• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Profil Responden dalam Memberikan Pelayanan Informasi Obat

5. Sumber informasi yang tersedia

Untuk menunjang pelaksanaan pemberian informasi obat, responden

harus mempunyai bekal kesiapan di apotek. Bekal kesiapan tersebut yaitu

tersedianya sumber – sumber informasi yang bermutu, terpercaya, dan terkini. Berdasarkan hasil diskusi, sumber – sumber informasi yang ada di apotek dibagi menjadi 4 aspek, yaitu :

a. Aspek dokumen, seperti : majalah ilmiah, leaflet, brosur, buku teks, laporan

penelitian, farmakope, MIMS, ISO, dan Obat – Obat Penting

b. Aspek fasilitas, seperti : fasilitas ruangan khusus untuk informasi (diantara 4

apotek hanya 1 apotek yang mempunyai ruangan informasi), peralatan peraga,

komputer, dan internet

c. Aspek lembaga, seperti : informasi obat yang berasal dari industri farmasi,

Badan POM, pendidikan tinggi farmasi, dan organisasi dokter dan apoteker

d. Aspek manusia, berupa hasil diskusi bersama antar sesama tenaga kesehatan.

responden dapat berdiskusi dengan dokter praktek, sesama apoteker, dan

mahasiswa praktek yang sedang melakukan praktek di apotek tersebut.

6. Faktor – faktor yang mempengaruhi responden dalam memberikan pelayanan informasi obat

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat faktor pendukung, faktor

penghambat, dan keuntungan yang diperoleh responden dalam memberikan

pelayanan informasi obat kepada konsumen.

a. Faktor pendukung

Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang paling mendukung

responden dalam memberikan informasi obat adalah rasa tanggung jawab

terhadap sumpah profesi, sedangkan faktor pendukung terkecil adalah

tenaga kefarmasian yang mencukupi dan lama masa kerja. Hasil penelitian

disajikan pada tabel berikut :

Tabel VIII. Faktor – Faktor yang Mendukung Responden dalam Memberikan Pelayanan Informasi Obat

No Faktor Pendukung Jumlah

(n = 4)

1. Rasa tanggung jawab terhadap sumpah profesi untuk mewujudkan pelayanan kefarmasian di tengah – tengah masyarakat

4 responden

2. Keinginan pribadi responden untuk membangun relasi dengan konsumen 2 responden

3. Lama masa kerja sehingga responden semakin berpengalaman 1 responden

4. Tenaga kefarmasian yang mencukupi 1 responden

5. Responden berpendidikan terakhir S-2, sehingga merasa pengetahuan yang dimiliki cukup membantu dalam memberikan informasi obat

b. Keuntungan yang diperoleh pada saat memberikan pelayanan informasi obat

Banyak keuntungan yang didapatkan apoteker pada saat memberikan

informasi obat kepada konsumen. Keuntungan – keuntungan yang diperoleh tentunya akan meningkatkan antusiasme apoteker dalam melakukan pelayanan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, keuntungan paling besar yang

didapatkan responden (4 responden) adalah peningkatan kepuasan batin karena

sudah menolong orang lain, sedangkan 3 responden lainnya mengatakan bahwa

kenaikkan mutu pelayanan apotek dan terbentuknya relasi dengan masyarakat

menjadi keuntungan mereka. Hasil penelitian disajikan dalam pada tabel

berikut :

Tabel IX. Keuntungan yang Diperoleh Responden dalam Memberikan Pelayanan Informasi Obat

No Keuntungan yang diperoleh Responden dalam Memberikan PIO kepada konsumen

Jumlah n = 4 1. Meningkatkan kepuasan batin karena sudah dapat menolong

konsumen melalui pemberian informasi obat

4 responden

2. Menaikkan mutu pelayanan apotek 3 responden

3. Membangun relasi dengan masyarakat, secara tidak langsung profesi apoteker semakin dikenal

3 responden

c. Faktor penghambat

Selain faktor pendukung, terdapat pula faktor – faktor yang menghambat responden untuk melakukan pelayanan informasi obat. Hasil

penelitian mengenai faktor penghambat dan rekomendasi peneliti kepada

Tabel X. Faktor – Faktor yang Menghambat Responden dalam Memberikan Pelayanan Informasi Obat

No Faktor Penghambat Jumlah

(n = 4)

Rekomendasi Kepada Responden

1. Kurang updatenya pengetahuan yang dimiliki responden sedangkan penyakit dan obat – obat baru terus berkembang diluar sana.

4 responden Responden harus meningkatkan semangat belajar agar tidak ketinggalan mengenai perkembangan obat dan penyakit (Riyanto, 2009)

2. Latar belakang pendidikan konsumen yang bervariasi membuat responden kesulitan untuk menyesuaikan bahasa yang digunakan agar mudah dimengerti dan dipahami oleh konsumen

4 responden Responden harus dapat menyesuaikan tata bahasa sesuai dengan tingkat pendidikan kosumen atau dengan menggunakan istilah – istilah sederhana dan umum agar mudah dipahami oleh responden

3. Konsumen terburu – buru sehingga pelayanan informasi obat tidak dilakukan oleh responden

4 responden Responden dapat memberikan layanan on call kepada konsumen, apabila sewaktu waktu mengalami kebingungan terhadap penggunaan obat maka konsumen dapat menghubungi responden melalui fasilitas yang diberikan

4. Keadaan apotek yang sedang ramai membuat

responden mempercepat pelayanan yang diberikan termasuk pelayanan informasi obat

3 responden Responden dapat menambah jumlah apoteker pendamping atau asisten apoteker pada jam sibuk. Selain itu, konsumen yang datang ke apotek diberikan nomor antrian sehingga konsumen dapat menunggu dan tidak berebut untuk mendapatkan pelayanan

5. Konsumen yang kurang bekerjasama berkaitan dengan gaya hidup konsumen.

1 responden Responden menjelaskan akibat buruk yang dapat terjadi apabila konsumen tetap menjalankan gaya hidup yang merugikan

6. Pekerjaan lain terkadang membuat responden lelah sehingga responden terkadang kurang fokus terhadap pelayanan informasi obat

1 responden Perlu dilakukan pengaturan ulang mengenai jadwal pembagian kerja

7. Usia konsumen yang cenderung lebih tua (geriatri) atau lebih muda (pediatri) membuat responden mengalami kesulitan dalam menjelaskan informasi obat.

1 responden Responden dapat menggunakan catatan khusus yang dilampirkan pada obat, menggunakan alat bantu konseling dan melibatkan orang tua atau keluarga yang merawat

Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang menjadi hambatan terbesar

responden dalam memberikan pelayanan informasi obat kepada konsumen, yaitu :

konsumen terburu – buru sehingga pelayanan informasi obat tidak dilakukan oleh responden. Berikut adalah kutipan wawancara peneliti dengan responden

mengenai ke-3 faktor penghambat terbesar.

Hasil wawancara peneliti dengan responden B terkait kurang

update-nya pendidikan yang dimiliki responden :

“terkadang saya susah untuk menjelaskan tentang penggunaan suatu obat (khususnya obat baru) mengingat pengetahuan saya tentang obat sangatlah minim sedangkan diluar sana begitu banyak obat baru yang beredar, saya juga sudah lama lulus dari pendidikan formal, sehari – hari bekerja sebagai ibu rumah tangga yang memiliki usaha apotek untuk bertahan hidup, tetapi saya selalu berusaha memberikan informasi obat sesuai apa yang saya ketahui”.

Mengenai background pendidikan konsumen, responden B dan C

mengatakan: “terkadang saya susah untuk menjelaskan informasi karena apa yang saya maksudkan kadang – kadang tidak dimengerti oleh konsumen, sehingga saya harus menjelaskan berulang kali dan harus mencari bahasa atau istilah yang umum agar mudah dimengerti, untuk mencegah kesalahan saya juga biasanya menuliskan informasi penting di kertas untuk di berikan kepada konsumen atau memberikan fasilitas on call”.

Mengenai konsumen terburu – buru, responden A menyampaikan: “setelah penyerahan obat terkadang konsumen tidak diberikan informasi, karena konsumen langsung pergi begitu saja, sehingga saya merasa mereka sudah paham terhadap penggunaan obat tersebut”.

Selain faktor penghambat terbesar terdapat juga 3 faktor penghambat

terkecil, yaitu konsumen yang kurang bekerjasama terkait gaya hidup, pekerjaan

lain responden yang membuat responden lelah sehingga terkadang responden

kurang fokus dalam memberikan pelayanan informasi obat, dan usia konsumen.

Berikut adalah kutipan dari responden A terkait gaya hidup konsumen:

“kebanyakan pelanggan kami adalah pasien dengan penyakit DM dan Alzeimer, ketika memberikan obat sudah seringkali kami menjelaskan kepada mereka tentang makanan atau minuman yang harus dihindari selama terapi, tetapi

terkadang mereka seringkali datang dengan keluhan yang sama, ketika diinterogasi ternyata hal – hal yang sudah disarankan oleh kami tidak dilakukan oleh pasien, akibatnya mereka sendiri yang menderita menanggung sakit”.

Selanjutnya responden A juga mengatakan terkait pekerjaan lain

sehingga kurang fokus : “selain sebagai APA saya juga memiliki pekerjaan lain sebagai dosen, ketika sudah lelah mengajar pada pagi sampai siang hari dan melanjutkan tugas sebagai APA saya terkadang tidak konsen dalam memberikan pelayanan informasi, bisa saja informasi yang saya berikan kurang lengkap atau sampai tidak memberikan informasi sama sekali”.

Terkait usia konsumen responden C mengatakan bahwa : “terkadang konsumen yang berkunjung adalah pasien pediatri atau geriatri, untuk mencegah kesalahan pemahaman informasi oleh konsumen, setelah memberikan informasi saya juga memberikan kertas yang berisi informasi dan memberikan fasilitas on

call”.

7. Upaya pribadi responden dalam meningkatkan pelayanan informasi obat

Dokumen terkait