• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lakpesdam NU (2008:6-7) dalam bukunya Panduan Praktis Sistem Peringatan dan

Tanggapan Dini Konflik Berbasis Tokoh Agama dan Adat memberikan penjelasan

tentang sumber konflik sebagai berikut: Konflik Struktural

Terjadi ketika ada ketimpangan dalam melakukan akses dan kontrol terhadap sumber daya (tanah, sumber tambang, air, hutan dsb). Pihak yang berkuasa dan memiliki wewenang formal untuk menetapkan kebijakan umum, biasanya lebih memiliki peluang untuk menguasai akses dan melakukan kontrol sepihak terhadap pihak yang lain. Di sisi lain, persoalan geografis dan faktor sejarah seringkali dijadikan alasan untuk memusatkan kekuasaan serta pengambilan keputusan yang hanya menguntungkan pada satu pihak tertentu/pihak dominan/Pemerintah Pusat. Konflik Kepentingan

Disebabkan oleh persaingan kepentingan yang dirasakan atau yang secara nyata memang tidak bersesuaian. Konflik kepentingan terjadi ketika satu pihak atau lebih, meyakini bahwa untuk memuaskan kebutuhannya, pihak lain yang harus berkorban, dan biasanya yang menjadi korban adalah pihak masyarakat kebanyakan. Ciri lain dari konflik kepentingan antara lain terjadinya persaingan yang manipulatif atau tidak sehat antarkedua belah pihak. Konflik yang berdasarkan kepentingan ini bisa terjadi karena masalah yang mendasar (ekonomi, politik kekuasaan), masalah tata cara atau masalah psikologis.

Konflik Nilai

Disebabkan oleh sistem kepercayaan yang tidak berkesesuaian atau hal-hal yang menjadi perbedaan prinsip yang bersifat ideologis. Nilai merupakan kepercayaan yang dipakai orang untuk member arti pada kehidupannya. Nilai menjelaskan mana yang baik dan buruk, benar atau salah, adil atau tidak. Perbedaan nilai tidak harus menyebabkan konflik. Manusia dapat hidup berdampingan dengan harmonis dengan sedikit perbedaan sistem nilai. Konflik nilai muncul ketika orang berusaha untuk memaksakan suatu sistem nilai kepada yang lain, atau mengklaim suatu sistem nilai yang eksklusif di mana di dalamnya tidak dimungkinkan adanya perbedaan kepercayaan.

Konflik Hubungan Sosial Psikologis

Dalam kehidupan bermasyarakat senantiasa ada interkasi sosial antarpribadi, antar-kelompok, antarkomunitas dan antarbangsa. Namun dalam berinteraksi terdapat kecenderungan untuk mempersepsikan seseorang berdasarkan apa yang dianggap benar oleh dirinya. Bias persepsi (stereotype) merupakan sumber munculnya prasangka, berlanjut pada dilakukannya diskriminasi yang berakhir pada terjadinya tindakan kekerasan. Prasangka adalah sifat yang negatif terhadap kelompok atau individu tertentu semata-mata karena keanggotaan-nya dalam kelompok. Prasangka muncul karena adanya bias persepsi yang memunculkan penilaian yang tidak berdasar dan mengambil sikap sebelum menilai dengan cermat. Akibatnya, terjadi penyimpangan pandangan dari kenyataan yang sesungguhnya serta terjadi pula generalisasi. Kecenderungan tersebut akan memberikan dampak negative, jika sasaran prasangka itu diarahkan kepada kelompok minoritas baik jumlah maupun status. Prasangka kemudian diwujudkan dalam perilaku atau tindakan diskriminatif satu pihak terhadap pihak lainnya.

Konflik Data

Terjadi ketika orang kekurangan informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan yang bijaksana, mendapat informasi yang salah, tidak sepakat mengenai apa saja data yang relevan, menterjemahkan informasi dengan cara yang berbeda, atau memakai tata cara pengkajian yang berbeda. Beberapa konflik data mungkin tidak perlu terjadi disebabkan kurangnya komunikasi diantara para pihak yang berkonflik. Konflik data juga dapat muncul akibat metode pengumpulan informasi dan/atau tatacara yang dipakai tidak sama. Disamping itu, secara psikologis dan sosiologis dapat dijelaslan beberapa faktor yang mendorong terjadinya konflik Faktor-Faktor Penyebab Konflik

Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.

pengarusutamaan perdamaian

seri pembangunan dan penguatan pemerintahan

17

Perbedaan latar belakang keudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda Perbedaan latar belakang seseorang akan mempengaruhi pola pemikiran, cara pandang, sikap dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Dalam waktu yang bersamaan, masing-masing individu atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Seringkali seseorang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Misalnya, perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menganggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menebang pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, penebangan pohon sebagai bentuk pemanfaatan alam untuk bisnis. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan yang harus dilestarikan. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat sederhana yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan Nilai-nilai-Nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, dapat mengganggu proses sosial dalam masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan atau nilai-nilai masyarakat yang telah ada.