah tenaga kerja luar keluarga. Berdasarkan Tabel 10dapat diketahui bahwa kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan pembungkusan sebanyak tujuh orang dengan waktu penyelesaian enam hari. Upah yang harus diberikan antara Rp 35.000,00 – Rp 45.000,00 per orang, terdapat pula sistem pemberian upah Rp. 125,00 tiap satu kali bungkus.

Tabel 10. Penggunaan Tenaga Kerja Per 0,5 Hektar No. Kegiatan Waktu Penyele saian (Hari) Kebutuhan Tenaga Kerja (orang) Upah (Rp./HOK) 1. Penanaman 7 3 2. Pengolahan Lahan 7 2 3. Pemupukan 2 2 4. Pemangkasan 2 2 6. Penyemprotan 10 3 7. Pembungkusan 7 6 8. Panen 2 2 35.000 – 45.000

Keterangan : 1 HOK = 8 Jam

Sebagian besar mesin dan alat pertanian yang digunakan petani belimbing yaitu cangkul, gergaji, pisau stek, mesin sedot air dan power sprayer. Penyediaan mesin dan alat petanian tersebut ada yang diperoleh melalui bantuan pemerintah dan sebagian besar dibeli sendiri oleh petani.

6.1.2. Subsistem Usahatani 1. Penanaman

Sebagian besar penanaman belimbing dilakukan oleh petani pada saat ketinggian bibit lebih besar dari satu meter dengan kedalaman tanam 50 meter dan lebar satu meter. Jarak tanam belimbing yang dilakukan oleh petani yaitu 6 x 5 meter sebanyak 31 petani ( 51,67 persen), 6 x 6 meter sebanyak 14 (23,33 persen), 6 x 7 meter sebanyak empat petani (6,67 persen), 7 x 7 meter sebanyak 11 petani (18,33 persen).

Jarak tanam yang dilakukan oleh petani tidak sesuai dengan SOP. Berdasarkan SOP yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok jarak tanam yang sesuai yaitu 7 x 7 meter. Alasan petani tidak menerapkan SOP yaitu karena tanaman belimbing sudah tertanam sejak lama sebelum diterbitkannya SOP dan apabila menerapkan SOP petani merasa banyak lahan kosong, padahal semakin jauh jarak tanam belimbing akan menyebabkan cabang-cabang semakin menyamping dan menghasilkan buah yang lebih banyak.

Penggunaan pupuk pada saat penanaman yaitu 50 persen pupuk kandang kambing dan 50 persen NPK. Pupuk kambing lebih banyak digunakan oleh petani karena sifat pupuk kandang kambing tidak terlalu lembab. Pada saat penanaman penggunaan input tenaga kerja lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam keluarga. 2. Pemeliharaan/Pemangkasan

Kegiatan pemeliharaan dilakukan pada saat ranting-ranting kecil keluar. Kegiatan pemangkasan tidak boleh dilakukan terlalu terang karena akan mengganggu pertumbuhan pohon. Kegiatan pemeliharaan lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam keluarga. Kegiatan ini dilakukan setelah panen buah terakhir. Pada kegiatan pemangkasan dilakukan identifikasi letak atau bagian yang akan dipangkas yaitu cabang atau ranting yang tidak produktif, cabang atau ranting yang rusak terkene OPT dan cabang atau ranting yang mati.

3. Pemupukan

Penggunaan pupuk kandang dan NPK jarang dilakukan, penggunaan pupuk kandang domba dilakukan 3 – 6 bulan sekali dengan dosis 50 kilogram perpohon. Sedangkan penyemprotan obat-obatan dilakukan satu minggu dua kali dengan sistem oplosan. Curacron, Decis dan Dusban digunakan sebagai pestisida, sedangkan Gandasil B sebagai perangsang bunga dan Gandasil A perangsang buah. Pada musim hujan frekuensi penggunaan input obat-obatan dua kali lebih banyak dibandingkan musim kemarau, hal tersebut disebabkan obat-obatan yang telah disemprotkan hilang tersiram air hujan.

Berdasarkan SOP dosis pemupukan buah dapat dlihat pada Tabel11 : Tabel 11. Dosis Pemupukan Buah Berdasarkan SOP

Jenis dan Dosis Pupuk Waktu Pemupukan

Pupuk Kandang (Kg) NPK 15 : 15 : 15 (Kg) 3 – 12 bulan setelah tanam 20 - 30 0,2 – 0,3 per empat bulan

1 – 3 tahun setelah tanam 30 - 40 0,4 – 0,6

3 – 4 minggu sekali pada

Kegiatan pemupukan dan penyemprotan lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam keluarga dengan menggunakan mesin steam. Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang sering menyerang pohon belimbing yaitu :

1. Lalat buah

Untuk menghindari serangan lalat buah dilakukan pembungkusan 3 – 4 minggu setelah buah terbentuk dan buah yang terserang lalat buah dibenamkan dalam tanah. Dalam pengendaliaan lalat buah digunakan Petrogenol dengan dosis 50 mililiter untuk 50 pohon belimbing.

2. Jamur upas

Menyerang batang seperti lapisan gabus tebal. 3. Ulat penggerek buah

4. Embun jelaga dan kutu.

4. Pembungkusan

Jarak pohon belimbing mulai berbunga sampai pembungkusan yaitu 1,5 bulan. Pembungkusan akan dilakukan lebih cepat apabila musim hujan. Pembungkusan dilakukan pada saat ukuran buah sebesar jempol kaki. Pembungkusan buah dilakukan untuk mencegah kerontokkan buah akibat gangguan hama dan bertujuan menghasilkan buah yang besar, bersih dan menarik. Ciri-ciri buah belimbing siap dibungkus yaitu batang terlihat coklat dan warna buah hijau tua.

Sebelum dilakukan pembungkusan, terlebih dahulu dilakukan penjarangan buah pada saat ukuran buah 2 – 3 cm atau 15 – 20 hari sejak bunga mekar. Buah yang dibuang yaitu yang memiliki ciri-ciri bentuk dan ukurannya tidak normal, buah terserang OPT, terdapat diujung ranting atau cabang, daam satu domplotan terdapat ebih dari dua buah.

Bahan yang digunakan untuk pembungkusan buah belimbing yaitu kertas karbon dan plastik mulsa, masing-masing bahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Kertas karbon memiliki kelebihan yaitu bahan ringan, sinar matahari tidak langsung masuk ke buah, buah tumbuh dengan baik dan warnanya kuning mengkilap. Sedangkan kelemahannya kertas karbon sulit diperoleh dan harganya lebih mahal.

Plastik mulsa memiliki kelebihan yaitu harga lebih murah, tidak mudah rusak apabila terkena air hujan dan dapat digunakan beberapa kali pemakaian. Sedangkan kelemahannya bahan terlalu lembab dan buah yang dihasilkan lebih kecil dan berwarna

pucat, waktu pembungkusan buah lebih lama. Waktu pembungkusan sampai dengan panen apabila menggunakan kertas karbon yaitu 45 hari sedangkan plastik mulsa 50 hari.

5. Panen

Kegiatan pemanenan dilakukan pada saat umur buah 50 hari. Sebanyak 93,33 persen petani menyatakan musim panen dilakukan tiga kali dalam setahun. Tingkat kegagalan karena kerontokkan buah yang telah dibungkus dan siap untuk dipanen adalah 20 persen, hal ini disebabkan karena buah yang sudah dibungkus mudah rontok. Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata hasil panen belimbing petani yaitu 1 - 2 ton (73,33 persen), 3,1 – 4 ton per panen (3,33 persen) dan lebih kecil dari satu ton (13,33 persen).

Rata-rata hasil panen petani belum sesuai dengan target mutu yang diharapkan. Rata-rata hasil panen petani tiap pohon per musim panen yaitu :

• Umur 2–4 tahun : 225 - 300 buah/pohon/tahun (45 kg) • Umur 5–9 tahun : 450 – 900 buah/pohon/tahun (150 kg) • Umur > 15 tahun : 1950 buah/pohon/tahun (390 kg)

Sedangkan target mutu yang diharapkan dicapai dari penerapan SOP belimbing Dewa Kota Depok menyangkut tiga aspek yaitu :

1. Produktivitas tiap pohon per tahun

• Umur 2–4 tahun : 500 buah/pohon/tahun ( 3 kali panen) • Umur 5–9 tahun : 500 – 1.200 buah/pohon/tahun

• Umur > 15 tahun : 2.000 buah/pohon/tahun 2. Mutu buah hasil panen :

• Tidak cacat

• Bebas cemaran fisik (tanah, kotoran) • Ukuran buah seragam sesuai kelas • Tidak memar

• Bebas cemaran OPT dan pestisida • Warna dan bentuk seragam

3. Proporsi kelas buah hasil panen berdasarkan berat buah atau jumlah buah per kilogram dari setiap pohon

• Kelas B (buah dengan berat 200 – 250 gram/buah) 50 % • Kelas C (buah dengan berat < 200 gram/buah) 10 %

Dalam pelaksanaan usahatani, petani dapat menghadapi risiko-risiko seperti risiko produksi (penurunan volume dan mutu produk), risiko kerugian karena kecelakaan dan bencana alam dan risiko perubahan harga. Risiko kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan teknologi budidaya dan teknologi pasca panen yang tepat. Sedangkan risiko pasar dapat ditanggulangi dengan diversifikasi. Diversifikasi merupakan salah satu cara untuk mengeliminasi risiko, bentuk diversifikasi yang dilakukan oleh petani belimbing di lokasi penelitian yaitu dengan menanam jambu biji.

Dokumen terkait