STRATEGI DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD) KOTA PEMATANGSIANTAR DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) MELALUI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperolah Gelar Sarjana (S1) Sosial Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh:
TRIWATY PASARIBU 130903015
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017
ABSTRAK
STRATEGI DINAS PENDAPATAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD) KOTA PEMATANGSIANTARDALAM MENINGKATKAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) MELALUI PENERIMAAN PAJAK RESTORAN
Triwaty Pasaribu 130903015
Pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang paling besar kontribusinya di dalam penerimaan PAD. Salah satu komponen pajak daerah yang turut menyumbang bagi peningkatan PAD adalah pajak restoran. Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Pematangsiantar menetapkan strategi untuk dapat mencapai target yang telah ditetapkan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa untuk mengetahui lingkungan internal DPPKKD berupa kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal DPPKAD yang terdiri dari peluang dan ancaman yang mempengaruhi penerimaan pajak restoran dalam meningkatkan pedapatan asli daerah. Jika melihat potensi sumber pajak restoran yang ada pemerintah seharusnya mampu mendorong pemasukan yang besarterhadap PAD Kota Pematangsiantar melalui sektor pajak khususnya pajak restoran.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif denganpendekatan kualitatif yaitu menggambarkan fakta – fakta tentang masalah yangditeliti dan diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat. Informan dalampenelitian ini adalah Kepala Dinas DPPKAD, Kepala Bidang Pendapatan dan Kepala Seksi Penagihan yang berkaitan langsung dengan penelitian mengetahui masalah secara mendalam.Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, observasi atau pengamatan,studi kepustakaan dan telaah dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan analisis SWOT dengan memperhatikan keseluruhan aspek internal dan eksternal organisasi yaitu kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun realisasi pajak restoran dalam tiga tahun terakhir selalu tercapai dan meningkattetapi jika dilihat berdasarkan potensi yang ada, penerimaan dari sektor pajak restoran seharusnya penerimaan pajak restoran mampu ditingkatkan lebih tinggi lagi. Yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan strategi DPPKAD adalah kualitas sumber daya manusia yang terdapat di DPPKAD belum memadai, rendahnya kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak, rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah dalam mengelola hasil pajak daerah, masih adanya kecurangan-kecurangan dalam membayar pajak,dan sanksi yang diberikan oleh DPPKAD belum tegas dan tidak memberikan efek jera bagi wajib pajak yang tidak taat.
Kata kunci: Strategi, Pendapatan Asli Daerah, Pajak Restoran, Analisis SWOT
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana (S1) Sosial Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Judul yang penulis ajukan adalah “Strategi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Pematangsiantar Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pematangsiantar Melalui Penerimaan Pajak Restoran.”
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.si selaku Ketua Jurusan yang telah mensyahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan penulisan skripsi sehingga penulisan skripsi dapat berjalan dnganlancar
2. Bapak Hatta Ridho, S.Sos, MSP selaku dosen pembimbing skripsi yang bersedia memberi ilmu dan waktu untuk membimbing penulis menyusun skripsi sehingga skripsi dapat diselesaikan dengan lancar.
3. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku pembimbing akademik penulis selama perkuliahan
4. Staff Dosen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU yang telah membekali ilmu selama penulis mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi.
5. Staff Tata Usaha Ilmu Administrasi Negara yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Acai Tagor Sijabat, AP, M.Si selaku Kepala Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah Kota Pematangsiantar yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kantor DPPKAD Kota Pematangsiantar.
7. Bapak Ir. Adiaksa D.S Purba, MM selaku Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pematangsiantar yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di DPPKAD Kota Pematangsiantar.
8. Bapak Ronny D.W Sinaga, S.STP, Msc , Bapak Olo Ramsec M. Situmorang, MAP, Bapak Mhd. Hamdani Lubis SH, Bapak Tito Napitupulu, SE, M.M, Ibu Rumsiani serta pegawai DPPKAD yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di Kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pematangsiantar.
9. Kedua Orangtua terhebat atas kasih saying, doa, semangat dan bimbingannya yang tidak pernah lelah mendidik penulis semenjak kecil hingga sampai saat ini.
Apa yang penulis raih saat ini adalah bukti dari kehebatan kalian dan dipersembahkan untuk kalian.
10. Kedua abang dan adik penulis atas doa, bantuan, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis semenjak kecil hingga saat ini. Semoga adik penulis Indra Govindo Pasaribu juga lancar dalam perkuliahan dan sama-sama berusaha memberikanyang terbaik bagi kedua orangtua kita.
11. Teman setia penulis, Anju Juliman Tamba terimakasih atas doa, motivasi dan semangat kepada penulis dalam menjalani perkuliahan dan proses menyelesaikan studi, selalu menemani dan membantu penulis dalam hal apapun. Semoga diberikan kelancaran juga dalam penyelesaian studi di semester akhir ini, segera menyusul dan mari meraih cita-cita kita bersama.
12. Kakak Stevany, Bang Yavid, Bang Akhyar, Maria, Kak Rona, Rizky, dan Gita atas semangat dan pertemanan selama ini. Senang bisa mengenal kalian.
13. Teman-teman seperjuangan Ruth Damai Yanti, Yasinta Stevani Pasaribu, Septriany P.E.S, dan Deyendi Manalu yang sudah menjadi patner penulis dalam menjalani masa perkuliahan hingga sampai saat ini. Segera menyusul yah kawan- kawan. Sukses untuk kita semua.
14. Kepada teman-teman seperjuangan di Pengurus IMDIAN, Imanuddin Kamdias, Mhd. Syamsudin Thaher Lubis, Elisa Minarni, Josefa Lingga, Iga Belinda, Aziz , dan Budi Simamora yang turut membantu dalam proses perkuliahan.
15. Kelompok PKL “Glory Glory Squad (GGS)” : Piki Pardede, Rina Susanti, Richard, Deyendi Manalu, Ruth Damai Yanti, Septriany PES, Dwi Effrisa Saragih, Linda Nainggolan, Ayu Sirait, Ribka Saragih, Devina Yolanda yang menjadi patner selama 2 Minggu di Pertumbuken. Sukses untuk kita semua.
Tuhan Yesus memberkati.
16. Teman-teman Pengmas, GMPI dan KOPECIDA. Sukses untuk kita semua.
17. Semua Pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga penelitian ini berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan kita.
Medan, 24 Februari 2017
Triwaty Pasaribu
DAFTAR ISI
Halamran
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Kerangka Teori ... 9
1.5.1 Strategi ... 9
1.5.1.1 Kriteria Analisis Strategi ... 10
1.5.1.2 Manajemen Strategi ... 12
1.5.1.3 Ciri dan Manfaat Manajemen Strategi ... 13
1.5.1.4Tahap-tahap Manajemen Strategi Strategi ... 15
1.5.2 Analisis SWOT ... 17
1.5.3 Pendapatan Asli Daerah... 19
1.5.3.1 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah ... 21
1.5.4 Pajak ... 23
1.5.4.1 Jenis-jenis Pajak ... 24
1.5.5 Pajak Daerah ... 25
1.5.4.1 Jenis-jenis Pajak Daerah ... 27
1.5.6 Pajak Restoran ... 28
1.6 Defenisi Konsep ... 30
1.7 Sistematika Penulisan ... 20
BAB II METODELOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ... 33
2.2 Lokasi Penelitian ... 33
2.3 Informan Penelitian ... 33
2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34
2.5 Teknik Analisis Data ... 35
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kota Pematangsiantar ... 35
A. Letak Geografis ... 35
B. Wilayah Administrasi ... 35
C. Kependudukan ... 37
D. Pendidikan ... 39
E. Pemerintahan ... 40
3.2 Gambaran Umum Restoran di Kota Pematangsiantar ... 43
3.3 Gambaran Umum DPPKAD Kota Pematangsiantar ... 55
3.3.1 Visi dan Misi ... 55
3.3.2 Struktur Organisasi ... 58
3.3.3 Tugas dan Fungsi Pokok DPPKAD ... 60
BAB IV PENYAJIAN DATA ... 82
4.1 Analisis Lingkungan ... 82
4.1.1 Lingungan Internal DPPKAD ... 83
4.1.1.1 Sumber Daya Manusia (SDM) ... 83
4.1.1.2 Sarana dan Prasarana... 87
4.1.1.3 Sosialisasi Tentang Peraturan ... 89
4.1.1.4 Sumber Pendapatan Asli Daerah Melalui Penerimaan PajakRestoran ... 92
4.1.1.5 Strategi Dinad Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) ... 97
4.1.2 Lingkungan Eksternal ... 98
A. Potensi Wisata ... 98
B. Kesadaran Wajib Pajak... 99
C. Faktor Politik ... 101
D. Faktor Ekonomi ... 103
E. Faktor Teknologi ... 103
F. Kerjasama Dengan Instansi Lain ... 104
4.2 Analisis SWOT ... 105
4.2.1 Kekuatan ... 105
4.2.2 Kelemahan ... 108
4.2.3 Peluang ... 109
4.2.4 Ancaman ... 110
BAB V ANALISIS DATA ... 112
5.1 Matrik SWOT ... 112
BAB VI PENUTUP ... 117
6.1 Kesimpulan ... 117
6.2 Saran ... 118
DAFTAR PUSTAKA ... 120
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pendapatan Kota Pematangsiantar Tahun 2013 s.d 2016 ... 5
Tabel 1.2 Matrik SWOT ... 19
Tabel 3.1 Luas Daerah Berdasarkan Kecamatan ... 36
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan ... 37
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin ... 38
Tabel 3.4 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Menurut Tingka Pendidikan ... 39
Tabel 3.5 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Pematangsiantar Periode 2010-2015 ... 41
Tabel 3.6 Daftar Restoran di Kota Pematangsiantar ... 43
Tabel 4.1 Kondisi Pegawai DPPKAD Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84
Tabel 4.2 Klasifikasi Jumlah Pegawai DPPKAD Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 86
Tabel 4.3 Klasifikasi Jumlah Pegawai DPPKAD Berdasarkan Golongan ... 86
Tabel 4.4 Daftar Sarana dan Prasarana Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah ... 87
Tabel 4.5 Target dan Realisasi Pajak Restoran ... 94
Tabel 4.6 Persentase Peneriman Pajak Restoran Terhadap Pajak Daerah ... 95
Tabel 4.7 Persentase Penerimaan Pajak Retoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah ... 96
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan nasional sesuai Pancasila dan UUD 1945. Dalam Pembukaan UUD 1945 ditegaskan bahwa dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Guna mencapai cita-cita nasional tersebut, salah satu landasan pemerintahan adalah dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi. Prinsip otonomi daerah lahir karena keyakinan bahwa tidak semua urusan dapat dilaksanakan pemerintah pusat. Ada urusan-urusan pemerintahan yang lebih baik dan efektif jika dilakukan oleh daerah.
Sehingga pada Januari 2001, otonomi daerah mulai dilaksanakan dan diatur dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang diganti menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dan menjadi dasar hukum bagi pengelolaan keuangan daerah saat ini.
Dalam Undang-undang No 23 Tahun 2014 dijelaskan Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai Otonomi berwenang mengatur dan mengurus Daerahnya sesuai aspirasi dan kepentingan masyarakatnya sepanjang tidak bertentangan dengan tatanan hukum nasional dan kepentingan umum.
Dalam rangka memberikan ruang yang lebih luas kepada Daerah untuk mengatur dan mengurus kehidupan warganya maka Pemerintah Pusat dalam membentuk kebijakan harus memperhatikan kearifan lokal dan sebaliknya Daerah ketika membentuk kebijakan Daerah baik dalam bentuk Peraturan daerah maupun kebijakan lainnya hendaknya juga memperhatikan kepentingan nasional. Dengan demikian akan tercipta keseimbangan antara kepentingan nasional yang sinergis dan tetap memperhatikan kondisi, kekhasan, dan kearifan lokal dalam penyelenggaraan pemerintahan secara keseluruhan.
Oleh sebab itu, otonomi daerah yang dijalankan selain bersifat nyata dan luas, tetap harus dilaksanakan secara bertanggungjawab. Maksudnya otonomi daerah harus dipahami sebagai perwujudan pertanggungjawaban konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dilaksanakan daerah. Tugas dan kewajiban dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat, pengembangan
kehidupan demokrasi, penegakan keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disamping itu, daerah juga diharapkan harus mempunyai kemampuan sendiri untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya, melalui sumber-sumber pendapatan yang dimiliki. Hal ini meliputi semua kekayaan yang dikuasai oleh daerah, dengan batas-batas kewenangan yang ada dan selanjutnya digunakan untuk membiayai semua kebutuhan.
Agar daerah dapat menjalankan kewajiban dengan sebaik-baiknya, perlu ada sumber pendapatan daerah, seperti yang dikemukakan oleh Pamudji (dalam Adrian Sutedi, 2008 : 17) yaitu: “Pemerintahan tidak dapat menjalankan fungsinya dengan efektif dan efisien, tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Keuangan merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.
Semakin besar keuangan daerah, maka semakin besar pula kemampuan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahannya dan untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
Kota Pematangsiantar merupakan salah satu daerah otonom di Sumatera Utara.
Kota ini menjadi Kota kedua terbesar setelah Medan. Letak Kota Pematangsiantar sangat strategis, berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat dan berstatus Jalan Raya Lintas Sumatera menjadikan Pematangsiantar sebagai gerbang menuju destinasi wisata disekitarnya, salah satu nya adalah Danau Toba.
Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar No. 6 Tahun 2011 dan Peraturan Walikota No. 19 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Pemungutan Pajak Daerah
dibuat oleh pemerintah Kota Pematangsiantar sebagai upaya untuk memaksimalkan pendapatan Kota Pematangsiantar dari sektor pajak. Pajak daerah merupakan sumber dana yang sangat potensial dalam membangun Kota Pematangsiantar yang mandiri.
Dalam perkembangannya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Pematangsiantar didominasi oleh sektor pajak daerah. Hal tersebut didukung oleh semakin meningkatnya tingkat pembangunan di kota Pematangsiantar saat ini sehingga berdampak pada sumber pendapatan asli daerah. Ada sembilan jenis pajak yang diatur di dalam peraturan daerah Kota Pematangsiantar tersebut, yaitu pajak Hotel, pajak Restoran, pajak Hiburan, pajak Reklame, pajak Penerangan jalan, pajak Parkir, pajak Air Tanah, pajak PBB Pedesaan Perkotaan, dan pajak BPHTB. Dari sembilan jenis pajak daerah yang yang ada di Kota Pematangsiantar, salah satu komponen pajak daerah yang juga memiliki kontribusi penting terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pajak restoran.
Menurut Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar No. 06 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Yang menjadi objek pajak restoran adalah rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Lokasi Kota Pematangsiantar yang strategis sebagai gerbang menuju destinasi wisata daerah sekitarnya, tentu saja akan membuat restoran terus berkembang seiring dengan kebutuhan yang ada. Sehingga sektor ini mempunyai prospek yang cukup bagus bagi penerimaan daerah jika dikelola dengan optimal.
Sejauh ini target Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) dalam pajak restoran selalu mencapai target dan menjadi salah satu
sumber penerimaan yang berkontribusi bagi pendapatan asli daerah Pematangsiantar.
Hal tersebut bisa dilihat melalui tabel realisasi pendapatan dibawah ini:
TABEL 1.1
PENDAPATAN KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013 s.d 2016
URAIAN
PENDAPATAN (Rp)
2013 2014 2015 2016
Pajak Hotel 769.98.640 1.006.983.564 1.329.608.796 2.042.887.947 Pajak
Restoran 2.117.373.161 2.535.927.000 2.792.319.188 3.656.682.962 Pajak Hiburan 722.247.922 938.061.509 667.532.286 635.371.450 Pajak Reklame
2.088.876.134 2.448.734.085 2.673.830.133 2.911.092.297 Pajak
Penerangan Jalan
10.527.471.480 11.822.457.579 13.189.910.758 14.769.665.931
Pajak Parkir 110.656.622 149.067.732 159.568.850,00 207.175.150 Pajak Air
Tanah 161.700.197 189.790.605,64 222.053.923,54 312.957.356 Pajak PBB
Perdesaan Perkotaan
5.878.113.241 6.047.998.742 6.060.464.772,00 6.800.360.181
Pajak BPHTB 4.898.527.885 4.077.474.039 4.009.842.768 1.110.766.097 Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Pematangsiantar.
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan sektor pajak restoran selalu meningkat, akan tetapi kalau dilihat dari jumlah yang termasuk dalam kategori objek pajak restoran yang berada di Kota Pematangsiantar saat ini mencapai 244wajib pajak, realisasi penerimaan daerah melalui pajak restoran masih belum maksimal.
Yang menjadi hambatan dalam penerimaan pajak restoran adalah kurangnya kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajibannya, seperti melakukan penunggakan pembayaran pajak dengan berbagai alasan, terbatasnya sumber daya petugas dalam pelayanan, penagihan dan pengawasan, dan belum tegasnya sanksi atau hukuman bagi wajib pajak yang tidak taat pajak, dan juga sarana prasarana pelayanan pajak daerah yang belum menunjang guna pemaksimalan potensi pajak yang ada.
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan strategi yang tepat dan efektif oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah agar mampu memaksimalkan pendapatan dari sektor pajak restoran. DPPKAD Kota Pematangsiantar telah menyusun strategi guna meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pajak daerah dan disusun dalam rencana strategis DPPKAD. Tetapi masih kurang mampu mengatasi seluruh permasalahan sektor pajak daerah yang kompleks dan berbeda-beda setiap jenis pajak. Sehingga diperlukan adanya strategi yang lebih spesifik untuk mengatasi permasalahan dari setiap pajak daerah.
Dalam penelitian ini saya akan mencoba melihat lingkungan internal dan lingkungan eksternalnya dengan menggunakan analisis SWOT. Lingkungan internalnya adalah dengan melihat kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness)
yang ada didalam Dinas Pendapatan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah itu sendiri. Sedangkan dari lingkungan eksternalnya dengan melihat peluang (Opportunity) dan ancaman (Threats) yang ada diluar dinas, yaitu wilayah kota Pematangsiantar yang dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu faktor sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi. Yang pada akhirnya akan mampu merumuskan strategi yang tepat guna memaksimalkan penerimaan pajak restoran.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Strategi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Pemantangsiantar dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui Penerimaan Pajak Restoran”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan permasalahan pokok penelitian ini adalah, “Bagaimana Strategi Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Pematangsiantar dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui Penerimaan Pajak Restoran.”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menggambarkan bagaimana strategi Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) dalam meningkatkan PAD melalui penerimaan pajak restoran.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor pendorong dan penghambat peningkatan pajak restoran di Kota Pematangsiantar.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Subjektif
Bagi penulis penelitian ini merupakan sarana untuk melatih, meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah dan menganalisis kebijakan pemerintah dengan mengunakan teori-teori yang telah diperoleh oleh penulis selama kuliah di Departemen Ilmu Administrasi Negara.
2. Manfaat Praktis
Sebagai upaya untuk memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi Pemerintah Kota Pematangsiantar khususnya Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) untuk digunakan sebagai masukan dalam merumuskan strategi meningkatkan pendapatan asli daerah melalui pajak restoran.
3. Manfaat Akademis
Sebagai informasi atau bahan referensi untuk pembaca yang tertarik dalam pajak daerah.
1.5 Kerangka Teori
Kerangka teori diperlukan untuk memudahkan penelitian, sebab teori merupakan pedoman berfikir bagi peneliti dalam memecahkan masalah. Singarimbun (1997:37) menyebutkan teori adalah serangkaian asumsi, konsep, defenisi, dan proposisi untuk mengembangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.
Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami masalah yang diteliti. Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengemukakan teori, pendapat, atau gagasan yang akan dijadikan landasan berfikir dalam penelitian ini.
1.5.1 Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu “strategos”, yang berarti kepemimpinan dalam ketentaraan. Menurut Jatmiko (2003: 4) Strategi merupakan suatu cara dimana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan kemampuan internal organisasi. Terdapat tiga faktor yang mempunyai pengaruh penting pada strategi, yaitu Lingkungan eksternal, sumber daya, kemampuan internal serta tujuan yang akan dicapai.
Menurut Brian Quinn (dalam Robert M. Grant 2010:10) strategi adalah suatu bentuk atau rencana yang mengintegrasikan tujuan-tujuan utama,
kebijakan-kebijakan, dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal, kelemahan perusahaan dan antisipasi perubahan dalam lingkungan.
Mintzberg (dalam Freddy Rangkuti 1997: 4) menyebutkan Startegi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi orgnisasi.
Kemudian Jauch dan Glueck ( dalam Jatmiko 2003:5) mendefenisikan strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancanag untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.
Melalui defenisi diatas dapat diartikan bahwa strategi merupakan alat atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang ada di dalam perusahaan serta peluang dan ancaman yang berasal dari luar yang dapat mempengaruhi perusahaan.
1.5.1.1 Kriteria Analisis Strategi
Dalam melakukan analisis strategi, Jatmiko (2003) menyebutkan sejumlah kriteria yang secara umum digunakan, antara lain:
1. Kesesuaian dengan lingkungan eksternal 2. Kesesuaian dengan lingkungan internal
Seperti budaya organisasi, kapabilitas, dan sumber daya organisasi.
3. Hasil dari suatu strategi harus dapat diukur keberhasilan atau kegagalannya.
4. Dukungan dari manajer kunci.
5. Konsistensi dengan misi organisasi
Salah satu analisis fundamental setiap strategi adalah konsistensinya dengan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dasar, serta tujuan-tujuan utana organisasi.
6. Cukup tersedia sumber daya
Sumber daya sebaiknya dipertimbangkan baik sumber daya uang, sumber daya fisik, serta manusia yang terampil. Biasanya uang merupakan sumber daya yang sangat terbatas. Namun semua itu dapat mempengaruhi kemampuan organisasi untuk berhasil mengimplementasikan strateginya.
7. Keunggulan Bersaing
Strategi perusahaan harus mempunyai keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki oleh pesaingnya. Strategi harus didasarkan pada sesuatu yang penting bagi pelanggan dan sesuatu yang menyebabkan perusahaan lebih baik daripada pesaingnya.
8. Fleksibilitas
Lingkungan (eksternal dan internal) dimana organisasi beroperasi selalu mengalami perubahan, bahkan kadang sangat bergejolak. Kemampuan organisasi untuk menanggulangi perubahan lingkungan dengan strategi
yang tepat menjadi sangat penting. Strategi harus mampu dimodifikasi sesuai dengan perubahan lingkungan.
9. Motivasi
Apakah strategi akan menghasilkan usaha organisasional pada tingkat yang tinggi? Karyawan atau pegawai jarang dirangsang oleh strategi- strategi konservatif, dan jarang dipersiapkan untuk strategi-strategi mereka yang mereka yakini sebagai sesuatu yang memboroskan
10. Kejelasan
Semua strategi harus tertulis secara eksplisit dan dikomunikasikan ke seluruh bagian dan tingkatan di dalam organisasi. Pendekatan ini akan membantu meningkatkan cara pandang pegawai terhadap keberadaan organisasi dalam tahap implementasi strategi.
11. Resiko
Organisasi mempunyai cukup alasan untuk mengetahui profil resiko dalam struktur manajemennya. Para manajer cenderung merasakan ketidaknyamanan dengan strategi atau proyek-proyek yang tingkat resikonya tinggi, atau tidak termotivasi apabila tingkat resikonya rendah.
1.5.1.2 Manajemen Strategi
Menurut Pardede (2011:23) Majemen strategi adalah penentuan serangkaian keputusan dan tindakan yang menyangkut arah perjalanan perusahaan di masa depan, penyelarasan sasaran setiap bagian perusahaan,
pengelolaan sumber dayanya sesuai dengan lingkungannya, serta pembuatan siasat yang benar, yang dimaksudkan untuk pencapaian sasaran-sasaran.
Kemudian Wahyudi (1996) berpendapat bahwa Manajemen strategi merupakan suatu ilmu dan seni dari pembuatan, penerapan dan evaluasi terhadap keputusan strategis antara fungsi-fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai masa depan.
Menurut Dirgantoro (2001: 9) manajemen strategi adalah suatu proses berkesinambungan yang membuat organisasi secara keseluruhan dapat sesuai dengan lingkungannya, atau dengan kata lain, organisasi secara keseluruhan dapat selalu responsif terhadap perubahan-perubahan di dalam lingkungannya baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Melalui defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen strategi adalah suatu proses berkesinambungan mulai dari keputusan dan tindakan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan masa depan organisasi.
1.5.1.3 Ciri dan Manfaat Manajemen Strategi
Menurut Coutler (dalam Kuncoro, 2005:12) terdapat ciri-ciri strategi yang utama, antara lain:
1) Goal-directed actions, aktivitas yang menunjukkan apa yang diif tvvgvffnginkan organisasi dan bagaimana mengimplementasikannya 2) Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan
kapabilitas)
3) Memperhatikan peluang dan tantangan.
Menurut Fred R. David (2002:15) manfaat dari manajemen strategi antara lain:
1. Membantu perusahaan dalam menyusun strategi perusahaan yang lebih baik dengan mempergunakan pendekatan yang jauh lebih sistematis, rasional, logis, rasional pada pilihan strategis.
2. Manajemen strategi adalah sebuah proses dan bukanlah keputusan ataupun dokumen. Tujuan utama dari sebuah proses adalah untuk mencapai pengertian serta komitmen dari semua pihak manajer dan karyawan.
3. Suatu proses menyediakan pemberdayaan individual. Pemberdayaan merupakan kegiatan dalam memperkuat pengertian dari karyawan tentang efektivitas dengan cara mendorong serta menghargai mereka para karyawan untuk bisa berpartisipasi didalam pengambilan suatu keputusan dan latihan yang inisiatif serta imajinasi.
4. Mendatangkan laba
5. Meningkatkan kesadaran terhadap ancaman eksternal
6. Memberikan pemahaman yang baik tentang strategi dari pesaing 7. Dapat meningkatkan produktivitas para karyawan
8. Manajemen strategi dapat membuat berkurangnya penolakan terhadap suatu perubahan dalam perusahaan
9. Manajemen strategi memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang hubungan prestasi dan penghargaan.
1.5.1.4 Tahap-tahap Manajemen Strategi
Strategi tidak cukup hanya perumusan konsep dan implementasi terhadap strategi tersebut melainkan menurut Fred R. David (2009:7) dalam strategi juga dibutuhkan evaluasi terhadap strategi yang dilakukan untuk melihat apakah berhasil atau tidak. Sehingga David mengemukakan tiga tahapan dalam strategi, yaitu:
1. Formulasi Strategi
Formulasi strategi merupakan tahapan pertama dalam strategi. Perumusan strategi mencakup pengembangan visi dan misis, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternative strategi dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.
2. Implementasi Stratgi
Implementasi strategi mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang telah dirumuskan dapat dijalankan.
Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya dan mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif dan mengarahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan system informasi, dan menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi.
3. Evaluasi Strategi
Tahapan terakhir ini merupakan tahapan yang diperlukan karena dalam tahap ini keberhasilan yang telah dicapai dapat diukur kembali untuk penetapan tujuan berikutnya. David (2002:3) mengemukakan tiga macam dasar dalam mengevaluasi strategi, diantaranya:
1) Meninjau faktor-faktor eksternal internal yang menjadi dasar strategi Perbedaan yang ada akan menjadi pernghalang dalam meraih tujuan yang diharapkan, begitu juga faktor internal seperti aksi dari strategi yang tidak efektif dapat menghasilkan nilai akhir yang tidak sesuai dengan harapan.
2) Mengukur perstasi dan membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan
Proses dilakukan dengan mencari tahu tentang ketidaksesuaian dari rencana, melihat kembali prestasi diri dan memahami kemajuan yang dibuat kea rah pencapaian tujuan yang dinyatakan
3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai rencana
Dalam proses ini tidak diharapkan untuk mengubah strategi yang sudah direncanakan atau tidak lagi menggunakan strategi yang ada.
Tindakan korektif dianjurkan apabila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan. Tindakan korektif itu merupakan sikap peninjauan, pembetulan dan pengecekan.
1.5.1.5 Formulasi Strategi
Formulasi strategi adalah proses perumusan strategi yang akan dilaksanakan dalam sebuah organisasi. Formulasi strategi ini akan memberikan sebuah oedoman bagi anggota organisasi dalam bertindak sesuai dengan strategi yang telah dirumuskan sehinggatidak terjadi kesalahan dalam bertindak dan mengambil keputusan yang berakibat terhadap kelangsungan dan perkembangan organisasi.
Dirgantoro (2001:83) mengatakan Formulasi adalah menentukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Aktivitas tersebut bisa dikelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu:
1. Analisis strategi 2. Perencanaan strategi 3. Pemilihan strategi
Penyususnan strategi memerlukan tahapan-tahapan untuk dipenuhi.
Terdapat sedikitnya enam tahapan yang perlu diperhatikan dalam merumuskan suatu strategi, antara lain (Triton PB, 2007 : 17-18) :
1. Seleksi yang mendasar dan kritis terhadap permsalahan 2. Menetapkan tujuan dasar dan sasaran strategis
3. Menyusun perencanaan tindakan (action plan) 4. Menyusun rencana penyumberdayaan
5. Mempertimbangkan keunggulan 6. Mempertimbangkan keberlanjutan
Dalam melakukan formulasi strategi, ada beberapa hal yang patut untuk dipertimbangkan, diantaranya adalah:
1. Harus dipahami benar visi, misi, dan objective perusahaan atau organisasi
2. Memahami tentang posisi perusahaan pada saat ini
3. Kemampuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal maupun eksternal yang sedang dihadapi saat ini.
4. Mencari alternative solusi yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi secara lebih efisien dimasa yang akan dating
1.5.2 Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi
Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah. Menurut Freddy Rangkuti (1997:12) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan startegi perusahaan. Analisis SWOT terdiri dari 4 faktor, antara lain:
1. Strengths (kekuatan) merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi itu sendiri.
2. Weakness (kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi yang ada. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi.
3. Opportunity (peluang) merupakan kondisi peluang berkembang di masa mendatang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi itu sendiri. Misalnya kebijakan pemerintah dan kondisi lingkungan sekitar.
4. Threats (ancaman) merupakan kondisi yang mengancam dari luar.
Ancaman ini dapat mengganggu organisasi.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah Matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan strategis.
Tabel 1.2 Matrik SWOT
Strength (S) Weakness (W) Opportunity (O) Strategi (SO)
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi (WO)
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Threats (T) Strategi (ST)
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi (WT)
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber: Freddy Rangkuti, 1997 : 31
Berdasarkan matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi yaitu sebagai berikut:
a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran organisasi, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi ini menggunakan kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal.
b. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki organisasi untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.
1.5.3 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli daerah merupakan salah satu sumber keuangan daerah yang dikelola sendiri oleh pemerintah daerah. Menurut Undang-undang No 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Danerah bertujuan untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
Dalam rangka melaksanakan wewenang sebagaimana yang diamanatkan olehUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, maka daerah harus melakukan maksimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Maksimalisasi PAD dalam
pengertian bahwa keleluasaan yang dimiliki oleh daerah dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan PAD maupun untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru. Upaya peningkatan PAD tersebut harus dipandang sebagai perwujudan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
Soekarwo (2003 : 92) menyebutkan peningkatan PAD dapat dilaksanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Intensifikasi, melalui upaya :
a. Pendataan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan retribusi daerah;
b. Mempelajari kembali Pajak Daerah yang dipangkas guna mencari kemungkinan untuk dialihkan menjadi retribusi;
c. Mengintensifikasi penerimaan Retribusi Daerag yang ada;
d. Memperbaiki prasarana dan sarana pungutan yang belum memadai.
2. Ekstensifikasi (Penggalian sumber-sumber penerimaan baru)
Upaya penggalian sumber-sumber penerimaan diarahkan pada pemanfaatan potensi daerah yang memberikan kelebihan atau keuntungan secara ekonomis kepada masyarakat. Dimana penggalian sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus ditekankan agar tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Sebab, pada dasarnya tujuan meningkatkan pendapatan daerah melalui upaya ekstensifikasi adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat. Dengan demikian, upaya ekstensifikasi lebih diarahkan pada upaya mempertahankan potensi daerah sehingga potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
3. Peningkatan Pelayanan kepada Masyarakat
Merupakan unsur yang penting mengingat bahwa paradigm yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah bahwa pembayaran pajak dan retribusi ini sudah merupakan hak daripada kewajiban masyarakat terhadap Negara untuk itu perlu dikaji kembalai pengertian wujud layanan yang bagaimana yang dapat memberikan kepuasaan kepada masyarakat.
1.5.3.1 Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
Keuangan merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.
Pendapat tersebut juga didukung oleh Soedjito (dalam Adrian Sutedi,2008:17) mengatakan bahwa : “semakin besar keuangan daerah, maka semakin besar pula kemampuan daerah untuk menyelenggarakan usaha-usahanya dalam bidang keamanan, ketertiban umum, sosial, kebudayaan, dan kesejahteraan pada umumnya bagi wilayah dan penduduknya, atau dengan kata lain semakin besarlah kemampuan daerah untuk memberikan pelayanan umum kepada masyarakat.
Kemudian, Syamsi (dalam Adrian Sutedi, 2008:17) berpendapat bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan pelaksanaan otonomi daerah dengan baik, yakni faktor kemampuan struktural organisasi, kemampuan aparatur daerah, kemampuan mendorong partisipasi masyarakat, dan kemampuan keuangan daerah. Diantara faktor-faktor tersebut, faktor keuangan merupakan faktor esensial untuk mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan
otonominya. Otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab harus didukung dengan tersedianya dana guna pembiayaan pembangunan daerah.
Oleh karena itu, daerah diharapkan mempunyai pendapatan sendiri untuk membiayai urusan penyelenggaraan rumah tangganya.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah merupakan dasar hukum bagi pengelolaan keuangan daerah.
Dalam Pasal 285 Undang-undang 23 Tahun 2014 disebutkan bahwa yang menjadi sumber pendapatan daerah meliputi:
a. Pendapatan Asli Daerah, yaitu:
1. pajak daerah;
2. retribusi daerah;
3. hasil pengelolaan Aset Daerah yang dipisahkan;
Antara lain bagian laba dari BUMD dan hasil kerja sama dengan pihak ketiga.
4. lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah;
Yaitu penerimaan Daerah diluar pajak daerah dan retribusi daerah seperti jasa giro dan hasil penjualan aset Daerah
b. pendapatan transfer;
1. transfer Pemerintah Pusat terdiri atas:
a) dana perimbangan;
b) dana otonomi khusus;
c) dana keistimewaan; dan d) dana Desa.
2. transfer antar-Daerah terdiri atas:
a) pendapatan bagi hasil; dan b) bantuan keuangan.
c. lain-lain pendapatan Daerah yang sah.
1.5.4 Pajak Daerah
Mardiasmo (2002:6) Pajak Daerah adalah pajak yang dipunggut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Menurut Ahmad Yani (2008:52) Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undang yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
Pajak daerah, sebagai salah satu pendapatan asli daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengurus dan mengatur rumah tangga nya sendiri.
Dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah disebutkan Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Kriteria pajak daerah selain yang ditetapkan UU bagi kabupaten/kota ( Ahmad Yani 2008 : 53) adalah:
1. Bersifat pajak dan bukan retribusi
2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah kabupaten/koya yang bersangkutan.
3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi dan/atau objek pajak pusat.
5. Potensinya memadai
6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negative
7. Memerhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat, dan 8. Menjaga kelestarian lingkungan
1.5.4.1 Jenis-jenis Pajak Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pajak daerah dapat diklasifikasikan menurut wilayah kekuasaan pihak pemungutnya. Menurut wilayah pemungutannya pajak daerah dibagi menjadi :
1. Pajak provinsi, adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat provinsi, terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor,
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, d. Pajak Air Permukaan, dan
e. Pajak Rokok.
2. Pajak kabupaten/kota, adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota, terdiri dari:
a. Pajak Hotel, b. Pajak Restoran, c. Pajak Hiburan, d. Pajak Reklame,
e. Pajak Penerangan Jalan,
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, g. Pajak Parkir,
h. Pajak Air Tanah,
i. Pajak Sarang Burung Walet,
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
1.5.5 Pajak Restoran
Menurut Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 06 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, pajak restoran merupakan pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Pelayanan yang dimaksud adalah meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun ditempat lain.
Terdapat beberapa terminology dalam pemungutan pajak restoran ( Siahaan 2010 : 328), antara lain:
a. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering.
b. Pengusaha Restoran adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun, yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang rumah makan.
c. Pembayaran adalah jumlah yang akan diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang atau pelayanan yang diberikan sebagai bayaran kepada pemilik restoran
d. Bon Penjualan (bill) adalah bukti pembayaran, yang sekaligus sebagai bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak pada saat mengajukan pembayaran atas pembelian makanan dan atau minuman kepada subjek pajak.
Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran.
Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran Sementara itu yang menjadi wajib pajak restoran adalah pengusaha restoran, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang rumah makan.
Tarif pajak restoran paling tinggi 10%. Daerah dapat menetapkan sendiri tarif pajak restoran sesuai dengan kebijakan daerah sepanjang tidak melebihi 10% dan ditetapkan dalam peraturan daerah. Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran. Besarnya pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dasar pengenaan pajak restoran.
1.6 Defenisi Konsep
Menurut Hasan (2002:17) Konsep adalah istilah, yang terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu. Berdasarkan kerangka teori yang dipaparkan, maka defenisi konsep dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Strategi
Strategi adalah alat atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang ada di dalam perusahaan serta peluang dan ancaman yang berasal dari luar yang dapat mempengaruhi perusahaan.
b. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu sumber keuangan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran seperti pelayanan makan atau minum.
1.7 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep dan sistematika penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informasi penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi serta tugas pokok dan fungsi
BAB IV : PENYAJIAN DATA
Bab ini menyajikan data dan dokumentasi yang diperoleh selama penelitian di lapangan dan kemudian akan dianalisis berdasarkan metode yang digunakan.
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini memuat analisa data dengan analisis SWOT melalui data yang diperoleh dari lapangan
BAB VI: PENUTUP
Bab ini memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran – saran yang dianggap perlu bagi pihak yang membutuhkan.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Bentuk Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifdengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah (2006: 47) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian ini diharapkan mampu memperoleh gambaran mengenai strategi yang ditempuh oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak restoran.
2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Pematangsiantar, yang berlokasi di Jl. Merdeka Nomor 08 Pematangsiantar 21100, Sumatera Utara.
2.3 Informan Penelitian
Adapun informan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Informan Kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan. Dalam penelitian ini yang menjadi
informan kunci adalah Kepala Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah, Kepala Bidang Pendapatan Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) dan Kepala Seksi Penagihan Kantor Dinas Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah ( DPPKAD).
2. Informan Tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan tambahan adalah Wajib Pajak Restoran di Kota Pematangsiantar.
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrument sebagai berikut:
a. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara berhadapan langsung dengan informan melalui sesi tanya jawab secara lisan yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan kemudian jawaban dari responden dicatat atau direkam. Metode wawancara ditujukan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan.
b. Observasi
Yaitu kegiatan mengamati secara langsung objek penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan dan melengkapi data-data yang diperoleh dari lapangan.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan-bahan kepustkaan yang perlu untuk mendukung data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrument sebagai berikut:
a. Studi Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data yang diperoleh secara tidak langsung tetapi dengan menggunakan catatan-catatan tertulis, foto atau rekaman video yang ada di lokasi penelitian serta sumber lainnya yang menyangkut masalah yang diteliti dengan instansi terkait.
b. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
2.5 Teknik Analisis Data
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Menurut Moeleong (2006:247) proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, data-data tersebut dibaca, dipelajari, dan ditelaah selanjutnya
membuat rangkuman yang disusun dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorisasikan, dan pada tahap akhir dilakukan pemeriksaan keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.
Kemudian, data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT yang merupakan tahap awal dan upaya untuk menentukan isu strategis yang nantinya berkaitan dengan strategi peningkatan pendapatan daerah. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan daya nalar dan pola pikir peneliti dalam menghubungkan fakta-fakta, informasi, dan data-data dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang telah diuraikan dan kemudian diambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Kota Pematangsiantar A. Letak Geografis
Kota Pematangsiantar secara geografis terletak pada garis 2°53’ 20”- 3°01’00” Lintang Utara dan 99°1’00”- 99°6’35” Bujur Timur, berada di tengah- tengah Kabupaten Simalungun, yakni pada ketinggian 400-500 meter dpl (diatas permukaan laut),memiliki luas wilayah sebesar 79,97 Km2 atau 0,11 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara.
Kota Pematangsiantar tergolong ke dalam daerah tropis dan daerah datar, beriklim sedang dengan suhu maksimum 30,4°C dan suhu minimum 21,1°C.
Selama tahun 2015, kelembapan udara rata-rata 85%. Rata-rata tertinggi pada bulan November, mencapai 88%, sedangkan curah hujan rata-rata 200mm dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November yang mencapai 403mm.
B. Wilayah Administrasi
Kota Pematangsiantar berada di Provinsi Sumatera Utara dengan jarak ke ibu kota Provinsi yaitu Kota Medan sejauh ± 128 km. Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah 79.971 Km2, yang secara Administratif terdiri dari 8 Kecamatan, yaitu :
1. Kecamatan Siantar Marihat 2. Kecamatan Siantar Marimbun 3. Kecamatan Siantar Selatan 4. Kecamatan Siantar Barat 5. Kecamatan Siantar Utara 6. Kecamatan Siantar Timur 7. Kecamatan Siantar Martoba 8. Kecamatan Siantar Sitalasari
Adapun luas daerah berdasarkan Kecamatan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Luas Daerah Berdasarkan Kecamatan No Kecamatan Jumlah Kelurahan
Luas Wilayah
(Km2) Luas (%)
1 Siantar Marihat 7 7,825 9,78
2 Siantar Marimbun 6 18,006 22,52
3 Siantar Selatan 6 2,020 2,53
4 Siantar Barat 8 3,205 4,01
5 Siantar Utara 7 3,650 4,56
6 Siantar Timur 7 4,520 5,65
7 Siantar Martoba 7 18,022 22,54
8 Siantar Sitalasari 5 22,723 28,41
Jumlah 53 79.971 100,00
Sumber: Pematangsiantar dalam angka 2016
Melihat hasil dari Tabel 3.1, bahwa Kecamatan Siantar Sitalasari merupakan kecamatan dengan ukuran wilayah yang paling luas dengan luas 22,723 Km² atau dengan 28,41% luas wilayah Kota Pematangsiantar. Sedangkan kecamatan dengan ukuran wilayah yang paling kecil adalah Kecamatan Siantar Selatan dengan luas 2,020 Km²atau sekitar 2,53% dari luas wilayah Kota Pematangsiantar. Seluruh wilayah administratif Kota Pematangsiantar berbatasan langsung dan dikelilingi oleh wilayah administratif Kabupaten Simalungun.
C. Kependudukan
Kota Pematangsiantar dihuni oleh masyarakat asli setempat dan pendatang, dengan total jumlah penduduk pada tahun 2015 sebanyak 245.104 jiwa dengan kepadatan penduduk 3065 jiwa per km2.
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
No Kecamatan Penduduk (jiwa) Kepadatan
(jiwa/km2)
1 Siantar Marihat 19.096 2440,38
2 Siantar Marimbun 15.607 866,77
3 Siantar Selatan 17.859 8841,09
4 Siantar Barat 37.125 11583,46
5 Siantar Utara 48.539 13298,36
6 Siantar Timur 40.202 8894,25
7 Siantar Martoba 40.466 2245,37
8 Siantar Sitalasari 28.517 1254,98
TOTAL 247.411 3093,36
Sumber:Pematangsiantar dalam angka 2016
Dari 8 wilayah administrasi Kota Pematangsiantar, Siantar Utara merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan yang tertinggi, yaitu sebesar 13298,36 jiwa/km2, dengan jumlah penduduk terpadat sebanyak 48.539 jiwa. Sedangkan Siantar Marimbun merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan yang terkecil, yaitu hanya 866,77 jiwa/km2dengan jumlah penduduk sebanyak 15.607 jiwa.
Penduduk Kota Pematangsiantar didominasi oleh penduduk perempuan. Pada tahun 2014, penduduk kota Pematangsiantar yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 119.582 jiwa dan penduduk perempuan 125.522 jiwa. Dengan demikian sex ratio penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 95,47.
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin
Kecamatan LK
(laki-laki)
PR (perempuan)
Jumlah/
Total
Ratio Jenis Kelamin
Siantar Marihat 9.372 9.724 19.096 96,38
Siantar Marimbun 7.585 8.022 15.607 94,55
Siantar Selatan 8.456 9.043 17.859 89,93
Siantar Barat 18.214 18.911 37.125 96,31
Siantar Utara 23.467 25.072 48.539 93,60
Siantar Timur 19.162 21.040 40.202 91,07
Siantar Martoba 20.261 20.205 40.466 100,28
Siantar Sitalasari 14.080 14.437 28.517 97,53
Total 120.597 126.814 247.411 95,10
Sumber: Pematangsiantar dalam angka 2016
Dari hasil Tabel tentang jumlah penduduk per kecamatan bahwa Kecamatan Siantar Utara merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling banyak dengan jumlah 23.467 orang laki-laki dan 25.072 orang perempuan. Diikuti dengan Kecamatan Siantar Martoba dengan jumlah penduduk sebanyak 20.261 orang laki- laki dan 20.205 orang perempuan.
D. Pendidikan
Pendidikan memiliki peran yang penting dalam meningkatkan pembangunan nasional. Hal ini didukung oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, agar sumber daya manusia yang dihasilkan dapat menjadi sumber untuk pembangunan negara baik di tingkat daerah maupun nasional.
Tabel 3.4
Jumlah Sekolah, Guru dan Murid Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Tahun Ajaran
2004/2005 2005/2006
1 Sekolah Dasar a. Sekolah b. Guru c. Murid
159 1.585 31.620
159 1.499 31.628 2 SLTP
a. Sekolah b. Guru
41 1.106
41 1.086
Sumber: Pematangsiantar dalam angka 2016
E. Pemerintahan
Administrasi pemerintahan Kota Pematangsiantar pada tahun 2015 terdiri atas 8 Kecamatan dan 53 Kelurahan dengan tipe Swasembada. Adapun Struktur Organisasi Pemerintah Kota Pematangsiantar tahun 2010-2015 dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
c. Murid 18.588 18.562
3 SMA a. Sekolah b. Guru c. Murid
30 850 15.287
30 818 15.415 4 SMK
a. Sekolah b. Guru c. Murid
6 251 12.139
6 256 11.922 5 Akademi
a. Akademi b. Dosen c. Mahasiswa
17 657 16.185
17 659 16.377
Tabel 3.5
Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Pematangsiantar Periode 2010-2015 PIMPINAN DAERAH
Walikota Hulman Sitorus, S.E
Wakil Walikota Drs. Koni Ismael Siregar SEKRETARIAT DAERAH
Sekretaris Daerah Drs. Donver Panggabean, M.Si SEKRETARIAT DPRD
Sekretaris DPRD Mahaddin Sitanggang, S.H.
ASISTEN ADMINISTRASI
Pemerintahan dan Kesra Leonardo H. Simanjuntak, S.H., M.Hum Ekonomi dan Pembangunan Drs. M Akhir Harahap
Umum Baren Alijoyo Purba, S.H.
STAF AHLI
Bidang Pembangunan Drs. Eddy Nuah Saragih Bidang Hukum dan Politik Drs. Midian Sianturi Bidang Kemasyarakatan dan SDM Chaidir Sitompul, S.H Bidang Ekonomi dan Keuangan Dra. Neslianita Sinaga Bidang Pemerintahan Drs. Pardamean Silaen M.Si.
Inspektur Robert Dontes Simatupang, S.E.
KEPALA BADAN
Pelayanan Perizinan Terpadu Drs.Esron Sinaga, M.Si.
Bappeda Ir. Reinwart Simanjuntak, M.M.
Kepegawaian, Pendidikan dan
Pelatihan Pariaman Silaen, S.H.
Penganggulangan Bencana Daerah Drs. Daniel H. Siregar Kesbangpol Linmas Drs. Gunawan Purba Ketahanan Pangan Drs. Tuahman Saragih Penelitian Statistik Naik Lubis, S.H.
Pemberdayaan Masyarakat Jhon Pieter Sitorus, S.Sos., Penanaman Modal dan Promosi
Daerah Agus Salam, S.E.
Lingkungan Hidup Drs. Jekson Gultom
Pemberdayaan Perempuan dan KB Drg. Rumondang Sinaga, MARS.
KEPALA DINAS
Pendidikan Drs. Resman Panjaitan
Kesehatan Dr. Ronald H. Saragih
Bina Marga dan Pengairan Rufinus, S.T.
Pendapatan, Keuangan, dan Aset
Daerah Ir. Adiaksa Purba, M.M.
Tata Ruang, Perumahan, dan
Permukiman Drs. Lukas Barus
Sosial dan Tenaga Kerja Poltak Manurung, S.E.
Perhubungan, Komunikasi, dan
Informatika Posma Sitorus, S.H.
Kependudukan dan Catatan Sipil S. M. Ulinasari Girsang, S.H.
Kebersihan Drs. Robert Samosir
Koperasi dan UKM Drs. Kalbiner Lumbantungkup, M.Si.
Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Dra. Fatimah Siregar
Siantar Selatan Hasudungan Hutahulu, S.H.
Siantar Timur Ir. JPM. Sitanggang
Siantar Marihat Johannes Sihombing, S.STP.
Siantar Martoba Rafidin Saragih, S.H.
Siantar Sitalasari Irwansyah Saragih, S.Sos., M.Si.
Siantar Marimbun Fidelis Sembiring, S.STP.
Sumber: Website Kota Pematangsiantar
3.2 Gambaran Umum Restoran di Kota Pematangsiantar
Sektor Pariwisata Kota Pematangsiantar menjadi satu faktor pendukung berkembangnya restoran di Kota Pematangsiantar. Adanya objek wisata seperti Hewan Pematangsiantar, Museum Simalungun, Taman Bunga, Patung Dewi Kwan Im Vihara Avalokitesvara, Tugu BSA , Siantar Waterpark, Detis Sari Indah, Kolam Renang Tirta Yudha, dan Kolam Renang Water song membuka peluang bagi pengusaha untuk berinvestasi melalui usaha kuliner. Disamping itu, jarak kota Pematangsiantar yang hanya berjarak ± 42 km dari Parapat juga menjadikan kota Pematangsiantar sebagai kota perlintasan dan persinggahan wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Berikut ini akan disajikan data daftar objek pajak Restoran di Kota Pematangsiantar yang diperoleh selama melakukan penelitian:
Tabel 3.6
Daftar Restoran di Kota Pematangsiantar
No Wajib Pajak Alamat Persen Tarif
Pajak
1 Kedai Kopi Jl. Kartini No. 4 B 3
2 RM. Bandung Jl. Bandung No. 31 3
3 RM. Sibolga Jl. Bandung No. 47 3
4 Kedai Kopi Jl. Dr. Wahidin No. 165 3
5 RM. Bahagia Jl. Bandung No. 20 3
6 Kedai Kopi Jl. Surabaya No. 45 3
7 Kedai Kopi “ New Massa” Jl. Cipto No. 131 3
8 RM. Asmara Murni Jl. Sutomo No. 61 3
9 KK. Subur Baru Jl. Sutomo No. 60 3
10 KK. May Jl. Surabaya No. 30 D 3
11 KK. Surabaya Jl. Surabaya No. 30 B 3
12 KK. ABC Jl. Surabaya No. 21 D 3
13 KK. Toba Jl. Merdeka No. 37 3
14 Kedai Buah Jl. Sutomo No. 130 BEL 3
15 Kedai Kopi Jl. Imam Bonjol No. 36 3
16 Kedai Kopi Jl. Dr Wahidin No. 167 3
17 R. Makan Jl. S. Marauke 3
18 Mie Pangsit Jl. Diponegoro No. 33 3
19 Mie Pangsit Jl. DR. Wahidin No. 114 3
20 Mie Pangsit Vespa Jl. Sudirman No. 31 3
21 R. Makan Jl. Bandung/ Jl. Cipto No. 17 3
22 Mie Pangsit Jl. Diponegoro 3
23 Mie Pangsit Jl. Diponegoro 3
24 Kedai Kopi Jl. DR. Wahidin No. 96 3
25 RM. ALS Jl. SM. Raja 3
26 Kedai Mie Jl. Pdt. J. Sihombing No. 7 A 3
27 Kedai Kopi Jl. Cipto No. 73 3
28 Kedai Kopi Jl. M. Siregar No. 17 3
29 Kedai Kopi Jl. Cipto No. 10 3
30 KK. Omega Jl. DR. Wahidin No. 221/ 169 3
31 Kedai Nasi Jl. Cokro No. 103 3
32 RM. Nusantara Jl. Bandung No. 53 3
33 Coca Cola Jl. Cipto No. 108 3
34 Detis Sari Indah Jl. Pematang 3
35 RM. Binaling Jl. K. Simanjuntak 3
36 Kedai Kopi Jl. Cipto No. 96 3
37 Mie Pangsit Jl. Gereja No. 23 3
38 K. Mie Jl. Mufakat No. 64 3
39 RM. Dainang Jl. Sutomo No. 50 3
40 Kedai Kopi Jl. Cipto No. 118 3
41 Rumah Makan Jl. SM. Raja 3
42 Kedai Kopi Jl. Surabaya No. 50 3
43 Kedai Nasi Jl. Pane No. 12 3
44 Kedai Kopi “88” Jl. Surabaya No. 30- A 3
45 Mie Pangsit Jl. Cipto No. 117/ 121 3
46 Bakso Artomoro Jl. A. Yani No. 107 3
47 Mie Pangsit Jl. Jawa Gg. Ampi No. 03 3
48 Mie Pangsit Jl. Diponegoro No. 47 3
49 Rumah Makan Jl. SM. Raja 3
50 K. Kopi Joy Jl. Surabaya No. 28 B 3
51 Mie Pangsit Jl. Diponegoro No. 47 3
52 Bakso Deli 3 Jl. Kartini No. 14 3
53 Mie Pangsit Jl. Parapat No. 173 B 3
54 Mie Pangsit Jl. ST. Pantaoan No. 7 3
55 Es Campur Jl. Volly No. 18 3
56 Es Campur 88 Jl. Kartini No. 6- B 3
57 K. Kopi Jl. DR. Wahidin No. 157 3
58 Café Eden Jl. Merdeka No. 12 3
59 Mie Pangsit Jl. Patuan Nagari No. 27 3
60 RM. Sayangku Jl. Sutomo No. 33/81 3
61 K. Kopi Mega Jl. Asahan Blok A No. 27
Megaland 3
62 RM. Tom & Jerry Jl. Merdeka No 12 No.27 3
63 KN. Sriadi Jl. A. I. Suryani No. 85 3
64 RM. Harafah Jl. Sangnawaluh No. 59 3
65 Warung Mie Kak Mul Jl. SM. Raja No. 165 3 66 RM. Pasang Sidempuan Jl. SM. Raja No. 29 3
67 Bakso Ojolali Jl. Pattimura 3
68 Mie Pangsit “55” Jl. Merdeka No. 55 3
69 Bakso Deli 2 Jl. Medan KM 3,2 3
70 Mie Pangsit Jl. Parapat No. 33 A 3
71 K. Nasi Pokalan Bolon Jl. P. Anggi No. 195 3
72 RM. Muara Jl. Seribu Dolok 3
73 K. Kopi Sejahtera Jl. Diponegoro No.2 AA 3
74 RM. Ampera Wong Kito Jl. Sangnawaluh No. 49 3 75 K. Kopi Cahaya Mega Jl. Sangnawaluh No. 3A 3
76 Warung Wiwin Jl. Adam Malik No. 99 3
77 RM. Pariaman Jaya Jl. Sudirman 3
78 Mie Pangsit Chandra Halim Jl. Parapat No. 173 A 3 79 Mie Pangsit Alwi Jl. Melanthon Siregar 3
80 Mie Pansit 77 Jl. Cipto No. 77 3
81 Denny Café Jl. Merdeka (Siantar Plaza) 3 82 Mie Pangsit Cozy Jl. Cipto Ujung No. 177 3 83 RM. Dalinta Jumpa Jl. Melanthon Siregar 3
84 Pangsit Horas Jl. Diponegoro No. 43 3
85 Nasi Campur Almaidah Jl. Cokro No. 106 3
86 RM. Sikembar Jl. Pantoan No. 12 3
87 RM. Bambu Jl. Pdt. Wismar Saragih No. 90 3
88 Mie Pangsit Pelangi Jl. Pane No. 55 A 3
89 Kedai Bakmi Jl. SM. Raja 3
90 RM. Seafood Jl. Thamrin No.120 C 3
91 RM. Silaturahmi Jl. Wahidin No. 24 3
92 RM. Pariaman Jaya Jl. Kartini No. 11 A 3
93 Mie Pangsit Ayen Jl. Surabaya No. 21 3
94 K. Kopi Hong Jl. Surabaya No. 28 A 3
95 L’ Baba Jl. Merdeka SP Lantai 2 3