• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan Pendekatan Intrinsik

3. Suka pada orang berbakat

Cao Cao adalah tokoh yang suka pada orang yang berbakat karena orang-orang berbakat ini sangat membantu Cao Cao mengalahkan musuh-musuhnya dalam medan perang sehingga dapat memperkuat posisi Cao Cao dalam mencapai tujuannya yaitu mendapatkan kekuasaan penuh atas Cina. Hal ini tergambar jelas pada kutipan pada:

“Dia adalah penduduk kota, namanya adalah Xu Shu. Dan Fu hanyalah sebuah nama samaran…” “Bagaimana kepandaianmu bila dibandingkan dengannya?” “Sepuluh kali lipat diatas Cheng Yu…,” jawab penasehat ini dengan jujur.

“Ahhh…sungguh sayang bila orang secerdik dan sepandai ini berada di balik Liu itu…” sesal Cao Cao. “Bila tuan Chengxiang memang benar- benar menginginkannya, maka hamba akan membuat si marga Xu mendatangi tempat ini…” “Sungguh? Bagaimana caramu hendak mendatangkan dia?” “Xu Shu seorang anak yang berbakti pada orang tuanya. Pada usia yang belia, dia telah ditinggal sang ayah dan ia diasuh ibunya yang kini telah berusia lanjut. Ia mempunyai seorang adik, Xu Gong namanya dan kini juga telah tiada sehingga tidak ada yang merawat ibunya kini. Nah… sebaiknya sekarang Tuan Chengxiang mengutus orang untuk mengajak ibunya ke Xuchang dan kita akan meminta supaya sang ibu menulis surat untuk anaknya kemari. Niscaya si marga Xu akan datang bekerja pada tuanku…” “Bagus…bagus!” Cao Cao menjadi sangat gembira mendegar buah pikir ini.” (Kisah Tiga Kerajaan, 2009: 189)

4. Cerdas

Cao Cao memiliki karakter yang terkenal cerdas, hal ini terbukti melalui kutipan pada :

“Cao Cao seorang yang cerdas. Dia ingin menguasai takhta Dinasti Han, tapi tidak berani mengkudeta Kaisar terang-terangan sebab ia takut dengan terjadinya pemberontakan-pemberontakan.Oleh sebab itu, secara perlahan- lahan ia menyingkirkan orang-orang yang setia dan bijaksana di pemerintahan. Sedangkan orang-orang yang terang-terangan menentangnya langsung dihukum di tengah pasar. Sejak saat itu Cao Cao benar-benar ditakuti oleh rakyat.”(Kisah Tiga Kerajaan, 2009: 169.)

5.Cerdik

Kecerdikan dalam menghadapi situasi membuat Cao Cao selalu berhasil menyelamatkan dirinya dari situasi yang membahayakannya. Berikut ini adalah kutipan yang menggambarkan kecerdikan Cao Cao yang terdapat pada Kutipan:

“Betapa cerdiknya Cao Cao, yang jadi permasalahan di sini adalah terlalu banyak kuda yang berwarna cokelat, maka Lu Bu pasti membutuhkan cukup waktu untuk menemukan “Cao Cao” yang dimaksud…Tanp membuang waktu lagi, Lu Bu segera memacu Chitu ma menuju arah yang ditunjuk Cao Cao. Bukan main lega dan gembiranya Cao Cao ini berhasil lolos dari lubang jarum.” (Kisah Tiga Kerajaan, 2009:123)

Juga didukung oleh kutipan lainnya di:

Cao Cao kaget setengah mati. Wajahnya yang semula bersinar-sinar kembali berubah menjadi pucat pasi, lebih pucat dari sebelumnya. Pada saat itu, Lu Bu juga sudah tiba dan sedang berjalan masuk kamar. Namun, bukan Cao Cao namanya bila pasrah pada nasib. Otaknya yang cerdik denga cepat segera berpikir. Ia langsung mengubah ekspresi wajahnya dalam sekejap, menenangkan diri dan maju selangkah ke depan. Lalu sambil berlutut ia menyerahkan gagang pedangnya kepada Dong Zhuo. (Kisah Tiga Kerajaan, 2009:51)

6. Curiga

Cao Cao memiliki sifat yang penuh kecurigaan terhadap orang lain, dia tidak benar-benar percaya pada orang lain dan hanya mempercayai dirinya sendiri. Hal ini tergambar melalui kutipan:

“Dalam perjalanan menuju daerah Chenggao, Cao Cao tiba-tiba ingat saudara angkat ayahnya, Lu Boshe. Dia memutuskan untuk mampir sejenak dan menginap sementara di rumah pamannya itu. Tak lama kemudian rumah Lu telah ditemukan. “Mengde aku telah membaca dan melihat pengumuman yang dipasang pemerintah. Kenapa bisa jadi begini!”. Setelah memperkenalkan Chen Gong pada pamannya, Cao Cao menceritakan pengalamannya.

“Terima kasih saudara Chen, jika bukan karena Saudara Chen kematian keponakanku pasti sudah menamatkan marga Cao!”.

Lu Boshe masuk ke dalam kamarnya. Tak lama kemudian ia pamit sebentar. Katanya, ia hendak membeli arak. Cao Cao langsung curiga. “Lu Boshe tidak punya pertalian darah denganku. Aku harus menyelidiki maksudnya.”Mereka dengan cermat menyelidiki rumah dan memasang telinga.” (Kisah Tiga Kerajaan, 2009:52)

7. Pahlawan

Walau pun Cao Cao memiliki karakter yang jahat tetapi dia juga adalah pahlawan pada masa itu karena kelihaiannya dalam berperang serta kemampuannya dalam pemerintahan. Hal ini tergambar melalui kutipan pada:

“Cao Cao is a better winner, but Liu Bei is the better man.” Menurut ajaran Konfusius, Liu Beii adalah sosok pemimpin yang sempurna. Liu Bei sangat baik, bijaksana, murah hati, dan mempunyai karisma seorang pemimpin sehingga disukai orang banyak. Tapi dalam hal politik dan berperang, ia bukan tandingan Cao Cao. Cao Mengde adalah seorang yang sangat cerdas, licik, ulet, pandai memcahkan persoalan pelik, dan juga sangat tegas (kejam).

Andai saja Cao Cao menggunakan bakat dan kemampuannya mempersatukan Tiongkok, lalu menyerahkan Tiongkok pada Liu Bei mungkin pada saat itu Tiongkok akan menjadi sangat makmur dan kuat.” (Kisah Tiga Kerajaan, 2009:177)

4.2.2.3 Tokoh Sun Quan

Sun Quan juga merupakan salah satu tokoh utama yang memgang peranan penting dalam roman klasik Tiongkok Kisah Tiga Negara, walau pun intensitas kemunculannya dalam roman yang dikisahkan kembali oleh Yongkie Angkawijaya ini dikategorikan sedikit yaitu hanya pada bab terakhir tetapi Sun Quan juga merupakan penguasa salah satu dari tiga kerajaan yaitu negara Wu. Berikut adalah analisis karakter tokoh Sun Quan.

1. Ragu-ragu

Tokoh Sun Quan merupakan tokoh pemimpin yang ragu-ragu, ragu dalam mengambil keputusan, apakah harus menyerah pada Cao Cao atau berperang melawan Cao Cao. Dalam hal ini Sun Quan ragu dalam mengambil keputusannya bahkan ketika Zhuge Liang yang ahli dalam strategi perang menawarkan cara yang paling ampuh untuk melawan tentara Cao Cao dengan strategi perang di air dimana tentara Cao Cao lemah dalam bidang ini Sun Quan tidak juga merasa yakin menang. Hal ini didukung oleh kutipan yang terdapat pada:

“Jelas anda ragu, padahal andalah yang memegang keputusan. Bila anda tidak bisa mengambil keputusan, maka bencana akan datang hanya dalam tempo beberapa hari lagi.” (Kisah Tiga Kerajaan, 2009: 347)

Hal ini juga didukung oleh kutipan lain yang yaitu:

Sun Quan tampak ragu-ragu. “Silahkan anda mundur dulu, beri waktu padaku untuk berpikir.” Lu Shu menghormat, lalu mengundurkan diri. Sun Quan menjadi serba salah. Nafsu makan menjadi hilang, tidur tidak nyenyak, terus gelisah bila ia mengingat posisinya yang berada dalam tekanan (diberi tanggung jawab oleh ayah dan kakaknya menjaga negara Wu Timur yang telah dibangun dengan banyak pengorbanan.) (Kisah Tiga

Kerajaan, 2009: 350)

Dokumen terkait