• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagan 4.2 Struktur Organisasi Bimbingan Dan Konseling (sumber dokumentasi SMA Negeri 1 Muntilan)

4.2 Sajian Data Hasil Penelitian

4.3.2 Subyek SYG

4.3.2.1

Perencanaaan Program Bimbingan dan Konseling

Penentuan Jadwal layanan dan kegiatan pendukung dilakukan oleh SYG ketika dia sudah melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran lain untuk meminta jam. Jadwal kegiatan yang dimiliki SYG berupa catatan pribadi yang sudah disesuaikan dengan jam mata pelajaran yang diminta oleh SYG dari guru mata pelajaran lain. SYG tidak bisa memastikan waktu pelaksanaan layanan sebab SYG memang tidak memiliki alokasi jam masuk kelas. Hal ini mengakibatkan adanya adanya kesenjangan antara program bulanan dan mingguan sebab waktu pelaksanaan dengan waktu yang tercantum dalam program tidak sesuai.

Dari hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa kinerja SYG dalam melakukan perencanaan sudah baik ketika melakukan analisis kebutuhan peserta didik, analisis kebutuhan lingkungan, membuat dan menggunakan instrumen,

menetapkan jenis, strategi, dan teknik kegiatan bimbingan dan konseling, menetapkan tujuan dan hasil yang ingin dicapai, serta menetapkan anggaran dana dan fasilitas. Sedangkan untuk kinerja konselor dalam menentukan jadwal masih kurang baik. Sebab penentuan jadwal dilakukan secara insidental. Hal ini disebabkan karena tidak adanya alokasi jam masuk kelas bagi bimbingan dan konseling sehingga terdapat kesenjangan waktu yang tercantum di program mingguan dengan waktu pelaksanaan layanan yang dilakukan oleh SYG.

4.3.2.2 Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

Pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah implementasi nyata dari program bimbingan dan konseling yang sudah direncanakan sebelumnya.

Jenis layanan bimbingan dan konseling umumnya diberikan semuanya oleh SYG kepada peserta didik, tetapi SYG tidak menjelaskan porsi setiap layanan yang diberikan kepada peserta didik. SYG agak kesulitan ketika memberikan layanan kepada peserta didik sebab SMA Negeri 1 Muntilan tidak memberikan alokasi jam masuk kelas bagi bimbingan dan konseling. Kurikulum yang digunakan di SMA N 1 Muntilan adalah kurikulum 2013 yang menurut penuturan Waka Kurikulum bimbingan dan konseling tidak masuk ke dalam struktur pelajaran, padahal pada Permendikbud No 81a Tahun 2013 bimbingan dan konseling memiliki volume kegiatan tatap muka 2 jam per kelas. SYG berupaya untuk bersikap lebih proaktif dalam melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran agar mendapatkan jam yang bisa digunakan untuk memberikan layanan. Dikarenakan SYG tidak menjelaskan porsi setiap layanan yang diberikan maka peneliti tidak mengetahui

secara pasti layanan apa yang paling dominan diberikan kepada peserta didik oleh SYG.

Jumlah peserta didik binaan yang dimiliki oleh SYG sebanyak 249 orang

peserta didik. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008

Tentang Guru Pasal 54 butir 6 disebutkan bahwa “Beban kerja guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah mengampu paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per

tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan“.

Sehingga dapat dikatakan bahwa seorang konselor sekolah diharuskan untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan pelayanan paling sedikit kepada 150 peserta didik paling banyak 250 (dua ratus lima puluh) orang peserta didik. Peserta didik yang menjadi peserta didik asuh binaan SYG sejumlah 294 orang peserta didik sehingga dapat dikatakan bahwa peserta didik asuh yang dimiliki SYG melebihi kriteria tersebut. Terlalu banyak peserta didik asuh yang dimiliki mengakibatkan ketidakmerataan layanan yang diberikan oleh SYG terhadap peserta didik serta pemberian layanan hanya difokuskan kepada peserta didik yang memiliki masalah saja.

Dari hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat diketahui kinerja SYG dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling masih kurang baik dalam memberikan layanan kepada peserta didik dan jumlah peserta didik asuh yang dimiliki oleh SYG. Pemberian jenis layanan yang kurang maksimal disebabkan karena SYG terbentur dengan tidak adanya alokasi waktu bagi bimbingan dan konseling. SYG harus meminta jam kepada guru mata pelajaran lain terlebih dahulu

ketika ingin memberikan layanan. Selain itu SYG tidak menjelaskan secara detail porsi layanan yang diberikan kepada peserta didik sehingga peneliti kurang paham mengenai layanan apa yang sering diberikan kepada peserta didik. Pemberian layanan klasikal yang dilakukan oleh SYG juga waktunya tidak sesuai dengan waktu yang dicantumkan di program bimbingan dan konseling. Selain itu peserta didik asuh yang dimiliki oleh SYG sebanyak 294 dengan kata lain peserta didik asuh yang dimiliki SYG melebihi kriteria hal ini mengakibatkan ketidakmerataan dalam pemberian layanan kepada peserta didik.

4.3.2.3 Evaluasi Kegiatan Bimbingan dan Konseling

Evaluasi peserta didik yang dilakukan oleh SYG diawal tahun ajaran baru. SYG menghimpun seluruh data yang berkaitan dengan peserta didik dari berbagai pihak. Data yang dihimpun tersebut kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kebutuhan dari peserta didik. Hal ini yang nanti akan digunakan untuk menilai apakah tujuan bimbingan dan konseling sudah tercapai. Namun dari hasil wawancara SYG seperti tidak memahami mengenai evaluasi peserta didik sehingga jawaban yang diberikan oleh SYG tidak sesuai dengan teori tentang evaluasi peserta didik.

Evaluasi proses yang dilakukan oleh SYG dititik beratkan kepada peserta didik namun SYG tidak menjelaskan hal apa saja yang dievaluasi dalam diri peserta didik ketika melakukan evaluasi proses.

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui bahwa kinerja SYG dalam melakukan evaluasi kegiatan bimbingan dan konseling masih kurang baik, sebab SYG kurang begitu memahami mengenai istilah evaluasi peserta didik. Pada evaluasi proses SYG tidak menjelaskan hal apa saja yang patut untuk dievaluasi.

4.3.2.4 Mekanisme Kerja Administrasi Bimbingan dan Konseling

Mekanisme kerja personel bimbingan dan konseling sekolah sudah baik namun masih perlu perbaikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan SYG dapat diketahui bahwa kerja sama yang terjalin antara SYG dengan personel sekolah dapat dikatakan sudah cukup baik meskipun ada pihak yang terkadang pasif. Guru lain mudah untuk diajak koordinasi dalam meminta jam pelajaran sedangkan dari pihak peserta didik sudah merespon keberadaan peserta didik dengan baik.

Berdasarkan uraian pembahasan diatas dapat diketahui bahwa kinerja SYG dalam melakukan mekanisme kerja administrasi bimbingan dan konseling sudah baik hanya saja perlu ada sedikit peningkatan pada personel sekolah yang terkadang masih pasif dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.