BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN B. Jenis Penelitian
2. Sumber dan Jenis Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, misalnya dari individu maupun perorangan. Data ini bisa berwujud hasil wawancara, pengisian kuesioner, atau bukti transaksi seperti tanda bukti pembelian barang dan karcis parkir. Semua data ini merupakan data mentah yang kelak akan diproses untuk tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan (Umar, 2003).
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kuesioner atau Angket
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada objek penelitian yang ingin diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Bawono, 2006).
Kuesioner dipakai untuk menyebut metode maupun instrumen. Angket atau instrumen dibedakan menjadi dua dilihat dari cara menjawabnya yaitu kuesioner terbuka (memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri) dan kuesioner
tertutup (sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih) (Arikunto, 2006).
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa jurnal, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya (Arikunto, 2006).
Skala Pengukuran
Agar penelitian ini bersifat obyektif dan lebih terukur maka diperlukan ketelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan skala pengukuran interval. Menurut Bawono (2006) skala interval adalah memberikan ranking terhadap responden, yang diranking dapat berupa referensi, perilaku dan sebagainya. Dalam menggunakan skala interval, responden diberikan 10 (sepuluh) pilihan dalam merespon, semakin jawaban mendekati 1 (satu) berarti responden sangat tidak setuju dan apabila jawaban mendekati 10 (sepuluh) berarti responden sangat setuju.
Definisi Konsep dan Operasional
Menurut Bawono (2006) definisi operasional merupakan definisi tentang variabel-variabel yang akan digunakan, baik variabel dependen maupun variabel independen, sehingga nantinya tidak menghasilkan data bias. Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian adalah untuk memberikan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel-variabel diukur (Andriani, 2010). Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok besar yang diteliti, yaitu :
a. Variabel Bebas (Variabel Independen)
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Umar, 2003). Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu kompensasi, komitmen organisasi, pengembangan karir, dan lingkungan kerja.
b. Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel dependen adalah variabel yang menjelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel independen (Umar, 2003). Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu kepuasan kerja karyawan.
Berikut ini adalah definisi operasional daripada variabel independen (x) dan variabel depeden (y) yang diangkat oleh peneliti didalam penelitian ini, antara lain :
Tabel 3. 2
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel Indikator
Kompensasi (X1)
Rivai dan Sagala (2009) : “Kompensasi merupakan sesuatu yang
diterima karyawan sebagai pengganti
kontibusi jasa mereka pada
perusahaan”.
1. Upah dan Gaji
2. Insentif
3. Tunjangan
Komitmen Organisasi (X2)
Robbins (2003) dalam
Wahyuningrum (2009) : “Komitmen
organisasi adalah suatu keadaan
dimana seorang karyawan memihak
1. Affective Commitment
2. Continuance Commitment
pada suatu organisasi tertentu dan
tujuan-tujuannya serta berniat
memelihara keanggotaan dalam
organisasi itu”.
Pengembangan Karir (X3)
Rivai (2009) : “Pengembangan karir
adalah proses peningkatan
kemampuan kerja individu yang dicapai dalam rangka mencapai karir
yang diinginkan”.
1. Perencanaan karir
2. Pengembangan karir
individu
3. Pengembangan karir yang
didukung oleh departemen SDM
Lingkungan Kerja (X4)
Nitisemito (1992) dalam Kusuma (2013) : “Lingkungan kerja adalah
segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.
1. Suasana kerja
2. Hubungan dengan rekan
kerja
3. Tersedianya fasilitas kerja
Kepuasan Kerja (Y)
Martoyo (2000) dalam Hartatik (2014) :
“Kepuasan kerja pada dasarnya
merupakan salah satu aspek psikologis
yang mencerminkan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya. Ia akan merasa puas dengan adanya
kesesuaian antara kemampuan,
keterampilan, dan harapannya dengan
pekerjaan yang ia hadapi”.
1. Kepuasan dengan gaji.
2. Kepuasan dengan pekerjaan
itu sendiri.
3. Kepuasan dengan promosi.
4. Kepuasan dengan sikap
atasan.
5. Kepuasan dengan rekan
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan penjelasan dari variabel serta indikator yang menyusun setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 3. 3 Instrumen Penelitian
Variabel Pernyataan Skala
Ukur
Kompensasi (X1)
1. Gaji yang saya terima setiap bulannya diberikan
secara tepat waktu.
2. Gaji yang saya terima sesuai dengan pekerjaan dan
pendidikan saya.
3. Gaji yang saya terima dari BNI Syariah sesuai
dengan beban kerja saya.
4. Pemberian bonus dari BNI Syariah yang saya terima
sesuai dengan yang dijanjikan.
5. BNI Syariah memberikan bonus kepada saya apabila
hasil pekerjaan mencapai atau melebihi target yang telah ditetapkan.
6. Pemberian bonus dari BNI Syariah sudah adil sesuai
dengan porsinya antara karyawan yang satu dengan yang lainnya.
7. Tunjangan jabatan yang saya terima sudah sesuai
dengan beban kerja yang saya kerjakan.
8. Jaminan asuransi kesehatan yang diberikan sudah
memadai.
9. Tunjangan kinerja yang saya terima sudah sesuai
dengan hasil kerja saya.
Skala Interval
Organisasi (X2)
lain diluar BNI Syariah.
2. Saya menganggap permasalahan BNI Syariah adalah
juga permasalahan saya sendiri.
3. Saya merasa menjadi bagian dari keluarga BNI
Syariah ini.
4. Saya mempunyai rasa memiliki yang kuat terhadap
BNI Syariah ini.
5. Saya tidak akan meninggalkan BNI Syariah ini
dalam keadaan apapun.
6. Bekerja di BNI Syariah ini merupakan kebutuhan
sekaligus juga keinginan saya.
7. Terkadang saya ingin keluar dari tempat kerja saya
untuk mendapatkan pengalaman kerja yang lebih baik.
8. Saya akan tetap bertahan di tempat kerja saya
meskipun tempat kerja saya sedang mengalami masalah keuangan.
9. Jika ada tawaran pekerjaan dengan gaji yang lebih
tinggi, tidak akan membuat saya berkeinginan untuk keluar dari tempat saya bekerja.
Interval
Pengemban
gan Karir
(X3)
1. Pendidikan karyawan dilakukan secara terencana dan
terstruktur.
2. Karir saya bisa meningkat apabila saya rajin
meningkatkan pengetahuan saya.
3. Pendidikan yang saya peroleh mampu
mengembangkan karir saya.
4. Saya selalu ingin menjadi karyawan yang
berpengalaman.
5. Pelatihan yang saya peroleh bermanfaat dalam
mengembangkan karir saya.
6. Pelatihan yang saya peroleh membuat saya mampu
Skala Interval
melakukan pekerjaan pada jenjang karir yang lebih tinggi.
7. BNI Syariah memberikan pendidikan dan pelatihan
yang sama pada setiap karyawan. Lingkungan
Kerja (X4)
1. Lingkungan kerja yang kondusif mendukung
kelancaran pelaksanaan pekerjaan saya.
2. Tempat kerja saya tidak bising.
3. Kebersihan di BNI Syariah membuat saya nyaman
dalam bekerja.
4. Hubungan antara sesama karyawan membantu saya
dalam bekerja.
5. Hubungan antara karyawan dan pimpinan harmonis
dan kekeluargaan.
6. Hubungan antara saya dengan pimpinan membantu
saya dalam bekerja.
7. Perlengkapan kerja yang ada dibagian tempat saya
kerja telah membantu pelaksanaan tugas-tugas.
8. Perlengkapan penerangan lampu sudah memadai.
9. Fasilitas yang disediakan cukup lengkap.
Skala Interval
Kepuasan Kerja (Y)
1. BNI Syariah memberikan gaji lebih baik dari
pesaing.
2. Saya menerima gaji yang cukup dan sesuai,
berdasarkan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan pada saya.
3. Saya merasa BNI Syariah sudah memberikan gaji
karyawan sesuai dengan standart yang berlaku.
4. Saya merasa puas karena pekerjaan saya
memberikan tantangan untuk maju.
5. Saya merasa puas karena pekerjaan yang diberikan
sesuai dengan latar belakang pendidikan saya.
Skala Interval
6. Saya puas dengan tanggung jawab yang ada dari pekerjaan saya saat ini.
7. Promosi yang dilakukan BNI Syariah memotivasi
karyawan untuk lebih berkembang dan maju.
8. Saya puas dengan dasar yang digunakan untuk
promosi (kenaikan jabatan) dalam BNI Syariah.
9. Saya senang dengan penilaian untuk promosi
berdasarkan prestasi dan hasil kerja karyawan.
10.Atasan saya selalu memberikan pengarahan kepada
karyawan dalam setiap pekerjaan.
11.Komunikasi karyawan dan pimpinan terjalin dengan
baik dalam menyelesaikan masalah pekerjaan.
12.Atasan saya selalu mendengarkan saran, kritik, dan
pendapat karyawannya.
13.Saya merasa puas karena saya dan rekan kerja saya
dapat bekerjasama dengan baik.
14.Saya merasa puas karena saya dan rekan kerja saya
saling menghargai dan menghormati.
15.Rekan kerja saya selalu memberi nasehat, dukungan
dan membantu saya apabila menghadapi kesulitan dalam pekerjaan.
Uji Instrumen Penelitian 3. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu atau jawaban tidak boleh acak oleh karena masing-masing pertanyaan hendak mengukur hal yang
sama. Jika jawaban terhadap indikator ini acak maka dapat dikatakan bahwa tidak reliabel (Ghozali, 2013).
SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji
statistic Cronbach Alpha(α). Menurut Ghozali (2013) suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,70. Atau
menggunakan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Bawono, 2006).
Uji Validitas
Uji validitas adalah alat yang digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jika validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah kita buat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r table (Ghozali, 2013).
Apabila total skor masing-masing butir soal menghasilkan tanda bintang, yang artinya itu signifikan. Dimana ada dua kemungkinan yaitu tanda berbintang satu berarti korelasi signifikan pada level 5% (0,05), dan berbintang dua itu berarti korelasi signifikan pada level 1% (0,01) (Bawono, 2006).
Alat Analisis Data 4. Uji Deskriptif
Statistik deskriptif adalah yang memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013).
Uji Asumsi Klasik
Menurut Bawono (2006) uji asumsi klasik merupakan tahapan yang penting dilakukan dalam proses analisis regresi. Disamping itu uji asumsi klasik berguna untuk melengkapi uji statistic yang telah dilakukan yaitu uji F, uji t dan determinasi. Dalam uji asumsi klasik ini terdapat tiga bentuk pengujian, yaitu :
a. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2013) Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesame variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut :
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika
(umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas.
3) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menujukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
b. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2013) uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu :
1) Uji Durbin-Watson (DW Test)
Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi
tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya
intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independen.
2) Uji Langrange Multiplier (LM Test)
Uji ini memang lebih tepat digunakan dibandingkan uji DW terutama bila sample yang digunakan relative besar dan derajat autokorelasi lebih dari satu. Uji LM akan menghasilkan statistic Breusch-Godfrey.
3) Uji Statistics Q : Box-Pierce dan Ljung Box
Uji ini digunakan untuk melihat autokorelasi dengan lag lebih dari dua.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2013) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdatisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas :
1) Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X
adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah
di-studentized.
Dasar analisis :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan :
1) Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
2) Uji Statistik Sederhana
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak berhati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistic bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari residual.
e. Uji Linearitas
Menurut Ghozali (2013) uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik. Ada beberapa uji yang dapat dilakukan, yaitu:
1) Uji Durbin-Watson
Uji ini biasanya dilakukan untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi.
2) Ramsey Test
Uji ini dikembangkan oleh Ramsey tahun 1969. Ramsey menyarankan suatu uji yang disebut general test of specification atau RESET. Untuk melakukan uji ini kita harus membuat suatu asumsi atau keyakinan bahwa fungsi yang benar adalah fungsi linear.
3) Uji Lagrange Multiplier
Uji ini merupakan uji alternative dari Ramsey test dan dikembangkan oleh Engle tahun 1982. Estimasi dengan uji ini
bertujuan untuk mendapatkan nilai c2 hitung atau (n × R2).
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen (Gujarati, 2003 (dalam Ghozali, 2013)). Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan (Tabachnick, 1996 (dalam Ghozali, 2013)). Pada penelitian ini persamaan regresi yang digunakan adalah persamaan regresi berganda. Menurut Bawono (2006) Regresi berganda digunakan untuk
menganalisa data yang bersifat multivariate. Analisa ini digunakan untuk
meramalkan nilai variabel dependen (Y), dengan variabel Independen yang lebih dari satu.
Dalam penelitian ini menggunakan persamaan regresi berganda sebagai berikut :
Y = β0 + β1KM + β2KO + β3PK + β4LK + e Keterangan :
Y = Kepuasan Kerja Karyawan
KM = Kompensasi
PK = Pengembangan Karir
LK = Lingkungan Kerja
e = Residual atau Prediction error
Uji Statistik
Menurut Bawono (2006) Uji statistik disini digunakan untuk melihat tingkat ketepatan atau keakuratan dari suatu fungsi atau persamaan untuk menaksir dari data yang kita analisa. Nilai ketepatan atau keaktualan
ini dapat diukur dari goodness of fit nya.
a. Uji ttest (uji secara individual)
Uji ini digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara individu atau sendiri-sendiri. Pengujian ini dilakukan secara parsial atau individu, dengan menggunakan uji t statistik untuk masing-masing variabel bebas, dengan tingkat kepercayaan tertentu (Bawono, 2006).
Langkah-langkah pengujian :
1) Menentukan hipotesis
Ho: β1 = 0, = artinya variabel independen (Xi) tidak
berpengaruh terhadap varibel dependen (Y).
Ho: β1 ≠ 0, = artinya variabel independen (Xi) berpengaruh
terhadap varibel dependen (Y).
2) Menentukan t tabel
Untuk meningkatkan t tabel dengan menggunakan tingkat α
N : Jumlah data
K : jumlah variabel yang dipakai
3) Pengambilan keputusan
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima. Artinya tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Jika t hitung ≥ t tabel, maka Ho ditolak. Artinya ada
pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Disamping membandingkan t-hitung dengan t-tabel agar bisa menentukan Ho diterima atau tidak, dapat pula dengan melihat nilai signifikansinya apakah lebih atau kurang dari 5%.
b. Uji Ftest (uji secara serempak)
Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh
semua variabel X1,2,3 … (independen) secara bersama-sama dapat
mempengaruhi variabel Y (dependen). Langkah pengujiannya adalah :
1) Menentukan hipotesis
Ho: β1, β2, … βn = 0, = artinya variabel independen (X1,2,3
…) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap varibel
Ho: β1, β2, … βn ≠ 0, = artinya variabel independen (X1,2,3
…) secara bersama-sama berpengaruh terhadap varibel dependen
(Y).
2) Menentukan F tabel
Untuk memperoleh F tabel digunakan taraf signifikansi α =
5% dan derajat kebebasan (dk) = (n-k).
3) Pengambilan keputusan
Jika F hitung < F tabel , maka Ho diterima artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara
bersama-sama (X1,2,3 …) terhadap variabel dependen (Y). Jika F
hitung ≥ F tabel, maka Ho ditolak artinya ada pengaruh yang
signifikan antara variabel independen secara bersama-sama (X1,2,3
…) terhadap variabel dependen (Y).
Disamping dengan membandingkan hitung dengan F-tabel untuk menentukan Ho diterima atau tidak dapat dengan melihat nilai signifikansinya apakah lebih atau kurang dari 5%.
c. Uji R2 (koefisien determinasi)
Koefisien determinasi (R2) menunjukkan sejauh mana tingkat
hubungan antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen (X1,2,3 …), atau sejauh mana kontribusi variabel independen (X1,2,3 …)
Ciri-ciri nilai R2 adalah :
1) Besarnya nilai koefisien determinasi terletak antara 0 sampai
dengan 1, jadi nilai R2terletak antara 0 ≤ R2≤ 1.
2) Nilai nol menunjukkan tidak adanya hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
3) Sedangkan nilai 1 menunjukkan adanya hubungan yang sempurna
antara variabel independen dengan variabel dependen.
4) Menghitung koefisien determinasi (R2) untuk menilai besarnya
sumbangan atau kontibusi variabel independen (X1,2,3 …) terhadap
BAB IV PEMBAHASAN C. Analisis Deskriptif
Sebelum melakukan analisis lebih lanjut, peneliti akan menjelaskan karakteristik responden yang digunakan untuk menggambarkan keadaan atau kondisi responden yang dapat memberikan informasi tambahan untuk memahami hasil-hasil penelitian. Adapun karakteristik responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama bekerja, status perkawinan, dan pendapatan. Berikut ini akan dibahas mengenai kondisi dari masing-masing klasifikasi karakteristik responden tersebut: