• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan

PERKEMBANGAN KEUANGAN INTERNASIONAL Nilai Tukar Mata Uang terhadap USD

Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan

Penguatan mayoritas nilai tukar terhadap USD terutama disebabkan oleh keputusan The Fed yang mempertahankan tingkat suku bunganya hingga akhir triwulan III tahun 2016. Terdapat beberapa alasan mengapa The Fed tetap mempertahankan suku bunganya, antara lain ketidakpastian iklim ekonomi dan politik Amerika Serikat (AS), menurunnya imbal hasil (yield) dari treasury AS pada Agustus 2016, menurunnya produktivitas non-farm, serta belum solidnya data tenaga kerja. Penguatan mayoritas mata uang negara lain terhadap USD juga terjadi secara MtM dan YoY (Lampiran 3).

Kondisi sebaliknya terjadi pada Poundsterling yang mengalami pelemahan terhadap USD terutama secara YtD dan YoY selama triwulan III tahun 2016 (Gambar 6 dan Lampiran 3). Hingga akhir September 2016, Poundsterling melemah 14,2 persen secara YoY (Lampiran 3).

25

Pelemahan Poundsterling disebabkan oleh beberapa faktor, terutama karena efek Brexit pada bulan Juni 2016, yang membuat iklim ekonomi Inggris semakin menurun karena capital outflow. Selain itu, pada bulan Agustus 2015, dampak dari kebijakan Bank of England berupa quantitative easing membuat yield obligasi Inggris turun dan pada akhirnya juga memberikan tekanan pada Poundsterling.

Inflasi

Pada akhir triwulan III tahun 2016, terjadi peningkatan inflasi di negara maju kawasan Euro, Inggris, dan AS (Tabel 5). Peningkatan inflasi pada negara kawasan Euro berasal dari peningkatan inflasi sektor jasa, makanan, alkohol, dan tembakau, industri barang non-energi, serta sektor energi. Sementara itu peningkatan inflasi AS pada bulan September tahun 2016 terutama disebabkan oleh peningkatan harga energi yang berdampak pada peningkatan hampir seluruh barang. Peningkatan inflasi juga dialami Inggris dimana pada bulan September 2016 meningkat 0,4 persen menjadi sebesar 1 persen (YoY)(Tabel 5).Peningkatan inflasi di Inggris terutama didorong oleh meningkatnya harga barang dan jasa yang juga merupakan salah satu akibat dari tren penguatan USD terhadap Poundsterling (Tabel 5). Hal ini menyebabkan harga impor yang diperoleh Inggris semakin mahal.

Sebaliknya, Jepang masih dalam kondisi deflasi yang semakin dalam meskipun telah melakukan kebijakan stimulus dan menerapkan kebijakan suku bunga negatif. Deflasi ini terutama disebabkan oleh ekspektasi konsumen yang belum pulih. Ekspektasi akan tren penurunan harga minyak dunia dan pelemahan ekonomi global masih membayangi Jepang sehingga sulit mengembalikan ekspektasi konsumen untuk berinvestasi dan menggairahkan kembali aktivitas ekonominya. Secara YoY, pada akhir

triwulan III tahun 2016 inflasi negara-negara maju kawasan Euro, Amerika Serikat, dan Inggris meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.Sebaliknya Jepang masih mengalami deflasi.

26

Tabel 5. Tingkat Inflasi Global Triwulan III-2016 (% YoY)

Juni Juli Agustus September

Perbandingan Tw II dan III tahun 2016 (%) Indonesia 3,45 3,21 2,79 3,07 0,38 BRIC Brazil 8,84 8,74 8,97 8,48 0,36 Russia 7,5 7,2 6,9 6,4 1,1 India 6,13 6,46 5,3 4,14 1,99 China (Tiongkok) 1,9 1,8 1,3 1,9 0 ASEAN Singapura -0,7 -0,7 -0,3 -0,2 0,5 Malaysia 1,6 1,1 1,5 1,5 0,1 Thailand 0,38 0,1 0,29 0,38 0 Filipina 1,9 1,9 1,8 2,3 0,4 Vietnam 2,4 2,39 2,57 3,34 0,94 Negara Maju Kawasan Euro 0,1 0,2 0,2 0,4 0,3 Amerika Serikat 1 0,8 1,1 1,5 0,5 Inggris 0,5 0,6 0,6 1,0 0,5 Jepang -0,4 -0,4 -0,5 -0,5 0,1

Keterangan: tingkat inflasi naik tingkat inflasi turun Sumber: Bloomberg, data

Peningkatan inflasi pada negara emerging market terutama dialami oleh negara-negara kawasan ASEAN, yaitu Singapura, Filipina, dan Vietnam. Peningkatan harga energi di masing-masing negara bersangkutan merupakan salah satu faktor peningkatan inflasi seiring dengan pemulihan harga minyak dunia. Sebaliknya, adapun beberapa negara berkembang yang mengalami deflasi, yaitu Indonesia, Malaysia, Brazil, Rusia, dan India (Tabel 5).

Mayoritas negara-negara ASEAN mengalami peningkatan tingkat inflasi pada akhir triwulan III tahun 2016, kecuali Indonesia dan Malaysia.

27

Suku Bunga

Kebijakan

Hingga akhir triwulan III tahun 2016, The Fed memutuskan untuk tidak meningkatkan suku bunganya seiring dengan ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi terutama masih melemahnya perekonomian Tiongkok dan adanya peristiwa Brexit. Kondisi politik AS juga menjadi pertimbangan The Fed untuk tidak meningkatkan suku bunganya hingga akhir triwulan III tahun 2016. Sama halnya dengan The Fed, People Bank of China (PBoC) juga mempertahankan suku bunganya, baik deposito maupun pinjamannya hingga akhir triwulan III tahun 2016. PBoC telah melonggarkan kebijakan moneternya melalui penyaluran dana murah ke pasar (low cost fund) dengan fasilitas pinjaman dan operasi pasar terbuka untuk mengatasi ekonomi Tiongkok yang masih lemah.

Selama triwulan III tahun 2016, European Central Bank (ECB) tetap mempertahankan suku bunga acuannya pada tingkat 0 (nol) persen. Akan tetapi, ECB masih melanjutkan kebijakan stimulus moneternya melalui perpanjangan tanggal jatuh tempo pembelian aset (dari September 2016 menjadi Maret 2017) dan berkomitmen untuk menginvestasikan kembali sekuritas yang telah jatuh tempo untuk memenuhi likuiditas pada operasi pasar terbuka hingga awal 2018. Sama halnya dengan ECB, Bank of Japan (BoJ) juga tetap mempertahankan suku bunganya pada tingkat -0,1 persen. Kebijakan yang ditempuh oleh BoJ selama ini dianggap belum efektif karena kondisi ini tidak membawa dampak positif terhadap peningkatan inflasi bahkan mengalami deflasi yang lebih dalam.

Tabel 6. Perubahan Suku Bunga Bank Sentral Beberapa Negara Triwulan III Tahun 2016 (persentase poin)

Negara Juni Juli Agustus September

Meksiko 4,25 4,25 4,25 4,75

Indonesia 6,50 6,50 5,25* 5,00*

Sementara itu, ECB dan BoJ juga menahan suku bunganya selama triwulan III tahun 2016.

Pada triwulan III tahun 2016, Amerika Serikat (The Fed) belum mengambil langkah untuk kembali meningkatkan suku bunganya sejak

28

Negara Juni Juli Agustus September

Argentina 27,13 26,57 24,90 24,07

Australia 1,75 1,75 1,50 1,50

Malaysia 3,25 3 3 3

India 6,75 6,5 6,5 6,5

Sumber: Bank Indonesia dan Bloomberg

Keterangan: *reformulasi suku bunga kebijakan menjadi suku bunga 7 day reverse repo Penurunan suku bunga terjadi pada beberapa bank sentral emerging market terutama untuk menstimulus perekonomian dengan tingkat inflasi yang terkendali (Tabel 6). Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan tingkat suku bunganya kembali pada bulan Agustus dan September tahun 2016 karena dinilai risiko depresiasi nilai tukar telah berkurang. Bank Indonesia telah menjalankan suku bunga kebijakan 7-day reverse repo dalam rangka meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter jangka pendek pada tanggal 19 Agustus 2016. Sama halnya dengan Indonesia, Australia juga memutuskan untuk menurunkan suku bunganya untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya yang terjadi pada Meksiko, yang memilih untuk tidak melonggarkan kebijakan moneternya karena tekanan penguatan USD dirasakan sangat berdampak pada peningkatan inflasi negara tersebut.

Cadangan Devisa

Selama triwulan III Tahun 2016, perekonomian global sedang mengalami pemulihan secara moderat namun masih rentan terhadap gejolak keuangan. Pemulihan pertumbuhan ekonomi diiringi dengan tren peningkatan cadangan devisa berbagai negara. Pada negara maju, peningkatan tertinggi secara QtQ dialami oleh Inggris. Kondisi sebaliknya terjadi pada cadangan devisa bank sentral Tiongkok yang secara QtQ mengalami penurunan seiring terjadinya perlambatan ekonomi yang mengakibatkan capital outflow pada negara tersebut. Sejumlah bank sentral, baik

negara emerging market maupun negara maju memilih untuk mengubah suku bunganya pada triwulan III tahun 2016.

Pada triwulan III tahun 2016, posisi cadangan devisa pada sebagian besar negara emerging market dan negara maju mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II tahun 2016.

29

Adapun Indonesia merupakan negara berkembang dengan peningkatan cadangan devisa tertinggi, yaitu mencapai 5,4 persen dibandingkan akhir triwulan III 2016. Hal ini merupakan dampak dari kebijakan tax amnesty. Tabel 7. Posisi Cadangan Devisa Beberapa Bank Sentral (miliar USD)

Juni’16 Juli’16 Agust’16 Sep’16 %QtQ BRIC

Brazil 364,2 369,3 369,5 370,4 1,7

Rusia 392,8 393,9 n.a 397,7 1,3

India n.a n.a n.a n.a n.a

China (Tiongkok) 3303,2 3299,9 3281,8 3264,1 -1,2 ASEAN-5 Indonesia 109,8 111,4 113,5 115,7 5,4 Malaysia 97,2 97,3 97,5 97,7 0,5 Singapura 248,9 251,4 252,3 252,3 1,4 Thailand 178,7 180,2 180,8 180,5 1,0 Filipina 85,3 85,5 85,8 86,1 0,9 Negara Maju Jepang 1265,4 1264,8 1256,1 1260,1 -0,4 Kawasan Euro 801,4 805,3 799,7 811,4 1,2 Inggris 168,6 174,2 173,2 172,3 2,2 Amerika Serikat 120,4 120,6 121,9 121,2 0,7

Sumber: International Monetary Fund, official reserve assets.

PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL

Dokumen terkait