• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

Kategori 2: Internal Facing

3.9. Sumber Pemborosan

Upaya perbaikan produksi dapat dilakukan secara berkelanjutan apabila didukung oleh keinginan untuk menemukan dan mengenali pemborosan secara terus menerus. Pada umumnya, pemborosan mudah dideteksi dari lingkungan sekitar kegiatan yang dilakukan.

Walaupun tidak identik, terlihat banyak kesamaan dalam sumber-sumber pemborosan yang dihadapi oleh perusahaan. Sumber-sumber pemborosan pada perusahaan manufaktur umumnya adalah:

a. Produk Cacat

Produk cacat adalah sumber utama pemborosan. Tidak sedikit perusahaan menghadapi masalah serius karena produk cacat yang menimbulkan klaim dari pelanggan. Jika produk cacat lolos kepada pelanggan dan kemudian menimbulkan kerugian maka perusahaan harus mengganti kerugian yang diderita pelanggan. Salah satu dampak negatif yang serius akibat produk cacat lolos kepada pelanggan ialah runtuhnya reputasi perusahaan di mata pelanggan. Apabila situasi yang demikian tidak diatasi dengan segera maka perusahaan akan kehilangan pelanggan potensialnya.

b. Transportasi dan Material Handling

Sebagian besar prusahaan membutuhkan transportasi orang, bahan, part dan komponen, bahan penolong, dan lain-lain dari suatu lokasi ke lokasi

manufacturing. Demikian juga dalam proses manufacturing diperlukan

pemindahan bahan (material handling), part, dan komponen serta bahan

12

Sukaria Sinulingga, Perencanaan & Pengendalian Produksi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hh. 65-74.

pembantu dari satu departemen ke departemen lain atau dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja berikutnya di lantai pabrik. Setiap kegiatan transportasi dan material handling akan mengkonsumsi sejumlah sumber daya, yaitu waktu, tenaga kerja, energi, dan peralatan transportasi yang semuanya akan bermuara pada biaya produksi. Kecuali pada transportasi produk akhir dari lokasi gudang pabrik ke gudang distribusi di pasar, operasi transportasi dan material handling sama sekali tidak mengandung nilai tambah (value added). Nilai sebuah part atau komponen tidak akan bertambah apabila diangkut dari gudang penyimpanan bahan baku ke proses pengolahan di lantai pabrik dan selanjutnya ke gudang penyimpanan produk di pabrik.

Kegiatan transportasi mungkin tidak dapat dihilangkan tetapi dapat diminimisasi melalui perencanaan lokasi dan tata letak fasilitas (facility layout) yang baik. Faktor kesesuaian alat angkut, kapasitas angkutan, bentuk lintasan dalam pabrik merupakan titik-titik fokus perencanaan yang harus diteliti untuk meminimumkan pemborosan dalam operasi angkutan dan material handling.

c. Inventory

Inventory pada dasarnya ialah sejumlah item (bahan baku, bahan penolong, part, produk setengah jadi, produk akhir) dalam keadaan menunggu untuk diperlakukan atau dikenakan sesuatu kegiatan berikutnya. Sama halnya dengan transportasi dan material handling, inventory juga memunculkan tambahan biaya, seperti biaya penyimpanan, biaya idle capital, resiko kerusakan, dan kehilangan selama penyimpanan dan lain-lain.

Pada umumnya, setiap produk akhir yang tersimpan lama di gudang akan menimbulkan masalah penyimpanan. Tidak jarang ditemui bahwa produk akhir yang tersimpan lama harus dijual dengan harga yang lebih rendah dan kalau tidak dapat dijual, maka harus dimusnahkan. Biasanya, perusahaan yang menghasilkan produk yang berlebihan terlihat sangat sibuk. Para pekerja di lantai pabrik terlihat penuh kesibukan dan tidak menunjukkan adanya situasi menganggur (idle situation) dan semua kapasitas sumber daya termanfaatkan secara maksimum. Tetapi benefit dari semua hal positif tersebut akan hilang manakala kelebihan jumlah produk tersebut tidak menghasilkan uang karena tidak dapat dijual ataupun dijual pada harga yang jauh dibawah biaya produksi.

e. Waktu Menunggu (Waiting Time)

Waktu menunggu adalah salah satu bentuk pembororsan yang paling mudah dilihat dan diidentifikasi. Waktu menunggu mempunyai bermacam bentuk antara lain ialah menunggu kedatangan order pelanggan, menunggu tibanya part, komponen atau sub assembly dari departemen sebelumnya, ataupun menunggu mesin-mesin produksi selesai perbaikan di bengkel. Pemborosan karena faktor waktu menunggu terjadi pada para pekerja, bahan-bahan, dan mesin-mesin/fasilitas produksi. Kerugian yang diderita karena terjadinya waktu menunggu ialah menurunnya kapasitas produksi akibat menurunnya jam kerja produktif.

Tahap-tahap pemrosesan apabila tidak dirancang secara teliti juga akan menimbulkan pemborosan. Operasi pengolahan bahan baku menjadi produk akhir di lantai pabrik pada umumnya melibatkan serangkaian proses. Tahap- tahap kegiatan dalam rangkaian proses memiliki sifat ketergantungan satu terhadap lainnya. Dalam operasi tertentu, sangat sulit mengidentifikasi sifat saling bergantung tersebut terlebih jika tata urutan prosesnya juga dapat dipertukarkan. Tata urutan proses yang tepat akan memberikan total waktu operasi yang minimum dan sebaliknya akan membutuhkan waktu operasi yang lebih lama.

g. Gerakan yang Tidak Perlu (Unnecessary Motion)

Orang sering bingung dalam membedakan gerakan (motion) dan kerja (work) karena setiap kerja akan memunculkan adanya gerakan. Tetapi perlu disadari sebaliknya bahwa setiap gerakan belum tentu menunjukkan adanya kerja. Untuk tidak membingungkan dalam membedakan gerakan sebagai pemborosan dan gerakan yang bukan pemborosan, maka didefinisikan kerja (work) ialah semua gerakan yang menciptakan atau meningkatkan nilai tambah dan gerakan (motion) ialah setiap gerakan yang tidak mengandung nilai tambah.

Konsep yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi pemborosan dalam gerakan ialah nilai kerja (work content) yang didefinisikan sebagai berikut (Nicholas, J. 1998):

Nilai Kerja =

Jika sebuah pekerjaan diselesaikan dalam 10 menit yang terdiri dari 4 menit untuk melakukan kegiatan mengangkat, memindahkan dan menempatkan

benda kerja pada posisi yang dibutuhkan dan 6 menit untuk kegiatan permesinan (machining), yaitu pengubahan bentuk fisik dari benda kerja tersebut maka nilai kerja dari pelaksanaan pekerjaan tersebut ialah 6/10 atau 60%. Berdasarkan konsep tersebut, perancangan suatu pekerjaan dilakukan untuk mencapai nilai kerja yang mendekati 100%. Hal ini dicapai dengan cara meminimumkan gerakan (motion) bukan meningkatkan kerja (work).

13

Perusahaan Canon, yang termasuk perusahaan kelas dunia, telah mengidentifikasi dan menstandardisasikan sembilan kategori pemborosan yang harus dihilangkan secara terus-menerus dalam perusahaan tersebut. Untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan, penulis telah menciptakan akronim: E-DOWNTIME Waste.

E-DOWNTIME merupakan akronim untuk memudahkan praktisi bisnis dan industri mengidentifikasi 9 jenis pemborosan yang selalu ada dalam bisnis dan industri, yaitu:

E = Environmental, Health, and Safety (EHS), jenis pemborosan yang terjadi karena kelalaian dalam memerhatikan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS.

D = Defects, jenis pemborosan yang terjadi karena kecacatan atau kegagalan

produk (barang dan atau jasa).

O = Overproduction, jenis pemborosan yang terjadi karena produksi berlebih dari kuantitas yang dipesan oleh pelanggan.

W = Waiting, jenis pemborosan yang terjadi karena menunggu.

13

N = Not utilizing employees knowledge, skill, and abilities, jenis pemborosan sumber daya manusia (SDM) yang terjadi karena tidak menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dari karyawan secara optimal. T = Transportation, jenis pemborosan yang terjadi karena transportasi yang

berlebihan sepanjang proses value stream.

I = Inventories merupakan jenis pemborosan yang terjadi karena inventories yang berlebihan.

M = Motion, jenis pemborosan yang terjadi karena pergerakan yang banyak dari yang seharusnya sepanjang proses value stream.

E = Excess processing, jenis pemborosan yang terjadi karena langkah-langkah proses yang panjang dari yang seharusnya sepanjang proses value stream.

Dokumen terkait