• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA

4.1 Analisis Lingkungan

4.1.1 Lingungan Internal DPPKAD

4.1.1.4 Sumber Pendapatan Asli Daerah Melalui Penerimaan

Pemerintah Kota Pematangsiantar menjadikan Pajak Restoran sebagai salah satu sumber penerimaan karena dilihat berdasarkan jumlah restoran yang terdapat di Kota Pematangsiantar, berpotensi untuk memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah.

Pajak Restoran merupakan pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

Pelayanan yang dimaksud adalah meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun ditempat lain. Dalam Peraturan Daerah No. 06 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebagai berikut:

a. Restoran yang beromzet di atas Rp 100.000.000,- ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen);

b. Restoran yang beromzet di antara Rp 70.000.001,- s.d Rp 100.000.000,- ditetapkan sebesar 7 % (tujuh persen);

c. Restoran yang beromzet di antara Rp 30.000.001,- s.d Rp 70.000.000 ,- ditetapkan sebesar 5% (lima persen);

d. Restoran yang beromzet di antara Rp 5.000.000,- s.d Rp 30.000.000,- ditetapkan sebesar 3% (tiga persen).

Selain menetapkan tarif pajak, DPPKAD juga menetapkan target yang harus dicapai dari setiap penerimaan pajak restoran dan melakukan perbandingan dengan realisasi yang telah diterima oleh DPPKAD. Penyesuaian antara target dan realisasi dilakukan setiap akhir bulan, mulai dari bulan Januari hingga bulan Desember dengan mendata setiap penerimaan dan membandingkan dengan hasil yang diterima pada bulan tersebut dan mengkalkulasikannya. Kepala Bidang Pendapatan mengatakan:

“target ditetapkan berdasarkan target dan realisasi pajak ditahun sebelumnya, kemudian melihat potensi yang ada atau kondisi lapangan, dan perhitungan pajak dengan metode regresi.” (Hasil wawancara Kamis, 02 Februari 2017)

Berikut akan dipaparkan data mengenai target dan realisasi pajak restoran di Kota Pematangsiantar selama empat tahun terakhir:

Tabel 4.5

Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun Target Pajak Restoran Realisasi Pajak

Restoran Persentase

2013 2.500.000.000 2.117.373.161 84,69%

2014 2.500.000.000 2.535.927.000 101,44%

2015 2.700.000.000 2.792.319.188 103,42%

2016 3.500.000.000 3.656.682.962 104,48%

Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, 2017

Berdasarkan data target dan realisasi pajak restoran empat tahun terakhir yang disajikan dalam tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa target penerimaan pajak restoran yang telah ditetapkan oleh DPPKAD pada tahun 2013 belum dapat tercapai sebesar 15,31 %, tetapi dalam tiga tahun setelahnya target penerimaan pajak restoran selalu tercapai dan meningkat. Peningkatan penerimaan pajak restoran tertinggi terjadi pada tahun 2016 dimana DPPKAD mampu mencapai peningkatan realisasi pajak restoran sebesar Rp 864.363.774. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mengalami peningkatan Rp 256.392.188 maka tahun 2016 DPPKAD mampu meningkatkan sebesar 3 kali lipat dari peningkatan penerimaan sebelumnya.

Jika digambarkan kedalam bentuk grafik, maka dapat dilihat melalui grafik dibawah ini:

Grafik 4.1

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran

Melalui grafik diatas dapat dilihat bahwa penerimaan pajak restoran tahun 2013 s.d tahun 2016 selalu mengalami peningkatan dan kenaikannya relatif sama, tetapi mampu meningkat jauh pada tahun 2016.

Tabel 4.6

Persentase Penerimaan Pajak Restoran Terhadap Pajak Daerah Tahun Pajak Daerah Pajak Restoran Persentase

2013 27,274,948,285 2.117.373.161 7,76%

2014 29,216,494,857 2.535.927.000 8,66%

2015 31,105,131,475 2.792.319.188 8,97%

2016 35.735.129.177 3.656.682.962 10,23%

Sumber: Bidang Pendapatan DPPKAD, 2017

Target

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa realisasi pajak restoran selalu meningkat sejalan dengan peningkatan pajak daerah. Peningkatan tertinggi adalah pada tahun 2016 dimana realisasi pajak restoran meningkat tiga kali lipat dari kenaikan sebelumnya dan menyumbngh 10,23% bagi pemasukan sektor pajak daerah.

Tabel 4.7

Persentase Penerimaan Pajak Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah Tahun Pendapatan Asli Daerah Pajak Restoran Persentase

2013 61.357.963.445 2.117.373.161 3,45 %

2014 90.477.498.256 2.535.927.000 2,80 %

2015 95.557.885.288 2.792.319.188 2,92%

2016 101.739.117.795 3.656.682.962 3,59%

Sumber: Bidang Pendapatan DPPKAD 2017

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa sumbangan Pajak Restoran terhadap PAD pada tahun 2013 sebesar 3,45% dan menurun ditahun 2014 menjadi 2,80% kemudian mengalami peningkatan kembali ditahun 2015 dan tahun 2016.

Peningkatan pajak restoran juga sejalan dengan peningkatan PAD karena penerimaan pajak restoran yang semakin meningkat akan menyumbang peningkatan kepada PAD juga.

4.1.1.5 Strategi Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD)

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah salah satu unit kerja yang dapat meningkatkan Pengelolaan Aset Daerah yang pada akhirnya dapat sebagai sarana pendukung pelaksanaan otonomi daerah. Adapun strategi dan kebijak prioritas pembangunan yang perlu dilakukan untuk pencapaian tujuan dan sasaran adalah dengan menetapkan beberapa kebijakan-kebijakan sebagai pedoman dalam melaksanakan program dan kegiatan seperti:

1. Menyusun strategi dan mekanisme intensifikasi pemungutan pajak-pajak daerah untuk pencapaian target PAD.

2. Melakukan koordinasi dengan unit kerja pengelolaan sumber pendapatan lainnya secara rutin dan berkala, dengan cara mengadakan rapat-rapat koordinasi PAD.

3. Meningkatkan pengembangan sistem dan prosedur administrasi pengelolaan keuangan daerah.

4. Meningkatkan pengelolaan aset daerah sebagai sarana pendukung pelaksanaan otonomi daerah.

5. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan cara mengikutsertakan pegawai dalam mengikuti bimbingan teknis yang berhubungan dengan pajak daerah, penatausahaan pengelolaan keuangan dan aset daerah.

6. Penempatan aparatur sesuai pengalaman pendidikan dan jenjang karir.

7. Pemberian penghargaan/ insentif bagi aparatur untuk menunjang kreatifitas dan peningkatan kinerja.

8. Mengevaluasi kinerja terhadap target dan realisasi.

9. Mengantisipasi adanya peraturan ataupun perundang-undangan yang menyangkut pajak dan retribusi.

10. Meningkatkan sarana dan prasarana.

11. Meningkatkan pelayanan yang prima yang didukung oleh profesionalisme aparat/

petugas.

4.1.2 Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada diluar Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah. Lingkungan eksternal dapat berupa peluang yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai target organisasi atau hambatan-hambatan dalam mencapai target organisasi. Lingkungan eksternal bersifat kompleks dan selalu berubah dari waktu ke waktu, oleh karena itu diperlukan adaptasi dari organisasi terhadap lingkungannya agar mampu betahan dan bersaing.

Lingkungan eksternal DPPKAD terdiri dari:

A. Potensi Wisata

Letak Kota Pematangsiantar yang strategis berjarak ± 128 km dari Kota Medan dan ± 42 km dari Parapat menjadikan Pematangsiantar kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak berwisata ke daerah sekitarnya. Banyak nya objek wisata disekitarnya, memberikan keuntungan bagi kota Pematangsiantar. Salah satu wajib pajak mengatakan:

“Simpang empat ini memang lokasi strategis untuk buka restoran karena merupakan jalan perlintasan ke objek wisata, kayak sidamanik atau danau toba.

Kalau mau kesana biasanya banyak yang mampir ke sini, itu kelihatan di hari libur pengunjung bisa dua sampai tiga kali lipat dari hari biasa.”(Hasil wawancara Selasa, 07 Februari 2017)

Selain menjadi kota perlintasan dan penunjang wisata daerah sekitarnya, Kota Pematangsiantar juga mempunyai objek wisata yang cukup diminati oleh masyarakat Pematangsiantar ataupun masyarakat sekitar wilahnya. Seperti Taman Hewan Pematangsiantar, Museum Simalungun, Taman Bunga, Patung Dewi Kwan Im Vihara Avalokitesvara, Tugu BSA , Siantar Waterpark, Detis Sari Indah, Kolam Renang Tirta Yudha, dan Kolam Renang Water song. Hal ini turut menjadi faktor pendukung perkembangan restoran di Kota Pematangsiantar ini.

B. Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak dapat menjadi peluang atau hambatan bagi DPPKAD dalam mencapai target yang ditetapkan. Tingginya tingkat ketaatan wajib pajak akan menjadi peluang bagi realisasi penerimaan pajak daerah dan sebaliknya, adanya wajib pajak yang menunggak pembayaran atau tidak menjalankan kewajiban membayar pajak daerah menjadi salah satu hambatan yang harus diselesaikan oleh DPPKAD.

Kepala seksi penagihan mengatakan :

“yang menjadi hambatan penerimaan pajak daerah itu adanya wajib pajak yang menunggak pembayaran, jadi kita harus turun kelapangan memberi teguran, dan

bahkan ada beberapa yang memang harus ditagih langsung.” (Hasil wawancara Senin, 06 Februari 2017)

Sistem pembayaran pajak restoran adalah self-assessment, dimana wajib pajak yang menghitung, melaporkan dan membayarkan pajak daerah ke DPPKAD. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Bidang Pendapatan:

“sejak 2013 pajak restoran itu bersifat self-assessment dan yang menjadi kendala penerimaan pajak restoran itu administrasinya, jadi kita benahi cara mereka melaporkan dan menghitung pajak, kita punya tim penyelidik yang memonitor semua mulai dari pembayaran seperti memeriksa bill/bon yang mereka laporkan dan turun ke lapangan untuk melihat keadaan secara langsung untuk memastikan yang dilaporkan si wajib pajak tersebut benar dan sesuai.”

(Hasil wawancara Kamis, 02 Februari 2017)

Tingkat kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban pajak daerah dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti tidak mampu membayar besar tarif pajak, lemahnya hukum dan peraturan yang berlaku, rendahnya kepercayaan kepada pemerintah dan tata cara pembayaran pajak yang berlaku. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Bidang Pendapatan:

“Masalahnya bukan hanya di wajib pajak, pemerintah juga kurang komitmen dalam membangun daerah dengan baik, padahal kalau seandainya pemerintah komitmen dalam pembangunan daerah , masyarakat bisa melihat bahwa ternyata pajak yang mereka bayarkan dikelola dengan baik, jadi rasa percaya masyarakat juga tinggi, dan itu pasti berpengaruh untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak.” (Hasil wawancara Kamis, 02 Februari 2017)

Dan salah satu wajib pajak juga mengatakan:

“kami bayarnya langsung ke DPPKAD, tapi kan kalau mau bayar kesana butuh waktu luang karna lumayan jauh, padahal disini juga sibuk namanya juga buka

rumah makan gini, kadang juga lupa, jadi sering nunggak bayarnya.” (Hasil wawancara Selasa, 07 Februari 2017)

Wajib pajak lain menambahkan:

“ada sanksi yang dikenakan kalau telat bayar, berupa denda, tapi gaktau berapa karena terkadang sekali bayar beberapa bulan sekaligus, tapi dendanya gak mahal.” (Hasil wawancara Selasa, 07 Februari 2017)

Dari data diatas dapat dilihat bahwa kesadaran wajib pajak akan kewajibannya masih kurang karena kan masih banyaknya wajib pajak yang tidak taat membayar sesuai dengan aturan dan waktu yang ditentukan. Sehingga perlu adanya strategi DPPKAD untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak seperti dengan sosialisasi rutin untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pajak daerah, menciptakan sarana baru untuk mempermudah pembayaran pajak dan juga ketegasan mengenai aturan yang ada.

C. Faktor Politik

Faktor politik yang dimaksud dalam hal ini adalah analisis terhadap kebijakan atau perubahan politik yang terjadi dan memberi pengaruh terhadap organisasi dalam menjalankan aktivitasnya, termasuk dalam hal perumusan strategi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Faktor politik yang berpengaruh bagi yakni Undang-Undang No 23 Tahun 2014 sebagai awal adanya otonomi daerah dan Undang –Undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan berlakunya otonomi daerah, maka pmerintah

daerah diberikan kewenangan yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri.

Pemerintah Kota Pematangsiantar menetapkan pajak restoran sebagai salah satu penerimaan dalam sektor pajak daerah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2011 tentang pajak daerah dan Perwa No 19 Tahun 2011 tentang Petunjuk teknis pelaksanaan pemungutan pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan dan pajak parkir di Kota Pematangsiantar. Kepala DPPKAD mengatakan:

“peraturan dan undang-undang sudah disusun dengan baik, tapi kembali lagi, sistem pelaksanaannya yang harus dibenahi” (Hasil wawancara Kamis, 02 Februari 2017)

Kepala Seksi Penagihan menambahkan:

“Undang-undang dan peraturannya sudah baik dan lengkap, tapi dalam implementasinya belum tegas dan maksimal. Seperti halnya dalam penegakan sanksi. Dalam Perwa Pematangsiantar No 19 Tahun 2011, sudah diatur tata cara penyitaan dan pelelangan barang bagi wajib pajak yang tidak taat, tapi sampai sekarang hal itu belum bisa direalisasikan, karena masalah perasaan, tidak tega, dan kita memunggut pajak pun lebih ke persuasif bukan represif.”

(Hasil wawancara Senin, 06 Februari 2017)

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa undang-undang dan peraturan yang mengatur pajak daerah sudah baik dan lengkap, tetapi perlu diimbangi dengan ketegasan dalam implementasinya. Sehingga kebijakan politik tersebut dapat menjadi peluang bagi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah.

D. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi dapat terlihat dari kesanggupan wajib pajak dalam membayar pajak restoran. Penetapan tarif pajak daerah dilakukan berdasarkan omzet yang didapatkan dan dilaporkan oleh wajib pajak. Beberapa wajib pajak yang saya temui mengatakan bahwa tarif pajak yang ditetapkan oleh DPPKAD masih sesuai dan terjangkau. Kepala Seksi Penagihan mengatakan :

“SPTPD diisi sendiri oleh wajib pajak, mereka yang menghitung dan menetapkan pajak sendiri, jadi tim pemeriksa akan memeriksa apakah yang dilaporkan oleh wajib pajak sudah sesuai dengan bukti (bill/bon), kalau sesuai dan masih wajar ya kita tetapkan. Berbeda dengan wajib pajak yang ditarif 3%, pajak nya sudah ditetapkan, dan tiap bulan sama.” (Hasil wawancara Senin, 06 Februari 2017)

Dengan sistem pembayaran pajak self-assessment diharapkan tarif pajak yang ditetapkan sudah sesuai dengan tingkat ekonomi wajib pajak. Sehingga wajib pajak mampu untuk membayar kewajibannya.

E. Faktor Teknologi

Kemajuan ilmu dan teknologi saat ini dapat menjadi peluang bagi DPPKAD dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah. Dengan menggunakan sistem komputerisasi dalam pelayanan administrasi pajak daerah, akan mempermudah DPPKAD dalam melakukan pendataan setiap wajib pajak berdasarkan tarif pajak, sehingga data-data yang berhubungan dengan pajak daerah dan wajib pajak dapat tertata secara sistematis, sehingga akan meminimalisir kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Untuk membantu pegawai dalam tugasnya, beberapa ruangan

DPPKAD juga dilengkapi dengan wifi untuk membantu pegawai menyelesaikan pekerjaan yang memerlukan jaringan internet.

Disisi lain, sistem pelaporan wajib pajak juga memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada, seperti menggunakan bill/bon yang dicetak dengan mesin cash register yang turut membantu DPPKAD dalam memeriksa laporan wajib pajak.

Seperti yang dikatakan oleh Kepala Seksi Penagihan:

“Setiap wajib pajak ketika akan melakukan pembayaran, wajib membawa bill/bon setiap transaksi selama satu bulan. Jadi tim pemeriksa kita akan memeriksa bill/bon setiap wajib pajak, apakah sesuai dengan yang dilaporkan, dan disetiap bill itu ada kode transaksi jadi kode itulah yang kita periksa dan sesuaikan, jadi akan meminimalisir kesalahan dan ketidakjujuran dalam pelaporan.” (Hasil Wawancara Senin, 06 Februari 2017)

Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan memanfaatkan kemajuan teknologi maka akan mempermudah DPPKAD dalam pendataan dan pelaporan pajak daerah sehingga pada akhirnya akan membantu dalam mencapai target penerimaan pajak daerah yang sudah ditentukan.

F. Kerjasama Dengan Instansi Lain

Untuk meningkatkan pelayanan dan mempermudah wajib pajak dalam membayarkan pajak daerah, DPPKAD bekerja sama dengan Bank Sumut. Sehingga pembayaran pajak bisa dilakukan di loket pembayaran pajak DPPKAD dan Bank Sumut. Kepala Bidang Pendapatan mengatakan :

“Saat ini kita sedang berupaya untuk bisa melakukan pembayaran pajak daerah melalui atm dan indomart, kalau melalui atm sudah rampung tinggal actionnya

saja, tapi kalau indomart kita masih menjajaki peluang, sehingga wajib pajak lebih mudah membayarkan pajak daerah, tidak harus membayarkan kesini.”

(Hasil wawancara Kamis, 02 Februari 2017)

Dengan dilakukannya kerjasama dengan instansi lain sebagai upaya dalam mempermudah pembayaran pajak daerah dapat menjadi peluang dan meningkatkan realisasi penerimaan pajak daerah.

4.2 Analisis SWOT

Berdasarkan data faktor internal dan faktor eksternal Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang sudah dipaparkan maka dapat disimpulkan apa yang menjadi kekuatan (strength) atau andalan DPPKAD , hal-hal yang termasuk kedalam bagian kelemahan (weakness) DPPKAD dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran, selanjutnya hal-hal yang berkaitan dengan peluang (opportunity) yang dimiliki DPPKAD sehingga dapat dimanfaatkan guna mencapai target yang delah ditetapkan , dan yang terakhir adalah hal-hal yang berkaitan dengan ancaman (threats) yakni berupa hambatan-hambatan dihadapi oleh DPPKAD dalam usaha meningkatkan PAD melalui penerimaan pajak restoran.

4.2.1 Kekuatan

Kekuatan yang dimiliki oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) yang dapat digunakan sebagai andalan dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran adalah sebagai berikut:

1. Sumber Daya Manusia yang terdapat pada DPPKAD secara kuantitas sudah cukup memadai untuk melakukan tugas yang tersedia. Terdapat 134 pergawai yang berstatus PNS dan THL tersusun dalam struktur organisasi yang baik dan terbagi ke dalam tujuh bidang pekerjaan. Dan setiap pegawai sudah memiliki tugas pokok dan fungsi masing-masing.

2. Adanya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar No. 06 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Walikota No. 19 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemungutan Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak Parkir di Kota Pematangsiantar, yang menjadi dasar hukum dan pedoman bagi DPPKAD dalam melaksanakan tugas dan fungsi berkaitan dengan pajak restoran. Dengan diberlakukakannya produk hukum tersebut akan memberikan tujuan dan sasaran yang jelas bagi DPPKAD untuk melaksanakan tugas dan fungsinya.

3. Sarana dan Prasarana yang terdapat di DPPKAD sudah memadai dan mendukung setiap pegawai dalam melaksanakan tugas-tugas yang sudah ditetapkan. Setiap bidang pekerjaan di DPPKAD sudah memiliki kelengkapan alat yang mendukung proses penyelesaian pekerjaan.

4. Lokasi DPPKAD sangat strategis yaitu terletak di samping Balai Kota yang merupakan pusat Kota Pematangsiantar sehingga akses wajib pajak dalam membayar pajak daerah secara langsung ke DPPKAD masih terjangkau.

5. DPPKAD memiliki beberapa strategi yang dijadikan andalan dalam mencapai target peningkatan penerimaan pajak restoran yang disusun dalam renstra DPPKAD, yaitu:

a) Menyusun strategi dan mekanisme intensifikasi pemungutan pajak-pajak daerah untuk pencapaian target PAD.

b) Melakukan koordinasi dengan unit kerja pengelolaan sumber pendapatan lainnya secara rutin dan berkala, dengan cara mengadakan rapat-rapat koordinasi PAD.

c) Meningkatkan pengembangan sistem dan prosedur administrasi pengelolaan keuangan daerah.

d) Meningkatkan pengelolaan aset daerah sebagai sarana pendukung pelaksanaan otonomi daerah.

e) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan cara mengikutsertakan pegawai dalam mengikuti bimbingan teknis yang berhubungan dengan pajak daerah, penatausahaan pengelolaan keuangan dan aset daerah.

f) Penempatan aparatur sesuai pengalaman pendidikan dan jenjang karir.

g) Pemberian penghargaan/ insentif bagi aparatur untuk menunjang kreatifitas dan peningkatan kinerja.

h) Mengevaluasi kinerja terhadap target dan realisasi.

i) Mengantisipasi adanya peraturan ataupun perundang-undangan yang menyangkut pajak dan retribusi.

j) Meningkatkan sarana dan prasarana.

k) Meningkatkan pelayanan yang prima yang didukung oleh profesionalisme aparat/ petugas.

4.2.2 Kelemahan

Kelemahan-kelemahan yang terdapat di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah sebagai berikut:

1. Sumber Daya Manusia yang terdapat di DPPKAD secara kualitas masih belum mampu menyelesaikan tugas dan kewajiban yang telah diatur dan ditentukan.

Adanya pegawai yang kurang dalam hal penguasaan teknis pekerjaan menyebabkan terjadinya ambil ahli pekerjaan. Kurangnya kualitas sumber daya manusia tersebut terjadi karena masih banyaknya pegawai yang berlatarbelakang pendidikan SD hingga SMA. Selain dengan pendidikan, peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui pembinaan dan pelatihan kerja. Tetapi sejauh ini pegawai yang diberangkatkan untuk mengikuti pembinaan dan pelatihan pekerjaan masih sangat minim dan belum sesuai dengan jumlah pegawai yang ada.

2. Sosialisasi mengenai pajak daerah yang dilakukan oleh DPPKAD tidak rutin dilakukan dan masih belum maksimal. Sosialisasi dilakukan hanya sekali dalam setahun dan tidak diikuti oleh semua wajib pajak. Sehingga masih banyak wajib pajak yang belum mengetahui jelas mengenai peraturan pajak daerah, tata cara pembayaran dan apa yang menjadi hak dan kewajiban wajib pajak.

3. Dalam Peraturan Walikota No. 19 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Teknis Pemungutan Pajak sudah diatur tentang sanksi bagi wajib pajak yang tidak taat.

Tetapi dalam implementasinya masih lemah karena belum sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Sanksi yang diberikan oleh DPPKAD kepada wajib pajak hanya sebatas teguran dan denda sebesar 2 % .

4.2.3 Peluang

Adapun yang menjadi peluang bagi Dinas Pendapatn Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran adalah sebagai berikut:

1. Letak Kota Pematangsiantar yang sangat strategis menjadikan kota Pematangsiantar sebagai persinggahan dan penunjang destinasi wisata daerah sekitarnya. Disamping itu, Kota Pematangsiantar juga memiliki sejumlah objek wisata yang juga diminati oleh masyarakat setempat maupun pendatang. Hal tersebut mendukung pembangunan kota Pematangsiantar, terutama dalam perkembangan restoran.

2. Adanya pendidikan dan pelatihan formal yang dilakukan untuk menunjang peningkatan kualitas SDM yang terdapat di DPPKAD. Peningkatan kualitas SDM yang dimaksud adalah meningkatkan penguasaan teknis pekerjaan dan meningkatkan kemampuan maupun keterampilan pegawai dalam menyelesaikan tugas yang sudah ditetapkan.

3. Jumlah usaha kuliner yang semakin bertambah sejalan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan daerah. Hal ini akan menjadi peluang bagi DPPKAD apabila usaha kuliner tersebut memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai objek pajak restoran.

4. Adanya kerjasama yang dilakukan dengan instansi lain akan menjadi peluang bagi DPPKAD untuk mencapai target penerimaan pajak restoran yang telah ditentukan. Seperti kerjasama dengan Bank Sumut yang bertujuan untuk mempermudah wajib pajak dalam melakukan pembayaran pajak restoran melalui atm akan mengurangi jumlah wajib pajak yang menunggak karena alasan jauh dari DPPKAD dan tidak mempunyai waktu untuk membayar langsung ke DPPKAD.

4.2.4 Ancaman

Adapun beberapa faktor Ancaman eksternal yang dimiliki Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajibannya. Masih banyak wajib pajak yang yang tidak taat dan tidak membayar sesuai dengan aturan dan waktu yang ditentukan. Sehingga pegawai DPPKAD harus turun ke lapangan untuk memberikan teguran bahkan harus menagih langsung kepada setiap wajib pajak yang melakukan penunggakan.

2. Tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah daerah masih rendah karena pemerintah daerah kurang berkomitmen terhadap pembangunan daerah sehingga pengelolaan pajak daerah belum terlihat hasilnya. Hal ini juga turut mempengaruhi tingkat kesadaran wajib pajak dalam membayarkan kewajibannya.

3. Pembayaran pajak restoran bersifat self-assessmentmenyebabkan adanya wajib pajak yang tidak jujur dalam melaporkan pendapatan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan. DPPKAD mengatasinya dengan

memeriksa setiap bon/bill dan turun langsung kelapangan untuk memastikan

memeriksa setiap bon/bill dan turun langsung kelapangan untuk memastikan

Dokumen terkait