• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber Gempabumi di Sumatra

Dalam dokumen ENTERIM REPORT TERM I (Halaman 82-86)

4 Analisis Bahaya Goncangan Tanah (Ground-motion hazard Analysis)

6.4 LAMPIRAN E: WILAYAH RAWAN GEMPABUMI DI INDONESIA

6.4.2 Sumber Gempabumi di Sumatra

Sumber gempabumi di Sumatra adalah yang paling intensif diteliti sehingga data-data dasar yang diperlukan untuk analisis ancaman bencananya sudah jauh lebih banyak dibandingkan dengan data dari wilayah lainnya. Meskipun demikian data dari hasil-hasil penelitian ini kebanyakan untuk keperluan akademis sehingga hampir semuanya hanya dipresentasikan dan dipublikasi dalam bentuk makalah-makalah ilmiah di jurnal-jurnal ilmiah baik untuk tingkat nasional ataupun internasional sehingga pengetahuan dari hasil-hasil yang sudah dicapai inipun belum banyak sampai ke masyarakat luas. Selain itu data ilmiah yang ada masih harus diolah dan diterjemahkan ke dalam bentuk informasi dan peta yang dapat dipahami oleh masyarakat dan siap untuk diimplementasikan dalam usaha mitigasi bencana. Dengan kata lain publikasi umum untuk masyarakat khususnya peta-peta ancaman gempabumi di Sumatra yang dibuat khusus untuk keperluan mitigasi bencana alam masih sangat langka walaupun datanya sudah cukup banyak.

Sumatra mempunyai dua zona gempa utama, yaitu zona gempa di bawah wilayah perairan barat Sumatra dan zona gempa di wilayah daratan Sumatra. Yang pertama adalah gempa-gempa yang terjadi pada zona subduksi, yaitu batas pertemuan lempeng lautan Hindia-Australia yang menunjam dengan kecepatan sekitar 50 sampai dengan 60 mm/tahun di sepanjang palung laut di barat Sumatra (Gbr.3). Yang kedua adalah gempa-gempa yang terjadi di sepanjang patahan aktif besar yang dikenal sebagai Patahan Sumatra. Dua zona sumber gempa ini terbentuk karena pergerakan relatif dari Lempeng Hiandia-Australia yang arahnya miring terhadap jalur pertemuan Lempengnya.

Gambar E.3. Diagram zona subduksi Sumatra memperlihatkan struktur bumi di bawah permukaan. Sumber gempa besar di Sumatra adalah pada zona megathrust dan jalur Patahan Sumatra. Megathtrust adalah patahan bidang kontak zona subduksi sampai kedalaman ~ 50km. Patán Sumatra adalah patán geser besar yang berada pada punggungan Pulau Sumatra. Pada kedalaman 150-200km dari zona subduksi, lempeng meleleh. Lelehan lempeng ini kemudian naik ke atas menjadi magma dan muncul di permukaan sebagai letusan gunung api. (Illustrasi:

Sambas Miharja, diambil dari Poster dan Brosur LIPI-Caltech : “Sumatra Rawan Gempa”).

Catatan sejarah menunjukan bahwa pada zona subduksi Sumatra sudah banyak terjadi gempa-gempa sangat besar dengan kekuatan lebih dari 8 Skala Magnitudo yang menimbulkan tsunami pada tahun 1797 (Mw 8.5-8.7) dan 1833 (Mw 8.7-8.9) di wilayah Kepulauan Mentawai sampai Enggano), dan tahun 1861 (M8.5) di wilayah Nias-Simelue. Tahun 1907 di Simelue terjadi juga gempa berkekuatan hanya M7.6 tapi menimbulkan tsunami besar yang menghantam wilayah pesisir Timur P. Simelue dengan tinggi tsunaminya dua kali lebih besar dari ketika gempa-tsunami Aceh-Andaman tahun 2004.

Rentetan gempa-gempa besar yang terjadi di sini di kurun sepuluh tahun terakhir dimulai sejak gempabumi di wilayah Bengkulu pada tahun 2000 (Mw7.8). Kemudian disusul dengan gempa bumi tahun 2002 di P.Simelue. Setelah itu, pada pagi hari tangal 26 Desember 2004 terjadilah bencana tsunami terbesar pada abad ini. Sumber dari tsunami Aceh-Andaman ini adalah gempa pada zona subduksi sepanjang 1400 km dari Simelue sampai wilayah Lautan Andaman dengan kekuatan Mw 9.2. Hanya tiga bulan setelah tragedi besar ini, terjadi lagi gempa besar dengan kekuatan Mw8.7 di wilayah Nias-Simelue, yaitu pada tanggal 28 Maret 2005 pukul 11 malam. Gempa tahun 2005 ini tidak menimbulkan tsunami besar tapi efek goncangannya memakan banyak korban jiwa dan meluluhlantakan banyak rumah-rumah di P.Nias. Terakhir gempa besar dengan kekuatan Mw8.4 terjadi pada sore hari tangal 11 September 2007 di wilayah Bengkulu – Mentawai yang kemudian pada pagi hari berikutnya, tanggal 12 September, disusul oleh gempa besar Mw7.9 yang lokasi sumbernya lebih ke arah utara di wilayah Kep.Mentawai.

Gambar E.4. Sumber gempabumi dan gempa-gempa besar yang terjadi pada megathrust di zona subduksi di bawah perairan barat Sumatra.

Di daratan Sumatra, Patahan Sumatra terbentang di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan, mulai dari Teluk Semangko di Selat Sunda sampai dengan wilayah Aceh di utara sepanjang sekitar 1900 km [Sieh & Natawidjaja, 2000]. Sudah sekitar 20 gempa besar dan merusak terjadi di sepanjang Patahan Sumatra dalam 100 tahun terakhir (Gbr. 3) [Natawidjaja & Triyoso, 2007]. Dengan kata lain, gempa besar di Sesar Sumatra terjadi rata-rata satu kali dalam lima tahun. Berbeda dengan di zona subduksi Sumatra yang berpotensi untuk mengeluarkan gempa besar dengan magnitudo > 8 tapi hanya sekitar 2- 3 kali dalam 100 tahun, gempa di Sesar Sumatra magnitudo-nya < 7.7 tapi sering dan sumbernya atau patahan gempanya lebih dekat dengan populasi penduduk. Gempa terakhir pada tangal 6 April 2007 di wilayah Danau Singkarak Sumatra Barat membuktikan bahwa gempa yang hanya bermagnitudo ~ M6.3 tersebut dapat menimbulkan kerusakan dan korban yang cukup banyak (Gbr. ) [Natawidjaja et al, 2007]. Pada dekade sebelumnya, terjadi dua gempa besar di Liwa tahun 1994 (M6.9) [Natawidjaja et al, 1995; Widiwijayanti et al, 1999] dan di wilayah Danau Kerinci tahun 1995 (M7.0) yang juga banyak menimbulkan kerusakan dan korban jiwa. Fakta ini menunjukan bahwa potensi gempa di sepanjang Sesar Sumatra juga tidak kalah pentingnya untuk diantisipasi potensi bencananya selain ancaman gempa yang disertai tsunami yang sumbernya dari zona subduksi [Natawidjaja & Harjono, 2007].

Jadi dari catatan sejarah bencana gempabumi dan rentetan gempa besar dalam kurun sepuluh tahun terakhir saja sudah cukup sebagai fakta yang tidak terbantah bahwa wilayah Sumatra, baik di daratan terutama di wilayah sekitar Patahan Sumatra dan di pesisir barat Sumatra adalah wilayah rawan gempa dan juga tsunami (untuk wilayah pesisir barat). Pengalaman dan catatan sejarah ini juga didukung oleh banyak data dari hasil-hasil penelitian sumber gempa dan potensi bencananya yang sudah cukup banyak dilakukan. Langkah selanjutnya yang belum dilakukan adalah menuangkan pengetahuan dan data-data ini kedalam peta-peta bahaya dan risiko bencana gempabumi yang mudah dipahami masyarakat sehingga dapat diaplikasikan ke dalam tindakan mitigasi bencana.

Gambar E.5. Peta regional Patahan Sumatra dan gempa-gempa merusak yang pernah terjadi pada masa sejarah. Elips kuning menandai patahan gempa dan wilayah dengan kerusakan serius dengan keterangan tahun kejadian (magnitudo).

Dalam dokumen ENTERIM REPORT TERM I (Halaman 82-86)

Dokumen terkait