• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber gempa di Indonesia Timur

Dalam dokumen ENTERIM REPORT TERM I (Halaman 89-94)

4 Analisis Bahaya Goncangan Tanah (Ground-motion hazard Analysis)

6.4 LAMPIRAN E: WILAYAH RAWAN GEMPABUMI DI INDONESIA

6.4.4 Sumber gempa di Indonesia Timur

Wilayah Timur Indonesia mempunyai struktur geologi dan tatanan tektonik aktif yang lebih rumit. Kontras dengan hal ini penelitian geologi dan geofisika gempabumi yang sudah dilakukan masih sedikit, apalagi penelitian- peneltian tersebut lebih banyak ditujukan untuk ilmiah bukan untuk mitigasi bencana. Disamping kurangnya data, belum ada usaha/kajian untuk mengumpulkan dan mensintesakan data-data sumber gempa bumi yang sudah ada agar lebih bisa siap pakai untuk analisis ancaman bencana. Itulah sebabnya data potensi ancaman gempa (dan juga tsunaminya) masih sangat sedikit. Peta-peta patahan aktif dan sumber gempabumi yang sudah dibuat baru dalam skala sangat kecil (regional). Jelas bahwa analisis ancaman dan risiko gempabumi untuk wilayah ini akan terbentur dengan masalah kelangkaan data sumber gempa ini. Oleh karena itu untuk program jangka panjang perlu digalakkan penelitian dasar untuk mempelajari sumber-sumber gempa dan potensi bencananya.

Gambar E.10. Peta tektonik aktif Indonesia timur menunjukan batas lempeng dan jalur patahan aktif besar. Patahan geser Sorong mempunyai laju pergerakan 8-10 cm/tahun adalah patahan geser yang tercepat di dunia.

Gambar E.11. Gempabumi dengan magnitude lebih dari 7 yang terjadi sejak tahun 1973 (sumber data: Katalog Gempa USGS)

Gambar E.12. Peta sejarah gempa bumi dari wilayah Indonesia Timur sejak Abad ke-17. Keterangan: tahun kejadian (magnitudo). Wilayah yang di arsir merah adalah sumber patahan gempa di bawah laut yang berpotensi tsunami.

Gambar E.13. Sejarah kejadian tsunami. Keterangan menunjukan : tahun kejadian (tinggi tsunami dalam meter). Titik-titik merah menunjukan lokasi yang dilaporkan pernah terkena tsunami. (Sumber data tsunami dari Latief, 2002)

Gambar E.14. Sejarah kejadian tsunami. Keterangan menunjukan : tahun kejadian (jumlah korban tewas). Titik-titik merah menunjukan lokasi yang dilaporkan pernah terkena tsunami. 6.4.4.1 NTT

Jalur zona tumbukan lempeng Sumatra-Jawa ini menerus ke wilayah NTT (Gbr.10). Di wilayah Timor, batas lempeng tektonik ini berubah lingkungan tektoniknya dari jalur zona subduksi menjadi zona tabrakan lempeng benua dengan lempeng kepulauan (= ”collision zone”). Tabrakan lempeng ini mengakibatkan banak patahan-patahan aktif yang terbentuk di daratan pulau-pulau dan perairan di sekitarnya. Salah satu jalur patahan yang terbentuk adalah di wilayah utara pulau-pulau, dikenal dalam istilah akademis sebagai patahan anjak landai di belakang busur (i.e. “back thrust”). Gempa masa kini yang pernah terjadi pada jalur patahan ini adalah gempa-tsunami pada tahun 1992 di utara Pulau Flores yang memakan korban lebih dari 2000 jiwa.

6.4.4.2 Maluku

Jalur tabrakan lempeng benua dari Timor melengkung berlawanan arah jarum jam ke utara dan terus lebih ke barat melingkari Laut Maluku (Gbr.10). Di jalur batas lempeng ini sudah terjadi sebanyak 10x gempa berpotensi tsunami dalam seratus tahun terakhir dengan kekuatan M>7.5 (Gbr.12). Empat diantaranya bermagnitudo >=8 . Lebih jauh lagi, catatan sejarah kuno menyebutkan bahwa pada tahun 1674 di wilayah Pulau Buru-Seram terjadi gempa sangat besar disertai tsunami sangat dahsyat yang menurut katalog tsunami ketinggian gelombangnya mencapai 80 meter! (Gbr.13). Melihat frekuensi yang tinggi dan rata-rata kekuatan gempa yang besar tersebut di wilayah Maluku maka sangat penting untuk mengkaji dengan seksama potensi bencana gempa dan tsunaminya untuk mitigasi bencana di masa depan. Gempa yang disertai tsunami tahun 1694 menelan korban jiwa mencapai 3000 orang (Gbr.14), maka apabila

bencana gempa dengan kekuatan serupa 1694 terjadi lagi di masa sekarang korbannya mungkin akan berlipat ganda. Kemungkinan gempa serupa tahun 1694 yang sumbernya di wilayah Maluku ini tidak hanya merupakan ancaman bagi Maluku tapi tsunaminya bisa sampai ke wlayah yang lebih luas lagi termasuk Bali-Lombok-Sumbawa dan Makasar.

6.4.4.3 Irian Jaya

Wilayah Irian Jaya didominasi oleh tiga jalur besar gempabumi, yakni: Zona tabrakan lempeng Pacifik dan Pulau Papua NewGuinea yang kompleks, jalur Patahan Sorong dan Patahan Aiduna-Tarairua (Gbr.8). Dengan kecepatan gerak relatif lempeng Pacific yang sekitar 120 mm/tahun, maka bisa diduga bahwa wilayah ini mempunyai potensi bencana gempa sekitar dua-kali lipat lebih besar dibandingkan wilayah Sumatra-Jawa yang pergerakan lempengnya hanya 50 - 60 mm/tahun. Patahan geser Sorong menurut pengukuran survey GPS yang sudah dilakukan mmpunyai laju pergerakan sampai 100 mm/tahun (Puntodewo dkk, 19xx). Ini adalah Patahan Geser besar dengan laju pergerakan paling cepat di dunia. Patahan San Andreas di California Selatan sangat terkenal di dunia hanya mmpunyai laju percepatan 30 mm/tahun, sama dengan laju pergerakan maximum di Patahan Sumatra.

Potensi gempa yang sangat tinggi ini didukung fakta sudah sangat seringnya gempa besar merusak terjadi di masa lalu (Gbr.11 dan 12), misalnya gempa-tsunami di Biak (Mw8.3) yang memakan korban ribuan jiwa dan gempa yang tiga kali terjadi di wilayah Nabire tahun 2004 dengan kekuatan Mw7.1 sampai Mw7.6. Memang sekarang ini populasi penduduk di wilayah Irian Jaya masih sedikit demikian juga infrastrukturnya masih belum serapat di Pulau Jawa dan Sumatra sehingga walaupun tingkat ancaman bencana-nya paling tinggi di wilayah Indonesia tapi tingkat risiko bencana-nya tidak terlalu tinggi. Namun,perlu dingat bahwa tingkat risiko ini akan terus naik sejalan dengan laju populasi dan pembangunan, yang kalau tidak mengindahkan faktor bencana akan terus mengisi daerah-daerah yang rawan bencana sehingga akan menyebabkan risiko bencana lebih besar di masa datang.

6.4.4.4 Sulawesi

Sistem Patahan mendatar Sorong di wilayah Irian ini menerus ke arah timur sampai menabrak bagian timur Pulau Sulawesi. Pergerakan Patahan ini mengakibatkan terbentuknya zona kompresi tektonik yang kompleks di wilayah Banggai di lengan timur Sulawesi ini dan juga terbentuknya sistem Patahan mendatar yang membelah bagian tengah Sulawesi yang dinamakan Patahan Palukoro. Patahan ini membentang mulai dari Banggai ke bagian tengah melewati Kota Palu dan terus ke arah utara (Gbr. 8). Di zona kompresi tektonik Bangai pernah terjadi gempa tahun 2000 (Mw7.6) yang memakan banyak korban dan kerugian. Patahan Palukoro di daratan panjangnya sekitar 350 km dan mempunyai laju percepatan rata-rata ~ 30 mm/tahun (Gbr. 10). Di sepanjang Patahan Palukoro tercatat sebanyak 4x gempa dengan kekuatan >M7 dalam kurun waktu dua ratus tahun terakhir, termasuk gempa Palu tahun 1938 (M7.9) dan gempa di bagian barat lengan Sulawesi utara pada tahun 1996 (M7.9). Selain sistem Patahan aktif di daratan, Sulawesi juga mempunyai sumber gempabumi di bawah laut, yakni zona subduksi di sebelah utara. Di zona subduksi ini tercatat kejadian gempa berpotensi

tsunami pada tahun 1904 (Mw8.4). Sulawesi Selatan juga tidak luput dari bencana gempa dan tsunami. Di wilayah ini sumber gempa berada di daerah pantai barat dan juga di selatan Makasar. Gempa tahun 1969 (M6.9) dan tahun 1984(M6.6) menyebabkan ratusan korban jiwa di Kabupaten Majene dan Mamuju. Kemudian tahun 1820, sejarah mencatat bahwa gempa yang disertai tsunami pada waktu itu memakan banyak korban dan menghancurkan banyak rumah-rumah dan bangunan di wilayah Kota Ujung Pandang.

Dalam dokumen ENTERIM REPORT TERM I (Halaman 89-94)

Dokumen terkait