• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bagan 4.2 Struktur Organisasi Bimbingan Dan Konseling (sumber dokumentasi SMA Negeri 1 Muntilan)

4.2 Sajian Data Hasil Penelitian

4.3.1 Subyek TSP

4.3.1.1

Perencanaaan Program Bimbingan dan Konseling

Analisis kebutuhan lingkungan tidak dilakukan oleh TSP untuk tahun

ajaran ini seperti pernyataan TSP berikut “Kebetulan tidak mbak... tapi kita belum sampai kesana, ya mungkin InshaAllah tahun depan ya mbak.” (lampiran 1c: 8). Program bimbingan dan konseling yang baik adalah program yang mengacu pada kebutuhan peserta didik dan kebutuhan dari lingkungan, sedangkan dalam pembuatan program bimbingan dan konseling TSP hanya mengacu pada kebutuhan peserta didik saja dan tidak melibatkan personel sekolah lain. Sehingga untuk memperbaiki hal tersebut sebaiknya TSP melibatkan personel sekolah lain dalam pembuatan program bimbingan dan konseling, seperti meminta usulan atau masukan dari personel sekolah lainnya.

Penentuan jadwal layanan dan kegiatan pendukung dibuat oleh TSP secara insidental. Hal ini disebabkan karena tidak adanya alokasi jam masuk kelas

bagi bimbingan dan konseling. Seperti yang dikatakan oleh TSP bahwa “…secara

layanan.” (lampiran 1c: 11). Jadwal yang dibuat disesuaikan dengan jam mata pelajaran yang diminta oleh TSP dari guru mata pelajaran lain. TSP tidak bisa memastikan waktu pelaksanaan namun TSP hanya menentukan materi yang akan

diberikan kepada peserta didik. “tapi selama ini program program kita hanya yang berupa mingguan dan harian. Tidak kita tentukan misalnya minggu ini kita memberikan layanan pada kelas ini di hari ini. Yang penting minggu ini mau menyampaikan materi apa gitu mbak, masalah waktu dan kelasnya nanti tergantung kita mau minta guru mata pelajaran apa dan entah itu hari selasa rabu kamis atau

jum‟at gitu mbak.” (lampiran 1c: 10). Hal ini mengakibatkan adanya perbedaan

antara waktu pelaksanaan yang tercantum pada program mingguan dengan waktu pelaksanaan yang dilakukan oleh TSP sehingga antara program bulanan dan mingguan terdapat kesenjangan.

Dari hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat diketahui bahwa kinerja TSP dalam melakukan perencanaan sudah baik ketika melakukan analisis kebutuhan peserta didik, menetapkan jenis, strategi, dan teknik kegiatan bimbingan dan konseling, menetapkan tujuan dan hasil yang ingin dicapai, membuat dan mengaplikasikan instrumen, serta menetapkan anggaran dana dan fasilitas. Sedangkan untuk kinerja konselor dalam melakukan analisis kebutuhan peserta didik dan menentukan jadwal masih kurang baik. Analisis kebutuhan lingkungan tidak dilakukan oleh TSP. Dan penentuan jadwal dilakukan secara insidental. Hal ini disebabkan karena tidak adanya alokasi jam masuk kelas bagi bimbingan dan konseling sehingga terdapat perbedaan pada waktu yang tercantum di program mingguan dengan waktu pelaksanaan layanan yang dilakukan oleh TSP.

4.3.1.2 Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

Jenis layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada peserta didik umumnya TSP memberikan semua jenis layanan meskipun dengan porsi berbeda. Perbedaan porsi ini disebabkan karena tidak adanya alokasi jam masuk kelas bagi bimbingan dan konseling. Kurikulum yang digunakan di SMA N 1 Muntilan adalah kurikulum 2013 yang menurut penuturan Waka Kurikulum BK tidak masuk ke dalam struktur pelajaran, padahal pada Permendikbud No 81a Tahun 2013 bimbingan dan konseling memiliki volume kegiatan tatap muka 2 jam per kelas. Hal ini mengakibatkan TSP harus meminta jam terlebih dahulu terhadap guru mata pelajaran lain padahal pada kenyataannya tidak semua guru boleh jika jam pelajarannya diminta oleh TSP untuk memberikan layanan klasikal. Sehingga dalam memberikan layanan klasikal TSP memang agak kesulitan karena tidak adanya alokasi jam masuk kelas.selain itu pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh TSP tidak sesuai dengan waktu yang dicantumkan kedalam program bimbingan dan konseling.

Untuk pelaksanaan layanan dengan format kelompok dilakukan oleh TSP dengan porsi yang sangat minim sebab TSP tidak mungkin mengambil jam pelajaran tertentu. Namun dalam satu semester TSP pasti melakukan layanan kelompok ini meskipun dengan tidak rutin. Layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh TSP kebanyakan adalah layanan individual, sebab layanan ini bisa dilakukan di luar jam pelajaran. Banyak peserta didik yang sering datang ke ruang bimbingan dan konseling dengan suka rela untuk berkonsultasi atau meminta layanan konseling secara individual. Tuntutan untuk memberikan 19 kali layanan setiap minggunya

lebih banyak diisi dengan layanan individual daripada layanan kelompok atau klasikal. Hal ini mengakibatkan ketidakmerataan layanan yang didapatkan oleh peserta didik.

Dari hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat diketahui kinerja TSP dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling masih kurang baik dalam memberikan layanan kepada peserta didik. Hal ini disebabkan karena TSP terbentur dengan tidak adanya alokasi waktu bagi bimbingan dan konseling. TSP harus meminta jam kepada guru mata pelajaran lain dan tidak semua guru boleh untuk dimintai jamnya. Pemberian layanan klasikal juga waktunya tidak sesuai dengan waktu yang dicantumkan di program bimbingan dan konseling. Tuntutan 19 kali layanan lebih banyak digunakan oleh TSP untuk memberikan layanan individual sehingga mengakibatkan ketidakmerataan dalam pemberian layanan kepada peserta didik.

Sehingga untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan jenis layanan yang diberikan kepada peserta didik TSP perlu meningkatkan kerja sama dengan guru bidang studi dalam pemanfaatan jam yang akan digunakan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling.

4.3.1.3 Evaluasi Kegiatan Bimbingan dan Konseling

Evaluasi kegiatan bimbingan dan konseling adalah kegiatan yang dilakukan setelah konselor sekolah melakukan perencanaan program dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Evaluasi kegiatan bimbingan dan konseling dilakukan untuk mengetahui keefektifan program dan layanan yang telah diberikan kepada peserta didik. Di SMA N 1 Muntilan yang tidak memiliki alokasi jam masuk kelas

evaluasi dilakukan untuk mengetahui program mana yang sudah dilaksanakan dan yang belum dilaksanakan. Dalam evaluasi kegiatan bimbingan dan konseling ada 4 komponen yang dievaluasi, yaitu komponen peserta didik, kompoen program, komponen proses, dan komponen hasil.

Evaluasi peserta didik yang dilakukan oleh TSP diawal tahun ajaran baru. TSP menghimpun seluruh data yang berkaitan dengan peserta didik dari berbagai pihak. Data yang dihimpun tersebut kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kebutuhan dari peserta didik. Hal ini yang nanti akan digunakan untuk menilai apakah tujuan bimbingan dan konseling sudah tercapai. Namun dari hasil wawancara TSP seperti tidak memahami mengenai evaluasi peserta didik sehingga jawaban yang diberikan oleh TSP tidak sesuai dengan teori tentang evaluasi peserta didik.

Berdasarkan hasil wawaancara TSP mengaku hanya melakukan evaluasi proses dan evaluasi peserta didik. Padahal pada program bimbingan dan konseling TSP mencantumkan evaluasi hasil dan evaluasi proses dan TSP juga melaksanakannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa TSP tidak memahami istilah dari evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kinerja TSP dalam melakukan evaluasi kegiatan bimbingan dan konseling masih kurang baik, sebab TSP kurang begitu memahami mengenai istilah evaluasi proses dan hasil. Padahal TSP mencantumkan pada program bimbingan dan konseling dan melakukannya. Sehingga TSP harus memperdalam pengetahuannya mengenai evaluasi kegiatan bimbingan dan konseling.

4.3.1.4 Mekanisme Kerja Administrasi Bimbingan Dan Konseling

Mekanisme kerja personel sekolah yang terjalin antara TSP dengan personel sekolah dapat dikatakan sudah baik. Seperti kepala sekolah yang mudah dalam mencairkan anggaran dana dan wali kelas yang melaporkan anak didiknya ketika bermasalah. Namun masih ada hal yang perlu ditingkatkan oleh TSP yaitu koordinasi dengan guru mata pelajaran lain. Sebab menurut TSP tidak semua guru mau untuk memberikan jam pelajarannya. Sehingga TSP perlu meningkatkan kerja sama dan koordinasi dengan guru mata pelajaran untuk memperlancar pemberian layanan klasikal.