• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Sumber Daya (resource)

Sumber daya berupa bahan baku kayu yang dipasok oleh pemasok merupakan salah satu faktor utama yang dibutuhkan dalam melakukan proses produksi yang didukung dengan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki oleh PT. WGM, seperti jumlah modal dan mesin (lihat Lampiran 2) yang digunakan dalam berproduksi dengan jumlah tertentu. Kapasitas hasil produksi yang ditetapkan oleh Dinas Perindustrian Kota Semarang dalam Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) untuk PT. WGM adalah 18.000m3 per tahun, penetapan tersebut didasarkan pada kapasitas pabrik dan sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Beberapa pertimbangan yang digunakan PT. WGM dalam melakukan pembelian bahan baku pada pemasok adalah kesanggupan dalam memenuhi kuantitas permintaan pasokan dan spesifikasi bahan baku yang meliputi diameter, kualitas, dan jenis kayu. Jenis bahan baku kayu yang digunakan PT. WGM dalam proses produksinya adalah jenis kayu keras yang terdiri dari kayu bangkirai, merbau, meranti, meranti batu, kruwing, dan kempas. Berikut ini adalah proporsi penggunaan bahan baku dalam berproduksi menurut jenisnya:

Tabel 1. Proporsi Penggunaan Bahan Baku Menurut Jenisnya

Sumber: Data Penggunaan Bahan Baku Kayu PT. WGM, 2013

Tabel diatas menunjukkan bahwa PT. WGM dalam melakukan proses produksi pada tahun 2013 menggunakan jenis kayu bangkirai dan merbau sebanyak 37.292,64 m3 atau 75,98%, sedangkan penggunaan jenis kayu lainnya sebanyak 11.791,96 m3 atau 24,02% dari total penggunaan bahan baku keseluruhan yaitu 49.084,60 m3. Pemenuhi kebutuhan bahan baku PT.

WGM bersumber dari sejumlah pemasok, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Daftar Pemasok Berdasarkan Jenis Bahan Baku Kayu

No. Jenis Kayu Nama Pemasok Lokasi

1 Bangkirai PT. Mandiri Timber Pratama Jawa Tengah

2 Merbau PT. Multi Wahana Wijaya Papua Barat

3 Meranti PT. Sinar Mas Forestry Jambi

4 Meranti Batu PT. Sinar Mas Forestry Jambi

5 Kruwing PT. Sinar Mas Forestry Jambi

6 Kempas PT. Sinar Mas Forestry Jambi

Sumber: Wawancara Pada PT.WGM, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa PT. WGM memiliki prosentase ketergantungan terhadap PT. Sinar Mas Forestry yang lebih tinggi dibanding dengan pemasok lainnya karena mampu memasok empat jenis bahan baku kayu yang berbeda, sedangkan dua jenis kayu yang lainnya diperoleh dari dua pemasok yang berbeda pula, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa hampir masing-masing jenis kayu hanya diperoleh melalui satu pemasok saja.

Hal ini merupakan kelemahan bagi PT. WGM karena memiliki daya tawar yang lemah dalam mendapatkan bahan baku tersebut.

B. Negosiasi (negotiate)

Berikut ini adalah diagram yang menggambarkan langkah-langkah PT. WGM dalam melakukan kesepakatan negosiasi dengan pemasok bahan baku :

Gambar 2. Proses Negosiasi PT. WGM dengan Pemasok Sumber: Wawancara pada PT.WGM, 2014

Proses negosiasi dilakukan oleh Bapak Sigit Adjie, yaitu Direktur Utama PT. WGM, karena Bapak Sigit dianggap ahli dalam melakukan negosiasi dan bertanggungjawab penuh terhadap hasil negosiasi sehingga tidak perlu melibatkan manajer lain dalam melakukannya.

Penentuan kesepakatan harga yang berlaku dalam proses negosiasi pada umumnya berdasarkan harga patokan dari dinas kehutanan setempat atau sesuai harga yang ditawarkan pemasok dengan mempertimbangkan diameter, kualitas, kuantitas, dan jenis kayu serta tentunya harus disesuaikan dengan anggaran perusahaan dalam melakukan pembelian. Setelah proses negosiasi menghasilkan kesepakatan bagi kedua belah pihak antara pemasok dan Direktur Utama PT.

WGM, kemudian diserahkan kepada Bapak Doddy Iskandar sebagai Manajer Keuangan untuk mempersiapkan anggaran dalam melakukan pembayaran dengan sistem yang diberlakukan sama untuk seluruh pemasok PT. WGM, yaitu dengan pembayaran uang muka 30% dari total pembelian, 20% pembayaran selanjutnya dilakukan pada saat kayu diatas tongkang dengan full set dokumen pengangkutan, dan kemudian pembayaran 50% sebagai pelunasan dilakukan pada saat tongkang berangkat.

Salah satu kendala yang pernah terjadi pada PT. WGM dalam melakukan negosiasi dengan pemasok adalah penetapan dalam pembayaran uang muka. Pada dasarnya perubahan harga pokok kayu tidak terlalu signifikan, harga bahan baku menjadi tinggi dikarenakan pembengkakan pada biaya operasional yang digunakan untuk menyelesaikan perijinan dalam penebangan kayu oleh pemasok pada pihak setempat, selain itu juga digunakan dalam pemeliharaan bahan baku yang lokasi penebanganya terlalu jauh dari tongkang sehingga memerlukan waktu yang lebih lama serta transportrasi yang lebih rumit. Menurut Bapak Doddy Iskandar sebagai Manajer Operasional dan Keuangan, “Permasalahan lain yang tidak dapat dihindari adalah kondisi cuaca yang tidak menentu, seperti permasalahan yang terjadi ketika PT.

WGM melakukan pemesanan bahan baku dari pemasok yang berada di Jambi, terjadi keterlambatan waktu hingga empat bulan, sehingga berdampak pada biaya operasional yang semakin tinggi dan menggangu jalannya proses produksi”.

Penyelesaian yang dilakukan oleh PT.WGM dan pemasok setelah terjadi permasalahan tersebut adalah dengan cara pembayaran ganti rugi sesuai dengan kesepakatan dan melakukan evaluasi bersama sehingga dapat diketahui penyebab utamanya yaitu permasalahan mengenai cuaca dan lokasi penebangan kayu. Hasil evaluasi tersebut dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam melakukan pembelian bahan baku kayu selanjutnya agar tidak menyebabkan permasalahan yang sama.

C. Pembelian (buy)

Dalam proses pembelian bahan baku, PT. WGM melakukan pembelian berulang pada ketiga pemasok yang telah disebutkan pada proses sebelumnya, dan memiliki jumlah pembelian jenis kayu bengkirai dan merbau terbanyak, yaitu pada pemasok PT. Mukti Wahana Wijaya (Papua Barat) dan PT. Mandiri Timber Pratama (Jawa Tengah), karena kedua jenis kayu tersebut

merupakan bahan baku yang paling banyak digunakan dalam proses produksi, sedangkan PT.

Sinar Mas Forestry merupakan pemasok yang sanggup menyuplai empat jenis bahan baku kayu yang berbeda, yaitu: meranti; meranti batu; kruwing; dan kempas.

Keputusan dalam melakukan pembelian bahan baku didasarkan pada kebutuhan yang digunakan dalam proses produksi dengan melihat permintaan pasar, serta disesuaikan agar kapasitas produksi yang dihasilkan tidak lebih atau tidak kurang 30% dari kapasitas RPBBI yang telah ditetapkan. Pada tahun 2013, PT. WGM menghasilkan total produksi sebanyak 22.710,99 m3 atau 21% diatas angka RPBBI, sehingga PT. WGM tidak perlu melakukan pelaporan ulang dan merubah RPBBI kepada Dinas Perindustrian Kota Semarang.

Menurut Bapak Irawan Gunadi, permasalahan yang pernah terjadi pada PT.WGM dalam proses pembelian bahan baku adalah adanya ketidaksesuaian mengenai kualitas bahan baku, harga, dan ketepatan dalam pengiriman pesanan dengan kesepakatan yang berlaku pada proses pembelian sebelumnya. Permasalahan semacam ini biasanya akan selesaikan dengan melakukan negosiasi ulang sehingga menghasilkan kesepakatan dalam pembayaran ganti rugi oleh pihak pemasok.

Meskipun terjadi permasalahan tersebut, namun PT.WGM tetap melakukan pembelian berulang dan mempercayakan kepada ketiga pemasoknya karena dianggap mampu dan sanggup dalam memenuhi permintaan bahan baku sesuai kebutuhan produksi sehingga PT. WGM dapat memenuhi pesanan pelanggan dengan tepat waktu.

Dokumen terkait