BAB IV
PROFIL KABUPATEN JEMBRANA
4.1 Batas Administrasi Wilayah
Kabupaten Jembrana adalah satu dari 9 (sembilan) Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Bali, terletak di belahan Barat pulau Bali, membentang dari arah Barat ke Timur pada 8 .09'.30" 8 28'02" LS dan 114 25'53" – 114 5638" BT. Luas wilayah Jembrana yaitu 841,80 Km² atau 84.180 Ha.
Batas administrasi wilayah Kabupaten Jembrana adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng
Sebelah Timur : Kabupaten Tabanan Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Selat Bali
Secara administrasi Kabupaten Jembrana terdiri dari 5 Kecamatan dengan rincian sebagaimana tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1:
Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Jembrana
Sumber: Profile Kabupaten Jembrana Tahun 2013
No. Nama Kecamatan Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Ha)
1. Melaya 10 19.719
2. Negara 12 12.650
3. Jembrana 10 9.397
4. Mendoyo 11 29.449
5. Pekutatan 8 12.965
Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 - 2032
Gambar 4.1: Peta Administrasi Kabupaten Jembrana
4.2 Profil Demografi
Informasi data kependudukan merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan sebuah perencanaan dalam sebuah masyarakat. Dari data kependudukan tersebut dapat dibuat sebuah proyeksi beberapa tahun kedepan, sehingga perencanaan tidak hanya digunakan untuk kebutuhan sesaat saja namun dapat diimplementasikan dalam jangka waktu tertentu. Proyeksi penduduk tersebut bukan merupakan ramalan, tetapi perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi – asumsi tertentu berdasarkan komponen – komponen laju pertumbuhan penduduk.
4.2.1. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk
kecamatan tahun 2012 serta perkembangan jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk dari tahun 2008-2012 dapat dilihat dari tabel 4.2, dan bahwa jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan jumlah yang paling tinggi adalah pada tahun 2012.
Tabel 4.2:
Jumlah Rumah Tangga & Penduduk di Kabupaten Jembrana Tahun 2012
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013
Persentase jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013
ProfilKabupatenJembrana Tahun 2013
Gambar 4.2: Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Jembrana Tahun 2012
Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana berdasarkan jenis kelamin per 31 Desember 2012 terdiri dari 158.398 jiwa penduduk laki-laki dan 158.719 jiwa
penduduk perempuan. Berdasarkan perbandingan jumlah penduduk tersebut diketahui sex ratio Kabupaten Jembrana adalah 99,80 yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih kecil daripada jumlah penduduk perempuan. Berikut adalah disajkan Tabel 2.3 yang menyajikan data sex ratio jumlah penduduk laki – laki terhadap perempuan serta perkembangan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dan sex ratio tahun 2008-2012.
Tabel 4.3:
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013
ProfilKabupatenJembrana Tahun 2013
Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini:
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013
ProfilKabupatenJembrana Tahun 2013
Gambar 4.3: Jumlah Penduduk di Kabupaten Jembrana Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012
Sex Ratio di Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini:
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013
Gambar 4.4: Sex Ratio di Kabupaten Jembrana Tahun 2012
Jumlah penduduk berusia ≥17 Tahun adalah sebanyak 236.855 jiwa yang merupakan 74,69% dari keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana. Distribusi terbanyak adalah di Kecamatan Negara dengan jumlah 66.904 jiwa dan jumlah paling sedikit adalah di Kecamatan Pekutatan dengan jumlah 23.501 jiwa, Jumlah penduduk ≥ 17 Tahun dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4:
Jumlah Penduduk ≥ 17 Tahun atau Telah Menikah Di Kabupaten Jembrana Tahun 2012
Sumber : ProfilKabupatenJembrana Tahun 2013
penggunaan kertas secara otomatis akan lebih bisa dihemat, karena mencontreng dengan menggunakan E-Voting hanya menggunakan media digital.
Jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana wajib KTP adalah sebesar 229.149 jiwa yang merupakan 72,26 % dari keseluruhan jumlah penduduk . Dari keseluruhan jumlah wajib KTP tersebut sebagian yang belum memiliki KTP adalah berjumlah 87.968 jiwa atau 38,39 % dari keseluruhan jumlah wajib KTP. Jumlah penduduk wajib KTP SIAK dan status kepemilikan KTP SIAK dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5:
Penduduk Wajib KTP SIAK & Status Kepemilikan KTP SIAK Tahun 2012
Sumber : ProfilKabupatenJembrana Tahun 2013
Sumber : ProfilKabupatenJembrana Tahun 2013
Menurut data jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur, maka kelompok umur tertinggi adalah kelompok umur usia antara 26 – 45 tahun dengan jumlah 105.593 jiwa. Berikut Tabel 4.6yang menyajikan jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia di Kabupaten Jembrana tahun 2012.
Tabel 4.6:
Penduduk Menurut Kelompok Usia di Kabupaten Jembrana Tahun 2012
Sumber : ProfilKabupatenJembrana Tahun 2013
Perbandingan jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada Gambar 4.6di bawah ini:
Sumber : ProfilKabupatenJembrana Tahun 2013
Jumlah penduduk status kawin di Kabupaten Jembrana adalah berjumlah 167.004 jiwa yang terbagi memiliki akta perkawinan dan tidak. Sebagian besar adalah tidak memiliki akta perkawinan yaitu sebesar 130.440 jiwa dan hanya 36.564 jiwa yang memiliki akta perkawinan. Penduduk yang tidak memiliki akta perkawinan pada umumnya adalah penduduk yang melangsungkan pernikahannya dengan menggunakan adat dan tradisi setempat, sedangkan yang memiliki akta perkawinan adalah penduduk agama Islam yang pada umumnya telah terdaftar di KUA. Jumlah pasangan nikah berakta dan tidak berakta dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7:
Jumlah Pasangan Nikah Berakta dan Tidak Tahun 2012
Sumber : Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013
Jumlah pasangan yang memiliki akta dan tidak memiliki akta perkawinan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber : Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013
Jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana per 31 Desember 2012 adalah sebanyak 317.117 jiwa dan hanya sebagian yang telah memiliki akta kelahiran yaitu sebesar 79.650 jiwa sedangkan yang tidak memiliki akta kelahiran sebesar 237.467 jiwa. Jumlah kepemilikan akta kelahiran penduduk Jembrana Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.8:
Jumlah Kepemilikan Akta Lahir Penduduk Jembrana Tahun 2012
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013
Perbandingan persentase Jumlah kepemilikan Akta Kelahiran penduduk Jembrana Tahun 2012 dapat dilihat pada gambar 4.8 di bawah ini:
Jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana per 31 Desember 2012 bila dilihat dari ijasah terakhir yang dimiliki, dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9:
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Akhir yang Ditamatkan Di Kabupaten Jembrana Tahun 2012
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013
4.2.2. Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk yang besar, bagi pemerintah Kabupaten Jembrana dalam hal penyediaan lapangan kerja adalah memiliki dua sisi yang berlainan. Di satu sisi, dengan banyaknya jumlah penduduk adalah merupakan sebuah potensi yang dapat digunakan dalam upaya pembangunan daerah. Namun disisi lain, banyaknya jumlah penduduk, merupakan tantangan bagi pemerintah Kabupaten Jembrana untuk dapat menyediakan lapangan pekerjaan sehingga jumlah pengangguran dapat ditekan. Selain membuka lapangan pekerjaan di dalam negeri, selama ini juga telah dilakukan kerjasama dengan luar negeri terkait perekrutan tenaga kerja, seperti misalnya ke Jepang.
Kabupaten Jembrana. Berikut Tabel 4.10 yang menyajikan jumlah penduduk usia angkatan kerja di Kabupaten Jembrana tahun 2003 s/d 2012.
Tabel 4.10:
Perkembangan Penduduk Usia Angkatan Kerja di Kabupaten Jembrana Tahun 2003-2012
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013
Gambar 4.9: Pertumbuhan Angkatan Kerja di Kabupaten Jembrana Tahun 2003 s/d 2012
4.3 Profil Topografi
wilayah Kabupaten Jembrana mempunyai fisiografi dan morfologi pegunungan yang dibentuk oleh deretan Gunung Penginuman, Gunung Klatakan, Gunung Bakungan, Gunung Nyangkrut, Gunung Sangiang dan Gunung Batas. Ketinggian tempat bervariasi antara 250 – 1000 m dpl. Wilayah bagian Utara ini kemiringan lerengnya bervariasi antara 15 – 40 % dan bahkan pada beberapa wilayah terdapat kemiringan lereng di atas 40% dengan vegetasi utama adalah hutan lindung.
Di bagian Selatan wilayah Kabupaten Jembrana topografinya relatif datar hingga bergelombang. Ketinggian tempat wilayah ini berkisar antara 7 – 250 m dpl. Di wilayah ini mengalir beberapa sungai antara lain Sungai Klatakan, Belatung, Sangiang Gede, Nyangkrut dan Tukad Daya. Keberadaan sungai-sungai tersebut sekaligus membagi wilayah Kabupaten Jembrana bagian Selatan menjadi dua kelompok morfologi yaitu wilayah datar sampai bergelombang dan wilayah berbukit-bukit.
Tabel 4. 11:
Ketinggian Lokasi Wilayah Kab. Jembrana
Gambar 4.10:Peta Topografi Kabupaten Jembrana
Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 - 2032
Berdasarkan tingkat kemiringan lereng, wilayah Kabupaten Jembrana dapat dikelompokkan ke dalam 4 kelompok:
1. Wilayah dengan kemiringan lereng 0 – 2% (datar), tersebar di seluruh kecamatan Kabupaten Jembrana, khususnya di Kecamatan Jembrana dan Kecamatan Negara.
2. Wilayah dengan kemiringan lereng 2 – 15% (landai), tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Jembrana.
3. Wilayah dengan kemiringan lereng 15 – 40% (bergelombang/ berbukit), tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Jembrana.
Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 – 2032
Gambar 4.11: Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Jembrana
4.4 Profil Geohidrologi
Kondisi Hidrologi juga dapat memberikan gambaran secara umum kondisi lingkungan wilayah disekitarnya seperti misalnya air sungai yang kotor dengan sampah (kayu,plastik) , air berwarna hitam (tercemar), berwarna coklat (erosi di wilayah sekitarnya), atau adanya pulau endapan atau pendangkalan (adanya erosi, dan perlu rehabilitasi lingkungan).
Berdasarkan data Identifikasi, Inventarisasi/Pendataan Penamaan Unsur Rupabumi (Sungai) di Wilayah Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali Tahun 2011 yang dilakukan oleh Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten jembrana, sumber air permukaan di wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari air sungai, pangkung, tukad dan telabah.
yaitu Samudera Indonesia. Masing-masing sungai, pangkung, tukad dan telabah mempunyai daerah tangkapan hujan (catchment area) yang berbeda-beda. Sungai yang alirannya paling panjang adalah Sungai Yeh Sumbul sepanjang 70,90 km, dan terpendek adalah Sungai Perahu Mati yang hanya 1,00 km. Sumber air yang ada di wilayah Kabupaten Jembrana meliputi:
Air permukaan : air sungai, pangkung, tukad dan telabah,
bendung Palasari;
Air tanah : air yang bersumber dari bawah tanah;
Mata air : terdapat 37 mata air dengan kapasitas 110 l/det.
Berdasarkan karakteristik alirannya, sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Jembrana dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sungai-sungai yang terletak di Bagian Darat dari wilayah Kabupaten Jembrana (sebelah Barat Tukad Melaya), sungai-sungai hanya mengalir pada musim hujan. Hal ini erat kaitannya dengan curah hujan yang sangat rendah di wilayah itu serta kondisi tanah yang berbentuk dari batuan gamping. Sedangkan kelompok sungai yang mengalir sepanjang tahun adalah sungai-sungai yang terletak diantara Tukad Klatakan disebelah Barat dan Tukad Pulukan disebelah Timur umumnya sungai-sungai tersebut tetap mengalir pada musim kemarau walau debit airnya sangat kecil.
Berdasarkan peta hidrogeologi daerah Kabupaten Jembrana dari Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan Sub. Direktorat Pendayagunaan Air Tanah (Tahun 1986) kondisi air tanah dan struktur geologi Kabupaten Jembrana dapat diuraikan sebagai berikut:
Terdapatnya air tanah dan produksivitas akuifer (occurrence of groundwater and productivity of aquifers) yaitu:
a. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir (aquifers in which flowe is intergranular)
Akuifer produktif dengan penyebaran luas, berarti: Akuifer dengan
Akuifer dengan produktivitas sedang, dan penyebaran luas berarti: akuifer
dengan keterusan sedang sampai rendah; muka air tanah beragam dari atas atau dekat muka tanah sampai lebih dalam dari 10 m dibawah tanah, debit sumur umumnya kurang dari 5 ltr/dtk;
Setempat akuifer dengan produktivitas sedang berarti: akuifer tidak
menerus, tipis dengan keterusan rendah, debit sumur umumnya kurang dari 5 ltr/dtk.
b. Akuifer (bercelah atau sarang) dengan produktivitas rendah dan daerah air tanah langka (aquifers (fissured or product) of poor productivity and regions without exploitables groundwater).
Akuifer dengan produktivitas rendah setempat berarti: umumnya keterusan
sangat rendah, setempat air tanah dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh di lembah-lembah atau pada zona pelapukan;
Daerah air tanah langka.
Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 - 2032
Gambar 4.12: Peta Hidrologi Kabupaten Jembrana
yang mengalir sepanjang tahun dan yang mengalir pada musim-musim hujan. Sungai-sungai yang terletak di bagian Barat dari wilayah Kabupaten Jembrana (sebelah Barat Tukad Melaya), sungai-sungainya hanya mengalir pada musim hujan. Hal ini erat kaitannya dengan curah hujan yang sangat rendah di wilayah itu serta kondisi tanah yang terbentuk dari batuan gamping. Sedangkan kelompok sungai yang mengalir sepanjang tahun adalah sungai-sungai yang terletak diantara Tukad Klatakan di sebelah Barat dan Tukad Pulukan di sebelah Timur. Umumnya sungai-sungai tersebut tetap mengalir pada musim kemarau walau debit airnya relatif kecil.
Sumber air permukaan yang lain adalah bendungan Palasari yang terletak di Desa Palasari, Kecamatan Melaya. Bendungan ini dibangun dengan tujuan untuk menampung aliran Tukad Sangiang Gede dengan potensi aliran 6,5 juta m3 setiap tahun.
Disamping sumber air permukaan, sumber air yang lainnya adalah air tanah yang bersumber dari bawah tanah. Keadaan air tanah dari suatu daerah sangat dipengaruhi oleh keadaan geologi dari daerah tersebut.
Kondisi air tanah dan struktur geologi Kabupaten Jembrana dapat diuraikan sebagai berikut:
─ Daerah dengan formasi batuan yang terdiri dari endapan alluvia yang merupakan daerah rawa-rawa maka air tanahnya dipengaruhi oleh air laut.
─ Daerah yang dibentuk oleh formasi batu gamping, batu pasir dan gampingan napal kandungan air tanahnya sangat sedikit (2 – 5 l/dtk).
─ Daerah yang dibentuk oleh formasi Gunung Api Jembrana, lava dan breksi mempunyai kandungan air tanah antara 2 – 5 l/dtk.
─ Daerah-daerah yang jenis tanahnya dibentuk oleh formasi Palasari (konglomerat, batu pasir, batu gamping dan terumbu) kandungan air tanahnya antara 5 – 10 l/dtk
─ Daerah-daerah yang jenis tanahnya dibentuk oleh formasi sorga (tufa, napal dan batu pasir) kandungan air tanahnya bervariasi antara 20 – 40 l/dtk.
di wilayah Kecamatan Mendoyo (14 buah), kemudian disusul oleh Kecamatan Negara dan Jembrana (10 buah), Kecamatan Melaya (7 buah) dan Kecamatan Pekutatan (6 buah).
Jenis Tanah
Berdasarkan peta jenis tanah Provinsi Bali, wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari beberapa jenis tanah yaitu:
Tanah Latosol Coklat dan Litosol (Inceptisol)
Jenis tanah ini tersebar di lima wilayah Kabupaten Jembrana,yang paling luas terdapat di Kecamatan Mendoyo ( 25.985 ha), di Kecamatan Melaya (16.319 ha), Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana (14.130 ha) dan Kecamatan Pekutatan (12.169 ha). Jenis tanah ini dibentuk oleh bahan induk abu vulkanik intermediet dengan kandungan bahan organik yang rendah sampai sedang dan PH berkisar antara 4,5 -5,5.
Tanah Alluvial Coklat Kelabu
Tanah ini merupakan tanah endapan sungai dengan luas kurang lebih 10.750 Ha sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara (5.725 ha).
Tanah Mediteran Coklat
Jenis tanah ini di bentuk oleh bahan induk batuan gamping dengan bentuk morfologi bergelombang sampai berbukit-bukit. Jenis tanah ini mendominasi wilayah Kecamatan Melaya (1.878 ha).
Tanah Regosol Coklat Kelabu
Jenis tanah ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana seluas 772 ha, serta di wilayah Kecamatan Mendoyo seluas 648 ha. Tanah ini terbentuk oleh induk vulkanik intermedier dengan bentuk wilayah landai sampai berombak.
Tanah Alluvial Hidromorf
Masing-masing jenis tanah tersebut di atas mempunyai tekstur yang berbeda beda. umumnya tekstur wilayah di Kabupaten Jembrana tergolong tektur halus (kandungan liat sangat tinggi). Sedangkan tekstur kasar (pasir dan lempung berpasir) merupakan tekstur tanah yang terdapat di sepanjang pantai dari wilayah kabupaten Jembrana.
Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 - 2032
Gambar 4.13: Peta Jenis Tanah Kabupaten Jembrana
4.5 Profil Geologi
Jembrana dapat diketahui bahwa wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari 5 (lima) jenis batuan yaitu:
Formasi Gamping Agung
Batuan Gunung Api Jembrana
Formasi Palasari
Formasi Alluvium
Alluvium Formasi Sorga
Gunung yang terdapat di Kabupaten Jembrana berjumlah 17 buah termasuk gunung yang tidak aktif. Dari jumlah tersebut Kecamatan Melaya mempunyai gunung paling banyak sehingga topografi di Kecamatan Melaya termasuk berbukit-bukit. Dari 17 gunung yang dijumpai di Kabupaten Jembrana, Gunung Merbuk yang tertinggi (1.386 m dpl) terletak di Kecamatan Jembrana disusul dengan Gunung Mesehe (1.300 mdpl) di Kecamatan Mendoyo, Gunung Bangul (1.253 m dpl) di Kecamatan Negara dan Gunung Lesung (1.047 m dpl) di Kecamatan Mendoyo.
Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 – 2032
4.6 Profil Klimatologi
Kabupaten Jembrana memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada Bulan Desember sampai Maret sedangkan musim kemarau terjadi pada Bulan April sampai Mei. Curah hujan rata-rata selama lima tahun terakhir (tahun 2006 – 2010) yaitu 1.750 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata 112 hari/tahun, temperatur udara berkisar antara 20˚C s/d 39˚C dengan temperatur optimal 29˚C - 32˚C, kelembapan udara antara 74 s/d 87%, termasuk tipe iklim C sampai D (Scmitdt dan Ferguson).
Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 - 2032
Gambar 4.15 : Peta Curah Hujan Kabupaten Jembrana
4.7 Kondisi Sosial dan Ekonomi
4.7.1.Filsafat dan Konsepsi Budaya Bali Landasan Filosofis
Filosofi Kosmos, menekankan pada paham keseimbangan, keserasian dan keterpaduan yang bersifat dinamis antara makro kosmos (Bhuwana Agung) dengan sub-sub sistemnya yang bertingkat makro sampai dengan meso, micro kosmos (Bhuwana Alit);
Filosofi Humanis, menempatkan kedudukan manusia dalam ruang sebagai subjek dan objek secara proporsional.
Landasan Nilai
Landasan sistem nilai terhadap tata ruang memberikan penekanan pada makna, dalam konteks penataan ruang yang berbudaya, secara taksonomis dibedakan atas dasar dan nilai instrumental.
Nilai Dasar yang mencakup nilai religius, nilai estetis, nilai solidaritas (gotong-royong) dan nilai keseimbangan.
Nilai Instrumental yang mencakup seperangkat sistem nilai yang mendukung dinamika adaptif (supel-luwes-dinamis) dan fleksibelitas sesuai dengan adigium desa, kala, patra.
Landasan Struktural
Landasan struktural tata ruang memberikan penekanan pada pola keteraturan tata ruang baik secara vertikal maupun horisontal. Dalam Kebudayaan Bali, suatu struktur disamping mencerminkan adanya integrasi juga mencerminkan adanya keterbukaan yang dinamis.
Konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan struktur ruang antara lain :
Konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari Parhyangan (Tuhan), Pawongan (Manusia) dan Palemahan (Lingkungan);
Konsep Rwa Bhineda memberikan orientasi (luan-teben, kaja-kelod) dan juga laxokeromi (sakral-profan, baik-buruk);
Konsep Tri Bhuwana dan Tri Angga memberikan orientasi vertikal bhur-bhwah-swah dan uttama, madhyama, kanishta;
Konsep Sad Kerti adalah enam upaya dan atau perbuatan yang harus dilakukan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin yang terdiri dari atma kerti, wana kerti, danu kerti, segara kerti, jagat kerti dan jana kerti;
Bali, agar segala kegiatan hidup dapat mencapai kesejahteraan sehingga memberikan kekuatan dan keseimbangan pada struktur ruang spiritual Bali;
Pola Tri Mandala yang memberikan orientasi horizontal uttama-madhyama-kanishta;
Konsep Triwana yaitu konsep pengklasifikasian hutan dalam tipe-tipe antara lain: Mahavana (merupakan hutan lindung yang tidak bisa dimasuki kegiatan budidaya dan sebagai lambang yoni dalam Agama Hindu), Tapovana (hutan yang penuh dengan flora, tanam-tanaman, pohon-pohonan obat yang merupakan laboratorium pengobatan alamiah dan digunakan olah orang suci sebagai Asram, pertapaan atau sebagai tempat-tempat suci, serta suaka alam) dan Srivana (adalah jenis hutan yang dapat digunakan untuk diolah dan dibudidayakan termasuk sebagai tempat tinggal)
Konsep Dinamika yaitu suatu struktur dalam kebudayaan Bali yang berkaitan dengan ruang, diartikan selain memiliki pola dan keteraturan, juga memiliki sifat supel, luwes dan dinamis.
Landasan Pelembagaan
Landasan pelembagaan ini memberikan penekanan pada pengorganisasian terhadap sumber daya yang meliputi sumber daya alam (tanah, tumbuh-tumbuhan, hewan) dan sumber daya manusia sesuai dengan tatanan peraturan tertentu yang disebut dengan awig-awig.
Arah Orientasi Ruang
a. Hulu-teben
Penataan ruang memperhatikan konsep hulu yang bernilai utama dan teben yang bernilai nista. Hulu dan teben secara horizontal berorientasi ke gunung (atau pegunungan) dan ke laut atau Timur dan Barat atau Atas dan Bawah. Fungsi-fungsi pokok yang bernilai utama diletakkan di hulu sedangkan yang sebaliknya di letakkan di teben.
b. Luhur-sor
di mana alam swah atau swah loka yang bernilai utama berada paling atas dua alam yang lain, bhur dan bhuwah loka.
c. Pengider-ider
Konsep pengider-ider mendasari terbentuknya pola sangamandala dengan pusatnya di tengah-tengah dan mendasai pola catuspatha yang menjadi kerangka penataan letak-letak fungsi-fungsi pokok perkotaan di masa kerajaan seperti puri sebagai pusat pemerintahan, pasar sebagai pusat jual beli, kalangan dengan bangunan wantilan-nya sebagai tempat hiburan dan taman dengan bale lantang-nya sebagai ruang terbuka hijau untuk rekreasi kota.
4.7.2. Struktur Sosial Budaya Masyarakat
Tata kehidupan kemasyarakatan di Provinsi Bali pada umumnya dan Kabupaten Jembrana pada khususnya, sedikitnya mempunyai 3 (tiga) bentuk persekutuan dasar yang terkait secara fungsional dan atau struktural dalam kehidupan personal yaitu keluarga inti senior, banjar dan desa pakraman.
Khusus pada keluarga Inti Senior akibat dari perkawinan akan terbentuknya keluarga Batih atau Kuren (klen kecil) dengan tempat pemujaannya yang baru disebut kamulan taksu dan klen besar/luas (tunggal dadia) yang sering disebut “soroh” dengan Pura Dadia dan tunggal dadia ini berkembang terus dan tetap memuja leluhur yang sama dengan tempat pemujaannya disebut Pura Paibon/Panti, maka klen besar (soroh) ini mewarnai masyarakatnya seperti klen Ida Bagus, klen Arya, klen Pasek, Klen Pande, klen Bendesa dan sebagainya, yang selanjutnya tergabung dalam wadah organisasi banjar serta teritorial Desa Pakraman. Apabila ruang hunian keluarga inti senior tidak mencukupi, maka anggota keluarga tersebut akan menempati tanah pekarangan di luar hunian keluarga inti senior, ini disebut ngarangin (dalam bahasa Bali) dengan tempat pemujaannya yang baru yang disebut Kemulan Taksu, tetapi masih terikat kepada tunggal dadia maupun Pura Paibonnya.
yang lebih besar. Ada sekurang-kurangnya tiga status keanggotaan dalam persekutuan banjar ataupun desa pakraman, antara lain:
1) Status pengayah pengarep, adalah mereka yang berkedudukan sebagai kepala keluarga inti senior garis laki-laki yang menetap dan menempati rumah atau pekarangan leluhur inti tersebut, yang secara formal mereka memiliki hak suara dalam musyawarah desa, sedangkan dalam aspek keagamaan mereka berlaku sebagai wakil sah keluarga inti dalam mengaktifkan upacara keagamaan di pura bale agung desa.
2) Status pengayah penyada, adalah saudara laki-laki dari keluarga inti senior. Hal ini terjadi apabila pengayah pengarep tidak dapat melaksanakan tugas-tugasnya apakah karena alasan pindah tempat tinggal ataupun meninggal dunia.
3) Status pengayah pengele, adalah mereka yang berstatus sebagai anggota persekutuan banjar (pasuka duka) karena secara teritorial berada di sekitar atau di wilayah banjar. Status pekarangan rumah tinggalnya biasanya terlepas dengan ikatan karang desa. Apabila mereka ini adalah penduduk pendatang (warga tamiu), hak dan kewajibannya diatur dalam awig-awig desa pakraman/banjar pakraman namun biasanya tetap menjadi anggota krama desa/banjar pada desa/banjar pakraman tempat asalnya.
Secara umum tata kehidupan masyarakat di wilayah perencanaan terbagi menjadi 2 (dua) sistem kemasyarakatan, yaitu:
1. Sistem kekerabatan yang terbentuk menurut adat yang berlaku dan dipengaruhi oleh adanya klen-klen keluarga; seperti kelompok kekerabatan disebut dadia (keturunan), pakurenan, kelompok kekerabatan yang terbentuk sebagai akibat adanya perkawinan dari anak-anak yang berasal dari suatu keluarga inti;
2. Sistem kemasyarakatan merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah/teritorial administrasi dan teritorial adat.
Dari sistem kemasyarakatan yang ada maka, warga desa bisa masuk menjadi dua keanggotaan warga desa yaitu:
Cakupan kesatuan wilayah administrasi desa dinas/kelurahan bila diintegrasikan dengan wewidangan/palemahan desa pakraman di Bali, polanya beraneka ragam, yang diilustrasikan pada Gambar 2.14, antara lain:
Satu wilayah desa dinas mencakup beberapa wilayah desa pekraman;
Satu wilayah desa dinas mencakup hanya satu wilayah desa pekraman, atau
bisa terjadi;
Satu wilayah desa pekraman mencakup beberapa desa dinas.
Sistem pemerintahan Desa Pekraman dalam sistem pemerintahan Republik awalnya hanya terjalin secara fungsional, yang terfokus pada fungsi pokok dari Desa Pakraman yaitu pada bidang adat dan agama. Namun pada perkembangannya keterlibatan pada aspek lingkungan menjadi bagian yang tidak terpisahkan, karena wewidangan/palemahan desa pakraman juga sekaligus ruang wilayah administrasi desa, Kabupaten/kota atau provinsi bila dijumlahkan.
Sebaran desa pakraman di Kabupaten Jembrana tahun 2009 adalah 64 buah yang terbagi menjadi 246 dusun/banjar.
Dari kehidupan masyarakat setempat lagi dibagi-bagi berdasarkan profesi dan bentuk organisasi profesi yang disebut “Sekaa”. Sekaa-sekaa ini berlandaskan konsepsi Tri Hita Karana dengan anggota yang mempunyai tujuan yang sama, seperti:
Subak
Subak merupakan lembaga adat yang bersifat sosio-agraris-religius. Anggotanya/ kramanya terdiri dari para petani yang menggarap sawah pada suatu areah persawahan tertentu yang mendapatkan air dari satu sumber mata air. Disamping lembaga subak yang mengatur keairan areal persawahan, juga terdapat lembaga subak lainnya yang disebut Subak Abian yang munculnya secara alami, dan anggota lembaga subak abian adalah petani penggarap lahan kering (perkebunan).
Sekeha
Lembaga ini muncul didasarkan atas tuntutan kebutuhan dan kepentingan-kepentingan lembaga-lembaga adat di atas, yang dilandasi oleh kesamaan tujuan, misalnya:
pada lembaga desa pakraman dan banjar, adanya: sekeha pemangku, sekeha gong, sekeha angklung, sekeha shanti/dharma gita, sekeha patus, koperasi (LPD), sekeha teruna, sekeha kesenian baik seni tari, tabuh, pahat, lukis dan yang lainnya. Hal ini sampai sekarang tumbuh berkembang di wilayah perencanaan.
Pada lembaga subak, adanya sekeha yang sifatnya gotong royong
dalam profesi yang sama, seperti: sekeha memula, sekeha manyi, sekeha numbeg, sekeha semal, sekeha mekajang dan lain-lainya. Tetapi dengan perkembangan transformasi dan ekonomi komersial kebanyakan sekeha-sekeha ini telah mengalami pergeseran fungsi dan tujuan.
Lembaga pasar, pasar dengan pura melantingnya adalah suatu areal
4.7.3. Kawasan Suci dan Tempat Suci a) Kawasan Suci
Menurut Bhisama PHDIP 1994, Agama Hindu dalam kitab sucinya Weda, telah menguraikan tentang apa yang disebut dengan tempat-tempat Suci dan Kawasan Suci, Gunung, Danau, Campuhan (pertemuan dua sungai), Pantai Laut dan sebagainya diyakini memiliki nilai-nilai kesucian. Oleh karena itu Pura dan tempat-tempat suci umumnya didirikan di tempat tersebut, karena di tempat itu orang-orang suci dan umat Hindu mendapatkan pikiran-pikiran suci (wahyu).
Tempat-tempat suci tersebut telah menjadi pusat-pusat bersejarah yang melahirkan karya-karya besar dan abadi lewat tangan Orang-Orang Suci dan para Pujangga untuk kedamaian dan kesejahteraan umat manusia, Maka didirikanlah Pura-Pura Sad Kahyangan, Dang Kahyangan, Kahyangan Tiga dan lain-lain.
Selanjutnya pengertian dan jumlah Kawasan Suci berkembang, dan secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:
Kawasan Suci adalah suatu wilayah yang melengkapi bangunan suci maupun wilayah pendukung kegiatan pada bangunan suci tersebut yang telah mendapatkan upacara “bhumi Sudha” yaitu upacara untuk menarik kekuatan Ida Sanghyang Widhi dan menghilangkan segala kekotoran secara spiritual terhadap wilayah/kawasan suci tersebut, seperti; danau, hutan, laba pura, mata air suci (beji), sungai, jurang, ngarai atau campuhan (pertemuan sungai), pantai, setra dan perempatan agung. Sedangkan ukuran dari suatu kesucian adalah sangat relative dan sulit ditentukan, tetapi untuk adanya suatu kebersamaan sikap, prilaku dalam menghayati sesuatu perlu adanya keyakinan terhadap apa yang dipercaya di dalam pelaksanaan agama Hindu. Suci adalah suatu keadaan yang diyakini dan dipercaya oleh umat Hindu baik terhadap tempat, wilayah, benda, ruang, waktu yang memberikan rasa aman, tentram, rasa tenang, rasa hening dan telah mendapat upacara secara agama Hindu sehingga tercapainya keseimbangan, keselarasan dan ketentraman hidup. Hal ini sesuai dengan jiwa yang termuat dalam Bhisama PHDIP 1994.
menjaga kelestarian dan kesucian Sad Kerti serta menjaga wilayah Bhisama, yaitu:
a. Atma Kerti, kesejahteraan jiwa atau rohani, yang dilakukan dengan berbagai program di setiap desa pakraman atau berbagai pasraman, paguyuban di bidang kerohanian dan upaya melindungi, memelihara, dan memungsikan berbagai kawasan suci.
b. Wana Kerti, yaitu kesejahteraan tumbuh-tumbuhan dan segala isinya yang diwujudkan dalam bentuk hutan. Secara niskala dahulu setiap hutan dibangun Pura Alas Angker, untuk menjaga hutan secara niskala dan secara sekala harus dibentengi dengan aturan perlindungan kawasan hutan. Dari hutan vibrasi kesucian menyebar sesuai dengan lontar Wana Kerthi yang menyebutkan “Anganyut aken letuhing bhuwana” yang artinya menghilangkan niat dan tindakan yang merusak alam, dibuatlah oleh leluhur dalam bentuk hari raya tumpek bubuh atau wariga untuk memuja Hyang Tumuwuh ”dewa tumbuh-tumbuhan”, dengan memuja kita kuat jiwa untuk selalu ingat menjaga serta melestarikan alam untuk kesejahteraan manusia.
c. Danu Kerti, yaitu suatu upaya menjaga kelestarian dan kesucian sumber-sumber air tawar, yang diwujudkan dengan Danu. Dalam Menawa Dharma Sastra IV.52, sangat dilarang berludah, kencing, membuang kotoran apa lagi membuang sampah dan racun di kawasan Danu. Barang siapa yang melakukan itu akan kekurangan kesejahteraan/makna hidupnya. Saat ini kelestarian fungsi danau telah menurun seingga perlu adanya program pembangunan untuk mengembalikan fungsinya.
dijaga kesucian dan keserasiannya sebagai tempat pengheningan dan peleburan bagi masyarakat.
e. Jagat Kerti, yaitu upaya untuk melestarikan keharmonisan sosial yang dinamis. Wujud dari ini adalah desa pakraman. Dalam sistem desa ini dibangun suatu keharmonisan antara hubungan manusia dan Ida Hyang Widhi dengan sradha dan bhakti, hubungan antara manusia dan sesama berdasarkan saling pengabdian “paras-paros sarpanaya salumlum sebayantaka”, hubungan antara manusia dan lingkungannya berdasarkan kasih sayang. Hubungan ini merupakan hubungan timbal balik yang disebut Cakra Yadnya. Dalam Bhagawagitha disebutkan hubungan tersebut akan menimbulkan suasana sosial yang menjamin setiap orang dapat menjalankan swadharma-nya masing-masing.
f. Jana Kerti, yaitu membangun kualitas manusia secara individu maupun kelompok sehingga menjadi manusia “pawongan” Bali yang sejahtera, dengan memberikan kecerdasan spiritual berkelanjutan untuk menjaga keajegan pembangunan Bali
Penerapan kawasan suci di atas ke dalam fungsi ruang, perlu adanya kebijakan untuk memposisikan fungsinya tersebut didalam hirarki zonasi fungsi ruang. Dengan demikian diperlukan adanya kebijakan dalam pengembangan Kawasan Lindung berupa perlindungan terhadap kawasan kawasan yang memiliki potensi alam yang khas, nilai historis dan budaya, serta kawasan yang diyakini memiliki nilai kesucian untuk mendukung tatanan kebudayaan Bali sebagai jatidiri wilayah. Untuk mengedepankan jatidiri dan kearifan lokal Bali yang berbeda dengan Provinsi lainnya di Indonesia, maka perlu dikembangkan komponen kawasan lindung tersendiri yaitu Kawasan Perlindungan tentang Kesucian.
Tabel 4.12:
Tempat-Tempat Melasti di Kabupaten Jembrana
No Lokasi Nama Pantai suci adalah suatu tempat yang berwujud tempat suci/bangunan suci atau Pura atau Kahyangan yang berwujud bangunan yang disakralkan sebagai tempat memuja Ida Sang Hyang Widhi wasa. Tempat suci terdiri dari Kahyangan Tiga, Dhang Kahyangan, Kahyangan Jagat, Sad Kahyangan dan sebagainya.
Bhisama Parisadha Hindu Dharma Indonesia mengenai Kesucian Pura No. 11/Kep/I/PHDI/1994 tertanggal 25 Januari 1994, menyatakan bahwa tempat-tempat suci tersebut memiliki radius kesucian yang disebut daerah Kekeran dengan ukuran Apeneleng, Apenimpug dan Apenyengker. Rinciannya adalah:
1. Untuk Pura Sad Kahyangan dipakai ukuran Apeneleng Agung (minimal 5 km dari Pura).
3. Untuk Pura Kahyangan Tiga dan lain-lain dipakai ukuran Apenimpug atau Apenyengker (tanpa menyebut jarak minimal dari Pura).
Selanjutnya Bhisama Kesucian Pura juga mengatur zonasi pemanfaatan ruang di sekitar pura yang berbunyi sebagai berikut :
Berkenaan dengan terjadinya perkembangan pembangunan yang sangat pesat, maka pembangunan harus dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Di darerah radius kesucian pura (daerah Kekeran) hanya boleh ada bangunan yang terkait dengan kehidupan keagamaan Hindu, misalnya didirikan Darmasala, Pasraman dan lain-lain, bagi kemudahan umat Hindu melakukan kegiatan keagamaan (misalnya Tirtayatra, Dharmawacana, Dharmagitha, Dharmasadana dan lain-lain).
Pengertian terkait Bhisama Kesucian Pura adalah:
Bhisama adalah Sumpah Pemastu sebagai norma agama.
Bhisama Kesucian Pura adalah norma agama yang ditetapkan oleh
Sabha Pandita PHDI Pusat, sebagai pedoman pengamalan ajaran Agama Hindu tentang kawasan kesucian pura yang belum dijelaskan secara lengkap dalam kitab suci.
Wewidangan Desa Pakraman
Maka terkait dengan pengertian tersebut, maka Bhisama Kesucian Pura dapat diartikan sebagai sebuah janji suci umat Hindu kepada Bali, bahwa dalam radius kesucian pura yang telah ditetapkan telah diatur penggunaannya sesuai arahan zonasi diatas. Arahan zonasi diatas bila diterjemahkan dalam fungsi ruang mempunyai pengertian bahwa dalam radius kesucian pura hanya diperbolehkan untuk: pembangunan fasilitas keagamaan, dan ruang terbuka yang dapat berupa ruang terbuka hijau maupun budidaya pertanian.
Tempat suci yang terdapat di Kabupaten Jembrana terdiri dari: 1. 6 (enam) buah pura Dang Kahyangan.
2. 161 (seratus enam puluh satu) buah Pura Kahyangan Tiga (tersebar di 64 Desa Pakraman).
3. Sebaran pura lainnya.
Nama-nama Pura Dang Kahyangan di Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13:
Pura Dangkahyangan di Kabupaten Jembarana
No Nama Pura Status
Lokasi
Desa/Kel Kecamatan
1 Pr. Rambut Siwi Dangkahyangan Yeh Embang Kangin Mendoyo
2 Pr. Perancak Dangkahyangan Perancak Jembrana
3 Pr. Kahyangan Jati
Dangkahyangan Pengambengan Negara
4 Pr. Majapahit Dangkahyangan Baluk Negara
5 Pr. Amertasari Dangkahyangan Loloan Timur Jembrana
6 Pr. Indrakusuma Dangkahyangan Candikusuma Melaya
Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 – 2032.
Dalem, Pura Desa). Adapun secara rinci jumlah Pura Kahyangan Tiga yang ada di wilayah perencanaan disajikan pada Tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14:
Pura Kahyangan Tiga di Kabupaten Jembarana
No Klasifikasi Lokasi Jumlah
(Buah)
1 Kahyangan Tiga Kecamatan Melaya 40
2 Kahyangan Tiga Kecamatan Negara 31
3 Kahyangan Tiga Kecamatan Mendoyo 50
4 Kahyangan Tiga Kecamatan Pekutatan 40
Jumlah 161
Sumber: Profil Kabupaten Jembrana, 2013
Pura fungsional adalah Pura yang banyak terkait dengan profesi sebagai petani diberi nama Pura Ulun Suwi, Bedugul, Empelan atau Masceti. Pura yang berkaitan dengan perkebunan dan kehutanan dengan perdagangan diberi nama Pura Melanting, Pura Pasar. Begitu pula yang berkaitan dengan nelayan diberi nama Pura Segara.
Pura Segara di Kabupaten Jembrana terdapat di Gilimanuk, Candikusuma, Pengambengan, Pekutatan, Yeh Kuning dan Pengeragoan.
Tabel 4.15:
Pura Segara di Kabupaten Jembarana
No Klasifikasi Lokasi Jumlah (Buah)
1 Pura Segara Gilimanuk Gilimanuk 1
2 Pura Segara Candikusuma Candikusuma 1
3 Pura Segara Pengambengan Pengambengan 1
4 Pura Segara Pekutatan Pekutatan 1
5 Pura Segara Yeh Kuning Yeh Kuning 1
No Klasifikasi Lokasi Jumlah (Buah)
Jumlah 6
Sumber: Profil Kabupaten Jembrana, 2013
Profil Ekonomi
Salah satu implikasi adanya otonomi daerah adalah daerah memiliki wewenang yang jauh lebih besar dalam mengelola daerahnya baik itu dari sisi pelaksanaan pembangunan maupun dari sisi pembiayaan pembangunan. Salah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan pada pembangunan individu, kelompok maupun golongan, akan tetapi pembangunan ekonomi makro sebagaimana di Kabupaten Jembrana didasarkan pada beberapa penekanan seperti pencapaian terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pertumbuhan investasi.
Sebagai komponen ekonomi makro, maka keberadaan PDRB, APBD, PAD dan investasi seringkali menjadi komoditas politik. Kendatipun hal tersebut di Kabupaten Jembrana masih berkembang dalam batas-batas normatif.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Seiring perkembangan perekonomian khususnya perubahan pola konsumsi masyarakat membuat struktur ekonomi sedikit demi sedikit bergeser dari primer ke arah tersier. Hal ini tampak jelas dari kontribusi masing-masing sektor dalam membentuk PDRB Jembrana. Sektor, hotel dan restoran (PHR) yang mempunyai keterkaitan dengan pola konsumsi masyarakat dan imbas dari sektor pariwisata Bali, mempunyai konstribusi yang lambat laun mulai melampaui sektor pertanian. Pada tahun 2012 sektor pertanian menyumbang 24,00 persen terhadap PDRB Jembrana dan sektor perdagangan jauh melampaui yaitu sebesar 26,28 persen.
Pergeseran atau transformasi sektor ekonomi telah membawa berbagai implikasi. Salah satu implikasi tersebut adalah Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB di Kabupaten Jembrana merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan dan pembentukannya dipengaruhi oleh berbagai variabel. PDRB dapat dilihat dari dua sisi yaitu; PDRB atas dasar harga konstan yang perhitungannya dari jumlah produk yang dihasilkan setiap tahun dan dikalikan dengan harga tahun dasar. Dari sisi lain, besarnya PDRB atas dasar harga yang berlaku adalah jumlah produk yang dihasilkan oleh masyarakat setiap tahun dikalikan dengan perubahan harga setiap tahun.
Sebagimana dijelaskan di atas bahwa PDRB merupakan salah satu indikator dalam pembangunan ekonomi makro. Dalam kaitan dengan hal tersebut berikut ini disajikan perkembangan PDRB Kabupaten Jembrana atas dasar harga berlaku dari tahun 2008-2012 seperti tabel berikut ini.
Tabel 4.16:
PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008-2012
Lapangan usaha Tahun (Jutaan) %
Sumber : BPS Kabupaten Jembrana Tahun 2012
* )Angka Sementara
**) Masih sangat sangat sementara
Berdasarkan tabel di atas, bahwa kontribusi dibidang pertanian masih dominan disusul bidang perdagangan, hotel dan restauran serta bidang pengangkutan dan komunikasi, terlihat bahwa kontribusi masing-masing lapangan usaha terhadap PDRB di Kabupaten Jembrana setiap tahun mengalami peningkatan, peningkatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah peningkatan jumlah produksi (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh lapangan usaha serta peningkatan tersebut dipengaruhi oleh perubahan harga yang terjadi setiap tahun. Untuk lebih jelasnya, PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2012 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 4.18: PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Selanjutnya perkembangan PDRB di Kabupaten Jembrana atas dasar harga konstan dapat dilihat seperti tabel di bawah ini.
Tabel 4.17:
PDRB Atas Dasar Harga Konstan , PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jembrana Tahun 2008 – 2012
2010 Sumber : BPS Kabupaten Jembrana Tahun 2012
* Angka Sementara
**) Masih sangat sangat sementara
Bila dilihat perkembangan masing-masing lapangan usaha dari tahun 2007-2011 di Kabupaten Jembrana, juga mengalami peningkatan. Peningkatan ini dipengaruhi oleh peningkatan jumlah produk yang dihasilkan setiap tahun oleh masyarakat di Kabupaten Jembrana dikalikan dengan harga tahun dasar. Bila dilihat dari perkembangan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Jembrana setiap tahun selalu meningkat. Hal ini mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Apalagi bersamaan dengan peningkatan pendapatan perkapita, pemerintah memberikan berbagai subsidi kepada masyarakat sehingga turut serta mendongkrak kesejahteraan.
Tabel 4.18:
Perkembangan PDRB/ Kapita Atas Dasar Harga Konstan, PDRB/ Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 s/d 2012
Tahun PDRB/ Kapita (Rp).
Atas Dasar Harga Berlaku
PDRB/ Kapita (Rp). Atas Dasar Harga Konstan
2008 Rp 11.282.672,90 Rp 6.191.397,70
2009 Rp 12.678.719,17 Rp 6.434.879,01
2010 Rp 13.742.703,73 Rp 6.634.157,46
2011*) Rp 14.739.912,09 Rp 6.878.460,70
2012**) Rp 16.431.107,89 Rp 7.258.552,28
Sumber : BPS Kab. Jembrana, 2013
*) Angka sementara
Gambar 2. 19: Perkembangan PDRB/ Kapita (Rp). Tahun 2008 s/d 2012
Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan bentuk perbandingan berskala internasional, nasional maupun regional. Metode Location Quitionet digunakan untuk mengindentifikasi sektor unggulan potensi perekonomian Kabupaten Jembrana. Analisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut. LQ berguna untuk melihat spesialisasi kegiatan produksi suatu wilayah. Pada dasarnya, teknik ini menyajikan perbandingan relative antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebihluas. Apabila hasil perhitungan rasio lebih besar dari 1 (LQ > 1) menunjukkan sektor tersebut sektor unggulan atau basis dan jika LQ = 1 menunjukkan keswasembadaan, dalam artian memiliki potensial yang sama dengan sektor sejenis di daerahtertentu, sehingga hanya cukup untuk melayani kebutuhan daerah sendiri. Dan bila LQ < 1 menunjukkan tergolong bukan sektor unggulan dalam artian bahwa wilayah tersebut tidak mampu untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan cenderung untuk import.
LQ =
N1 = Jumlah produksi komoditas x di Kabupaten Jembrana N = Jumlah seluruh produksi komoditas x di Provinsi Bali
Tabel 4.19:
Perhitungan LQ Lapangan Usaha di Kabupaten JembranaTahun 2012
No. Lapangan Usaha Nilai PDRB LQ
Jembrana *Bali
1 Pertanian 1.056.917,33 14.133.918,42 1,43 2 Pertambangan dan Penggalian 22.581,55 660.010,01 0,65 3 IndustriPengolahan 330.434,02 7.470.929,25 0,84 4 Listrik, Gas & Air Bersih 82.406,81 1.703.888,59 0,92
5 Bangunan 301.174,56 4.351.426,23 1,32
6 Perdag., Hotel & Restoran 1.157.322,27 25.372.053,61 0,87 7 Pengangkutan & Komunikasi 706.931,34 12.299.191,24 1,10 8 Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan 206.606,02 5.663.392.83 0,70 9 Jasa - Jasa 539.164,02 12.284.484,03 0,84
Total 4.403.536,91 83.939.294,21 1,00
Sumber :Data BPS Kab. Jembrana & BPS Provinsi Bali diolah, Tahun 2012
Penilaian menggunakan LQ akan memberi gambaran apakah suatu komoditas bersifat ekspor atau habis diwilayah sendiri. Batasan ekspor dapat diartikan keluar dari kecamatan, kabupaten, provinsi, sampai nasional, kesemuanya berdasar ketersediaan data dan pembanding yang dimiliki. Berdasarkan hasil perhitungan LQ Kabupaten Jembrana terhadap Provinsi Bali, bahwa sektor unggulan adalah sektor pertanian (subsektor Tanaman Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan) dan sektor bangunan. Dimana memiliki LQ>1 yang merupakan syarat utama menjadi sektor unggulan.
Adapun sektor selain pertanian (subsektor Tanaman Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan) merupakan sektor belum potensial/non basis dengan sektor sejenis di daerah tertentu, sehingga bukan merupakan sektor unggulan.
1
Perhitungan Pertumbuhan Lapangan Usaha 2010 – 2012
No. Lapangan usaha
454.544,92 497.953,38 535.870,92 9,55 7,61 7 Pengangkutan &
Komunikasi
254.287,18 266.627,31 283.732,52 4,85 6,42 8 Perbankan & Lembaga
Keuangan lainnya
86.113,71 90.149,54 95.724,88 4,69 6,18 9 Jasa - Jasa 268.775,67 291.314,01 309.338,24 8,39 6,19
Sumber : Data BPS Kab. Jembrana diolah, Tahun 2012 *) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
Berdasarkan perhitungan analisis growth diatas diketahui secara keseluruhan sektor lapangan usaha pada tahun 2012 memiliki nilai pertumbuhan atau growth (+), dari tahun 2010 hingga tahun 2012 memiliki nilai pertumbuhan (+) pada semua sektor lapangan usaha namun nilai pada lapangan usaha perdagangan hotel dan restauran, nilai growth dibandingkan antara tahun 2010-2011 dengan tahun 2010-2011-2012 peningkatan nilainya mengalami penurunan dari 9,55 menjadi 7,61 termasuk denganb lapangan usaha jasa dari 8,39 menjadi 6,19.
Analisis Share
Analisis share digunakan untuk melihat karakteristik struktur ekonomi di suatu wilayah. Share dengan nilai >1 diberi poin 3, nilai = 1 diberi poin 2 dan nilai <1 diberi poin 1. Share positif yaitu sektor yang mempunyai poin sama atau lebih dari 2 menunjukkan sektor tersebut berpotensi untuk dikembangkan. Penetapan tanda positif hanya diperuntukkan untuk sektor yang mempunyai poin sama atau lebih dari 2 dengan pertimbangan bahwa sektor tersebut mempunyai kontribusi dalam perekonomian regional.
Share = 100%
NP1 = Nilai produksi komoditas x di Kabupaten Jembrana
NP2 = Nilai produksi komoditas x di Provinsi Bali
Tabel 4.21:
Perhitungan Share Lapangan Usaha di Kab.JembranaTahun 2012
No. Lapangan Usaha Kab. Jembrana Propinsi Bali* Share 1 Pertanian 442.921,17 6.070.993,49 0,07 2 Pertambangan dan Penggalian 8.289,92 240.227,85 0,03 3 Industri Pengolahan 144.568,45 3.210.844,00 0,05 4 Listrik, Gas & Air Bersih 18.116,00 513.572,99 0,04 5 Bangunan 106.729,90 1.467.171,65 0,07 6 Perdag., Hotel &Restoran 535.870,92 10.574.602,89 0,05 7 Pengangkutan & Komunikasi 283.732,52 3.636.776,49 0,08 8 Keu. Persewaan & Jasa
Perusahaan
95.724,88 2.366.826,86 0,04 9 Jasa - Jasa 309.338,24 4.723.315,13 0,07 Sumber :Data BPS Kab. Jembrana Diolah, Tahun 2013
Untuk menyatakan kontribusi yang diberikan itu besar atau tidak adalah dengan melihat ketentuan berikut: bila share bernilai x>2 diberi tanda (+) dan dinyatakan kontribusi yang diberikan besar dan bila share bernilai 1<x<2 diberi tanda (-) dan dinyatakan kontribusi yang diberikan kecil (rendah).
Klasifikasi Sektor Berdasarkan Tingkat Pertumbuhan
Berdasarkan pertimbangan klasifikasi sektor ditinjau dari tingkat pertumbuhan pada tahun 2012 Kabupaten Jembrana, maka ditetapkan komoditas-komoditas unggulan menjadi beberapa klasifikasi sektor, yaitu :
Tabel 4.22:
Klasifikasi Lapangan Usaha di Kab.Jembrana Berdasarkan Diagram Growth Share Tahun 2012
No. Lapangan Usaha Growth Share Klasifikasi
Sektor
1 Pertanian ( + ) ( - ) Sektor Dominan
5 Bangunan ( + ) ( - ) Sektor Dominan 6 Perdag., Hotel &Restoran ( + ) ( - ) Sektor Dominan 7 Pengangkutan&Komunikasi ( + ) ( - ) Sektor Dominan 8 Keu. Persewaan&Jasa Perusahaan ( + ) ( - ) Sektor Dominan 9 Jasa - Jasa ( + ) ( - ) Sektor Dominan Sumber :Data BPS Kab. Jembrana diolah, Tahun 2011
Gambar 4.20: Diagram Growth Share
1) Sektor Unggulan
Komoditas yang masuk dalam klasifikasi sektor unggulan menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi (+) dan kontribusi yang diberikan cukup besar (+). Sektor unggulan nantinya akan menjadi sektor basis suatu wilayah. Tidak adak omoditas yang masuk dalam sektor unggulan.
2) Sektor Potensial
Komoditas yang masuk dalam sektor potensial menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah (-) tetapi kontribusi yang diberikan cukup besar (+). Sektor potensial ini nantinya mampu dijadikan sebagaisektor basis dalam jangka panjang. Hal ini berarti bahwa sektor tersebut dapat dikembangkan menjadi basis ekonomi Kabupaten Jembrana dengan perlakuan-perlakuan khusus. Tidak ada komoditas yang masuk dalam sektor unggulan.
3) Sektor dominan
Share (+) (-)
Komoditas yang masuk dalam sektor dominan menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi (+) akan tetapi memiliki kontribusi yang kecil (-). Sektor dominan dapat dikembangkan menjadi sektor basis dengan adanya perlakuan-perlakuan khusus. Berdasarkan analisis diatas, sebagian besar sektor lapangan usaha termasuk dalam klasifikasi sektor dominan.
4) Sektor statis
Komoditas yang masuk dalam sektor statis menunjukkan bahwa komoditas tersebut memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah (-) dan memiliki kontribusi yang kecil (-). Berdasarkan analisis diatas, tidak ada komoditas yang termasuk sektor statis.
Meningkatkan perekonomian Kabupaten Jembrana perlu terlebih dahulu identifikasi potensi basis dan non basis berdasarkan sektor-sektor yang ada dalam Produk Domestik Regioanl Bruto. Selain itu, untuk mengetahui keadaan PDRB Kabupaten Jembrana dan sembilan sektor penyusun PDRB dimasa yang akan datang serta untuk mengetahui terjadi atau tidaknya fluktuasi maka dibutuhkan penjelasan PDRB Kabupaten Jembrana.
Struktur ekonomi tahun 2011-2012 tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya dari kontribusi sektor terbesar sampai terkecil dan asumsi sektor ini dibagi dalam 3 kelompok:
– Kelompok sektor primer – Kelompok sektor sekunder – Kelompok sektor tersier
Kelompok sektor primer terdiri dari sektor pertanian serta sektor perdagangan dan pertambangan. Kelompok sektor sekunder terdiri dari 3 sektor, masing-masing sektor industri pengolahan, kemudian sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan. Selanjutnya kelompok sektor tersier terdiri dari empat sektor yaitu: sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasaperusahaan serta sektor jasa-jasa.
Tabel 2.23:
Distribusi PDRB HargaBerlaku Menurut Sektor
No. Sektor 2011 2012*
1 Primer 26 % 25 %
2 Sekunder 16 % 16 %
3 Tersier 58 % 59 %
Sumber : BPS Kabupaten Jembrana *Angka sementara
Gambar 4.21: Distribusi PDRB tahun 2012
Struktur perekonomian di Bali memiliki karakteristik yang unik dan berbeda, apabila dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Sektor pariwisata di Bali memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Kabupaten Jembrana sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bali tidak memiliki potensi pariwisata sebesar dengan kabupaten lainnya di wilayah Bali Selatan. Struktur ekonomi Kabupaten Jembrana saat ini yang berperan besar adalah sektor tersier sebesar 59%, kemudian sektor primer sebesar 25%, yakni pertanian dalam arti luas, dan sektor sekunder sebesar 16%. Sektor tersier mengalami peningkatan dibandingkan sektor primer yang menjadi dominan pada beberapa tahun sebelumnya.
Sektor perdagangan memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang perekonomian di Kabupaten Jembrana. Apabila dikelola dengan baik, hasil kekayaan alam yang melimpah tersebut, yang terdiri dari potensi laut dan darat akan dapat dijadikan komoditas ekspor ke luar daerah sehingga dapat memajukan perekonomian daerah. Beberapa komoditas yang banyak dikenal dan dihasilkan di Kabupaten Jembrana tersebut seperti produksi kakao dan ikan laut.
Untuk menunjang sektor perdagangan sehingga memiliki daya saing yang tinggi, diperlukan dukungan dari sektor industri dan kerajinan. Dengan adanya sektor tersebut, maka nilai ekonomi suatu barang akan semakin meningkat sehingga akan semakin menambah daya jual. Potensi sumber daya alam yang melimpah di Kabupaten Jembrana, yang dapat dijadikan sebagai bahan mentah, menjadikan sektor industri dan kerajinan memiliki prospek untuk dikembangkan Berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan bertujuan untuk lebih memberdayakan Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (K-UMKM) sehingga mampu memotivasi dan memfasilitasi tumbuhnya kegiatan ekonomi produktif di masyarakat, menciptakan kemandirian masyarakat dalam berusaha, menciptakan lapangan kerja yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (formal) Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 24 :
Sumber : LPKJ Bupati Jembrana 2012
Koperasi di Indonesia, menurut UU tahun 1992, didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam hal ini, apabila dilihat perkembangan jumlah koperasi dan anggota setiap tahunnya di Kabupaten Jembrana selalu mengalami peningkatan. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa jenis usaha koperasi di Kabupaten Jembrana masih diminati oleh masyartakat.
Tabel 4. 25:
Data Koperasi di Kabupaten Jembrana
No Uraian Satuan Tahun
Sumber Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Jembrana
Laju Inflasi
Perhitungan laju inflasi hanya dilakukan di BPS Provinsi Bali, sehingga untuk mengetahui angka inflasi di Kabupaten Jembrana menggunakan acuan perhitungan angka inflasi di kota terdekat, yaitu Kota Denpasar. Selain dilakukan di Kota Denpasar, perhitungan angka inflasi tersebut dilaksanakan di 66 kota di Indonesia yang secara periodik diumumkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Data perkembangan inflasi tahun 2008-2012 sebagai berikut:
Tabel 4.26:
Perkembangan Laju Inflasi Kota Denpasar Tahun 2008 s/d 2012
Sumber : BPS Provinsi Bali
Perkembangan harga berbagai komoditas pada Desember 2012 secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 66 kota pada Desember 2012 terjadi inflasi 0,54 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 134,76 pada November 2012 menjadi 135,49 pada Desember 2012. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Desember) 2012 dan tingkat inflasi year on year (Desember 2012 terhadap Desember 2011) sebesar 4,30 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks seluruh kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 1,59 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,29 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,17 persen; kelompok sandang 0,24 persen; kelompok kesehatan 0,18 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,05 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,26 persen.
Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Desember 2012 antara lain: beras, daging ayam ras, ikan segar, telur ayam ras, tarif angkutan udara, daging sapi, bawang merah, bayam, sawi hijau, kangkung, kentang, jeruk, nasi dengan lauk, rokok kretek filter, upah tukang bukan mandor,dan jam tangan. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah: cabai merah danminyak goreng.
Kelompok-kelompok komoditi yang pada Desember 2012 memberikan andil/sumbangan inflasi,yaitu: kelompok bahan makanan 0,37 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,05 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,04 persen; dan kelompok sandang 0,02 persen; kelompok kesehatan 0,01 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,01 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,04 persen.
Inflasi 2008 2009 2010 2011 2012
Indeks Gini
Gini rasio merupakan salah satu indikator yang dapat melihat ketimpangan pendapatan antar golongan penduduk, untuk melihat karakteristik ketimpangan lainnya dapat menggunakan data PDRB perkapita sebagai proxy pendapatan perkapita. Indikator yang memberikan gambaran proporsi tingkat pendapatan yang dapat digunakan untuk perencanaan pembangunan daerah secara umum serta sebagai bahan evaluasi pembangunan daerah. Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh.
Tabel 4.27:
Indeks Gini Kabupaten Jembrana Tahun 2008 s/d 2012
No. Tahun Indeks Gini
2008 0,2583
2009 0,2370
2010 0,2475
2011 0,2575
2012 0,2550
Sumber : BPS Kabupaten Jembrana
Bila diperhatikan tabel tersebut diatas dalam kurun waktu 2008 – 2012 Kabupaten Jembrana Gini Rationya terkategorikan ketimpangan rendah. Sedangkan pada tahun 2011 gini ratio berkategorikan sedang. Kondisi tersebut mencerminkan tingkat pendapatan masyarakat di Kabupaten Jembrana cenderung tidak merata atau gap antara rumah tangga kaya dan rumah tangga miskin cenderung ketimpangan sedang .Oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi diharapkan merata di masing-masing sektor (9 sektor) sehingga ketimpangan tidak cenderung naik.
Gambar 4.22: Perbandingan kontribusi pendapatan penduduk di Provinsi Bali
(Sumber BPS Provinsi Bali)
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
Gambar 4.23: Perbandingan kontribusi Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
(Sumber : BPS Provinsi Bali)
Gambar 4.24: Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
(Sumber : BPS Provinsi Bali)
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada bulan Nopember 2012, NTP Bali mengalami penurunan bila dibandingkan dengan bulan Oktober 2012 sebesar 0,60 persen dari 108,93 menjadi 108,28. Secara umum turunnya NTP ini disebabkan oleh turunya nilai indeks yang diterima petani yaitu sebesar (0,45) persen sedangkan indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,15 persen. Turunnya indeks yang diterima petani (It) ini terjadi pada turunnya indeks yang diterima petani pada Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat, sedangkan pada Subsektor Peternakan dan Perikanan mengalami kenaikan. Sebaliknnya naiknya indeks yangdibayar petani (Ib) terjadi pada Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan dan Perikanan. Perbandingan NTP Nopember 2012 terhadap Oktober 2012 menunjukkan bahwa semua subsektor mengalami penurunan NTP.
Tabel 4. 28:
Sumber : BPS Propinsi Bali