* Angka Sementara
**) Masih sangat sangat sementara
Bila dilihat perkembangan masing-masing lapangan usaha dari tahun 2007-2011 di Kabupaten Jembrana, juga mengalami peningkatan. Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan jumlah produk yang dihasilkan setiap tahun oleh masyarakat di Kabupaten Jembrana dikalikan dengan harga tahun dasar. Bila dilihat dari perkembangan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Jembrana setiap tahun selalu meningkat. Hal ini mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Apalagi bersamaan dengan peningkatan pendapatan perkapita, pemerintah memberikan berbagai subsidi kepada masyarakat sehingga turut serta mendongkrak kesejahteraan.
Tabel 4.18:
Perkembangan PDRB/ Kapita Atas Dasar Harga Konstan, PDRB/ Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 s/d 2012
Tahun PDRB/ Kapita (Rp).
Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB/ Kapita (Rp). Atas Dasar Harga Konstan
2008 Rp 11.282.672,90 Rp 6.191.397,70
2009 Rp 12.678.719,17 Rp 6.434.879,01
2010 Rp 13.742.703,73 Rp 6.634.157,46
2011*) Rp 14.739.912,09 Rp 6.878.460,70
2012**) Rp 16.431.107,89 Rp 7.258.552,28
Sumber : BPS Kab. Jembrana, 2013
*) Angka sementara
Gambar 2. 19: Perkembangan PDRB/ Kapita (Rp). Tahun 2008 s/d 2012
Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan bentuk perbandingan berskala internasional, nasional maupun regional. Metode Location Quitionet digunakan untuk mengindentifikasi sektor unggulan potensi perekonomian Kabupaten Jembrana. Analisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut. LQ berguna untuk melihat spesialisasi kegiatan produksi suatu wilayah. Pada dasarnya, teknik ini menyajikan perbandingan relative antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebihluas. Apabila hasil perhitungan rasio lebih besar dari 1 (LQ > 1) menunjukkan sektor tersebut sektor unggulan atau basis dan jika LQ = 1 menunjukkan keswasembadaan, dalam artian memiliki potensial yang sama dengan sektor sejenis di daerahtertentu, sehingga hanya cukup untuk melayani kebutuhan daerah sendiri. Dan bila LQ < 1 menunjukkan tergolong bukan sektor unggulan dalam artian bahwa wilayah tersebut tidak mampu untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan cenderung untuk import.
LQ = N N S S N S N S i i 1 1 Keterangan:
Si = Jumlah produksi komoditas x di Kabupaten Jembrana S = Jumlah seluruh produksi komoditas di Provinsi Bali
N1 = Jumlah produksi komoditas x di Kabupaten Jembrana N = Jumlah seluruh produksi komoditas x di Provinsi Bali
Tabel 4.19:
Perhitungan LQ Lapangan Usaha di Kabupaten JembranaTahun 2012
No. Lapangan Usaha Nilai PDRB LQ
Jembrana *Bali
1 Pertanian 1.056.917,33 14.133.918,42 1,43 2 Pertambangan dan Penggalian 22.581,55 660.010,01 0,65 3 IndustriPengolahan 330.434,02 7.470.929,25 0,84 4 Listrik, Gas & Air Bersih 82.406,81 1.703.888,59 0,92
5 Bangunan 301.174,56 4.351.426,23 1,32
6 Perdag., Hotel & Restoran 1.157.322,27 25.372.053,61 0,87 7 Pengangkutan & Komunikasi 706.931,34 12.299.191,24 1,10 8 Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan 206.606,02 5.663.392.83 0,70 9 Jasa - Jasa 539.164,02 12.284.484,03 0,84
Total 4.403.536,91 83.939.294,21 1,00
Sumber :Data BPS Kab. Jembrana & BPS Provinsi Bali diolah, Tahun 2012
Penilaian menggunakan LQ akan memberi gambaran apakah suatu komoditas bersifat ekspor atau habis diwilayah sendiri. Batasan ekspor dapat diartikan keluar dari kecamatan, kabupaten, provinsi, sampai nasional, kesemuanya berdasar ketersediaan data dan pembanding yang dimiliki. Berdasarkan hasil perhitungan LQ Kabupaten Jembrana terhadap Provinsi Bali, bahwa sektor unggulan adalah sektor pertanian (subsektor Tanaman Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan) dan sektor bangunan. Dimana memiliki LQ>1 yang merupakan syarat utama menjadi sektor unggulan.
Adapun sektor selain pertanian (subsektor Tanaman Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan) merupakan sektor belum potensial/non basis dengan sektor sejenis di daerah tertentu, sehingga bukan merupakan sektor unggulan.
Melalui perhitungan LQ, akan diperoleh sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk dilakukan ekspor (distribusi keluar daerah lain). Selanjutnya dilakukan analisis analisis Growth yang dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dari sektor ekonomi tersebut setiap tahunnya (minimal dalam kurun waktu 3 tahun terakhir).
1 ) 1 ( Tn Tn Tn Rumus Dimana :
Tn : Σ Produksi tahun ke-n
Tn-1 : Σ Produksi tahun ke n-1
Tabel 4.20:
Perhitungan Pertumbuhan Lapangan Usaha 2010 – 2012
No. Lapangan usaha
Nilai PDRB Nilai Growth 2010– 2011 (%) Nilai Growth 2011 – 2012 (%) 2010 2011*) 2012**) 1 Pertanian 426.675,35 428.560,59 442.921,17 0,44 3,35 2 Penggalian 6.830,33 7.675,11 8.289,92 12,37 8,01 3 Industri 134.104,37 136.684,49 144.568,45 1,92 5,77 4 Listrik & Air Minum 15.033,39 16.418,06 18.116,00 9,21 10,34 5 Bangunan 92.938,77 99.517,30 106.729,90 7,08 7,25 6 Perdag., Hotel &Restoran 454.544,92 497.953,38 535.870,92 9,55 7,61 7 Pengangkutan & Komunikasi 254.287,18 266.627,31 283.732,52 4,85 6,42 8 Perbankan & Lembaga
Keuangan lainnya
86.113,71 90.149,54 95.724,88 4,69 6,18 9 Jasa - Jasa 268.775,67 291.314,01 309.338,24 8,39 6,19
Sumber : Data BPS Kab. Jembrana diolah, Tahun 2012 *) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
Berdasarkan perhitungan analisis growth diatas diketahui secara keseluruhan sektor lapangan usaha pada tahun 2012 memiliki nilai pertumbuhan atau growth (+), dari tahun 2010 hingga tahun 2012 memiliki nilai pertumbuhan (+) pada semua sektor lapangan usaha namun nilai pada lapangan usaha perdagangan hotel dan restauran, nilai growth dibandingkan antara tahun 2010-2011 dengan tahun 2010-2011-2012 peningkatan nilainya mengalami penurunan dari 9,55 menjadi 7,61 termasuk denganb lapangan usaha jasa dari 8,39 menjadi 6,19.
Analisis Share
Analisis share digunakan untuk melihat karakteristik struktur ekonomi di suatu wilayah. Share dengan nilai >1 diberi poin 3, nilai = 1 diberi poin 2 dan nilai <1 diberi poin 1. Share positif yaitu sektor yang mempunyai poin sama atau lebih dari 2 menunjukkan sektor tersebut berpotensi untuk dikembangkan. Penetapan tanda positif hanya diperuntukkan untuk sektor yang mempunyai poin sama atau lebih dari 2 dengan pertimbangan bahwa sektor tersebut mempunyai kontribusi dalam perekonomian regional.
Share = 100% 2 1 NP NP Keterangan:
NP1 = Nilai produksi komoditas x di Kabupaten Jembrana
NP2 = Nilai produksi komoditas x di Provinsi Bali
Tabel 4.21:
Perhitungan Share Lapangan Usaha di Kab.JembranaTahun 2012
No. Lapangan Usaha Kab. Jembrana Propinsi Bali* Share 1 Pertanian 442.921,17 6.070.993,49 0,07 2 Pertambangan dan Penggalian 8.289,92 240.227,85 0,03 3 Industri Pengolahan 144.568,45 3.210.844,00 0,05 4 Listrik, Gas & Air Bersih 18.116,00 513.572,99 0,04 5 Bangunan 106.729,90 1.467.171,65 0,07 6 Perdag., Hotel &Restoran 535.870,92 10.574.602,89 0,05 7 Pengangkutan & Komunikasi 283.732,52 3.636.776,49 0,08 8 Keu. Persewaan & Jasa
Perusahaan
95.724,88 2.366.826,86 0,04 9 Jasa - Jasa 309.338,24 4.723.315,13 0,07 Sumber :Data BPS Kab. Jembrana Diolah, Tahun 2013
Untuk menyatakan kontribusi yang diberikan itu besar atau tidak adalah dengan melihat ketentuan berikut: bila share bernilai x>2 diberi tanda (+) dan dinyatakan kontribusi yang diberikan besar dan bila share bernilai 1<x<2 diberi tanda (-) dan dinyatakan kontribusi yang diberikan kecil (rendah).
Klasifikasi Sektor Berdasarkan Tingkat Pertumbuhan
Berdasarkan pertimbangan klasifikasi sektor ditinjau dari tingkat pertumbuhan pada tahun 2012 Kabupaten Jembrana, maka ditetapkan komoditas-komoditas unggulan menjadi beberapa klasifikasi sektor, yaitu :
Tabel 4.22:
Klasifikasi Lapangan Usaha di Kab.Jembrana Berdasarkan Diagram Growth Share Tahun 2012
No. Lapangan Usaha Growth Share Klasifikasi
Sektor
1 Pertanian ( + ) ( - ) Sektor Dominan
2 PertambangandanPenggalian ( + ) ( - ) Sektor Dominan 3 IndustriPengolahan ( + ) ( - ) Sektor Dominan 4 Listrik, Gas & Air Bersih ( + ) ( - ) Sektor Dominan
5 Bangunan ( + ) ( - ) Sektor Dominan 6 Perdag., Hotel &Restoran ( + ) ( - ) Sektor Dominan 7 Pengangkutan&Komunikasi ( + ) ( - ) Sektor Dominan 8 Keu. Persewaan&Jasa Perusahaan ( + ) ( - ) Sektor Dominan 9 Jasa - Jasa ( + ) ( - ) Sektor Dominan Sumber :Data BPS Kab. Jembrana diolah, Tahun 2011
Gambar 4.20: Diagram Growth Share
1) Sektor Unggulan
Komoditas yang masuk dalam klasifikasi sektor unggulan menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi (+) dan kontribusi yang diberikan cukup besar (+). Sektor unggulan nantinya akan menjadi sektor basis suatu wilayah. Tidak adak omoditas yang masuk dalam sektor unggulan.
2) Sektor Potensial
Komoditas yang masuk dalam sektor potensial menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah (-) tetapi kontribusi yang diberikan cukup besar (+). Sektor potensial ini nantinya mampu dijadikan sebagaisektor basis dalam jangka panjang. Hal ini berarti bahwa sektor tersebut dapat dikembangkan menjadi basis ekonomi Kabupaten Jembrana dengan perlakuan-perlakuan khusus. Tidak ada komoditas yang masuk dalam sektor unggulan.
3) Sektor dominan
Share (+) (-)
Komoditas yang masuk dalam sektor dominan menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi (+) akan tetapi memiliki kontribusi yang kecil (-). Sektor dominan dapat dikembangkan menjadi sektor basis dengan adanya perlakuan-perlakuan khusus. Berdasarkan analisis diatas, sebagian besar sektor lapangan usaha termasuk dalam klasifikasi sektor dominan.
4) Sektor statis
Komoditas yang masuk dalam sektor statis menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah (-) dan memiliki kontribusi yang kecil (-). Berdasarkan analisis diatas, tidak ada komoditas yang termasuk sektor statis.
Meningkatkan perekonomian Kabupaten Jembrana perlu terlebih dahulu identifikasi potensi basis dan non basis berdasarkan sektor-sektor yang ada dalam Produk Domestik Regioanl Bruto. Selain itu, untuk mengetahui keadaan PDRB Kabupaten Jembrana dan sembilan sektor penyusun PDRB dimasa yang akan datang serta untuk mengetahui terjadi atau tidaknya fluktuasi maka dibutuhkan penjelasan PDRB Kabupaten Jembrana.
Struktur ekonomi tahun 2011-2012 tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya dari kontribusi sektor terbesar sampai terkecil dan asumsi sektor ini dibagi dalam 3 kelompok:
– Kelompok sektor primer – Kelompok sektor sekunder – Kelompok sektor tersier
Kelompok sektor primer terdiri dari sektor pertanian serta sektor perdagangan dan pertambangan. Kelompok sektor sekunder terdiri dari 3 sektor, masing-masing sektor industri pengolahan, kemudian sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan. Selanjutnya kelompok sektor tersier terdiri dari empat sektor yaitu: sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasaperusahaan serta sektor jasa-jasa.
Secara umum Perekonomian Kabupaten Jembrana tahun 2011-2012 pada ketiga sektor tumbuh positif. Hal ini seperti dalam tabel berikut:
Tabel 2.23:
Distribusi PDRB HargaBerlaku Menurut Sektor
No. Sektor 2011 2012*
1 Primer 26 % 25 %
2 Sekunder 16 % 16 %
3 Tersier 58 % 59 %
Sumber : BPS Kabupaten Jembrana *Angka sementara
Gambar 4.21: Distribusi PDRB tahun 2012
Struktur perekonomian di Bali memiliki karakteristik yang unik dan berbeda, apabila dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Sektor pariwisata di Bali memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Kabupaten Jembrana sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bali tidak memiliki potensi pariwisata sebesar dengan kabupaten lainnya di wilayah Bali Selatan. Struktur ekonomi Kabupaten Jembrana saat ini yang berperan besar adalah sektor tersier sebesar 59%, kemudian sektor primer sebesar 25%, yakni pertanian dalam arti luas, dan sektor sekunder sebesar 16%. Sektor tersier mengalami peningkatan dibandingkan sektor primer yang menjadi dominan pada beberapa tahun sebelumnya.
Sektor perdagangan memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang perekonomian di Kabupaten Jembrana. Apabila dikelola dengan baik, hasil kekayaan alam yang melimpah tersebut, yang terdiri dari potensi laut dan darat akan dapat dijadikan komoditas ekspor ke luar daerah sehingga dapat memajukan perekonomian daerah. Beberapa komoditas yang banyak dikenal dan dihasilkan di Kabupaten Jembrana tersebut seperti produksi kakao dan ikan laut.
Untuk menunjang sektor perdagangan sehingga memiliki daya saing yang tinggi, diperlukan dukungan dari sektor industri dan kerajinan. Dengan adanya sektor tersebut, maka nilai ekonomi suatu barang akan semakin meningkat sehingga akan semakin menambah daya jual. Potensi sumber daya alam yang melimpah di Kabupaten Jembrana, yang dapat dijadikan sebagai bahan mentah, menjadikan sektor industri dan kerajinan memiliki prospek untuk dikembangkan Berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan bertujuan untuk lebih memberdayakan Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (K-UMKM) sehingga mampu memotivasi dan memfasilitasi tumbuhnya kegiatan ekonomi produktif di masyarakat, menciptakan kemandirian masyarakat dalam berusaha, menciptakan lapangan kerja yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (formal) Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 24 :
Data Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Formal) Kabupaten Jembrana Tahun 2012 No. Kecamatan Sektor UMKM Perdagangan Industri Industri Pertanian Non Pertanian Aneka Usaha Jumlah UMKM 1 1 Melaya 171 21 13 38 245 2 Negara 345 5 5 0 495 3 Jembrana 400 8 9 6 573 4 Mendoyo 201 4 1 5 331
Sumber : LPKJ Bupati Jembrana 2012
Koperasi di Indonesia, menurut UU tahun 1992, didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam hal ini, apabila dilihat perkembangan jumlah koperasi dan anggota setiap tahunnya di Kabupaten Jembrana selalu mengalami peningkatan. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa jenis usaha koperasi di Kabupaten Jembrana masih diminati oleh masyartakat.
Tabel 4. 25:
Data Koperasi di Kabupaten Jembrana
No Uraian Satuan Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1 Jumlah Koperasi Unit 201 214 218 222 232
2 Jumlah Anggota (KUD) Anggota 20.570 20.148 20.148 20.427 20.427 3 Jumlah Anggota (Non KUD) Anggota 25.220 26.002 26.422 30.760 48.917
4 Koperasi Aktif Unit 187 199 203 207 213
5 Koperasi Tidak Aktif Unit 14 15 15 15 19
Sumber Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Jembrana
Laju Inflasi
Perhitungan laju inflasi hanya dilakukan di BPS Provinsi Bali, sehingga untuk mengetahui angka inflasi di Kabupaten Jembrana menggunakan acuan perhitungan angka inflasi di kota terdekat, yaitu Kota Denpasar. Selain dilakukan di Kota Denpasar, perhitungan angka inflasi tersebut dilaksanakan di 66 kota di Indonesia yang secara periodik diumumkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Data perkembangan inflasi tahun 2008-2012 sebagai berikut:
5 Pekutatan 84 5 8 7 144 Jumlah 1.201 73 36 76 1.786
Tabel 4.26:
Perkembangan Laju Inflasi Kota Denpasar Tahun 2008 s/d 2012
Sumber : BPS Provinsi Bali
Perkembangan harga berbagai komoditas pada Desember 2012 secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 66 kota pada Desember 2012 terjadi inflasi 0,54 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 134,76 pada November 2012 menjadi 135,49 pada Desember 2012. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Desember) 2012 dan tingkat inflasi year on year (Desember 2012 terhadap Desember 2011) sebesar 4,30 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks seluruh kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 1,59 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,29 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,17 persen; kelompok sandang 0,24 persen; kelompok kesehatan 0,18 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,05 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,26 persen.
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Desember 2012 antara lain: beras, daging ayam ras, ikan segar, telur ayam ras, tarif angkutan udara, daging sapi, bawang merah, bayam, sawi hijau, kangkung, kentang, jeruk, nasi dengan lauk, rokok kretek filter, upah tukang bukan mandor,dan jam tangan. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah: cabai merah danminyak goreng.
Kelompok-kelompok komoditi yang pada Desember 2012 memberikan andil/sumbangan inflasi,yaitu: kelompok bahan makanan 0,37 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,05 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,04 persen; dan kelompok sandang 0,02 persen; kelompok kesehatan 0,01 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,01 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,04 persen.
Inflasi 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Gini
Gini rasio merupakan salah satu indikator yang dapat melihat ketimpangan pendapatan antar golongan penduduk, untuk melihat karakteristik ketimpangan lainnya dapat menggunakan data PDRB perkapita sebagai proxy pendapatan perkapita. Indikator yang memberikan gambaran proporsi tingkat pendapatan yang dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan daerah secara umum serta sebagai bahan evaluasi pembangunan daerah. Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh.
Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 bahwa tentang gini ratio dikelompokkan kedalam ketimpangan rendah apabila gini ratio tinggi lebih kecil dari 0,3, di kategorikan ketimpangan sedang apabila gini rationya lebih besar dari 0,3 dan lebih kecil dari 0,5, selanjutnya di kategorikan ketimpangantinggi apabila gini rationya lebih besar dari 0,5. Berikut dapat disajikan perkembangan gini ratio Kabupaten Jembrana untuk kurun waktu 2008 – 2012 pada tabel berikut:
Tabel 4.27:
Indeks Gini Kabupaten Jembrana Tahun 2008 s/d 2012
No. Tahun Indeks Gini
2008 0,2583
2009 0,2370
2010 0,2475
2011 0,2575
2012 0,2550
Sumber : BPS Kabupaten Jembrana
Bila diperhatikan tabel tersebut diatas dalam kurun waktu 2008 – 2012 Kabupaten Jembrana Gini Rationya terkategorikan ketimpangan rendah. Sedangkan pada tahun 2011 gini ratio berkategorikan sedang. Kondisi tersebut mencerminkan tingkat pendapatan masyarakat di Kabupaten Jembrana cenderung tidak merata atau gap antara rumah tangga kaya dan rumah tangga miskin cenderung ketimpangan sedang .Oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi diharapkan merata di masing-masing sektor (9 sektor) sehingga ketimpangan tidak cenderung naik.
Melihat kondisi di Provinsi Bali pendapatan golongan (20%) tertinggi di kab./kota seluruhnya berada pendapatan rendah dan sedang. Di Kabupaten Jembrana kontribusi pendapatan penduduk dengan pendapatan tertinggi di atas 40 % nomer setelah Kota Denpasar yang merupakan satu-satunya kabupaten/kota di Brovinsi Bali dengan kontribusi diatas 50%.. Hanya Kabupaten Karangasem kontribusi pendapatan penduduk dengan pendapatan tertinggi di bawah 40%. Kontribusi yang tinggi terhadap golongan pendapatan penduduk tertinggi memberikan efek yang kurang baik terhadap pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Gambar 4.22: Perbandingan kontribusi pendapatan penduduk di Provinsi Bali
(Sumber BPS Provinsi Bali)
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Kontribusi Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Jembrana terhadap ekonomi Provinsi Bali tahun 2012 mencapai 5,89% lebih kecil jika dibandingkan tahun 2000 yang mencapai 7,03%. Kontribusi ekonomi kabupaten/kota sentral (Kabupaten Badung dan Kota Denpasar) terus mendominasi bahkan kontribusinya mengalami peningkatan. Kontribusi Badung dan Denpasar tahun 2012 mencapai 45% meningkat 5% jika dibandingkan kontribusi di tahun 2000. Percepatan ekonomi di Kabupaten Jembrana tahun 2012 sebesar 5,90%, masih di bawah Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali sebesar 6,65%. Kabupaten/kota yang pertumbuhan ekonominya diatas rata-rata didominasi oleh Kabupaten Badung yang mampu mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu 7,30%, sedangkan yang pertumbuhan terendah adalah Kabupaten Karangasem yang mencapai 5,73%. Pemerataan ekonomi Bali antar kabupaten/kota menjadi kerja bersama antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Bali. Gambaran Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar 4.23: Perbandingan kontribusi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
(Sumber : BPS Provinsi Bali)
Gambar 4.24: Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
(Sumber : BPS Provinsi Bali)
NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkatkemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dariproduk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dariperbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada bulan Nopember 2012, NTP Bali mengalami penurunan bila dibandingkan dengan bulan Oktober 2012 sebesar 0,60 persen dari 108,93 menjadi 108,28. Secara umum turunnya NTP ini disebabkan oleh turunya nilai indeks yang diterima petani yaitu sebesar (0,45) persen sedangkan indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,15 persen. Turunnya indeks yang diterima petani (It) ini terjadi pada turunnya indeks yang diterima petani pada Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat, sedangkan pada Subsektor Peternakan dan Perikanan mengalami kenaikan. Sebaliknnya naiknya indeks yangdibayar petani (Ib) terjadi pada Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan dan Perikanan. Perbandingan NTP Nopember 2012 terhadap Oktober 2012 menunjukkan bahwa semua subsektor mengalami penurunan NTP.
Tabel 4. 28:
Sumber : BPS Propinsi Bali
Perbandingan NTP Oktober 2012 terhadap Nopember 2012 menunjukkan bahwa beberapa subsektor mengalami penurunan NTP. Subsektor yang mengalami penurunan adalah Subsektor Hortikultura, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat, Subsektor Peternakan, Subsektor Tanaman Pangan dan Subsektor Perikanan.